JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh:
0910213102
Disusun oleh:
Nama : Muhammad Fuad Kadafi
Nim : 0910213102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 16 juli 2013
Dosen Pembimbing,
ABSTRAKSI
Pertumbuhan penduduk di negara Indonesia semakin lama tidak semakin berkurang tetapi
semakin bertambah diiringi dengan pertambahan angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan
tersendiri. Hal ini bisa di lihat antara lain yang di sebabkan belum berfungsinya sektor kehidupan
masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan di segala bidang sehingga
ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan dengan laju pertumbuhan penduduk yang
cepat dan dinamis Dengan adanya ketimpangan seperti itulah maka akan menimbulkan
pengangguran. Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar, Indonesia memiliki
potensi tenaga kerja yang besar. Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari tahum ke tahun
diiringi dengan pertumbuhan angkatan kerja (penduduk usia kerja yang mencari kerja). Dengan
kata lain, penawaran tenaga kerja di dalam pasar juga meningkat.namun demikian, penawaran
tenaga kerja sebagai akibat pertumbuhan angkatan kerja tidak selalu diiringi dengan penciptaan
lapangan kerja baru yang mampu menampung angkatan kerja yang baru untuk masuk ke dalam
pasar kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi semntara permintaan tenaga kerja di pasar kerja
yang rendah mengakibatkan tingginya angka pengangguran. Salah satu indikator tingginya
pengangguran dapat di lihat dari semakin lamanya waktu yang di butuhkan seseorang untuk
mendapat pekerjaan.
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi
yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur dan setengah penganggur mengalami
peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan sumber daya manusia dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat.
Adanya pengangguran pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. banyak perusahaan yang ada di
Malang juga menjadi tolak ukur penyenyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran
. Jika kita bisa melihat lebih detail tidak hanya perusahaan-perushaan besar dan sektor-sektor
manufaktur saja sebagai penyerapan tenaga kerja terbanyak dan memberikan lapangan kerja tetapi
terdapat angka penyerapan tenaga kerja yang menurut penulis mempunyai andil cukup besar
dalam penyerapan tenaga kerja yaitu, industri kecil.
Industri kecil adalah kegiatan industri yang di kerjakan dirumah-rumah penduduk yang
pekerjaanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri
kecil dapat juga di artikan sebagai usaha produktif diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata
pencaharian utama maupun sampingan. Usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, ditandai
dengan penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang
rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Namun demikian sejumlah kajian di
beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro berperan cukup besar bagi pertumbuhan
ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan
jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu usaha mikro juga
merupakan salah satu komponen utama pengembangan ekonomi yang berpotensi meningkatkan
posisi (bargaining position) perempuan dan keluarga. Industri pengolahan menjadi sektor yang
diandalkan untuk perluasan penciptaan lapangan kerja. Terutama, pada cabang-cabang industri
yang bersifat padat karya. Menurut Menteri Perindustrian, MS Hidayat, pihaknya telah
mengidentifikasi potensi dan menjalankan program serta kegiatan untuk menyerap tenaga kerja di
sektor industri. Sektor-sektor itu antara lain pertama, industri makanan, minuman, dan
tembakau. Kedua, industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Ketiga, industri alas kaki. Keempat,
industri furnitur. Kelima, industri petrokimia. Dan keenam, industri kecil dan menengah
Membicarakann tentang masalah industri tentunya tidak saja ditujukan hanya kepada
industri-industri besar dan menengah saja, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan
pada industri kecil dan rumah tangga yang banyak ditemui di pedesaan. Industri kecil dan rumah
tangga telah berperan penting dalam perekonomian nasional. walaupun tingkat kemampuan
industri kecil dan rumah tangga mempunyai potensi yang besar dalam memperkokoh struktur
industri di Indonesia terutama berperan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, peningkatan
efisiensi industri, secara keseluruhan, peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja,
pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Demikian pula potensi industri kecil dan rumah tangga
cukup besar dalam mendukung persebaran industri mengatasi ketimpangan struktural antara
perekonomian perkotaan dan pedesaan dan mendukung strukturisasi prekonomian ke arah yang
lebih maju.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana
produksi tenaga kerja lebih penting daripada sarana produksi yang lain seperti bahan
mentah,tanah,air dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber
tersebut untuk menghasilkan barang. Teknologi yang canggihpun mungkin tidak bisa menandingi
bagaimana kemampuan manusia, karena kembali seperti yang di katakan di atas bahwa penggerak
teknologi atau sumber daya adalah manusia / tenaga kerja. Tenaga kerja Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut
sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) di pilah pula ke dalam dua kelompok yaitu
angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. yang termasuk angkatan kerja yaitu tenaga
kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara waktu tidak sedang bekerja, dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan
kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatanya bersekolah
(pelajar, mahasiswa ), mengurus rumah tangga (maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita pekerja)
serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan
dan penderita cacat),(Fahmi, 2007).
Teori pasar tenaga kerja menurut Soeroto (dalam Sitanggang dan Nachrowi:2004) Pasar
kerja, merupakan seluruh kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja dalam masyarakat,
atau seluruh permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam masyarakat, dengan seluruh
mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produktif antara orang yang menawarkan
tenaganya dengan pihak pengusaha yang membutuhkan tenaga tersebut. Kaum klasik menganggap
bahwa di pasar tenaga kerja seperti halnya di pasar barang. Apabila harga tenaga kerja (upah)
cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran tenaga kerja.
Teori keynes (dalam Nainggolan dkk:2005) menyatakan bahwa Dalam analisis permintaan tenaga
kerja di asmusikan bahwa pembeli tenaga kerja adalah perusahaan dan penjual tenaga kerja adalah
rumah tangga oleh karena itu kurva permintaan tenaga kerja di turunkan dari fungsi produksi
perusahaan tersebut (Nainggolan dkk, 2005).
Teori Penyerapan tenaga kerja
Teori Upah
e. Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan kerja yang berbeda di setiap perusahan dapat
memberikan tingkat kepuasan yang berbeda juga bagi setiap tenaga kerja. Keadaan ini
mencakup kebersihan,reputasi tempat usaha, lokasi tempat usaha kerajinan,dan lain-lain
Tambunan dalam Pratama (2012) menyatakan bahwa Industri kecil adalah kegiatan
industri yang di kerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjaanya merupakan anggota
keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga di artikan
sebagai usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama
maupun sampingan. Sektor perusahaan kecil dan menengah di bidang industri pengolahan dapat
saja didefinisikan , baik dari segi kuantitatif maupun kualitatf. Sebagian besar perusahaan di
bidang industri pengolahan suatu negara tergolong ke dalam perusahaan kecil dan menengah, jika
perusaaan kecil dan menengah di definisikan , misalnya, meurut jumlah tenaga kerja, nilai
kekayaan tidak bergerak, nilai bersih perusahaan, atau tingkat penjualan (Clapham, 1991).
Teori Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala
kecil, menengah maupun besar. Struktur modal usaha IK dan IRT secara bersama pada tahun 1998
menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok uni usaha ini di biayai oleh modal sendiri,
sedangkan jumlah unit usaha yang memakai modal sendiri dan pinjaman hanya sedikit. Banyaknya
usaha IK yang sepenuhnya menggunakan modal sendiri hampir 78 persen, lebih kecil daripada
jumlah usaha IRT yang mencapai hampir 85,5 persen. Sebagian besar dari kebutuhan finansial
dibiayai dengan pinjaman, dalam kelompok IRT persentasenya lebih kecil (12,16%) di bandingkan
kelompok IK (23,43%)(Tambunan, 2002). Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-
lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari
modal sendiri atau dari sumber-sumber lain seperti dari keluarga,kerabat, pedagang perantara
bahkan rentenir. Terdapat faktor-faktor yang menjadikan lembaga keuangan enggan memberikan
pinjaman terhadap pengusaha industri kecil yaitu di sebabkan oleh adanya (1) pemberian pinjaman
kepada industri kecil dianggap kurang menguntungka karena selain biaya pemberian pinjaman
yang relatif tinggi juga dibayangi oleh resiko yang lebh besarm (2) sulitnya lembaga keuangan
untuk memperoleh informasi yang cukup memadai mengenai industri kecil sebagai pihak
peminjam modalnya. Hal ini di sebabkan oleh tidak adanya laporan keuangan dalam pengajuan
kreditnya dan meskipun laporan itu ada , laporan tersebut tidak disesuaikan dengan aturan-aturan
pembukauan yang selayaknya.(Kuncoro, 1997)
C. METODE PENELITIAN
Sebagai Kota yang memiliki sektor industri yang banyak dan perekonomian Kota Malang
bisa di katakan pertumbuhan ekonominya bergantung dengan sector industri dan tenaga kerja yang
terserap di industri-industri Kecil, UKM maupun industri yang besar mendominasi penyerapan
tenaga kerja tersebut, maka Penelitian ini akan dilakukan pada semua Industri Konveksi di Kota
Malang.
Untuk mengindari ketidak jelasan makna variael yang digunakan maka perlu adanya
definisi operasional dari masing-masing variabel. Menurut (Hamidi : 2007) definisi operasional
variabel adalah pengertian variabel yang diungkap dalam definisi konsep secara operasional,
secara praktik ,secara riil, dan secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/ obyek yang diteliti.
Berikut merupakan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Penyerapan tenaga kerja sebagai variabel terikat (Y) adalah jumlah tenaga kerja yang terserap
untuk bekerja pada satu unit industri kecil konveksi dinyatakan dalam orang.
2. Modal sebagai variabel bebas (X1) adalah jumlah dana yang digunakan untuk proses produksi
konveksi pada bulan X Tahun 2013 modal dalam hal ini adalah modal untuk usaha/ kegiatan
produksi dinyatakan dalam rupiah.
3. Volume penjualan sebagai variabel bebas (X2) adalah jumlah kain atau output konveksi yang
dipesan maupun yang disetor ke toko-toko, dinyatakan dalam rupiah.
4. Tingkat Pendidikan sebagai variabel bebas (X3) adalah tingkat pendidikan terakhir tenaga
kerja informal yang telah ditempuh, satuannya adalah jumlah tahun, apabila tamat
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, maka untuk tamat tingkat SD= 6 tahun, tamat SMP=
9 tahun, tamat SMA =12 tahun, tamat S1= 16 tahun, .
5. Upah sebagai variabel bebas (X4) adalah sejumlah imbalan kerja yang diterima tenaga kerja
pada industri konveksi, dinyatakan dengan rupiah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin Konveksi di Kota Malang, yang
berjumlah 75 unit industri. Menurut (Sugiyono: 1998) untuk menentukan sampel dari populsai bisa
dengan menggunakan tabel pengukuran sampel yang dinyatakan di dalam bukunya. Dimana
tingkat kesalahan tabel pengukuran sampel tersebut adalah 5%. Dalam tabel tersebut di perlihatkan
bahwa jika populasi sebesar 75 unit industry maka sampelnya adalah 63 unit usaha konveksi.
Pada penelitian ini dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode dengan
menggunakan kuisioner dan wawancara. Kuisioner merupakan sejumlah pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berkaitan
dengan penelitian. Dari hasil pembagian kuesioner terebut selanjutnya dilakukan pengukuran
dengan menggunakan analisis regresi berganda terhadap hasil jawaban untuk setiap indikator yang
akan dijelaskan lebih lanjut pada teknik analisis data.
Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka metode analisa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, yaitu untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat. Model yang dipakai adalah model
persamaan regresi linier berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Di mana :
βo = Penaksir/konstan
β1 β2 β3 β4 = Koefisien regresi
x1 = Modal
x2 = Volume Penjualan
x3 = Tingkat Pendidikan
x4 = upah
e = Residual
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa jumlah responden pada penelitian ini adalah
sejumlah 63 usaha konveksi yang berskala kecil di Kota Malang. Cukup beragam jenis usaha
responden khususnyayang menyangkut usaha konveksi atau komoditas berbahan baku kain.
Selengkapnya jenis usaha responden sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini :
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jenis usaha konveksi di Malang cukup merata dan
beragam, mulai dari baby dol sampai dengan taplak meja. Tentunya hal tersebut menambah
kontribusi tersendiri bagi masyarakat dalam menyerap tenaga kerja. Jenis konveksi yang cukup
banyak di Malang adalah konveksi untuk pembuatan pakaian, Pakaian Anak-Anak, Bayi, seragam,
batik, seragam sekolah, dimana jenis usaha ini sebanyak 18 unit atau sebesar 29% dari total usaha
konveksi. Kelompok unit usaha terbanyak kedua adalah yang bergerak pada jenis kaos dan celana
pendek yang berjumlah 16 unit dengan proporsi sebesar 25%. Terbanyak ketiga berjenis konveksi
bed cover dan sprei dimana masing-masing berjumlah 4 unit dengan proporsi 6%.
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pria 34 54,0 54,0 54,0
Wanita 29 46,0 46,0 100,0
Total 63 100,0 100,0
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota
Malang adalah laki-laki dengan persentase sebesar 54% atau sebanyak 34 orang, sedangkan wanita
sebesar 46% atau sebanyak 29 orang. Terlihat jumlah pengusaha konveksi hampir sama
jumlahnya, mengingat antara wanita dan pria hanya terpaut 5 orang lebih banyak pria. Cukup
banyak wanita yang mulai menjadi pengusaha konveksi menunjukkan bahwa dominasi pria tidak
selamanya terus berlangsung, dimana ada kalanya wanita memiliki talent tersendiri untuk
memimpin sebuah usaha, apalagi usaha tersebut berkaitan dengan konveksi yang pada umumnya
sering diidentikkan dengan pekerjaan wanita.
No Usia Jumlah %
1 25 th - 30 th 8 12,70%
2 31 th - 35 th 10 15,87%
3 36 th - 40 th 10 15,87%
4 41 th - 45 th 16 25,40%
5 46 th - 50 th 6 9,52%
6 51 th - 55 th 8 12,70%
7 56 th - 60 th 5 7,94%
Jumlah 63 100,00%
Dari tabel 3 diatas juga menunjukkan bahwa pengusaha dibidang konveksi di Kota Malang cukup
banyak mereka yang berusia antara 41 – 45 tahun. Usia yang menurut kebanyakan orang adalah
usia kematangan, dimana pada usia tersebut biasanya seseorang berada pada masa kejayaannya.
Tingkat Pendidikan
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 11 17,46% 17,46% 17,46%
SMP 13 20,63% 20,63% 38,10%
SMA 24 38,10% 38,10% 76,19%
Pendidikan Tinggi 15 23,81% 23,81% 100,00%
Total 63 100,00% 100,00%
Tingkat Pendapatan/Upah
Descriptive Statistics
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai minimum upah yang diberikan adalah Rp 400.000 /bulan,
sedangkan paling tinggi upah yang diberikan adalah Rp 1.500.000. Namun secara rata-rata, upah
yang diterima oleh tenaga kerja sekotr industri konveksi di Malang dari 63 unit usaha adalah Rp
730.000-an /bulan.
Modal Kerja
Total 63 100%
Pada tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa modal kerja sebagai awal membuka usaha konveksi
cukup bervariasi, mulai nilai yang terkecil sebesar Rp 3.000.000 sampai yang terbesar yaitu Rp
30.000.000. Adapun jenis usaha konveksi yang mmiliki rata-rata modal kerja antara3 jutas s/300
juta, yang memang tidak masuk dalam penelitian ini dan kriteria modal industri kecil hanyalah 1-
35 juta, jadi peneliti mencari data hanya usaha konveksi yang skala kecil yang mempunyai modal
kerja berkisar antara 35 juta kebawah.
Volume Penjualan
Total 63 100%
Dari hasil tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa volume penjualan dari usaha konveksi di Kota
Malang paling kecil adalah Rp 800.000 – 2.500.00 sejumlah 20 perusahaan dan yang paling tinggi
adalah Rp 8.500.000 sebulan. Terbanyak adalah perusahaan dengan volume penjualan diantara Rp
2.501.000 – Rp 6.000.000 dimana proporsinya sebesar 55.50% dari 63 responden penelitian.
Untuk peningkatan omzet penjualan tentunya menjadi hal yang penting bagi perusahaan agar
teteap terus bertahan dan berkembang dikemudian hari.
Pembahasan
Melalui pengujian hipotesis sebelumya, dari variabel modal, volume penjualan, tingkat
pendidikan dan Upah, keempat variabel ini mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di industri
konveksi Kota Malang
Variabel Modal kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila variabel lainya dianggap kostan, maka
dengan semakin meningkatnya modal kerja maka penyerapan tenaga kerja dapat menurun sebesar
0,049. Variabel modal memang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja tetapi pada
kenyataanya modal tidak berpengaruh langsung terhadap penyerapan, ini bisa dilihat bahwa
industri kecil yang karakteristiknya mempunyai modal hanya 1 sampai 1 - 35juta dan modal awal
yang digunakan tidak hanya untuk produksi saja tetapi ada biaya lainya yaitu fix cost seperti sewa
tempat atau beli tempat dan mesin konveksi tersebut.
Tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada pada industri konveksi Kota Malang antara
lain : dari pekerja yang tidak lulus SD, lulusan SD, lulusan SLTP, lulusan SMA dan lulusan
perguruan tinggi. Variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan
tenaga kerja. Apabila variabel lainya dianggap konstan, maka tingkat pendidikan yang
menunjukkan jika variabel Tingkat Pendidikan semakin meningkat maka Penyerapan tenaga kerja
akan mengalami kenaikan sebesar 0,042. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika persepsi
sosial konsumen semakin meningkat maka Penyerapan tenaga kerja akan meningkat pula. Tingkat
pendidikan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap penyerapan tenaga kerja di industri kecil
konveksi di malang.
.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, terkait dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja Industri Konveksi di Kota
Malang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Upah yang di berikan dalam industri konveksi ini rata-rata adalah di bawah upah
minimum Kota Malang dan tingkat pendidikan karyawan yang ada di usaha ini
kebanyakan adalah SMA yang di manah memang usaha konveksi ini hanya memerlukan
kebiasaan dan keahlian yang tidak terlalu rumit.
2. Modal yang digunakan oleh pemilik usaha ini rata-rata tidak dari modal sendiri
melainkan dari modal pinjaman dari sodara,kerabat,bank,dll dan volume penjualan di
industry konveksi ini hanya sebatas kemampuan pekerja menyelesaikan pekerjaannya dan
bahan baku yang mampu di beli oleh pengusaha.
3. Variabel Modal memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja.
4. Variable volume penjualan, tingkat pendidikan , dan upah memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
5. Secara bersama-sama, Variabel modal, volume pejualan, tingkat pendidikan, dan upah
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja.
6. Sedangkan variabel yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah
variabel tingkat pendidikan dimana variabel tingkat pendidikan tersebut merupakan
variabel yang memiliki nilai koefisien regresi yang paling besar yaitu 0,042.
Saran
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan Kedua,
Rineka Cipta, Jakarta
Bellante, Don & Mark Janson 2006. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta : Lembanga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Clapham, Ronald 1987. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri Dan Pesaing.Jakarta :
Erlangga.
Ehrenberg, Ronald 1982. Modern Labor Economic. Scoot and Foresman Company
Fahmi, Fajar Nur 2007. Peranan Industri Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten
Lamongan. Malang : Brawijaya.
Sitanggang, Ignatia Rohana & Nachrowi, Djalal Nachrowi 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi
Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral : Analisis Model Demometrik di 30 Propisnsi
Pada 9 Sektor Di Indonesia. Vol V