Anda di halaman 1dari 14

JENIS - JENIS SUMBER CAHAYA

1. LAMPU PIJAR

Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus
listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang
menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan
dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi. Lampu
pijar atau bohlam biasa ini hanya bertahan 1000 jam atau untuk rata-rata pemakaian
10 jam sehari semalam, hanya bertahan kira-kira 3 - 4 bulan. Lampu pijar dipasarkan
dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan (voltase) kerja yang
bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu
pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan
sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan diode cahaya.

Lampu pijar ini mempunyai keunggulan antara lain :


 Mempunyai nilai ”color rendering index” 100% yang cahayanya tidak merubah warna
asli obyek;
 Mempunyai bentuk fisik lampu yang sederhana, macam-macam bentuknya yang
menarik, praktis pemasangannya;
 Dan harganya relatif lebih murah serta mudah didapat di toko-toko;
 Instalasi murah, tidak perlu perlengkapan tambahan;
 Lampu dapat langsung menyala;
 Cahayanya dapat difokuskan.

Sedangkan kelemahan lampu pijar antara lain:


 Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya 10%
dan sisanya memancar sebagai panas (400 oC);
 Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt;
 Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1000 jam);
 Sensitif terhadap tegangan;
 Silau.
KOMPONEN LAMPU PIJAR

1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangga
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah sebuah resistor. Saat dialiri
arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat
Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin. Ini menyebabkan warna cahaya yang
dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur
yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang
gelombang yang kasatmata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam.
Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi
cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna
benda yang disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna
lampu pijar mendekati 100.
Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan efikasi luminus adalah nilai
yang menunjukkan besar efisiensi pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan
dalam satuan lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu
pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang dipancarkan dalam radiasi
cahaya kasat mata.

Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar 100 W biasanya adalah
1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5 lumen per Watt. Sementara itu pada
tegangan 230 volt seperti yang digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W
adalah 1.380 lumen atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah
rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya putih "ideal" yaitu
242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk cahaya pada panjang
gelombang hijau-kuning di mana mata manusia sangatlah peka. Efisiensi yang sangat
rendah ini disebabkan karena pada temperatur kerja, filamen wolfram meradiasikan
sejumlah besar radiasi inframerah.

Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa jenis lampu
pijar biasa bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.

2. LAMPU FLUORESEN

lampu fluorescent atau dikenal juga dengan lampu TL telah digunakan secara luas
baik di dalam industri maupun digunakan oleh rumah tangga. Lampu jenis fluorescent
atau lampu TL merupakan jenis lampu yang paling banyak digunakan dari semua
jenis lampu yang mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu pelepasan muatan listrik.
Lampu fluorescent merupakan lampu jenis lampu yang cukup efisien dalam
mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, terutama jika dibandingkan dengan
lampu jenis kawat pijar. Tetapi dengan semakin mahalnya harga energi listrik , akhir–
akhir ini telah banyak diperkenalkan lampu–lampu jenis fluorescent dengan berbagai
bentuk dan ukuran yang ternyata cukup hemat akan penggunaan energi listrik. Salah
satunya adalah lampu fluorescent dengan ballast kumparan berinti besi.

Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam mengubah
energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya radiasi ultra
violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent misalnya jenis
phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–elektron bebas hasil dari
emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan atom–atom gas yang terdapat
dalam tabung pelepas muatan.

Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi elektroda


untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu fluorescent
biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses pemanasan elektroda–
elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat yang kita kenal dengan nama
starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka lampu tabung fluorescent
memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 400 Volt, jadi tegangan
ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang tersedia, oleh karena itu fungsi
starter selain membantu memanaskan elektroda, juga berfungsi sebagai alat untuk
menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.

Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui tabung
lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga bimetal pada
starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki karakteristik arus -
tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila arus naik dan
sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka setelah proses
penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik sampai tegangan kerja
pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari tegangan jala–jala. Untuk
memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis fluorescent digunakan alat
bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah membatasi besar arus dan
mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai.

Lampu fluorescent banyak digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan


dengan lampu jenis pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi
yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang
lebih besar, selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah
menjadi energi panas saja.
Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu
jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian yang cukup berarti
yaitu :

Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih terjangkau oleh
masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan adanya ballast ini akan
menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang kerugian cukup besar, dan juga
rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena pada lampu jenis fluorescent yang
konvensional digunakan ballast jenis induktor ( kumparan ).

Untuk lampu TL yang baik (merk bagus), bisa bertahan 15.000 jam atau setara
dengan 10 tahun pemakaian, harganya juga sekitar 10x lampu pijar biasa. Sedangkan
lampu TL yang berkualitas buruk mungkin bisa bertahan 4-6 bulan saja.

BAGIAN-BAGIAN LAMPU FLUROENSE

Keterangan:
1.Tabung bola berisi gas argon (starter)
2.Kontak-kontak metal
3.Rangkaian C filter
4.Filamen tabung/elektroda
5.Tabung
6.Balast
7.Kapasitor kompensasi
8.Sumber tegangan arus bolak-balik
3. LAMPU MERKURI

Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip kerja lampu fluoresen, yaitu cahaya
yang dipancarkan berdasarkan terjadinya loncatan elektron (peluahan muatan) di
dalam tabung.

Sedangkan konstruksinya berbeda dengan lampu fluoresen. Lampu merkuri


terdiri dari dua tabung, yaitu tabung dalam dari gelas kuarsa dan bohlam
luar.

Tabung dalam berisi uap merkuri dan sedikit gas argon. Dua elektroda utama
dibelokkan pada kedua ujung tabung, dan sebuah elektroda pangasut dipasang pada
posisi berdekatan dengan salah satu elektroda utama.

Saat sumber listrik disambung, arus listrik yang mengaliri tidak akan cukup
untuk mencapai terjadinya loncatan muatan diantara kedua elektroda utama. Namun,
ionisasi terjadi diantara salah satu elektroda utama (E1) dengan elektroda pengasut
(Ep) melalui gas argon. Ionisasi gas argon ini akan menyebar didalam tabung dalam
menuju elektroda utama yang lain (E2).

Panas akan timbul akibat pelepasan elektron yang terjadi dalam gas argon,
dan cukup untuk menguapkan merkuri. Hal ini menyebabkan tekanan gas
dalam tabung meningkat tinggi. Arus mula bekerja sekitar 1,5 hingga 1,7 arus normal.
Lampu akan menyala dalam waktu 5 sampai 7 menit. Cahaya awal berwarna
kemerahan dan setelah kerja normal berwarna putih. Jika sumber listrik diputuskan,
maka lampu tidak dapat dinyalakan kembali sampai tekanan di dalam tabung
berkurang.

Untuk dapat menghidupkan kembali lampu merkuri ini, perlu waktu sekitar 5 menit
atau lebih. Bohlam luar dari gelas yang di sisi dalamnya dilapisi dengan bubuk
fluoresen berfungsi sebagai rumah lampu dan untuk menstabilkan suhu disekitar
tabung.
Karena lampu merkuri ini adalah bagian dari lampu tabung, maka untuk
mengoperasikannya harus menggunakan balast sebagai pembatas arus. Biasanya
balast ini berupa reaktor atau transformator, bergantung dari karakteristik lampunya.

Lampu merkuri bekerja pada faktor daya yang rendah, sehingga untuk
meningkatkannya diperlukan kapasitor kompensasi yang dipasang secara paralel.

Ada berbagai macam jenis lampu merkuri yang ada dipasaran. Hanya saja
masing-masing produsen lampu merkuri memberikan nama-nama yang berbeda,
sehingga menyulitkan konsumen untuk mengenal setiap jenis lampu merkurin ini.

Rangkaian dasar untuk mengendalikan lampu merkuri tekanan tinggi adalah


sebagai berikut:

Keterangan :
L : Lampu merkuri
B : Balast
C : kapasitor kompensasi

4. LAMPU SODIUM
Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX)

Prinsip Kerja
Lampu SOX ini termasuk dalam kelompok lampu tabung (discharge lamp). Oleh
karena itu, prinsip kerja lampu ini sama dengan prinsip kerja lampu tabung lainnya.
Yaitu berdasarkan terjadinya pelepasan elektron (electron discharge) dalam tabung
gas (arc tube). Tujuan dibuatnya lampu sodium tekanan rendah adalah untuk
mencapai efficacy yang setinggi-tingginya, yaitu sampai 200 lm/watt.

Kontruksi
Tabung dalam berbentuk U dan di kedua ujungnya terpasang elektroda yang biasanya
terdiri dari filamen tungsten. Untuk menjaga dinding tabung dari kerusakan akibat
tekanan uap sodium maka tabung gas dibuat dari gelas ”lime borate” khusus yang
tahan terhadap tekanan uap sodium. Ke dalam tabung gas dimasukkan campuran gas
argon dann neon, dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan untuk
keperluan penyalaan awal, sedangkan logam sodium dimaksudkan untuk
menghasilkan cahaya kuning.

Cara Kerja
Jika rangkaian lampu dihubungkan terhadap sumber arus bolak-balik, maka arus akan
mengalir melalui ballast dan seterusnya ke lampu. Pada saat yang sama argon dan
neon yang ada dalam tabung gas akan bekerja untuk menaikkan temperatur dalam
tabung gas, dalam tahap ini lampu akan mengeluarkan cahaya kemerah-merahan.
Setelah beberapa menit, panas dalam tabung gas akan mencapai temperatur tertentu
sehingga sodium yang ada dalam tabung gas akan berubah menjadi uap (vapour).
Dengan demikian pelepasan elektron yang terjadi melalui uap sodium akan
menghasilkan cahaya yang sebenarnya, yaitu cahaya kuning.

Armatur
Karena karakeristik lampu sodium tekanan rendah sedemikian rupa, warna cahaya
kuning, posisi pemasangan harus horizontal, dan bentuk tabung yang memanjang,
maka praktis lampu ini hanya sesuai untuk penerangan jalan
Armatur penerangan jalan mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu intensitas cahaya
yang dipancarkan ke samping kiri dan kanan adalah lebih besar daripada ke bawah.
Hal inilah yang memungkinkan pemasangan lampu jalan dapat menempuh jarak yang
cukup jauh yaitu 40-60 m.
Setiap armatur dapat berisikan lebih dari satu lampu tergantung jenis armaturnya.
Umumnya, peralatan bantu lampu seperti ballast, starter atau ignitor, dan kapasitor
perbaikan faktor daya ditempatkan di dalam armatur.
Berikut contoh gambar armatur lampu sodium tekanan rendah (SOX)

Penggunaan
Alasan utama untuk penggunaan lampu SOX adalah penghematan enrgi listrik dan
jika colour rendering tidak menjadi masalah. Lampu SOX mempunyai efficacy
sampai 200 lm/watt, sedangkan lampu pijar hanya12 lm/watt dan lampu merkuri yang
memiliki efficacy sampai 90 lm/watt. Jadi, lampu ini dapat menghemat energi listrik
daripada lampu lainnya karena memiliki efficacy yang paling tinggi. Kelebihan lain
lampu SOX adalah mempunyai umur yang panjang sampai 12.000 jam, tingkat
kesilauan rendah, ketajaman penglihatan (visual acuity) baik, dan juga dalam situasi
berkabut atau musim hujan cahaya lampu SOX ini akan lebih dapat menembus
dibandingkan cahaya lampu-lampu listrik lainnya. Sehingga pilihan utama untuk
penerangan jalan pada daerah berkabut atau berhujan adalah lampu sodium tekanan
rendah (SOX).
Sedangkan warna objek yang disinari lampu SOX ini akan berwarna kuning atau
hitam, hal inilah yang yang menjadi kekurangan lampu ini sehingga tidak digunakan
untuk penerangan yang memerlukan colour rendering yang baik.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan dan kekurangannya, maka lampu sodium tekanan
rendah sesuai digunakan untuk penerangan jalan-jalan bebas hambatan, jalan-jalan
utama menuju luar kota, dan sejenisnya yang tidak mengutamakan colour rendering,
dan khususnya pada daerah-daerah yang berkabut dan berhujan.

Ciri-ciri:
a) Efficacy – 100 – 200 lumens/Watt
b) Indeks Perubahan Warna – 3
c) Suhu Warna – Kuning (2.200K)
d) Umur Lampu – 16.000 jam
e) Pemanasan – 10 menit, pencapaian panas – sampai 3 menit

Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)

Prinsip Kerja
Lampu sodium tekanan tinggi sering juga disebut lampu SON. Prinsip kerjanya sama
dengan prinsip kerja lampu sodium tekanan rendah, yaitu berdasarkan terjadinya
pelepasan elektron di dalam tabung lampu. Sesuai dengan namanya, lampu ini
mempunyai tekanan gas di dalam tabung kira-kira 1/3 atmosper (250mm merkuri),
dibandingkan dengan tekanan gas dalam lampu sodium tekanan rendah yang kira-kira
hanya 10-3 mm merkuri. Disamping itu, temperatur kerja tabung lampu sodium
tekanan tinggi juga lebih tinggi.

Kontruksi
Lampu sodium tekanan tinggi terdiri dari dua tabung, yaitu:
i. Tabung Gas (arc tube)
Terbuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan uap sodium yang harus bekerja pada
temperatur tinggi, misalnya stellox ke dalam tabung gas dimasukkan sodium, merkuri
yang berfungsi untuk menaikkan tekanan gas dan tegangan kerja lampu sampai batas
tertentu, dan xenon untuk keperluan gas start.
ii. Bohlam (bulb)
Terbuat dari gelas yang sama sekali terpisah dari udara luar yang berfungsi untuk
mencegah tabung gas terhadap kerusakan akibat bahan kimia dan juga berfungsi
untuk mempertahankan kekonstanan temperatur tabung gas.

Cara Kerja
Lampu ini tidak mampu distart dengan tegangan nominal 220 Volt, maka dibutuhkan
tegangan tinggi dan frekuensi tinggi sesaat. Gas xenon terionisasi untuk memulai
terjadinya pelepasan elektron dalam tabung gas sampai mencapai temperatur kerja
yang dibutuhkan. Periode pemanasan ini dapat berlangsung hingga kira-kira 10 menit
karena tekanan uap merkuri-sodium awalnya sangat rendah sekali yang tidak dapat
menjadikan pelepasan elektron dalam tabung gas. Setelah lampu bekerja normal,
merkuri tidak akan tercapai yang menjadikan merkuri memancarkan cahaya.
Lampu sodium tekanan tinggi mempunyai dua jenis starter, yaitu starter jenis ”snap”
yang bekerja berdasarkan panas yang terdiri dari bimetal dengan kontak tertutup dan
sebuah kumparan pengontrol temperatur bimetal, dan starter jenis ”solid state” adalah
start lampu lebih dapat dipercaya dan dapat secara langsung, baik penyalaan awal
maupun penyalaan kembali.

Armatur
Jenis armatur lampu sodium tekanan tnggi sesuai dengan jenis penggunaannya,
misalnya armatur penerangan jalan, armatur penerangan industri, armatur penerangan
sorot, dll. Untuk penggunan yang sama, bentuk dan konstruksi armatur lampu sodium
tekanan tinggi sama dengan armatur lampu merkuri. Hal ini dapat terjadi karena
bentuk lampu sodium tekanan tinggi sama dengan bentuk lampu mercury.
i. Armatur penerangan industri
ii. Armatur penerangan jalan
iii. Armatur penerangan sorot

Penggunaan
Penggunaan lampu sodium tekanan tinggi didasarkan pada sifat-sifat yang
dimilikinya. Lampu ini memiliki efficacy yang tinggi (90-120 lm/watt), umur yang
tinggi (12.000-20.000 jam), tetapi mempunyai colour rendering yang kurang baik
(CRI hanya 26). Oleh karena itu, lampu sodium tekanan tinggi digunakan untuk
penerangan jalan.

Karena colour rendering lampu sodium tekanan tinggi kurang baik dimana perubahan
warna objek yang disinari sangat besar dan warna cahayanya (colour appearance)
putih keemasan (yellowish) yang kurang memberi keindahan, maka penggunaan
lamnpu ini untuk penerangan jalan yang berpenghuni kurang sesuai. Tetapi sesuai
digunakan untuk penerangan jalan bebas hambatan, jalan utama, jalan menuju luar
kota, penerangan “highmast” untuk jalan besar atau persimpangan jalan bertingkat ,
dll yang tidak menuntut colour rendering yang baik.
Jenis lampu SON
i. Berbentuk elips
ii. Berbentuk tubular

Ciri-ciri:
1. Efficacy 50 – 90 lumens/Watt (CRI lebih baik, Efficacy lebih rendah)
2. Indeks Perubahan Warna 1 – 2
3. Suhu Warna Hangat
4. Umur Lampu 000 jam, perawatan lumens yang luar biasa
5. Pemanasan 10 menit, pencapaian panas dalam waktu 60 detik
6. Mengoperasikan sodium pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi menjadikan sangat
reaktif.
7. Mengandung 1-6 mg sodium dan 20mg merkuri
8. Gas pengisinya adalah Xenon. Dengan meningkatkan jumlah gas akan
menurunkan merkuri, namun membuat lampu jadi sulit dinyalakan.
9. Arc tube (tabung pemacar cahaya) didalam bola lampu mempunyai lapisan pendifusi
untuk mengurangi silau.
10. Makin tinggi tekanannya, panjang gelombangnya lebih luas, dan CRI nya lebih
baik, efficacynya lebih rendah.

5. LAMPU METAL HALIDE

Lampu Metal Halide adalah lampu listrik yang menghasilkan cahaya dengan busur (
kawat seperti busur ) listrik melalui campuran gas dari uap merkuri dan logam halida (
senyawa logam dengan bromin atau iodin ).

Yang merupakan jenis lampu gas melepasan energi cahaya intensitas tinggi ( HID ).
Teknologi ini dikembangkan pada tahun 1960an, yang lebih mirip dengan lampu uap
merkuri tetapi mengandung tambahan logam senyawa halida dalam tabung busur,
sehingga meningkatkan kekuatan dan bawaan warna cahaya.

Lampu metal halida memiliki kekuatan cahaya tinggi sekitar 75-100 lumen per Watt
yaitu sekitar dua kali lipat dari lampu uap merkuri dan tiga sampai lima lebih kuat
dari lampu pijar, dan menghasilkan cahaya putih yang terang. Daya tahan lampu ini
6.000 sampai 15.000 jam. Jenis lampu ini merupakan salah satu sumber lampu yang
paling efesien dengan CRI yang tinggi. Dari tahun ke tahun logam halida
perkembangannya cepat dalam industri pencahayaan. Lampu ini digunakan secara
meluas ke daerah komersial, industri ataupun ruang publik, seperti tempat parkir,
arena olahraga, pabrik dan toko ritel, serta pencahayaan keamanan perumahan dan
lampu otomotif ( lampu xenon ).

Lampu ini terdiri dari kuarsa kecil yang menyatu ataupun tabung busur keramik yang
berisi gas dan busur, tertutup di dalam bola kaca besar yang memiliki lapisan untuk
menyaring sinar ultraviolet. Lampu ini juga beroperasi pada tekanan antara empat
sampai 20 ATM, dan memerlukan perlengkapan khusus untuk bekerja dengan aman,
dan memerlukan balast juga. Hanya saja lampu ini membutuhkan waktu pemanasan
beberapa menit untuk mencapai cahaya putih secara penuh.

Ciri-ciri
1. Efficacy – 80 lumens/Watt
2. Indeks Perubahan Warna – 1A –2 tergantung pada campuran halida
3. Suhu Warna – 3.000K – 6.000K
4. Umur Lampu – 6.000 – 20.000 jam, perawatan lumens buruk
5. Pemanasan – 2-3 menit, pencapaian panas – dalam waktu 10-20 menit
6. Pemilihan warna, ukuran, dan nilainya lebih besar untuk MBI daripada jenis lampu
lainnya. Jenis ini merupakan versi yang dikembangkan dari dua lampu pelepas dengan
intensitas tinggi, dan cenderung memiliki efficacy yang lebih baik
7. Dengan menambahkan logam lain ke merkuri, spektrum yang berbeda dapat
dipancarkan
8. Beberapa lampu SBI menggunakan elektroda ketiga untuk memulai penyalaan,
namun untuk yang lainnya, terutama lampu peraga yang lebih kecil, memerlukan
denyut penyalaan tegangan tinggi.
6. LAMPU LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika
yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju.
LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-
warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan
semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar
inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
CoBentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan
Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak
menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED
(Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu
penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.ntrol TV ataupun Remote
Control perangkat elektronik lainnya.

Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)


Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari
Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua
kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan
cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan
junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah
proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang
murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED
dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K),
Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan
Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron
berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya
monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan
maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi
Listrik menjadi Energi Cahaya.

Bahan semikonduktor yang sering digunakan dalam pembuatan LED adalah:


1. Ga As (Galium Arsenide,) meradiasikan sinar infra merah,
2. Ga As P (Galium Arsenide Phospide) meradiasikan warna merah dankuning,
3. Ga P (Galium Phospide) meradiasikan warna merah dan kuning.

Anda mungkin juga menyukai