H a s i l m u k t a m a r 2 0 1 5
BAB I
Bagian Pertama
Pasal 1
(2) Persistri didirikan di Bandung pada hari Jjum’at, tanggal 11 Syawwal 1355 H /25
Desember 1936 M.
(3) Pimpinan Pusat Persistri berkedudukan di tempat Pimpinan Pusat Persatuan Islam.
B a g i a n K e d u a
Pasal 2
Visi Persistri adalah terciptanya masyarakat perempuan yang berpegang teguh pada syariat
Islam berlandaskan Aal- Quran dan As- Sunnah.
Pasal 3
Misi Persistri adalah mendidik muslimath hidup berjamaah, ber-imamah, ber-imarah, tunduk Formatted: Font: Italic
dan taat kepada nizham jam`iyyah yang sejalan dengan Aal-Qur’an dan Aas-Sunnah. Formatted: Font: Italic
B a g i a n K e t i g a
Pasal 4
Pasal 5
Persistri bertujuan agar anggota memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah Formatted: Font: Italic
menurut tuntunan Al-Quran dan Aas-Sunnah.
B a g i a n K e e m p a t
Bentuk, Sifat dan Gerakan Ttubuh. Commented [A1]: Apa yang dimaksud gerakan tubuh??? Ini
salah ketik atau ada maksud?
Pasal 6
(1) Persistri adalah jam’iyyah berbentuk bunyanun marshush dalam hidup berjama’ah, Formatted: Font: Italic
ber-imamah, dan ber-imarah sebagai jama’ah muslimaht sesuai tuntunan Rasulullah Formatted: Font: Italic
Saw. Formatted: Font: Italic
(2) Jamiyyah Persistri bersifat harakah tTajdid dalam pemikiran Islam dan penerapannya.
(3) Jam’iyyah Persistri bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah,ekonomi, dan sosial
kemasyarakatan lainnya menurut Al-Qur’an dan Aas-Sunnah.
(1) Lambang Persistri ialah jalur-jalur sinar berbentuk bintang bersudut dua belas, dalam
lingkaran tengahnya bertuliskan Persatuan Islam dengan huruf Arab.
B a g i a n K e e n a m
Rencana Jihad
Pasal 8
(2) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan anggota khususnya
dan muslimaht umumnya sehingga tercipta al-maratusshalihah.
(3) Meningkatkan kesadaran muslimat untuk bermuamalah secara jama’i dalam segala aspek
kehidupan.
(4) Melakukan penelitian dan pengkajian ilmiah keislaman dalam rangka memelihara dan
mengembangkan ruhul ijtihad.
Bagian Pertama
Unsur Al Jama’ah
Pasal 9
(1) Al Jama’ah terbangun atas unsur-unsur umat sebagai anggota, pimpinan sebagai
pemegang imamah dan imarah serta syuro sebagai landasan pengambilan keputusan.
Keanggotaan
Pasal 10
(1) Setiap muslimath yang telah berusia di atas 30 tahun dan bersedia melaksanakan Aal- Formatted: Font: Not Bold
Qur’an dan Aas-Sunnah, dapat diterima sebagai anggota Persistri.
(2) Seseorang yang berusia di bawah 30 tahun dan sudah menikah, dapat menjadi anggota
Persistri apabila dipandang perlu.
Pasal 11
(1) Setiap anggota berkewajiban menaati dan melaksanakan Qaidah Asasi dan Qaidah
Dakhili Persistri, serta peraturan dan keputusan jami’yyah.
(2) Setiap anggota berhak mendapat pembinaan, perlindungan dan pembelaan hukum dari
jam’iyyah.
Pimpinan
Pasal 12
Pembidangan
Pasal 13
Pasal 14
Penasiehat adalah pemberi pertimbangan, nasiehat, dan pemikiran kepada ketua pimpinan
jam’iyyah.
Bagian Ketujuh
Pasal 15
Pasal 16
BAB III
Pasal 17
(1) Kekayaan jam’iyyah diperoleh dari Iuran wajib anggota, Zzakat, Infak, Sedekah, dan
usaha-usaha lain yang halal dan tidak mengikat.
(2) Kekayaan jam’iyyah terdiri atas harta bergerak dan tidak bergerak.
BAB IV
KEDARURATAN
Pasal 18
(1) Dalam keadaan Ketua Pimpinan Jam’iyyah berhalangan tetap atau mengundurkan diri,
pimpinan jam’iyyah berhak menyelenggarakan musyawarah khusus untuk menetapkan
ketua pengganti yang bertugas sampai akhir masa jihad.
(2) Dalam keadaan darurat, Pimpinan Pusat dapat menyelenggarakan musyawarah yang
berkedudukan setara dengan Muktamar.
BAB V
Bagian Pertama
Aturan Peralihan
Pasal 19
(2) Hal-hal yang belum jelas dalam Qaidah Asasi, diatur dalam Qaidah Dakhili.
(3) Qaidah Asasi produk Muktamar XI tahun 2010-2015 dinyatakan tidak berlaku sejak
diberlakukannya Qaidah Asasi produk Muktamar XII tahun 2015-2020
Bagian Kedua
Khatimah
Pasal 20
Qaidah Asasi ini disempurnakan dari Qaidah Asasi terdahulu dan disahkan oleh Muktamar XII
Persistri tanggal 10 Safar 1437 H /22 November 2015 M .dan berlaku sejak disahkannya.
QAIDAH DAKHILI
BAB I
Bagian Pertama
Pasal 1
(1) Lambang Persistri berupa jalur-jalur sinar berbentuk bintang bersudut dua belas berwarna
kuning di atas dasar hijau bermakna nur Al- Qur’an dan As-Sunnah.
(2) Di tengah lingkaran lambang jam’iyyah terdapat tulisan PERSATUAN ISLAM dengan huruf
Arab berwarna kuning.
(3) Bendera Persistri berwarna hijau, berbentuk segi panjang dengan perbandingan 2 : 3,
lambang di tengahnya, dan di bawah lambang terdapat tulisan PERSATUAN ISLAM ISTRI
berwarna kuning;
Dan
(HR. Muslim)
Semboyan pertama bermakna pegangan dan titik tolak perjuangan jam’iyyah. Semboyan kedua Formatted: Font: Not Italic
bermakna keharusan menjadi Almar’atus Shalihah dan Uswatun Hasanah dalam kehidupan
berjamaah, ber-imamah dan ber-imarah di jJam’iyyah Persatuan Islam Istri. Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Not Italic
BAB II
AL-JAMA’AH
Bagian Pertama
Pasal 2
Bagian Kedua
Pasal 3
(1) Keanggotaan Persistri terdiri atas anggota biasa, anggota tersiar dan anggota kehormatan.
(2) Anggota biasa adalah anggota yang tergabung dalam Ccabang atau Ranting di lingkungan
tempat tinggalnya.
(3) Anggota tersiar adalah anggota biasa yang di daerahnya belum ada Cabang atau Ranting.
(4) Anggota kehormatan adalah orang yang secara siyasah dianggap penting oleh pimpinan
untuk menunjang pencapaian tujuan jam’iyyah.
Pasal 4
(1) Untuk menjadi anggota biasa harus mengisi formulir permohonan keanggotaan kepada
Pimpinan Pusat melalui Pimpinan Cabang setempat dengan kesaksian tertulis dari dua
anggota.
(3) Anggota yang berusia 60 tahun ke atas tidak perlu memperbaharui keanggotaannya.
Pasal 5
(1) Untuk menjadi anggota tersiar harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pimpinan
Pusat melalui pimpinan jam’iyyah terdekat.
(3) Pimpinan Pusat dapat mendelegasikan secara tertulis pembinaan anggota tersiar
kepada pimpinan jam’iyyah terdekat.
(5) Anggota tersiar wajib melaporkan kegiatannya kepada Pimpinan Pusat melalui pimpinan
jam’iyyah terdekat.
Pasal 6
Bagian Ketiga
Pengesahan Keanggotaan
Pasal 7
(1) Keanggotaan anggota biasa dan tersiar disahkan oleh Pimpinan Pusat dengan diberi
kartu tanda sah anggota.
(2) Anggota kehormatan dianggap sah apabila mendapat surat pernyataan dari Pimpinan
Pusat.
Bagian Keempat
Rangkap Keanggotaan
Pasal 8
1. Setiap anggota tidak dibenarkan merangkap keanggotaan dan atau pimpinan pada
ormas keagamaan lainnya.
2. Setiap Anggota yang akan merangkap keanggotaan atau pimpinan pada organisasi
politik harus dengan persetujuan Musyawarah Pimpinan Harian Pimpinan Pusat
Persistri
3. Anggota Pimpinan Pusat yang akan merangkap keanggotaan atau pimpinan pada
organisasi politik harus dengan persetujuan Musyawarah Lengkap Pimpinan Pusat
Persistri.
Bagian Kelima
Kewajiban Anggota
Pasal 9
b. Memahami dan manaati nizham jamiyyah sebagai landasan perjuangan. Formatted: Font: Not Italic
Pasal 10
Hak Anggota
(3) Mendapat pembinaan, perlindungan dan pembelaan hukum dari jam’iyyah dalam
rangka meningkatkan pemahaman dan pengamalan Al-Quran dan Aas-Ssunnah.
Sanksi Jam’iyyah
Pasal 11
(2) Sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, sanksi yang dijatuhkan dapat berupa :
a. Peringatan.
c. Pemberhentian selamanya.
Pasal 12
Pelaksanaan Sanksi
(1) Peringatan diberikan langsung secara lisan dan tulisan oleh Ppimpinan Ccabang dengan
tembusan kepada PD, PW, PP dan Penasiehat setelah mendengar :
(2) Pelaksanaan pemberhentian sementara atau selamanya dilakukan oleh Pimpinan Pusat
setelah:
Bagian Ketujuh
Pasal 13
(1) Pimpinan Jam’iyyah memberikan kesempatan kepada anggota yang mendapat sanksi
organisatoris untuk membela diri di musyawarah lengkap pimpinan.
(2) Jika tidak selesai, bisa disampaikan di Musyawarah Jamaah, Ranting,Cabang,
Daerah, Wilayah, hingga di Muktamar.
Pasal 14
Rehabilitasi Keanggotaan
Bagian Kedelapan
Pembatalan Keanggotaan
Pasal 15
Bagian Kesembilan
Susunan Pimpinan
Pasal 16
(1) Jam’iyyah disusun dan dibina secara bertahap dari satuan hidup terkecil hingga terbesar
secara berjamaah, ber-imamah dan ber-imarah. Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
(2) Susunan pimpinan jam’iyyah diatur sebagai berikut:
Bagian Kesepuluh
Pimpinan Pusat
Pasal 17
(2) Pimpinan Ppusat dipimpin oleh seorang Ketua Umum yang dipilih dan disahkan oleh
Muktamar.
(3) Pimpinan Pusat terdiri atas : Commented [A2]: Sebelum tanda titik dua ( : ) tidak
menggunakan spasi
a. Pimpinan Harian : Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, Sekretaris
Bidang, Bendahara Umum dan Bendahara Bidang.
(4) Pimpinan Pusat berkewajiban menjabarkan program jihad dan membuat petunjuk
pelaksanaannya.
Bagian Kesebelas
Pimpinan Wilayah
Pasal 18
(1) Pimpinan Wilayah dibentuk untuk memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan jihad
jam`iyyah di provpinsi yang menjadi wilayah kerjanya.
(2) Pimpinan Wilayah dibentuk apabila di satu provpinsi sudah terbentuk sedikitnya tiga
Pimpinan Daerah.
(3) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat dapat membentuk Pimpinan Wilayah sekalipun
belum terbentuk tiga Pimpinan Daerah.
(4) Ketua Pimpinan Wilayah dipilih oleh musyawarah wilayah dan disahkan oleh Pimpinan
Pusat untuk masa jihad empat tahun.
(5) Pimpinan Wilayah terdiri atas:
a. Pimpinan harian: Kketua, Wwakil Kketua, Ssekretaris, Wwk. Ssekretaris, Bbendahara
dan Wwk. Bbendahara.
Pimpinan Daerah
Pasal 19
(1) Pimpinan Daerah dibentuk untuk memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan jihad
jam’iyyah di Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah kerjanya.
(2) Pimpinan Daerah dibentuk apabila di suatu Kabupaten/Kota sudah terbentuk sedikitnya
tiga Pimpinan Cabang.
(3) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat dapat membentuk Pimpinan Daerah sekalipun
belum terbentuk tiga Pimpinan Cabang.
(4) Ketua Pimpinan Daerah dipilih oleh Musyawarah Daerah dan disahkan oleh Pimpinan
Pusat untuk masa empat tahun.
a. Pimpinan harian: Ketua, Wk. Ketua, Sekretaris, Wk. Sekretaris, Bendahara dan Wk.
Bendahara.
(9) Ketua PD dan sekretaris PD adalah anggota musyawarah lengkap Pimpinan Wilayah
Pimpinan Cabang
Pasal 20
(1) Pimpinan Cabang dibentuk untuk memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan jihad
jam’iyyah di Kecamatan yang menjadi wilayah kerjanya.
(2) Pimpinan Cabang didirikan apabila di suatu kecamatan terdapat paling sedikit 3 (tiga)
Ranting atau 25 anggota.
(3) Apabila dipandang perlu, PP dapat membentuk PC sekalipun belum terdapat tiga3
pimpinan Pimpinan Rranting atau 25 anggota.
(4) Ketua PC dipilih oleh Musyawarah Cabang dan disahkan oleh PP untuk masa jihad 4
empat tahun.
b. Pimpinan Inti: Pimpinan harian Harian ditambah para ketua bidang garapan
(9) Ketua PC dan sekretaris PC adalah anggota musyawarah lengkap Pimpinan Daerah.
Pimpinan Ranting
Pasal 21 Formatted: Font: Not Italic
(2) Pimpinan Ranting didirikan apabila di suatu desa/kelurahan terdapat paling sedikit 10
sepuluh anggota.
(3) Apabila dipandang perlu Pimpinan Cabang dapat membentuk Pimpinan Ranting
sekalipun belum terdapat 10 sepuluh anggota.
(4) Ketua PR dipilih oleh Mmusyawarah Ranting dan disahkan oleh Pimpinan Cabang.,
Aapabila dipandang perlu Pimpinan Cabang dapat membentuk Pimpinan Ranting untuk
masa jihad 4 empat tahun.
b. Pimpinan Inti : Pimpinan harian Harian ditambah para ketua bidang garapan yang
dipandang perlu.
(8) Ketua PR dan Sekretaris PR adalah anggota musyawarah lengkap Pimpinan Cabang.
Pimpinan Jama’ah
Pasal 22
(1) Pimpinan Jama`ah dibentuk untuk membantu PR dalam pelaksanaan jihad jam`iyyah di
suatu dusun atau RW.
(2) Pimpinan Jama`ah memimpin kelompok anggota yang berjumlah paling sedikit 3 tiga
orang.
(3) Ketua PJ dipilih oleh Musyawarah Jama`ah dan disahkan oleh Pimpinan Cabang untuk
masa jihad 4 empat tahun.
Rangkap Jabatan
Pasal 23
Pasal 24
Ketua pimpinan jam’iyyah tidak dapat dipilih kembali setelah memimpin dua kali masa jihad.
BAB III
PEMBIDANGAN
Pasal 25
(1) Secara garis besar pelaksanaan jihad jam’iyyah di kelompokkan atas bidang-bidang berikut:
a. Bidang Jam’iyyah terdiri atas bidang garapan (Bidgar) Pembinaan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Bidgar Pembinaan dan Pengembangan Organisasi, dan
Bidgar Hubungan antar lembaga Lembaga dan oOrganisasi.
b. Bidang Tarbiyah terdiri atas Bbidgar Pendidikan Anak Usia Dini dan Bbidgar
Konsultasi Keluarga.
c. Bidang Dak’wah terdiri atas Bidgar Pengembangan Dakwah, Bidgar Sumber Daya
Dakwah, serta Bidgar bimbingan Bimbingan haji Haji dan Uumrah;
d. Bidang Maliyah terdiri atas : Bidgar ZIS, Bidgar Ekonomi, Bidgar Sosial, dan Bidgar Formatted: Font: Italic
Kelestarian Lingkungan Hidup.
f. Bidang Keuangan di bawah koordinasi Bendahara Umum dan Wakil Bendahara. (no 2) Formatted: Font: Not Italic
(3) PP dapat membagi kelima bidang di atas menjadi beberapa bidgar sesuai kebutuhan.
(4) Setiap bidang dapat mengangkat staf sesuai dengan kebutuhan atas persetujuan Ketua
Umum.
BAB IV
PENASEHATPENASIHAT
Pasal 26
(2) Penasiehat dipimpin oleh seorang kordinator yang ditunjuk oleh ketua pimpinan
jJam’iyyah.
(3) Untuk kelancaran tugasnya, penasiehat membuat kaifiyat kerja yang disahkan pimpinan Formatted: Font: Not Italic
jam’iyyah.
Pasal 27
BAB V
Bagian Pertama
Pembentukan Lembaga
Pasal 28
Pasal 29
Sifat lembagaLembaga
(1) Lembaga merupakan badan kegiatan yang sifatnya operasional dan memberikan
pelayanan langsung kepada jamaah atau umat.
(2) Lembaga membuat kaifiyat kerja sendiri yang disahkan oleh Pimpinan Pusat. Formatted: Font: Not Italic
Bagian Kedua
Pasal 30
(1) Badan usaha adalah badan pengelola kegiatan bidang garapan ekonomi yang dalam
pelaksanaannya berkaitan erat dengan dunia usaha.
(2) Badan Usaha dibentuk dan bertanggung jawab kepada pimpinan jam’iyyah di
jenjangnya melalui bidang maliyah atau bidgar ekonomi. Formatted: Font: Italic
(3) Pimpinan jam’iyyah menunjuk seorang atau beberapa orang pimpinan atau anggota
biasa yang memiliki keahlian untuk mendirikan suatu badan usaha.
(4) Pimpinan Badan Usaha diangkat oleh ketua pimpinan jam’iyyah atas usul bidang
maliyah atau bidgar ekonomi. Formatted: Font: Italic
(5) Pimpinan jamiyyah mengusahakan modal awal untuk pembentukan dan pengelolaan
suatu badan usaha.
(6) Pimpinan jam’iyyah membuat pokok-pokok kebijakan dalam pengelolaan suatu badan
usaha.
Pasal 31
(1) Kepemilikan /kesertaan saham dalam badan usaha ditetapkan sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya 51% dari seluruh saham menjadi milik jam`iyyah yang tidak dapat
diganggu gugat.
b. Kurang lebih 19% untuk usahawan yang berminat menanam modal.
c. Kurang lebih 10% dicadangkan untuk pengelola.
d. Kurang lebih 20% dicadangkan untuk karyawan secara kolektif
(2) Saham atas nama jam’iyyah dalam badan usaha diwakili oleh orang yang ditunjuk
pimpinan jam’iyyah.
(3) Keuntungan saham diserahkan setelah badan usaha memberikan laporan kepada
pemegang saham.
(4) Pengalihan saham kepada pihak lain harus mendapat persetujuan tertulis dari pimpinan
jam’iyyah.
Pasal 32
(1) Pendiri dan atau pengelola badan usaha wajib membuat Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga untuk mendapat persetujuan pimpinan jam`iyyah dan didaftarkan pada
instansi berwenang yang ditunjuk oleh pimpinan Pimpinan Ppusat.
(2) Pendiri dan atau pengelola badan usaha wajib melaporkan secara periodik perkembangan
badan usaha kepada pimpinan jam`iyyah melalui bidang Bidang Maliyah atau Bidgar
Ekonomi.
(3) Pengelola badan usaha berhak mengelola badan usaha sepenuhnya secara profesional
dengan menerapkan prinsip perusahaan yang tidak bertentangan dengan kebijakan pokok
yang ditetapkan pimpinan jam`iyyah.
Pasal 33
(1) Pengawasan badan usaha dilakukan oleh pimpinan jam`iyyah dalam kedudukan sebagai
komisaris atau pengawas badan usaha.
(2) Apabila pengawasan seperti dimaksud ayat (1) dianggap belum cukup, pimpinan jam`iyyah
dapat membentuk badan pengawas atau badan pemeriksa keuangan tersendiri.
BAB VI
PERMUSYAWARATAN
Bagian Pertama
Pedoman Umum
Pasal 34
(1) Musyawarah dapat diselenggarakan apabila mencapai kuorum yaitu dihadiri oleh lebih
dari setengah peserta yang berhak hadir.
(2) Apabila tidak mencapai kuorum, musyawarah ditunda sedikitnya 15 menit untuk
mengupayakan tercapainya kuorum.
(3) Jika dalam 2 dua kali penundaan tidak mencapai kuorum, pimpinan dapat
menyelenggarakan musyawarah atau mengambil kebijakan.
(4) Setiap keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat. Apabila tidak tercapai
mufakat maka dilakukan pemungutan suara
(5) Keputusan dengan pemungutan suara dinyatakan sah apabila disetujui oleh lebih dari
setengah jumlah peserta yang hadir.
(6) Pemilihan ketua jam’iyyah dilakukan satu tahap atau dengan pencalonan melalui
pemungutan suara secara tertulis dan rahasia.
(8) Setiap peserta musyawarah mempunyai hak bicara dan hak suara.
(9) Peninjau boleh berbicara apabila dipandang perlu oleh pimpinan sidang.
Bagian Kedua
Muktamar
Pasal 35
(2) Muktamar dihadiri oleh anggota tasykil PP, utusan PW, PD, PC,dan PR, serta wakil Formatted: Font: Italic
anggota tersiar, dan undangan yang dipandang penting.
(4) Muktamar menetapkan Qaidah Asasi, Qaidah Dakhili, Program Jihad Jjam`iyyah dan
Produk Muktamar lainnya.
(5) Muktamar memilih dan menetapkan seorang ketua umum untuk masa jihad lima tahun
mendatang.
Bagian Keempat Commented [A3]: BAGIAN KETIGA TIDAK ADA. DATA HILANG
ATAU TIDAK MASUK. (PASAL 35)
Pemilihan Ketua Umum/Ketua PP
Pasal 37
(1) Pemilihan Ketua Umum/Ketua PP dipimpin oleh panitia pemilihan yang dipilih dalam
Muktamar.
(2) Pemilihan ketua Umum PP dilakukan secara tertulis, langsung, bebas dan rahasia.
Bagian Kelima
Pasal 38
(2) Tasykil PP dibai’at oleh ketua Umum PP Persis terpilih dan dikukuhkan dengan SK dari
PP Persis.
Bagian Keenam
Musyawarah Wilayah
Pasal 39
(1) Musyawarah Wilayah (Muswil) diselenggarakan setiap empat tahun oleh PW dengan
persetujuan PP.
(2) Muswil dihadiri oleh anggota PW, utusan PP, dan PD, serta undangan yang dianggap
penting.
(4) Muswil menetapkan program jihad jamiyyah dan memilih seorang ketua PW untuk
masa jihad berikutnya.
(8) Ketua PW terpilih berhak menyusun tasykil PW. Formatted: Font: Italic
Bagian Ketujuh
Musyawarah Daerah
Pasal 40
(1) Musyawarah Daerah (Musda) diselenggarakan setiap empat tahun oleh PD dengan
persetujuan PP.
(2) Musda dihadiri oleh anggota PD, utusan PP, PW, dan PC serta undangan yang
dianggap penting.
(4) Musda menetapkan program jihad jamiyyah dan memilih seorang ketua PD untuk masa
jihad berikutnya.
Bagian Kedelapan
Musyawarah Cabang
Pasal 41
(1) Musyawarah Cabang (Muscab) diselenggarakan setiap empat tahun oleh PC dengan
persetujuan PP.
(2) Mucab dihadiri oleh anggota tasykil PC, utusan PW dan PD, serta seluruh anggota yang Formatted: Font: Italic
tercatat di PC,dan undangan yang dipandang penting.
(4) Muscab menetapkan program jihad jamiyyah dan memilih seorang ketua PC untuk
masa jihad berikutnya.
(6) Ketua PC terpilih berhak menyusun anggota Tasykil tasykil PC. Formatted: Font: Italic
Bagian Kesembilan
Musyawarah Ranting
Pasal 42
(4) Musran menetapkan program jihad jamiyyah dan memilih seorang ketua PR untuk
masa jihad berikutnya
Bagian Kesembilan
Musyawarah Jama`ah
Pasal 43
(1) Musja diselenggarakan oleh PJ setiap empat tahun dengan persetujuan PC.
(2) Musja dihadiri oleh anggota Persistri yang tercatat di PJ yang bersangkutan, utusan PC,
utusanPR, serta undangan yang dipandang penting.
(4) Musja menetapkan program jihad jam`iyyah serta memilih seorang ketua PJ untuk masa
jihad berikutnya.
Bagian Kesebelas
Musyawarah Pimpinan
Pasal 44
BAB VII
Bagian Pertama
Kekayaan
Pasal 45
(2) Kekayaan jam’iyyah yang berasal dari iuaran wajib anggota terdiri dari iuaran wajib
bulanan anggota dan Harokah harokah hSunbulah. Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
(3) Jika dipandang perlu, musyawarah dapat membentuk Badan Pemeriksa Keuangan
Formatted: Font: Italic
atau badan lain yang sejenis.
Bagian Kedua
Penggunaan
Pasal 46
(1) Kekayaan dan keuangan jam’iyyah digunakan untuk kelancaran jam’iyyah dan membiayai
pelaksanaan jihad jam’iyyah.
(2) Uang pendaftaran, iuran wajib anggota bulan pertama, dan infak keanggotaan diserahkan
kepada Pimpinan Pusat.
(3) Penggunaan hHarakah sSunbulah dan uang iuran wajib anggota bulan selanjutnya Formatted: Font: Italic
sebagai berikut:
(4) Penggunaan uang hHarokah sSunbulah untuk modal usaha. Formatted: Font: Italic
(5) Modal pokok uang hHarokah sSunbulah tidak boleh dipergunakan untuk dana operasional Formatted: Font: Italic
jam’iyyah.
(6) Penyerahan prosentase persentase keuangan yang dimaksud Ayat (3) dilakukan PC
kepada PJ, PR, PD, PW dan PP.
(7) Penyerahan uang pendaftaran dan iuran wajib anggota tersiar langsung diserahkan
kepada PP.
BAB VIII
Pasal 47
(1) Pimpinan Jama’ah, Ranting, Cabang, Daerah atau Wilayah dapat dibatalkan/dibekukan
sementara oleh PP apabila tidak memenuhi ketentuan QA/QD atau dapat mengancam
eksistensi jam’iyyah secara keseluruhan.
(2) PJ/PR/PC/PD/PW yang dibatalkan/dibekukan sementara, dibina langsung oleh pimpinan
jam’iyyah diatasnya sehingga dibentuk PJ/PT/PC/PD/PW yang baru atau diaktifkan kembali
pimpinan yang dibekukan tsb.
BAB IX
Pasal 48
(1) Dalam keadaan Ketua Pimpinan jam’iyyah berhalangan tidak tetap untuk melaksanakan
tugas-tugasnya, maka yang bersangkutan dapat melimpahkan tugas dan kewenangannya
kepada Ketua-Ketua Bidang sesuai tugasnya masing-masing dan atau menunjuk sebagai
Pejabat Yang Melaksanakan Tugas (PYMT).
(2) Pendelegasian Tugas dan wewenang ini berlaku juga di tingkat PW, PD, PC, PT, dan PJ.
BAB X
KEDARURATAN
Pasal 49
(1). Dalam Keadaan Ketua Umum Pimpinan Pusat berhalangan tidak tetap sehingga tidak
bisa melaksanakan tugas untuk sementara waktu dan yang bersangkutan tidak
memungkinkan menunjuk pPengganti Ketua Umum Sementara, maka kepemimpinan
jam’iyyah dilakukan oleh Presidium Ketua Umum;
(2). Presidium Ketua Umum sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adalah kepemimpinan
bersama secara kolektif kolegial yang dilakukan oleh Para Ketua Bidang;
(3). Presidium Pimpinan Pusat dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih anggota Presidium
di antara Para Ketua Bidang;
Pasal 50
(1) Dalam keadaan Ketua Umum Pimpinan Pusat berhalangan tetap sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas-tugasnya, Pimpinan Pusat berhak menyelenggarakan Musyawarah
khusus Khusus untuk menetapkan Ketua Umum Pengganti yang bertugas sampai
Muktamar berikutnya;
(2) Penyelenggarakan Musyawarah Kkhusus untuk menetapkan Ketua Umum Pengganti
sebagaimana dimaksud ayat (1). dilakukan oleh Ketua Presidium Pimpinan Pusat
sebagaimana ketentuan pasal 90 ayat.
Pasal 51
(1) Dalam keadaan darurat Pimpinan Pusat dapat menyelenggarakan musyawarah luar biasa
yang berkedudukan setara dengan muktamarMuktamar;
(2) Musyawarah sebagaimana yang dimaksud ayat (1) sekurang-kurangnya dihadiri oleh 2/3
(dua pertiga) pimpinan jam’iyyah tingkat ccabang, ddaerah dan wwilayah.
BAB XI
Pasal 52
Kekuatan Peraturan
(3) Keputusan dan ketetapan muktamar Muktamar merupakan peraturan di bawah QA dan QD.
(4) Peraturan yang dikeluarkan untuk mengatur kelancaran kegiatan jam’iyyah harus mengacu
pada QA dan QD serta ketetapan muktamarMuktamar.
(5) Peraturan yang dikeluarkan oleh PPimpinan Jamiyyah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan di atasnya.
BAB XII
KHATIMAH
Bagian Pertama
Pasal 53
Peraturan Tambahan
(2) Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan QA dan QD diatur oleh PP.
(3) Hal-hak yang belum diatur dalam QD ini diatur kemudian oleh PP.
(4) Qaidah Dakhili produk Muktamar 2010-2015 dinyatakan tidak berlaku sejak diberlakukannya
Qaidah Dakhili produk Muktamar 2015-2020.
Pasal 54
Pengesahan
QD ini disempurnakan dari QD terdahulu serta disahkan oleh Muktamar XII Persistri pada
tanggal 10 Shafar 1437 H/22 November 2015 M di Jakarta berlaku sejak tanggal disahkannya
atau ditetapkannya.