Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS

GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRI MESTER I DI BPS NY. SAYIDAH KENDAL

THE CORRELATION BETWEEN STRESS LEVEL WITH HYPEREMESIS GRAVIDARUM


OCCURRENCE IN PREGNANT MOTHER ON TRIMESTER I AT BPS NY. SAYIDAH KENDAL

Sulistyowati1), Edy Soesanto2), Indri Astuti Purwanti3)


1)2)3)
Program Studi D-III Kebidanan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: bidan@unimus.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang : Gangguan mual muntah biasanya berlangsung hingga minggu ke dua puluh kehamilan yang
ditandai dengan mual tidak terkendali serta muntah-muntah hampir sepuluh kali tiap hari, hal ini lebih dikenal
dengan istilah hiperemesis gravidarum. Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis
gravidarum dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan yang penting pada penyakit.
Data yang didapatkan peneliti di BPS Ny. Sayidah Kendal menunjukkan terdapat 110 ibu hamil dengan keluhan
mual muntah sebanyak 57 ibu hamil. Tujuan : mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Bidan Praktik Swasta (BPS) Ny. Sayidah Kendal. Metode :
Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester I yang
melakukan kunjungan ANC di BPS. Ny. Sayidah Kendal pada Juli 2011-Juni 2012 yang berjumlah 387 orang.
Teknik samplingnya adalah quota sampling dengan jumlah 79. Hasil : penelitian ini menunjukkan sebagian besar
tingkat stress yang dialami oleh ibu adalah dalam kategori ringan (79,7%) yang ditandai oleh seringnya merasa
kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu, sebagian besar tidak terjadi hiperemesis (78,5%).
Simpulan : hubungan yang bermakna antara tingkat stress dengan kejadian hiperemesis pada ibu hamil tri mester
I di BPS Ny. Sayidah Kendal.

Kata Kunci : Tingkat stres, Kejadian hiperemesis gravidarum

ABSTRACT

Background : Nausea and vomiting in pregnancies usually occurs until 20-weeks of gestation which can be
characterized by severe nausea and vomiting for almost 10 times a day, or known as hyperemesis gravidarum.
Stress is called to be one of the main causes of hyperemesis gravidarum, since stress gives psychological effect in
the diseases. The data obtained in the BPS investigators Ny. Hadrat Kendal shows there are 110 pregnant women
with complaints of nausea and vomiting as many as 57 pregnant women. Purpose : This research aims to identify
the correlation between stress level with hyperemesis gravidarum occurrence in pregnant mother on trimester 1 at
Ny. Sayidah Kendal. It is a correlation descriptive research with quota sampling technique. Result : Shows that the
stress level experienced by pregnant mothers is mostly in low level (79,7%) which is presented by the difficulties to
settle down after something bothering, most pregnancies do not experience h yperemesis (78,5%). Conclusion : A
significant correlation between stress levels with hyperemesis occurrence in pregnant mother on trimester 1 at BPS
Ny. Sayidah Kendal.

Key words: Stress level, Hyperemesis gravidarum occurrence

14
PENDAHULUAN gravidarum dimana stres ini merupakan
bentuk psikologik yang memegang peranan
Mual (nausea) dan muntah (emesis yang penting pada penyakit ini walaupun
gravqtidarum) adalah gejala yang wajar dan hubungannya dengan terjadinya hiperemesis
sering terdapat pada kehamilan trimester I. gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi Kondisi rumah tangga yang retak, kehilangan
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 persalinan, takut terhadap tanggung jawab
minggu setelah hari pertama haid terakhir sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
dan berlangsung selama kurang lebih 10 mental yang dapat memperberat mual dan
minggu (Prawirohardjo, 2007 hal 190). Mual muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
muntah yang berlebihan menyebabkan cairan keengganan menjadi hamil atau sebagai
tubuh berkurang, sehingga darah menjadi pelarian karena kesukaran hidup (Mitayani,
kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah 2009, hal 55).
ke jaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, Data yang didapatkan peneliti di BPS
maka konsumsi oksigen dan makanan ke Ny. Sayidah Kendal menunjukkan terdapat
jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan 110 ibu hamil dengan jumlah ibu hamil
oksigen dan makanan ke jaringan akan trimester I adalah 61 orang dengan keluhan
menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mual muntah sebanyak 48 orang, trimester II
mengurangi kesehatan ibu dan sebanyak 27 orang dengan keluhan mual
perkembangan janin yang dikandungnya. muntah 9 orang dan trimester III sebanyak 22
Kasus semacam ini memerlukan penanganan orang dan tidak ditemukan keluhan mual
yang serius (Hidayati, 2009 hal 19). muntah lagi. Sebanyak 48 orang ibu hamil
Hiperemesis gravidarum dapat trimester I yang mengalami mual muntah
menimbulkan dampak psikologis berupa terdapat 11 orang mual muntah berat dan 3
kecemasan, rasa bersalah dan marah jika diantaranya harus dirawat di rumah sakit.
gejala mual dan muntah semakin memberat. Fenomena tersebut mndorong peneliti
Selain itu dapat terjadi konflik antara melakukan penelitian ini. Tujuan penelitian
ketergantungan terhadap pasangan dan ini adalah mengetahui hubungan antara
kehilangan kontrol jika wanita sampai tingkat stres dengan kejadian hiperemesis
berhenti bekerja. Kontak dengan orang lain gravidarum pada ibu hamil trimester I di BPS
juga berubah karena wanita mengalami Ny. Sayidah Kendal. Sistematika penulisan
perubahan yang sangat kompleks terhadap yang digunakan peneliti meliputi:
kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan pendahuluan, metode penelitian, hasil dan
perasaan terisolasi dan kesendirian. pembahasan, serta simpulan.
Pernyataan ini di dukung oleh studi yang
dilakukan oleh Steele, et al. (dalam Runiari, METODE PENELITIAN
2010 hal 61) yang menyatakan bahwa satu
dari tiga wanita dengan mual dan muntah Rancangan penelitian ini adalah
mengalami stres dan perpecahan dalam analitik korelasi dengan pendekatan
keluarga, gangguan emosional dan gangguan longitudinal. Pengambilan data dilakukan
fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita bulan bulan Agustus 2012. Populasi
yang bekerja di mana hampir 50% penelitian adalah semua ibu hamil trimester I
mengalami penurunan efisiensi kerja dan yang melakukan kunjungan ANC di BPS.
25% membutuhkan waktu untuk istirahat Ny. Sayidah, Kampung Sabrang Lor, Desa
bekerja. Kutogarjo, Kaliwungu, Kendal pada Juli
Stres dianggap sebagai salah satu 2011-Juni 2012 yang berjumlah 387 orang.
faktor penyebab terjadinya hiperemesis Pengambilan sampel dalam penelitian ini

15
menggunkan teknik quota sampling sebanyak dihasilkan oleh korpus luteum pada masa
79 orang. Instrumen penelitian untuk awal kehamilan dan mempunyai fungsi
mengukur tingkat stres adalah DASS 42 yang menenangkan tubuh ibu hamil selama
telah dibakukan sehingga peneliti tidak kehamilan, termasuk saraf ibu hamil,
melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang.
Analisis data menggunakan uji Chi square Hormon ini juga berfungsi membangun
dengan taraf signifikan sebesar 0,05. lapisan di dinding rahim untuk menyangga
plasenta di dalam rahim dan untuk
mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan
HASIL DAN PEMBAHASAN otot-otot rahim. Hormon ini dapat
"mengembangkan" pembuluh darah sehingga
Tabel 1 berikut menunjukkan bahwa tekanan darah menurun dan menyebabkan
sebagian besar responden mengalami stress ibu hamil sering pusing. Hormon ini juga
kategori ringan. Kategori ringan ini membuat sistem pencernaan jadi lambat,
ditunjukkan oleh jawaban responden yang perut menjadi kembung atau sembelit,
sebagian besar (77,2%) menjawab “tidak mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu
pernah” pada pertanyaan “sulit untuk hamil, meningkatkan suhu tubuh,
mentoleransi gangguan-gangguan terhadap meningkatkan pernafasan, mual, dan
hal yang sedang dilakukan”. Responden menurunnya gairah berhubungan
dinilai memiliki tingkat kesabaran yang intim selama hamil. (Prawirohardjo, 2002,
tinggi serta menyadari bahwa dirinya yang hal 77).
sedang hamil harus menjaga sikap dan
perilakunya agar tidak terjadi sesuatu pada Tabel 2.
janin yang dikandungnya. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Stress yang dialami responden kejadian hiperemesis ibu hamil trimester I di BPS
Ny. Sayidah Kendal
disebabkan ketakutan tanpa alasan yang jelas
(70,9%) dan merasakan gangguan dalam Kejadian Frekuensi Persentase (%)
bernapas, yaitu napas cepat/sulit bernapas Hiperemesis
(69,6%). Hal ini menunjukkan bahwa Hiperemesis 17 21,5
responden penelitian mengalami stress dalam Tidak hiperemesis 62 78,5
menjalani kehamilannya walaupun dalam Jumlah 79 100,0
kategori ringan. Keberadaan janin di dalam
Patofisiologi hiperemesis gravidarum
tubuh membawa perubahan secara fisiologis
dapat disebabkan karena peningkatan HCG
dalam tubuh ibu hamil yang akhirnya
dan hormone progesteron. Peningkatan kadar
berimplikasi terhadap kondisi kejiwaan ibu
hormone progesterone menyebabkan otot
hamil.
Tabel 1. polos pada sistem gastrointestinal mengalami
Distribusi frekuensi responden berdasarkan stress relaksasi sehingga motilitas usus dan
ibu hamil trimester I di BPS Ny. Sayidah Kendal lambung menurun. Penurunan motilitas ini
menyebabkan organ pencernaan menjadi
Stres Frekuensi Persentase (%) penuh. Ketika ibu hamil mulai makan karena
Ringan 63 79,7
lapar yang mengikuti irama sirkadian,
Sedang 16 20,3 makanan tersebut cenderung akan
Jumlah 79 100,0 dimuntahkan (Runiari, 2010 hal 67)
Kejadian mual muntah yang lebih dari
Kondisi psikologis responden 10 kali sehari ini dapat membahayakan
cenderung tenang karena pengaruh hormon kondisi ibu beserta janinnya. Kondisi ini jika
progesteron yang meningkat selama terus berlanjut dan tidak mendapat
kehamilan. Hormon progesteron ini penanganan maka dapat menyebabkan

16
kekurangan cairan, penurunan berat badan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress,
atau gangguan elektrolit, sehingga peningkatan hormon progesteron, estrogen
menganggu aktivitas sehari-hari dan dan hCG, alergi, infeksi dan diabetes mellitus
membahayakan janin dalam kandungan. ikut menjadi penyebab kejadian hiperemesis.
Mual dan muntah berlebihan yang terjadi Kondisi psikologis ibu yang menjalani
pada wanita hamil dapat menyebabkan proses kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar terhadinya stress. Ibu yang dalam keadaan
elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari stress ini dapat meningkatkan tekanan darah
5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan dan peningkatan denyut jantung sehingga
kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi dapat meningkatkan HCG. HCG adalah
pada minggu keempat sampai kesepuluh hormone yang dihasilkan selama kehamilan,
kehamilan dan selanjutnya akan membaik yang dapat dideteksi dari darah atau air seni
pada usia kehamilan 20 minggu. Namun pada wanita hamil kurang lebih 10 hari sesudah
beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi
pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil
2010 hal 68). (Guyton, 2003 hal 46).
Table 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden yang merasakan stress Tabel 3
ringan tidak mengalami hiperemesis (95,2 %) Hubungan antara stress dengan kejadian
hiperemesis pada ibu hamil trimester I di BPS
sedangkan sebagian besar responden yang Ny. Sayidah Kendal
merasakan stress sedang mengalami
hiperemesis (87,5 %). Hasil uji statistik non
parametric dengan uji Fisher’s exact
didapatkan nilai p value sebesar 0,000 lebih
kecil dari taraf signifikan (0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat stress dengan
kejadian hiperemesis pada ibu hamil
trimester I di BPS Ny. Sayidah Kendal. Hasil
penelitian mendapatkan nilai OR sebesar Hal ini memperjelas bahwa faktor
0,007 yang berarti bahwa responden yang psikologis yaitu stress dan kecemasan dapat
memiliki stres tingkat sedang 0,007 kali memicu terjadinya morning sickness, yang
berpeluang mengalami hiperemesis. ditunjukkan dengan timbulnya rasa mual dan
Runiari (2010 hal 69) menyebutkan muntah hingga mencapai lebih dari 10 kali
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan setiap hari. Hal ini jika dibiarkan dan tidak
kejadian hiperemesis gravidarum adalah dilakukan penanganan dengan baik maka
kondisi psikosomantik. Kondisi dapat membahayakan kesehatan ibu dan
psikosomantik yaitu gangguan psikologis janin.
yang berubah menjadi bentuk gangguan fisik. Stres sendiri reaksi fisik, mental dan
Gangguan psikologis yang terimplikasi pada kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
gejala fisik ini dapat berupa mual dan menakutkan,membingungkan,membahayakn
muntah, kelelahan yang berat dan dan merisaukan seseorang. Hardjana dalam
sebagainya. Hiperemesis gravidarum Yosep (2007 hal 67) menyebutkan bahwa
merupakan salah satu keadaan gangguan stress sebagai keadaan atau kondisi yang
psikologis yang diubah dalam bentuk gejala tercipta bila transaksi seseorang yang
fisik. Hal ini dipertegas dalam Mitayani mengalami stress dan hal yang dianggap
(2009 hal 56) yang menyebutkan bahwa mendatangkan stress membuat orang yang
faktor psikologis yang meliputi pengetahuan, bersangkutan melihat ketidaksepadanan

17
antara keadaan atau kondisi dan system Huliana, M. 2008. Panduan Menjalani
sumber daya biologis, psikologis dan social Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa
yang ada padanya. Dalam kondisi stress ini Swara.
tubuh akan memberikan reaksi tertentu
terhadap berbagai tantangan yang dijumpai Maulana, M. 2008. Panduan Lengkap
dalam hidup kita berdasarkan adanya Kehamilan. Jogyakarta : Kata Hati.
perubahan biologi dan kimia dalam tubuh.
Mitayani 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
SIMPULAN
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
1. Sebagian besar tingkat stress yang dialami Cipta
oleh responden adalah stress tingkat
ringan (79,7%). _____________. 2007. Promosi Kesehatan
2. Sebagian besar responden tidak terjadi dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
hiperemesis (78,5%). Cipta
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat stress dengan kejadian hiperemesis Nursalam. 2003. Manajemen Keperawatan
pada ibu hamil trimester I di BPS Ny. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Sayidah Kendal (p value 0,000 ). Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

_________ 2008. Konsep dan Perawatan


DAFTAR PUSTAKA Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Profesional. Jakarta:
Aryanti Wardiyah .2011. Heperemesis Salemba Medika.
Gravidarum. Makalah Journal
Reading. Universitas Indonesia Prawirohardjo, S. 2009 Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Bobak, I.M., Deitra L.L., Margaret D.J., dan Yayasan Bina Pustaka.
Shannon E.P., 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Puspitarini, W. 2009. Hubungan Pengetahuan
Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran ibu Hamil Tentang Keluhan Mual
EGC. Muntah pada masa Kehamilan
Trimester I dengan upaya dalam
Guyton AC., Hall JE. 2004. Text Book of Mengatasi Keluhan di BPS Ny Sri
Medical Physiology. 10th ed. New Susanti, Am. Keb, Kabupaten Demak,
York: WB. Saunders Company. jawa tengah. Semarang, Universitas
Muhammadiyah Semarang. Skripsi
Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan
pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai