BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika XI MIA 5
di SMA N 1 Surakarta, siswa dapat memenuhi KKM dengan dua sampai tiga remedial.
Artinya, sebagian besar siswa belum mencapai nilai KKM yang telah distandarkan sebesar 70
untuk mata pelajaran Fisika. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Karena ketika hasil belajarnya tidak ditingkatkan,
tentunya prestasi siswa juga tidak akan meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah. Siswa yang berprestasi
mencerminkan sumber daya yang berkualitas, sedangkan siswa yang rendah prestasinya
menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah juga. Untuk meningkatkan
hasil belajar ini, diperlukan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
Karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation,
hasil belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa
Nur Ardhia, disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa selama
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe GI sebesar 26,172. (Annisa,
2014 : 14). Juga pada penelitian yang dilakukan oleh Safrida, hasil belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan penerapan model kooperatif tipe GI (Group
Investigation) mengalami peningkatan, pada siklus I hanya 17 siswa yang tuntas
(44,73%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 34 siswa yang tuntas (89,47%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model GI (Group Investigation) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. (Safrida, 2013 : 83).
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika kelas XI
MIA 5 SMA N 1 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation dalam mata pelajaran fisika kelas XI MIA
5 SMA N 1 Surakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diperoleh dari PTK antara lain :
a) Hasil penelitian yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang
melakukan penelitian tentang pembelajaran Fisika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari PTK antara lain :
a) Proses belajar mengajar fisika tidak lagi bersifat konvensional. Strategi
pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat anak didik
nyaman saat pembelajaran berlangsung.
b) Bagi siswa yaitu menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
mandiri maupun kelompok.
c) Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan,
dan saran meningkat.
d) Meningkatnya kualitas pembelajaran fisika.
e) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi
Startegi belajar kooperatif GI pertama kali dirancang oleh Herbert Thelen.
Kemudian dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel
Aviv, Israel rekan sejawatnya. GI barangkali merupakan pendekatan cooperative
learning yang paling kompleks (Arends, 2008).
Menurut Isjoni (2018), model grup investigasi dibagi dalam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau
berdasarkan pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa menghilangkan ciri-ciri
cooperative learning. Pada model ini siswa memilih sub topik yang mereka milih dan
yang ingin mereka pelajari dari topik yang biasanya telah digunakan oleh guru,
selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasaran
sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai
sumber belajar baik di dalam atau di luar sekolah. Setelah proses pelaksanaan belajar
selesai mereka menganalisa, menyimpulkan dan membuat kesimpulan untuk
mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas (Isjoni, 2018).
Sharan dan rekan sejawatnya mendeskripsikan 6 (enam) langkah pendekatan GI,
yaitu:
a) Mengidentifikasi topic dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (
siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan
mengkategorisasi saran-saran; siswa bergabung ke dalam kelompok belajar
dengan pilihan topic yang sama; komposisi kelompok belajar ketertarikan
topic yang sama dan heterogen; guru membantu dan memfasilitasi dalam
memperoleh informasi).
b) Merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakansecara bersama-sama oleh
para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita
selidiki; bagaimana kita melakukannya; siapa sebagai apa pembagian kerja;
untuk tujuan apa topic ini diinvestigasi)
c) Melaksanakan investigasi( mehasiswa mencari informasi, menganalisis data,
dan membat kesimoulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada
usaha kelompok; para mahasiswa bertukar pikiran, mendiskusikan,
mengklarifikasi, dan mensistesis ide-ide).
d) Menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan
esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana
membuat presentasintya; membentuk panitia acara untuk mengkoordinasikan
rencana presentasi)
e) Mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas
dalam berbagai macam bentuk; bagian bagian presentasi harus secara aktif
dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi
kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas).
f) Evaluasi (para mahasiswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang
dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman pengalaman
afektifnya; dosen dan mahasiswa berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran; assessment diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep
dan keterampilan berpikir kritis)(Arends,2008).
2. Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang
dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Untuk itu
diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif
proses dan hasil belajar. H.M. Surya (2008:8.6) menyatakan hasil belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif, konotatif, afektif atau motorik.
Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek tingkah laku saja
disebut belajar sebagian dan bukan belajar lengkap.
Hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation mengalami pemingkatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Annisa Nur Ardhia, disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa
selama pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe GI sebesar 26,172.
(Annisa, 2014 : 14). Juga pada penelitian yang dilakukan oleh Safrida, hasil belajar
siswa pada pembelajaran Matematika dengan penerapan model kooperatif tipe GI
(Group Investigation) mengalami peningkatan, pada siklus I hanya 17 siswa yang
tuntas (44,73%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 34 siswa yang tuntas
(89,47%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model GI (Group
Investigation) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (Safrida, 2013 : 83).
B. Hipotesis Tindakan
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe group
investigation meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Semester I di SMA N 1
Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMA N 1
Surakarta, yang beralamat di Jl. Mongonsidi No.40, Margoyudan, Banjarsari,
Gilingan, Kota Surakarta pada kelas XI MIA 5.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu bulan
yakni pada bulan November 2018 .
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas XI MIA 5 yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 orang dan
laki – laki 19 orang
C. Sumber Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 5 SMA 1 Surakarta
tahun pelajaran 2018/2019 dan guru mata pelajaran Fisika kelas XI MIA 5 sebagai
pelaksana kegiatan pembelajaran.
a. Siswa Kelas XI MIA 5 SMA 1 Surakarta
Siswa kelas XI MIA 5 SMA 1 Surakarta tahun pelajaran 2018/2019 merupakan
objek penelitian, yang dalam penelitian ini berperan sebagai pembelajar dan menjadi
sumber data.
b. Guru Fisika
Dalam tahap refleksi, guru menjadi sumber data kualitatif dalam penggunaan
model kooperatif tipe Group Investigation yang dilaksanakan serta pedoman
penyusunan perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya jika target belum
tercapai. Selain itu guru juga bertindak sebagai validator untuk memvalidasi dari
instrumen pembelajaran yang dibuat yang meliputi RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan LKS (Lembar Kerja Siswa).
1. Teknik Observasi
Observasi dilakukan dalam 2 tahap yakni sebelum penelitian dan saat pelaksanaan
penelitian. Observasi sebelum penelitian dilakukan untuk menemukan permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran Fisika di kelas XI MIA 5 SMA 1 Surakarta.
Observasi pada saat penelitian dilakukan untuk mengamati tingkah laku guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pengamatan tersebut, dapat diperoleh
analisis kualitatif dalam mengidentifikasi ketercapaian indikator sekaligus sebagai
pertimbangan dalam penyusunan perencanaan siklus berikutnya apabila belum
mencapai target yang direncanakan.
3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan kelas sebelum dan setelah
dilakukan tindakan. Wawancara dilaksanakan pada tahap pra siklus, Siklus I, dan
Siklus II untuk membandingkan keadaan awal kelas dengan keadaan tiap siklusnya
setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation.
E. Validitas Data
Uji validitas data yang digunakan menggunakan teknik validasi triangulasi. Norman
K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode
yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan
perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
(1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi metode/teknik, yakni penggunaan sejumlah metode pada
suatu penelitian karena masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.
Ketiga metode dipadukan untuk saling mengisi dan menutupi kelemahan satu sama lain.
Triangulasi metode digunakan untuk membandingkan atau mengecek ulang data yang
diperoleh dari tiga sumber data yaitu lembar observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Keterangan :
Nilai 0 ≤ x≤ 30 = sangat kurang
Nilai 30 ≤ x≤ 50 = kurang
Nilai 50 ≤ x≤ 70 = cukup
Nilai 70 ≤ x≤ 90 = baik
Nilai 90 ≤ x≤ 100 = sangat baik (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 131)
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan untuk ketuntasan siswa kelas XI MIA 5 SMA N 1 Surakarta
yaitu 70 % siswa tuntas hasil belajarnya dengan perolehan skor siswa minimal 70 (skor ≥
70) yang tergolong ke dalam kategori baik.
H. Prosedur Penelitian
Tahap Pra Siklus
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Observasi di kelas XI MIA 5 SMA 1 Surakarta untuk mendapatkan gambaran awal
mengenai proses pembelajaran pada mata pelajaran Fisika.
2. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas XI MIA 5 SMA 1
Surakarta bedasarkan hasil observasi awal.
1. Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi,
sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif Tipe Group Investigation.
2) Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation
3) Membuat lembar kerja siswa
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK
5) Menyusun alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
1) Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa perkelompok.
2) Menyajikan materi pembelajaran
3) Diberi materi diskusi
4) Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok
5) Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan
c. Pengamatan
Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap aktivitas
pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation.
d. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap pelaksanaan siklus
pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua.
2. Siklus 2
Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk menerapkan hal
yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk lebih menguasai konsep fisika dan
menerangkan ke kelompoknya dengan cara yang lebih mudah. Guru kembali
mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah selanjutnya.
3. Siklus 3
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif Tipe Group
Investigation dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus pertama dan kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R I. 2008. Classroom Instruction and Management. New York. Me Graw Hill, Companics,
Inc
Depdiknas. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning – Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabeta
Lie A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Penerbit Grasindo
Safrida. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gi (Group Investigation)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas V
Min Rukoh Banda Aceh. Bandung:Alfabeta
Slavin RE. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang:
UNNES PRESS.