Anda di halaman 1dari 18

ALAT DAN KAPAL PENANGKAP IKAN

SERO, JERMAL DAN SET NET

Disusun oleh :
KEMOLPOK 7
PERIKANAN B

No Nama NPM Nilai


1
2 Ayuniar Puteri 230110170076
3 Afrandy Wicaksono 230110170092
4 Rita Anasih 230110170093
5

LABORATORIUM TEKHNOLOGI MANAJEMEN PERIKANAN


TANGKAP
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR 2018
BAB I
DEFINISI ALAT TANGKAP

1.1. Set Net


Set net adalah alat tangkap yang dipasang atau diset secara menetap di
daerah penangkapan (fishing ground) (M.Yasin 2014). Menurut klasifikasi yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) tahun 2007,
alat tangkap set net masuk ke dalam klasifikasi jenis alat tangkap perangkap
(trap). Prinsip kerja set net di Indonesia hampir sama dengan alat tangkap jermal,
ambai, belat, sero dan sebagainya. Perbedaan dengan sero yaitu pada alat dana
bahan pembuat alat tangkap, jika sero sebagian besar terbuat dari bambu dan
hanya bagian kantong saja yang terbuat dari jaring.
Set net memiliki prinsip kerja dengan memotong alur migrasi atau yang
disebut dengan arah renang pada ikan. Set net lalu diarahkan dan menuntun ikan-
ikan untuk mengikuti arah penaju (leder net) yang bermuara pada bagian serambi
sebagai perangkap awal. Lalu menuju ke jaring pintu pengarah dan akhirnya
gerombolan ikan tergiring masuk ke dalam jaring perangkap.

1.2. Jermal
Jermal adalah suatu jaring penangkap ikan yang biasanya terbuat dari
jaring dengan bentuk kantong dan dipasang semi permanen, artinya dapat di
bongkar dan pasang kembali. Jermal juga dipasang dengan berlawana arus pasang
surut.Pada prinsipnya,alat tangkap jermal ini terdiri dari tiang-tiang pancang yang
berfungsi pebagai kerangka(sayap) pada alat tangkap jermal.Jajaran tiang-tiang
bancang tersebut biasanya berbahan dasar kayu maupun dari bambu.
1.3. Sero
Alat tangkap sero merupakan yang terdiri dari susunan pagar-pagar yang
bertujuan untuk menuntun ikan kedalam perangkap.Prinsip kerja dari alat ini
adalah untuk menjebak ikan ke dalam ruangan pada bagian sero yang sudah
ditetapkan,kemudian ikan yang sudah terperangkap diambil menggunakan
jaring/serok.
BAB II
BAGIAN DAN KONSTRUKSI ALAT TANGKAP

2.1. Jermal
Alat tangkap jermal terdiri dari jajaran tiang-tiang pancang yang
merupakan sayap, jaring jermal dan rumah jermal (Gambar 1). Jajaran tiang
pancang terbuat dari pohon nibung, kayu pohon bakau dan kayu tegar. Jaring
jermal terdiri dari tiga bagian, yaitu mulut, badan serta kantong. Jaring jermal
berbentuk menyerupai kantong (bubu jermal atau jaring kantong jermal). Rumah
jermal merupakan plataran (paltform) tempat kegiatan perikana jermal dilakukan.
Jarak pemasangan jermal biasanya 3 – 6 mil dari pantai.

Gambar 1. bagian dari komposisi jermal dan (b) Sketsa Wing Jermal

Alat tangkap jermal yang terbuat dari pohon nibung biasanya dipasang
secara berbaris menetap pada sisi kanan dan kiri berbentuk wing atau sayap. Pada
baris kanan depan mempunyai panjang baris nibung 100 meter dan baris belakang
50 meter, bagian kirinya sama seperti bagian kanan.
Pembuatan satu buah alat tangkap jermal membutuhkan biaya sekitar 90
sampai dengan 100 juta rupiah. jarak antara jermal satu dengan jermal lainnya
yaitu berkisar antara 3 kilometer untuk arus yang sama, dan untuk arus yang
berbeda, jarak antara jermal yaitu 2 kilometer dengan sudut bukaan jermal yaitu
45º. Panjang jermal tidak melebihi 250 meter , hal tersebut dilakukan agar tidak
mengganggu penyebrangan kapal dan memberi ruang gerak atau jalan untuk ikan
melakukan ruaya.
Tiang penyangga rumah terbuat dari pohon kayu nibung yang biasanya
ditancapkan di perairan, sedangkan penyangga atap memakai kayu material dan
digunakan untuk pelindung atau atap yang menggunakan daun nipah. Kantong
jaringnya berbentuk seperti kerucut tanpa tutup dengan panjang dari depan sampai
belakang yaitu 20 meter. Lebar bukaan mulut jaring depan sekitar 3 – 4 meter
mengecil kebelakang hingga 1 meter. (Gambar 2).
.

Gambar 2. Sketsa kantong jermal.

2.2. Set net


Jenis-jenis set net yaitu, daiami (keddle net), otoshiami (trap net),
masuami (pot net), hariami (fyke net), dashiami (barrier net) dan eriami (sero).
Yang berada di Indonesia yaitu jenis otoshami (trap net) yang terdiri dari penaju
(leader net) serambi (trap/play ground), jaring menarik (slope net) dan kantong
(bag/crib). Set net yang paling banyak dioperasikan dan kontruksinya memiliki
bagian-bagian yang mewakili semuanya yaitu jenis set net Otoshiami (trap)
(Martasuganda, 2005).
Bagian- bagian dari set net yaitu:
1. Pelampung rangka, terdiri dari pelampung rangka utama dan
pelampung tali rangka yang berfungsi untuk menjaga bentuk
rangka set net agar tidak berubah posisinya dan tetap stabil.
2. Pemberat, terdiri dari pemberat rangka dan pemberat jaring.
Bentuk pemberat rangka yaitu jangkar, balok-balok beton dan
kantong yang biasanya berisi pasir atau kerikil.
3. Penaju, berbentuk menyerupai gill net dan pada umumnya
mencapai hingga dasar perairan. Penaju berfungsi untuk
menghadang gerombolan iakn menuju ke arah jaring utama.
4. Pelampung tali rangka
5. Kantong, merupakan wadah untuk mewadahi ikan.
6. Pelampung rangka utama
7. Serambi, berfungsi sebagai penampung sementara sebelum ikan
diarahkan memasuki jaring bagian kantong. Berfungsi juga untuk
mencegah ikan yang telah masuk ke dalam serambi agar tidak
dapat keluar lagi.
8. Daun pintu
9. Slope net, terdiri dari dua bagian yaitu bagian jaring menarik
bagian luar dan jaring menarik bagian dalam. Biasanya jaring
menarik bagian dalam lebih kecil dari jaring menarik bagian luar.
2.3. Sero
Pada prinsipnya alat tangkap Sero terdiri 4 bagian penting уаng masing-
masing disebut : penajo (main fence), sayap (wing), badan (body), dan
bunuhan (crib). Fungsi penajo adalah sebagai penghalang (penghalau)
perjalanan ikan. Alat tangkap Sero yang bersifat pasif akan menghadang
daripada laju ikan.pemasangan penajo tіdаk diletakkan secara tegak lurus
dеngаn pantai tеtарі justru sejajar dеngаn pantai.

Gambar 3. Bagian-bagian Sero


BAB III
METODE PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP

5.1. Set Net


Set net dipasang berdasarkan jenis ikan yang menjadi target penangkapan.
Ada yang dipasang di daerah permukaan perairan dan ada juga yang dipasang di
daerah yang hampir dekat dengan dasar perairan. Lamanya musim beberapa
spesies ikan yang beruaya ke se net merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
lamanya pemasangan set net. Hanya satu kali pemasangan set net selama set net
dipasang di perairan. Dan pengangkatan dilakukan setiap pagi.
Sebelum set net dipasang, dilakukan survei kondisi oseanografi perairan.
Hal ini diakukan agar kita mengetahui kekuatan arus dan kontur dasar perairan.
Sehingga kita dapat mengetahui seberapa dalam jaring yang bisa dipasang serta
seberapa dalam migrasi ikan.

5.2. Sero
Pada prinsipnya alat tangkap Sero terdiri 4 bagian penting уаng masing-
masing disebut : penajo (main fence), sayap (wing), badan (body), dan bunuhan
(crib). Fungsi penajo adalah sebagai penghalang (penghalau) perjalanan ikan. Alat
tangkap Sero yang bersifat pasif akan menghadang daripada laju ikan.pemasangan
penajo tіdаk diletakkan secara tegak lurus dеngаn pantai tеtарі justru sejajar
dеngаn pantai.
Bagian sayap atau kaki berfungsi untuk mempercepat jalannya ikan masuk
kе dalam badan atau kamar-kamar sero atau tepatnya berfungsi ѕеbаgаі
penghalang. Sedangkan untuk Bagian sero yang bernama Sisir berfungsi
membantu, menggiring ikan-ikan dan masuk ke kamar terdepan lantas menuju ke
bilik atau kamar dibelakangnya lalu pengambilan ikan dilakukan dеngаn cara
menyerok memakai sibu-sibu (serok) dеngаn cara menyelam atau dаrі аtаѕ
permukaan air dеngаn menggunakan serok bertangkai panjang.
5.3. Jermal
Metode pengoperasian alat tangkap jermal yaitu dengan menekan galah
yang terdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar
sehingga mulut kantong jaring terbuka secara sempurna. Kemudian tunggu antara
20-30 menit sementara menunggu diangkat. Pengambilan hasil tangkapan
dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke
atas sehingga menyatu dengan bibir atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-
bagian tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan
membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.
BAB IV
BENTUK DAN KONSTRUKSI KAPAL

Kontruksi set net terdiri dari 4 bagian utama, yaitu:

1) Leader net / penaju


2) Slope dan funnelet / mulut
3) Bodynet / badan
4) Bagnet / kantong

Gambar 1. Kontruksi Set Net

Tipe setnet yaitu:

1. Small setnet, ukuran panjang penaju kurang dari 500 m, biasanya dipasang
pada kedalaman perairan < 20 meter.
2. Medium setnet
3. Large setnet, ukuran panjang penaju antara 4000-5000 meter dipasang pada
perairan dengan kedalaman antara 30 – 40 meter.
BAB V
JENIS HASIL TANGKAPAN

5.1. Sero

Umunya ikan memiliki sifat beruaya mennyusuri pantai dan pada saat
melakukan ruaya terkadang dihalangi oleh jaring sehingga ikan tergiring masuk
ke dalam jaring. Ikan yang telah masuk ke dalam jaring umumnya akan
mengalami kesulitan untuk keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah untuk
ditangkap dengan cara mengangkat jaring kantong (Wudianto, 2007 dalam Wiwi
(2011)). Jenis-jenis ikan yang merupakan hasil tangkapan dari alat tangkap sero
diantaranya adalah ekor kuning, kembung dan sardin (Sudirman dan Mallawa,

(a) (b) (c)


2004 dalam Wiwi (2014)).

Gambar 1. (a) ikan ekor kuning (b) ikan kembung (c) ikan sardin

Berdasarkan hasil penelitian Wiwi pada tahun 2011 yang bertempat di


perairan kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan, jenis ikan yang tertangkap
dengan alat tangkap sero ada 19 jenis. Rincian jenis ikan yang tertangkap yaitu
ikan biji nangka (Upeneus sulphureus) sebesar 26,50%, ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) sebesar 21,86%. Ikan Upeneus sulphureus banyak
ditemukan pada alat tangkap sero karenga aktifitas ikan ini relatif rendah dan
gerak ruayanya juga tidak terlalu jauh sehingga sangat mudah terjebak ke dalam
perangkap sero. Selain itu, sero yang dipasang di perairan tepi menyebabkan jenis
ikan tersebut banyak ditemukan. Kedalaman optimal habitat ikan Upeneus
sulphureus berkisar antara 40-60 m.
Gambar 2. Upeneus sulphureus

Tabel X. Kisaran ukuran panjang (mm) dan jumlah jantan dan betina (ekor dan %)
ikan Upeneus sulphureus yang tertangkap di perairan Kota Palopo

Berdasarkan tabel X. Perbandingan jenis Ikan Upeneus sulphureus betina


dan jantan yang tertangkap di perairan Kota Palopo hampir sama karena hanya
selisih satu ekor. Ukuran yang paling banyak tertangkap pada ikan betina dengan
jumlah tangkapan 22 ekor yaitu berkisar antara 91 – 100 mm, sedangkan pada
ikan jantan dengan jumlah tangkapan 23 ekor yaitu berkisar antara 131 – 140
ekor.
Tabel Y. Kisaran ukuran panjang (mm) (ekor dan %) ikan Rastrelliger kanagurta
yang tertangkap di perairan Kota Palopo
Berdasarkan tabel Y. Jenis ikan Rastrelliger kanagurta yang paling
banyak tertangkap sebanyak 46 ekor berkisar antara 150 – 159 mm, sedangkan
yan paling rendah tertangkap sebanyak 7 ekor yaitu berkisar antara 120 – 129 dan
170 – 179 mm.

5.2. Set Net


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M. Yasin di Teluk Malassoro,
Sulawesi Selatan. Jumlah jenis tangkapan pada alat tangkap set net selama
beroperasi dari tahun 2011 – 2013 sebanyak 91 jenis dan 57 jenis nya sudah
teridentifikasi. Hasil yang mendominasinya terbagi atas 28 jenis ikan pelagis dan
57 jenis ikan demersal. Jenis ikan pelagis yaitu ikan berfamily carangidae dan
scombridae, diantaranya ikan layang, cakalang, kalampeto, cepa, tenggiri, selar
kuning, selar betong, selar como dan talang-talang. Jenis ikan tersebut merupakan
ikan yang melakukan migrasi. Sedangkan ikan demersal didominasi jenis family
leiognathidae dan mungilidae, diantaranya adalah ikan peprek, belanka dan ikan
biji nangka.

(a) (b)
Gambar 2. (a) Ikan Layang (b) Ikan Selar Betong
Tabel rr. Komposisi jenis tangkapan yang mendominasi alat tangkap set
net
Berdasarka tabel rr. Hasil tangkapan menggunakan alat tangkap set net
yang tertinggi yaitu ikan peprek sebesar 26,60% dan yang terendah yaitu ikan
Tengtek sebesat 2,1%. Set net dapat menangkap dua jenis ikan, tetapi yang paling
mendominasi adalah jenis ikan pelagis. Berdasarkan penelitian tersebut jenis ikan
yang mendomminasinya yaitu jenis ikan pelagis. Hal tersebut didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Baskoro dkk (2011) dalam M. Yasin (2014) yang
menyatakan bahwa ikan yang biasanya tertangkap pada set net adalah ikan-ikan
yang bermigrasi dan bergerombol.

5.3. Jermal

Dari penelitian yang dilakukan oleh pak Aryanto dalam Sukmanto (2014)
di Padang Tikar Kalimantan Barat, dalam satu malam alat tangkap jermal bisa
mendapat hasil tangkapan sebanyak 470 kg, terdiri dari udang 331,6 kg ikan 31,4
kg dan kepiting 7 kg. Hasil tangkapan dari jenis udang didominasi oleh udang
Ambai (Metapenaeus lysianassa) sebanyak 259 kg dan rebon (Acetes) sebanyak
153 kg. Pada jenis ikan didominasioleh ikan layur sebanyak dan kepiting.
BAB VI
ALAT BANTU PENANGKAPAN

5.1 Set Net


Alat bantu untuk menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap set
net pada umumnya yaitu berupa serok. Serok digunakan untuk mengambil hasil
tangkapa

Gambar 1 :serok sebagai alat bantu set net

5.2 Sero

Alat bantu untuk menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap sero
pada umumnya yaitu serok/jaring.Serok/jaring berfungsi sebagai alat untuk
mengambil ikan yang sudah terperangkap dengan sero.

Gambar 2 : jaring/jala
5.3 Jernal

Alat bantu untuk menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap jermal
pada umumnya yaitu alat yang mempunyai fungsi untuk menangkap ikan yang
sudah terjebak dalam alat tangkap tersebut.Pada umumnya alat bantu yang
digunakan oleh nelayan pesisir adalah serok dan jaring.

.
Gambar 3 : jaring dan serok
BAB VII
DAERAH OPERASI PENANGKAPAN

Daerah pengoperasian penangkapan ikan menggunakan alat tangkap set


net, sero dan jermal dioperasikan di dasar perairan, dipermukaan perairan,
disungai daerah arus laut dan di daerah pasang surut. Dioperasikan di daerah
tersebut karena alat tangkap yang dimaksud bersifat statis dan umumnya
berbentuk kurungan berupa jebakan.

Fishing ground pada setnet harus memperhitungkan faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi hasil tangkapan dari alat tangkap setnet. Faktor-faktornya
berupa keberadaan ikan, arah ruaya ikan, faktor oseanografi dan lingkungan
disekitarnnya.
BAB VIII
NELAYAN

Nelayan yang dibutuhkan ketika pengoperasian alat tangkap, tergantung


pada ukuran dari alat tangkap itu sendiri. Semakin besar alat tangkap maka akan
semakin banyak juga nelayan yang dibutuhkan. Jermal, setnet dan sero
dikategorikan sebagai alat tangkap yang pasif, karena itu pengoperasiannya juga
tidak memerlukan tenaga yang banyak. Nelayan pada pengperasial alat tangkap
tersebut hanya bekerja pada saat pengambilan hasil tangkapan yang biasanya
dilakukan di pagi hari. Saat pembersihan jaring setnet dari teritip atau alga yang
tumbuh pada jaring set net, biasanya pembersihan jaring dilakukan 1 kali dalam 2
bulan. Nelayan yang bekerja pada pengoperasian set net berkisar 2 hingga 3 orang
(Firna, 1986) .
DAFTAR PUSTAKA

Firna. 1986. Alat Penangkapan Ikan (Set Net) terhubung berkala Studi Tentang
Hasil Uji Coba Set Net di Perairan Prigi.

Olii, M.Y et.al. 2014. Analisis Hasil Tangkapan Set Net Jenis Othosiami Di Teluk
Malassoro. Sulawesi Selatan. Journal Tekhnologi Perikanan dan
Kelautan, 5 (2): 155-162

Pertiwi, Wiwi. 2011. Komposisi Jenis dan Ukuran Ikan Yang Tertangkap Dengan
Sero dan Pukat Pantai di Perairan Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan.
Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan: Universitas Hasanudin.

Rusmilyansari. Inventarisasi Alat Tangkap Berdasarkan Kategori Stattus


Penangkapan Ikan Yang Bertanggung Jawab Di Perairan Tanah Laut.
2012. Jurnal Fish Science, 2 (4): 141 – 151

Suabani, Waluyo. H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di
Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut.

Sukamto dan Romdon, Soleh. 2014. Karakteristik Alat Tangkap Jermal dan
Komposisi Hasil Tangkapan Di Padang Tikar, Kalimantan Barat. Journal
BTL, 12 (2): 127-132.

Tatang. 2014. Mengenal Set Net Alat Tangkap Asal Jepang. Diakses dari:
https://suksesmina.wordpress.com/2014/05/19/mengenal-set-net-alat-
tangkap-asal-jepang/

Anda mungkin juga menyukai