BAB I KOMPETENSI
A. SKL
B. Kompetensi Inti
C. Kompetensi Dasar
D. Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
E. Pemanfaatan Konteks
B. Kompetensi Inti
Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini.
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Keempat kompetensi inti menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
inti 1 dan 2 dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada
waktu peserta didik belajar tentang Kompetensi inti 3 dan 4. Contoh Kompetensi
inti untuk SD adalah sebagai berikut:
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait pemahaman terhadap kompetensi inti
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa dengan
mengaitkannya dengan jenis sikap pada Kompetensi 1 dan 2.
2. Mengajarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan
kompetensi sikap berdasarkan ruang lingkup pada tingkat kelas.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Membaca dokumen dan kebijakan terkait kurikulum 2013 tentang kompetensi inti
pada kelas yang diajarnya.
2. Mempelajari dan menganalisis relevansi buku guru dan siswa dengan kompetensi
inti.
3. membuat RPP bersama-sama dalam forum KKG/MGMP di sekolah.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
belajar guru dan kerjasama. Dibutuhkan peran kepala sekolah agar dapat
dilaksanakan dengan baik. Peran tersebut diantaranya:
1. Menyediakan bahan-bahan bacaan dalam rangka menunjang pemahaman guru
terhadap jenis sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam
kompetensi inti dan ruang lingkupnya.
2. Memfasilitasi berjalannya forum guru di sekolah seperti KKG/MGMP.
3. Mengontrol proses dan hasil berupa RPP dari forum guru.
C. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terkait muatan atau mata pelajaran. Kompetensi
dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan Kompetensi Dasar
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat
kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok KD sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2: kelompok KD sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
3. Kelompok3: kelompok KD pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;
4. Kelompok 4: KD keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Penjabaran lengkap mengenai kompetensi dasar per jenjang kelas dan per mata
pelajaran dapat dilihat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, dan seterusnya untuk jenjang di atasnya.
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan pemahaman terhadap KD adalah
sebagai berikut:
1. Mengembangkan sikap pada kompetensi 1 dan 2 melalui pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan.
2. Mengajarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan
kompetensi sikap berdasarkan ruang lingkup pada tingkat kelas.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Membaca dokumen dan kebijakan terkait kurikulum 2013 tentang KD pada kelas
yang diajarnya.
2. Mempelajari dan menganalisis buku guru dan siswa relevansinya dengan KD
3. membuat RPP bersama-sama dalam forum KKG di sekolah
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya belajar
guru dan kerjasama. Hal tersebut, tentu perlu peran kepala sekolah. Diantaranya:
1. Menyediakan bahan-bahan bacaan dalam rangka menunjang pemahaman guru
terhadap jenis sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam
kompetensi dasar dan ruang lingkupnya
2. Memfasilitasi berjalannya forum guru di sekolah seperti KKG
3. Mengontrol proses dan hasil berupa RPP dari forum guru
D. Pemanfaatan Konteks
Perkembangan kognitif siswa berbeda dalam tiap tingkatan. Untuk tingkat SD
misalnya, berada pada tingkat berpikir konkret, sehingga pemanfaatan konteks
dalam pembelajaran sangat penting supaya pengetahuan bertahan lama pada benak
siswa dan pembelajaran menjadi kontekstual dan bermakna. Siswa dapat belajar
dengan baik dari pengalaman mereka. Mereka dapat belajar dari pengalaman
langsung dan pengalaman nyata. Pembelajaran yang kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan hal-hal yang dekat dengan kehidupan siswa.
Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang mereka pelajari bukan
mengetahuinya. Sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu definisi atau pengertian
tentang sebuah konsep tetapi mereka mampu menggunakan konsep tersebut
dengan tepat. Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan pemanfaatan
konteks adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan buku guru dan buku siswa tetapi disesuaikan dengan karakteristik
siswa, kemudian memulai pembelajaran dengan urun pengalaman siswa terkait
dengan materi yang akan dipelajari
2. Memfasilitasi siswa dengan menyiapkan model (modelling) sebagai media
pembelajaran agar pengetahuan yang abstrak dapat dirasakan konkret.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu memberikan kesempatan pada siswa terlebih dahulu di awal pembelajaran
untuk mengungkapkan pengalaman-nya terkait materi yang akan dipelajari.
2. Mempelajari materi ajar dengan seksama dan selalu memikirkan model yang
sesuai dengan materi ajar.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
menghargai siswa, terbuka dan kreatif. Hal tersebut, perlu peran kepala sekolah
supaya dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya:
1. Memfasilitasi terlaksananya program KKG di sekolah khususnya kegiatan peer
teaching dengan menerapkan pendekatan kontekstual
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG
BAB II
MATERI AJAR
A. Materi Ajar
Banyak istilah yang digunakan pendidik untuk menyatakan materi ajar seperti
materi pelajaran, materi pokok, materi pembelajaran dan lainnya. Materi ajar
merupakan pengetahuan yang terdiri atas pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif. Pembahasan materi ajar tersebut sebagaimana yang
dikemukakan oleh Anderson dkk (2011) sebagai berikut:
TIPE-TIPE UTAMA DAN CONTOH-CONTOH
SUB-SUB TIPE
A. PENGETAHUAN FAKTUAL—Unsur-unsur dasariah yang harus ketahui
agar memahami sebuah disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya
A.1 Pengetahuan tentang Kosa kata teknis, simbol-simbol music
Terminologi
A.2 Pengetahuan tentang Sumber-sumber alami yang utama, sumber-sumber
rincian dan unsur spesifik informasi yang reliable
B. Pengetahuan Konseptual—Saling-perhubungan antar unsur dasariah
dalam sebuah struktur besar yang berfungsi secara bersamaan
B.1 Pengetahuan tentang Periode-periode waktu geologis, bentuk-bentuk
Klasifikasi dan Kategori kepemilikan bisnis
B.2 Pengetahuan tentang Teorema Pithagorean, hukum supply and demand
Prinsip dan Generalisasi
B.3 Pengetahuan tentang Teori evolusi, struktur Konggres Amerika Serikat
Teori, Model, & Struktur
C. Pengetahuan Prosedural—Bagaimana melakukan sesuatu, metode-
metode inquiri, dan kriteria untuk penggunaan keterampilan, algoritma,
teknik-teknik, dan metode-metode
C.1 Pengetahuan tentang Keterampilan-keterampilan yang digunakan
Subject-specific Skill dan dalam melukis dengan watercolors, whole
algoritma number division algorithm
C.2 Pengetahuan tentang Teknik-teknik interviu, metode ilmiah
Subject- specific Techniques
& metode-metode
C.3 Pengetahuan tentang Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan
Kriteria untuk menentukan menerapkan sebuah prosedur melibatkan hukum
kapan menggunakan Newton kedua, kriteria yang digunakan untuk
prosedur-prosedur yang men-judge kelayakan penggunaan metode
sesuai tertentu untuk mengestimasi biaya-biaya bisnis.
D. Pengetahuan Metakognitif—Pengetahuan kognisi pada umumnya juga
kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi yang dimiliki diri sendiri
D.1 Pengetahuan Pengetahuan tentang kerangka sebagai sebuah
Strategik sarana penangkapan struktur dari sebuah unit materi
ajar dalam sebuah buku ajar, pengetahuan tentang
penggunaan heuristics
D.2 Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang tipe-tipe tes yang digunakan
Tugas-tugas Kognitif, para guru, pengetahuan tentang tuntutan-tuntutan
mencakup pengetahuan kognitif dan tugas-tugas kognitif
kondisional dan
kontekstual yang sesuai
D.3 Pengetahuan Diri Pengetahuan bahwa pengkritikan esai-esai adalah
sebuah kekuatan pribadi, sedangkan penulisan esai-
esai adalah sebuah kelemahan pribadi; kesadaran
tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki diri sendiri
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan materi ajar, adalah:
1.Menganalisis KI-KD, buku guru dan buku siswa serta sumber lain untuk menetukan
materi pokok.
2. Membuat rincian materi pokok berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. selalu membuat materi pokok setiap sub tema berdasarkan KI-KD, buku guru dan
buku siswa serta sumber lain.
2. selalu membuat rincian materi pokok setiap RPP berdasarkan KI-KD, buku guru
dan buku siswa serta sumber lain.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan teliti dan
kreatif. Hal tersebut perlu peran kepala sekolah dalam hal:
1. Memfasilitasi tersedianya dokumen-dokumen kurikulum 2013, buku guru dan
siswa, dan sumber lain.
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG/MGMP khususnya dalam hal pembuatan materi pokok dan rincian
materi pokok.
A. Pembelajaran Aktif
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan aktif
terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk
mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sehingga dalam
pembelajaran aktif, siswa tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong
yang menunggu untuk diisi dengan kucuran ceramah sang guru tentang
pengetahuan atau informasi. Aktif yang dimaksud dalam pembelajaran tidak hanya
menekankan pada aktif secara fisik, tetapi juga aktif secara mental.
Dalam pembelajaran yang aktif, pembelajaran tidak selalu harus dilakukan di
dalam kelas. Guru dapat memanfaatkan lingkungan menjadi sumber belajar utama
dan laboratorium alam.
6 5 4
EVALUASI PENGALAMAN MENGUJI HASIL MONITORING
G. Pemanfaatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan
dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar
minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat.
Sifat kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan menjadi dua
golongan besar, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Visi kegiatan
ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah berkembangnya potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, dan kemandirian peserta didik secara optimal
melalui kegiatan-kegiatan di luar kegiatan intrakurikuler. Misi kegiatan
ekstarkurikuler adalah sebagai berikut:
1. menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik.
2. menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik
mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan,
sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
1. Fungsi pengembangan. Kegiatan ini berfungsi mendukung perkembangan
personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan
pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan
kepemimpinan.
2. Fungsi sosial. Kegiatan ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan
memberikan kesempatan peserta didik memperluas pengalaman sosial, praktek
keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3. Fungsi rekreatif. Kegiatan ini dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan,
dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik.
Kegiatan harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih
menantang dan menarik bagi peserta didik.
4. Fungsi persiapan karir. Kegiatan berfungsi berfungsi untuk mengembangkan
kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di tiap tingkatan berbeda. Untuk SD
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor peserta didik.
2. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta
didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler di SD dikembangkan dengan prinsip sebagai berikut:
1. Bersifat individual. Dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, dan minat
peserta didik masing-masing.
2. Bersifat pilihan. Dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti peserta didik
secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif. Kegiatan menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh
sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.
4. Menyenangkan. Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan
bagi peserta didik.
5. Membangun etos kerja. Dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip
membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik
dan giat.
6. Kemanfaatan sosial. Dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan
kepentingan masyarakat.
Jenis Kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:
1. Krida, yang meliputi kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS),
Dokter Kecil, Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka), dan lain-lain. Khusus untuk kegiatan Pramuka wajib bagi siswa
untuk semua jenjang pendidikan (Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah
Menengah Atas/Sederajat).
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Karya Ilmiyah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lain-lain.
3. Latihan/Olah bakat/prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, cinta alam, jurnalistik, teather, keagamaan, dan lain-lain.
4. Jenis lainnya, yang disesuikan dengan karakteristik dan potensi sekolah atau
lingkungan sekitar, serta daerah.
Format kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan melalui berbagai bentuk
kegiatan diantaranya:
1. Individual. Dilakukan dalam format yang diikuti secara perorangan.
2. Kelompok. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh kelompok.
3. Klasikal. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.
4. Gabungan. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh peserta didik antar kelas.
5. Lapangan. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh seorang atau sejumlah
peserta didik melalui kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.
BAB IV
PENILAIAN PEMBELAJARAN
A. Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.
Penilaian otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta
didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar. Penilaian otentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka
sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas
dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan
untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penilaian otentik
adalah sebagai berikut:
1. Penilaian dilakukan secara utuh mulai dari kesiapan belajar, proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa yang terdiri dari sikap, keterampilan dan pengetahuannya
2. Penilaian dilakukan dengan segera tidak ditunda-tunda
3. Siswa seharusnya tidak sadar bahwa sedang dinilai oleh guru (alamiah)
4. Penilaian dilakukan untuk setiap siswa tanpa kecuali
Aktivitas guru dalam melakukan penilaian otentik adalah sebagai berikut:
1. Menilai kesiapan belajar siswa seperti membawa buku siswa, alat tulis, kerapian,
dll.
2. Menilai siswa saat proses pembelajaran baik terkait dengan sikap, aktivitas,
motivasi, kinerja, dll.
3. Menilai hasil belajar siswa baik sikap, keterampilan maupun pengetahuannya.
4. Menilai siswa dan menuliskannya dengan segera tidak ditunda-tunda
5. Menilai siswa secara alamiah
6. Melakukan penilaian untuk setiap siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. melakukan penilaian kesiapan belajar, proses, dan hasil belajar secara kontinu
dan berkelanjutan
2. tidak menunda penilaian
3. tidak memberi tahu kepada siswa bahwa sedang dilakukan penilaian
4. memperlakukan siswa secara adil tanpa kecuali dalam penilaian
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya adil,
tekun, sigap dan tidak menunda pekerjaan. Peran kepala sekolah agar terlaksanakan
dengan baik dilakukan dengan:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan penilaian secara otentik
2. Memfasilitasi guru supaya penilaian otentik dapat dilakukan misanya menyediakan
peralatan seperti tip, kamera atau handycam, dll.
3. Melakukan pendampingan ketika guru melakukan penilaian secara otentik
B. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Penilaian diri dilaksanakan sebelum ulangan harian. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penilaian diri:
1. Penilaian diri dilakukan terhadap kesiapan berupa aktivitas-aktivitas siswa untuk
mempersiapkan diri menuju ulangan harian.
2. Kriteria yang disusun dan ditetapkan oleh guru harus mengakomodasi
kemungkinan aktivitas terbaik dan terburuk siswa dalam mempersiapkan diri
menuju ulangan harian.
3. Kejujuran siswa terlihat dari korelasi antara hasil penilaian diri dengan hasil
ulangan hariannya.
4. Kejujuran pada saat mengisi penilaian diri dapat dinilai melalui penilaian sikap.
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian diri adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
3. Merumuskan format penilaian dan membuat instrumen penilaian diri
4. Menjelaskan cara mengisi instrumen penilaian diri
5. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
6. Membandingkan hasil penilaian diri oleh siswa dengan kriteria yang telah
ditetapkan
7. Melihat korelasi antara hasil penilaian diri siswa dengan hasil ulangannya
8. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian diri
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Peka terhadap kemungkinan aktivitas terbaik dan terburuk siswa dalam
mempersiapkan diri menuju ulangan harian.
2. Membuat instrumen penilaian diri sesederhana mungkin agar mudah digunakan
oleh siswa
3. Menganggap bahwa siswa belum memahami cara menggunakan instrumen
penilain diri, sehingga guru berulang-ulang menjelaskannya.
4. Selalu melakukan tindak lanjut setelah hasil penilaian diri dikumpulkan.
5. Peka untuk memasukan penilaian sikap kejujuran selama siswa melakukan
penilaian diri.
6. Melakukan teknik penilaian diri secara berkelanjutan.
7. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian diri dengan rapi.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
tekun, peduli, perhatian kepada siswa, teliti, dan kritis. Hal tersebut perlu peran
kepala sekolah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan teknik penilaian diri.
2. Menyiapkan alat dan bahan untuk memfasilitasi guru dalam mendokumentasikan
dan menginventarisasi hasil penilaian diri.
3. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian diri.
C. Penilaian Antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian
peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta
didik. Penilaian ini dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teknik penilaian antarteman:
1. Guru pun harus melakukan penilaian sikap baik selama proses pembelajaran
maupun setelahnya, sebagai validasi penilaian sikap antarteman.
2. Sebaiknya instrumen penilaian antarteman berbentuk instrumen terbuka,
sehingga memungkinkan siswa menuliskan apa adanya.
3. Sebaiknya instrumen penilaian antarteman dibuat sesederhana mungkin, agar
siswa tidak kesulitan dalam mengisi instrumen tersebut
4. Silang penilaian sebaiknya diatur oleh guru berdasarkan kedekatan lokasi rumah
siswa penilai dengan yang dinilai.
5. Kejujuran siswa dalam menilai temannya dimasukkan pada penilaian aspek sikap
kejujuran
6. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk menilai dan dinilai, sebaiknya satu
orang dinilai oleh dua orang atau lebih
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian antarteman adalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan sikap yang akan dinilai.
2. Menetapkan deskriptor atau indikator sikap yang akan dinilai.
3. Membuat instrumen penilaian antartema.
4. Menjelaskan cara mengisi instrumen penilaian antarteman.
5. Mengumpulkan hasil penilaian antarteman.
6. Mengolah data hasil penilaian antarteman.
7. Membandingkan data hasil penilaian antarteman dengan penilaian sikap tersebut
oleh guru.
8. Menyimpulkan hasil penilaian antarteman.
9. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian antarteman.
10. Merencanakan tindak lanjut dari hasil penilaian antarteman.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Peka terhadap sikap-sikap yang akan ditetapkan disesuaikan dengan KD
Kompetensi Sikap.
2. Membuat instrumen penilaian antarteman sesederhana mungkin agar mudah
digunakan oleh siswa.
3. Menganggap bahwa siswa belum memahami cara menggunakan instrumen
penilain antarteman, sehingga guru berulang-ulang menjelaskannya.
4. Selalu melakukan tindak lanjut setelah hasil penilaian antarteman dikumpulkan.
5. Peka untuk memasukan penilaian sikap kejujuran selama siswa melakukan
penilaian antarteman.
6. Melakukan teknik penilaian antarteman secara berkelanjutan
7. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian antarteman dengan rapi
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
tekun, peduli, perhatian kepada siswa, teliti, dan kritis. Agar terlaksana, dibutuhkan
peran kepala sekolah dalam hal:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan teknik penilaian antarteman
2. Menyiapkan alat dan bahan untuk memfasilitasi guru dalam mendokumentasikan
dan menginventarisasi hasil penilaian antarteman
3. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian antarteman
F. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk misalnya makanan, pakaian, lukisan, dll. Penilaian produk terdiri dari
penilaian pada tahap persiapan (perencanaan, gagasan dan desain produk), proses
pembuatan produk (penggunaan alat dan bahan, teknik pengolahan, keselamatan
kerja, keamanan dan kebersihan) dan hasil produknya (bentuk fisik, estetika dan
inovasinya).
Penilaian produk dapat dilakukan terintegrasi dengan penilaian proyek siswa. Produk
merupakan hasil akhir proyek selain laporan proyek siswa.
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian produk adalah:
1. Memfasilitasi siswa dalam menentukan jenis produk yang akan dibuat
2. Membuat kesepakatan bersama siswa dalam menentukan waktu penyelesaian
produk
3. Membuat kriteria penilaian mulai dari tahap persiapan, proses pembuatan dan
hasil produk
4. Memfasilitasi siswa dalam melaporkan progres penyelesaian produknya
5. Memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan produknya
6. Menilai produk siswa mulai dari perencanaan, proses pembuatan dan hasil
produknya
7. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian produk siswa
8. Merencanakan tindak lanjut dari hasil penilaian produk siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih produk yang akan dibuatnya
2. Bersama siswa membuat kesepakatan waktu penyelesaian produknya
3. Selalu memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan
produknya
4. Selalu menegur siswa yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan produknya
5. Selalu memeriksa kemajuan produk siswa
6. Melakukan teknik penilaian produk secara berkelanjutan
7. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian produk siswa dengan rapi
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
peduli, perhatian kepada siswa, sabar, disiplin dan kerja keras. Kepala sekolah
berperan dalam hal:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan penilaian produk
2. Memastikan bahwa guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam
menentukan produk yang akan dibuatnya sehingga terdapat variasi hasil produk
siswa
3. Memfasilitasi guru dalam menyediakan perlengkapan, alat dan bahan yang
dibutuhkan
4. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian produk
5. Memfasilitasi guru di sekolah melakukan kegiatan showcase produk siswa
BAB V
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
TUJUAN
DIKNAS
TUJUAN GERAKAN
PRAMUKA GUGUS DEPAN
KURIKULUM 2013 SATDIK
GERAKAN
PRAMUK
PENDIDIKAN
A
KEPRAMUKAAN
Kepramukaan
sbg kegiatan
ekstra
UU No. 20/2003 kurikuler
UU No. 12/2010