Anda di halaman 1dari 38

BAHAN AJAR

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI


KURIKULUM 2013

DIKLAT TEKNIS MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH

KERJASAMA BADAN DIKLAT DAERAH PROVINSI DENGAN


PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA
2014
DAFTAR ISI

BAB I KOMPETENSI
A. SKL
B. Kompetensi Inti
C. Kompetensi Dasar
D. Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
E. Pemanfaatan Konteks

BAB II MATERI AJAR


A. Materi Ajar
B. Esensi Mata Pelajaran
C. Pengembangan Materi Ajar
D. Materi Ajar Mulok

BAB III PROSES PEMBELAJARAN


A. Pembelajaran Aktif
B. Pembelajaran Tematik Terpadu
C. Pendekatan Saintifik
D. Model Pembelajaran Berbasis Projek
E. Model Pembelajaran Penemuan
F. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
G. Model Pembelajaraan Kooperatif
H. Pemanfaatan Ekstrakurikuler

BAB IV PENILAIAN PEMBELAJARAN


A. Penilaian Otentik
B. Penilaian Diri
C. Penilaian Antarteman
D. Penilaian Berbasis Portofolio
E. Penilaian Proyek
F. Penilaian Produk

BAB V MANAJEMEN PEMBELAJARAN


A. Manajemen KTSP
B. Manajemen Pengembangan Materi Ajar
C. Manajemen Proses Pembelajaran
D. Manajemen Kegiatan Kepramukaan (Wajib)
E. Manajemen Penilaian Pembelajaran
BAB I
KOMPETENSI

A. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Kompetensi lulusan satuan pendidikan tiap jenjang telah ditetapkan dalam regulasi.
Misalnya SKL SD/MI/SDLB/Paket A. Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A adalah manusia
yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sebagai berikut:
Tabel 3: Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/PAKET A
DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
SIKAP
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di
sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
PENGETAHUAN kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
KETERAMPILAN dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang
ditugaskan kepadanya.
Aktivitas guru sebagai upaya mencapai standar kompetensi lulusan tersebut adalah:
1. Menganalisis jenis sikap yang terdapat dalam kompetensi lulusan dimensi sikap
dan ruang lingkupnya
2. Menganalisis jenis pengetahuan yang terdapat dalam kompetensi lulusan dimensi
pengetahuan dan ruang lingkupnya
3. Menganalisis jenis keterampilan yang terdapat dalam kompetensi lulusan dimensi
keterampilan dan ruang lingkupnya
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. mempelajari dan memahami jenis sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
terdapat dalam kompetensi lulusan dan ruang lingkupnya
2. mempelajari dan menganalisis buku guru dan siswa untuk melihat relevansinya
dengan standar kompetensi lulusan dalam forum guru
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya belajar
guru. Peran kepala sekolah agar dapat dilaksanakan dengan baik, diantaranya:
1. menyediakan bahan-bahan bacaan dalam rangka menunjang pemahaman guru
terhadap jenis sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam
kompetensi lulusan dan ruang lingkupnya.
2. memfasilitasi berjalannya forum guru di sekolah seperti KKG/MGMP.
3. mengontrol proses dan hasil dari forum guru tentang analisis buku guru dan siswa
relevansinya dengan SKL.

B. Kompetensi Inti
Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini.
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Keempat kompetensi inti menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
inti 1 dan 2 dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada
waktu peserta didik belajar tentang Kompetensi inti 3 dan 4. Contoh Kompetensi
inti untuk SD adalah sebagai berikut:
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait pemahaman terhadap kompetensi inti
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa dengan
mengaitkannya dengan jenis sikap pada Kompetensi 1 dan 2.
2. Mengajarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan
kompetensi sikap berdasarkan ruang lingkup pada tingkat kelas.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Membaca dokumen dan kebijakan terkait kurikulum 2013 tentang kompetensi inti
pada kelas yang diajarnya.
2. Mempelajari dan menganalisis relevansi buku guru dan siswa dengan kompetensi
inti.
3. membuat RPP bersama-sama dalam forum KKG/MGMP di sekolah.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
belajar guru dan kerjasama. Dibutuhkan peran kepala sekolah agar dapat
dilaksanakan dengan baik. Peran tersebut diantaranya:
1. Menyediakan bahan-bahan bacaan dalam rangka menunjang pemahaman guru
terhadap jenis sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam
kompetensi inti dan ruang lingkupnya.
2. Memfasilitasi berjalannya forum guru di sekolah seperti KKG/MGMP.
3. Mengontrol proses dan hasil berupa RPP dari forum guru.

C. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terkait muatan atau mata pelajaran. Kompetensi
dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan Kompetensi Dasar
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat
kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok KD sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2: kelompok KD sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
3. Kelompok3: kelompok KD pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;
4. Kelompok 4: KD keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Penjabaran lengkap mengenai kompetensi dasar per jenjang kelas dan per mata
pelajaran dapat dilihat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, dan seterusnya untuk jenjang di atasnya.
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan pemahaman terhadap KD adalah
sebagai berikut:
1. Mengembangkan sikap pada kompetensi 1 dan 2 melalui pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan.
2. Mengajarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan
kompetensi sikap berdasarkan ruang lingkup pada tingkat kelas.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Membaca dokumen dan kebijakan terkait kurikulum 2013 tentang KD pada kelas
yang diajarnya.
2. Mempelajari dan menganalisis buku guru dan siswa relevansinya dengan KD
3. membuat RPP bersama-sama dalam forum KKG di sekolah
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya belajar
guru dan kerjasama. Hal tersebut, tentu perlu peran kepala sekolah. Diantaranya:
1. Menyediakan bahan-bahan bacaan dalam rangka menunjang pemahaman guru
terhadap jenis sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam
kompetensi dasar dan ruang lingkupnya
2. Memfasilitasi berjalannya forum guru di sekolah seperti KKG
3. Mengontrol proses dan hasil berupa RPP dari forum guru

D. Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan


Deskripsi sikap, pengetahuan dan keterampilan dapat dilihat pada tabel:
DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK
Menerima + Menjalankan + Menghargai +
SIKAP Proses
Menghayati + Mengamalkan
DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK
beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung
Individu jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika,
percaya diri, motivasi internal
toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
Sosial
musyawarah
pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan
Alam
cinta perdamaian
Mengetahui + Memahami + Menerapkan +
Proses
Menganalisis + Mengevaluasi
PENGETAHUAN
Objek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +
Proses
Menyaji + Menalar + Mencipta
membaca, menulis, menghitung, menggambar,
KETERAMPILAN Abstrak
mengarang
menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
Konkret
membuat, mencipta
Sikap terdiri atas sikap spiritual dan sosial yang dapat dikuatkan melalui
contoh dan teladan. Pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif. Keterampilan terdiri atas keterampilan tindak dan
keterampilan pikir melalui proses mengamati dan menanya. Aktivitas guru dalam
pembelajaran terkait hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memberikan contoh/ tauladan sikap spiritual dan sosial
2. Memfasilitasi siswa untuk memahami pengetahuan faktual melalui proses
mengamati dan menanya.
3. Memfasilitasi siswa untuk menyajikan pengetahuan faktual menurut
pemahamannya dalam bentuk karya dan gerak.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Bersikap sesuai dengan sikap spiritual dan sosial yang ingin dikembangkan.
2. Menetapkan media pembelajaran yang sesuai supaya siswa mampu memahami
pengetahuan faktual melalui proses mengamati dan menanya.
3. Memperhatikan dan melakukan penilaian dengan seksama terhadap karya siswa
4. Selalu memajang hasil karya siswa yang terbaik/ unik pada papan pajangan atau
dinding di dalam kelas.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
kerja keras dan budaya yang sesuai dengan sikap sosial dan spiritual yang
diharapkan. Hal tersebut, perlu peran kepala sekolah dalam hal:
1. Memastikan bahwa guru telah bersikap sesuai profesinya sebagai seorang guru
2. Menegur guru yang bersikap tidak sesuai profesinya sebagai seorang guru dengan
cara yang santun.
3. Melakukan pendampingan intensif kepada guru, khususnya dalam memilih media
pembelajaran dan teknik penilaian yang tepat.
4. Mengontrol pajangan karya siswa di dalam setiap ruang kelas.

D. Pemanfaatan Konteks
Perkembangan kognitif siswa berbeda dalam tiap tingkatan. Untuk tingkat SD
misalnya, berada pada tingkat berpikir konkret, sehingga pemanfaatan konteks
dalam pembelajaran sangat penting supaya pengetahuan bertahan lama pada benak
siswa dan pembelajaran menjadi kontekstual dan bermakna. Siswa dapat belajar
dengan baik dari pengalaman mereka. Mereka dapat belajar dari pengalaman
langsung dan pengalaman nyata. Pembelajaran yang kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan hal-hal yang dekat dengan kehidupan siswa.
Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang mereka pelajari bukan
mengetahuinya. Sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu definisi atau pengertian
tentang sebuah konsep tetapi mereka mampu menggunakan konsep tersebut
dengan tepat. Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan pemanfaatan
konteks adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan buku guru dan buku siswa tetapi disesuaikan dengan karakteristik
siswa, kemudian memulai pembelajaran dengan urun pengalaman siswa terkait
dengan materi yang akan dipelajari
2. Memfasilitasi siswa dengan menyiapkan model (modelling) sebagai media
pembelajaran agar pengetahuan yang abstrak dapat dirasakan konkret.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu memberikan kesempatan pada siswa terlebih dahulu di awal pembelajaran
untuk mengungkapkan pengalaman-nya terkait materi yang akan dipelajari.
2. Mempelajari materi ajar dengan seksama dan selalu memikirkan model yang
sesuai dengan materi ajar.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
menghargai siswa, terbuka dan kreatif. Hal tersebut, perlu peran kepala sekolah
supaya dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya:
1. Memfasilitasi terlaksananya program KKG di sekolah khususnya kegiatan peer
teaching dengan menerapkan pendekatan kontekstual
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG
BAB II
MATERI AJAR

A. Materi Ajar
Banyak istilah yang digunakan pendidik untuk menyatakan materi ajar seperti
materi pelajaran, materi pokok, materi pembelajaran dan lainnya. Materi ajar
merupakan pengetahuan yang terdiri atas pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif. Pembahasan materi ajar tersebut sebagaimana yang
dikemukakan oleh Anderson dkk (2011) sebagai berikut:
TIPE-TIPE UTAMA DAN CONTOH-CONTOH
SUB-SUB TIPE
A. PENGETAHUAN FAKTUAL—Unsur-unsur dasariah yang harus ketahui
agar memahami sebuah disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya
A.1 Pengetahuan tentang Kosa kata teknis, simbol-simbol music
Terminologi
A.2 Pengetahuan tentang Sumber-sumber alami yang utama, sumber-sumber
rincian dan unsur spesifik informasi yang reliable
B. Pengetahuan Konseptual—Saling-perhubungan antar unsur dasariah
dalam sebuah struktur besar yang berfungsi secara bersamaan
B.1 Pengetahuan tentang Periode-periode waktu geologis, bentuk-bentuk
Klasifikasi dan Kategori kepemilikan bisnis
B.2 Pengetahuan tentang Teorema Pithagorean, hukum supply and demand
Prinsip dan Generalisasi
B.3 Pengetahuan tentang Teori evolusi, struktur Konggres Amerika Serikat
Teori, Model, & Struktur
C. Pengetahuan Prosedural—Bagaimana melakukan sesuatu, metode-
metode inquiri, dan kriteria untuk penggunaan keterampilan, algoritma,
teknik-teknik, dan metode-metode
C.1 Pengetahuan tentang Keterampilan-keterampilan yang digunakan
Subject-specific Skill dan dalam melukis dengan watercolors, whole
algoritma number division algorithm
C.2 Pengetahuan tentang Teknik-teknik interviu, metode ilmiah
Subject- specific Techniques
& metode-metode
C.3 Pengetahuan tentang Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan
Kriteria untuk menentukan menerapkan sebuah prosedur melibatkan hukum
kapan menggunakan Newton kedua, kriteria yang digunakan untuk
prosedur-prosedur yang men-judge kelayakan penggunaan metode
sesuai tertentu untuk mengestimasi biaya-biaya bisnis.
D. Pengetahuan Metakognitif—Pengetahuan kognisi pada umumnya juga
kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi yang dimiliki diri sendiri
D.1 Pengetahuan Pengetahuan tentang kerangka sebagai sebuah
Strategik sarana penangkapan struktur dari sebuah unit materi
ajar dalam sebuah buku ajar, pengetahuan tentang
penggunaan heuristics
D.2 Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang tipe-tipe tes yang digunakan
Tugas-tugas Kognitif, para guru, pengetahuan tentang tuntutan-tuntutan
mencakup pengetahuan kognitif dan tugas-tugas kognitif
kondisional dan
kontekstual yang sesuai
D.3 Pengetahuan Diri Pengetahuan bahwa pengkritikan esai-esai adalah
sebuah kekuatan pribadi, sedangkan penulisan esai-
esai adalah sebuah kelemahan pribadi; kesadaran
tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki diri sendiri
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan materi ajar, adalah:
1.Menganalisis KI-KD, buku guru dan buku siswa serta sumber lain untuk menetukan
materi pokok.
2. Membuat rincian materi pokok berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. selalu membuat materi pokok setiap sub tema berdasarkan KI-KD, buku guru dan
buku siswa serta sumber lain.
2. selalu membuat rincian materi pokok setiap RPP berdasarkan KI-KD, buku guru
dan buku siswa serta sumber lain.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan teliti dan
kreatif. Hal tersebut perlu peran kepala sekolah dalam hal:
1. Memfasilitasi tersedianya dokumen-dokumen kurikulum 2013, buku guru dan
siswa, dan sumber lain.
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG/MGMP khususnya dalam hal pembuatan materi pokok dan rincian
materi pokok.

B. Esensi Mata Pelajaran


Mata pelajaran tidak terlepas dari cabang ilmu yang berkembang saat ini.
Berikut adalah beberapa cabang ilmu dan objek kajiannya. Untuk tingkat SD:
Cabang Ilmu Objek Kajian
IPA Benda/Peristiwa Alam
IPS Peristiwa Kemasyarakatan
Bahasa Kata, Wacana
Matematika Simbol Matematika
Olah Raga Aktifitas Fisik
Seni Budaya Cipta, karya, karsa
Dengan adanya objek kajian tersebut, setidaknya akan berpengaruh pada
kompetensi siswa yang dikembangkan masing-masing mata pelajaran berdasarkan
objek kajiannya. Kurikulum 2013 berbasis pada kompetensi, bukan berbasis mata
pelajaran, sehingga kompetensi yang dikembangkan harus secara untuh menyeluruh
meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Aktivitas guru dalam pembelajaran
terkait dengan esensi materi pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji esensi mata pelajaran berkaitan dengan objek kajian dalam penyusunan
materi ajar dan kegiatan pembelajaran pada RPP.
2. Membuat komponen-komponen RPP yang mengintegrasikan kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu membuat materi pokok dan kegiatan pembelajaran berdasarkan esensi
mata pelajaran.
2. Selalu membuat komponen RPP berdasarkan kompetensi utuh.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan ketelitian
dan kreativitas. Hal tersebut perlu peran kepala sekolah untuk:
1. Memfasilitasi tersedianya dokumen-dokumen kurikulum 2013, buku guru dan
siswa, dan sumber lain.
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG khususnya dalam hal pembuatan RPP yang memperhatikan esensi
mata pelajaran dan kompetensi secara untuh.

C. Pengembangan Materi Ajar


Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam pengembangan materi pembelajaran
adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung materi pembelajaran
tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
1. buku
2. laporan hasil penelitian
3. jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
4. majalah ilmiah
5. kajian pakar bidang studi
6. karya profesional
7. buku kurikulum
8. terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
9. situs-situs Internet
10. multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
11. lingkungan (alam, sosial, seni budaya, museum, teknik, industri, ekonomi)
12. narasumber
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait pengembangan materi ajar adalah:
1. Mengkaji prinsip pengembangan materi ajar berdasarkan KI-KD
2. Mengembangkan materi menggunakan prinsip pengembangan materi ajar dan
memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu: Selalu mengembangkan
materi ajar berdasarkan KI-KD dan dengan memanfaatkan berbagai macam sumber
belajar. Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan
ketelitian dan kreativitas. Peran kepala sekolah adalah:
1. Memfasilitasi tersedianya dokumen-dokumen kurikulum 2013 dan berbagai
sumber belajar.
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG/MGMP khususnya dalam hal pengembahan materi ajar.

D. Materi Ajar Muatan Lokal (Mulok)


Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, mulok merupakan bahan
kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran
tentang potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik
terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. Jadi, mulok merupakan mata
pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan KD sesuai dengan KI
untuk setiap jenis mulok yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran mulok setiap semester. Ini berarti bahwa
dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran
mulok, seperti Kaligrafi, Marawis, Bertani, Kemampuan Berpidato dengan berbagai
macam bahasa, Beternak, dsb.
Mulok memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta
didik agar:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya;
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya;
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/ aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Mulok juga dapat dikembangkan dari hasil “analisis situasi dan kebutuhan” dan
”penentuan aspek khusus” dalam tahapan penyusunan KTSP. Hasil telaah tentang
keadaan daerah, segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya, yang menjadi kebutuhan daerah untuk kelangsungan
hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, dan disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan dapat
menjadi bahan untuk menyusun mulok. Kebutuhan daerah tersebut misalnya:
1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan
keadaan perekonomian daerah.
3. Meningkatkan penguasaan bahasa Arab dan Inggris untuk keperluan sehari-
hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih
lanjut (belajar sepanjang hayat).
4. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
Aktivitas guru dalam pembelajaran terkait dengan materi ajar mulok adalah:
1. Mengkaji prinsip pengembangan mulok dan tujuan mulok
2. Mengembangkan materi ajar mulok yang menunjang dan/atau beririsan dengan
materi ajar mata pelajaran pokok
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu: Selalu mengembangkan
dan merevisi materi ajar mulok yang beririsan dengan mata pelajaran pokok.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan
refleksi. Untuk itu, perlu peran kepala sekolah dalam hal:
1. Memfasilitasi tersedianya dokumen-dokumen kurikulum 2013 dan berbagai
sumber belajar.
2. Melakukan supervisi akademik secara intensif dan melakukan tindak lanjut dalam
forum KKG khususnya dalam hal pengembahan materi ajar mulok
BAB III
PROSES PEMBELAJARAN

A. Pembelajaran Aktif
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan aktif
terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk
mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sehingga dalam
pembelajaran aktif, siswa tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong
yang menunggu untuk diisi dengan kucuran ceramah sang guru tentang
pengetahuan atau informasi. Aktif yang dimaksud dalam pembelajaran tidak hanya
menekankan pada aktif secara fisik, tetapi juga aktif secara mental.
Dalam pembelajaran yang aktif, pembelajaran tidak selalu harus dilakukan di
dalam kelas. Guru dapat memanfaatkan lingkungan menjadi sumber belajar utama
dan laboratorium alam.

Aktivitas guru dalam pembelajaran yang aktif adalah sebagai berikut:


1. Memfasilitasi siswa untuk aktif berpikir, berbuat, berdiskusi, dan berkreasi
2. Memfasilitasi siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri
3. Membawa siswa untuk belajar di luar kelas sesuai dengan konteks pembelajaran
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. tidak mendominasi pembelajaran (teacher centered) dengan selalu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berpikir, berbuat, berdiskusi,
berkreasi dan menemukan pengetahuannya sendiri
2. merancang kegiatan pembelajaran di luar kelas yang menarik bagi siswa untuk
berpartisipasi
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
menghargai siswa, terbuka dan kreatif. Peran kepala sekolah untuk melancarkannya:
1. Memantau pelaksanaan pembelajaran di setiap kelas
2. Mengingatkan guru yang masih dominan menerapkan metode ceramah dalam
pembelajaran.
3. Memastikan bahwa pembelajaran di luar kelas yang dilakukan oleh guru aman,
tertib dan terkendali.

B. Pembelajaran Tematik Terpadu


Pembelajaran tematik terpadu dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema
pembahasan. Pembelajaran tematik integratif juga merupakan suatu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Karakteristik pembelajaran tematik integratif terdiri dari:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
3. Belajar melalui pengalaman langsung
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Aktivitas guru dalam pembelajaran tematik integratif adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji buku guru dan buku siswa sesuai dengan tema
2. Merancang RPP tematik terpadu
3. Melaksanakan pembelajaran dengan mengacu kepada buku guru dan buku siswa
tetapi disesuaikan dengan karakteristik siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu melakukan analisis terhadap buku guru dan buku siswa
2. Bekerjasama dengan guru PJOK dalam mengembangkan RPP tematik terpadu
3. Melakukan pembelajaran secara tim teaching dengan guru PJOK dengan mengacu
kepada buku guru dan buku siswa tetapi disesuaikan dengan karakteristik siswa
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya teliti
dan kerjasama tim. Peran kepala sekolah dibutuhkan dalam hal:
1. Memastikan bahwa guru melakukan analisis terhadap buku guru dan buku siswa
sebelum mengembangkan RPP tematik terpadu
2. Memeriksa RPP yang telah dikembangkan oleh guru
3. Memberikan saran dan masukan terhadap RPP yang telah dikembangkan oleh
guru terkait dengan pembelajaran tematik terpadu
4. Melakukan pendampingan pembelajaran tematik terpadu secara tim teaching
C. Pendekatan Saintifik
Belajar yang sesungguhnya dan bermakna idealnya dilakukan melalui penelitian
(research), sehingga peserta didik sendiri yang aktif mencari solusi terkait dengan
hal-hal yang mereka anggap sebagai masalah. Dengan demikian, solusi dari
masalah-masalah tersebut dapat secara nyata diterapkan dalam kehidupan sehari-
harinya. Pembelajaran yang berbasis riset tidak terlepas dari proses berpikir ilmiah
yang merupakan hakikat sains sebagai proses yang disebut dengan keterampilan
proses sains. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sains sebagai
proses adalah pendekatan saintifik.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan
penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara keseluruhan.
Mengacu pada alasan secara teoretis, bahwa pendekatan saintifik bertolak dari
proses berpikir ilmiah pada IPA dan alasan terkait dengan kebijakan pada
Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri
atas lima pengalaman belajar pokok yang harus dilaksanakan secara terurut yaitu:
mengamati; menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/
mengolah informasi; dan mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut
dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel
berikut:
Langkah Kompetensi yang
Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, Melatih kesungguhan, ketelitian,
melihat (tanpa atau dengan alat) mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang Mengembangkan kreativitas,
informasi yang tidak dipahami dari rasa ingin tahu, kemampuan
yang diamati atau pertanyaan untuk merumuskan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan membentuk pikiran kritis yang
tentang yang diamati (dimulai dari perlu
pertanyaan faktual sampai ke untuk hidup cerdas dan belajar
pertanyaan yang bersifat hipotetik) sepanjang hayat
Mengumpulkan - melakukan eksperimen Mengembangkan sikap teliti,
informasi/ - membaca sumber lain selain buku jujur,sopan, menghargai
eksperimen teks pendapat orang lain, kemampuan
- mengamati objek/ kejadian/ berkomunikasi, menerapkan
- aktivitas kemampuan mengumpulkan
- wawancara dengan narasumber informasi melalui berbagai cara
yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/ - mengolah informasi yang sudah Mengembangkan sikap jujur,
mengolah dikumpulkan baik terbatas dari hasil teliti, disiplin, taat aturan, kerja
informasi kegiatan keras, kemampuan menerapkan
mengumpulkan/eksperimen mau prosedur dan kemampuan
pun hasil dari kegiatan mengamati berpikir induktif serta deduktif
dan kegiatan mengumpulkan dalam menyimpulkan .
Langkah Kompetensi yang
Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
informasi.
- Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan.
Mengkomunikasik Menyampaikan hasil pengamatan, Mengembangkan sikap jujur,
an kesimpulan berdasarkan hasil analisis teliti, toleransi, kemampuan
secara lisan, tertulis, atau media berpikir sistematis,
lainnya mengungkapkan pendapat
dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.

Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan pendekatan saintifik:


1. Langkah-langkah pada model pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus
terurut mulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ eksperimen,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
2. Pengetahuan yang terdapat pada tujuan pembelajaran merupakan hasil akhir
dari proses saintifik (jawaban dari kegiatan menanya)
3. Tidak semua pengetahuan untuk 1 KD harus ditemukan oleh siswa melalui
pendekatan saintifik
4. Kelima langkah pada pendekatan saintifik dapat dilakukan pada pertemuan
pembelajaran yang berbeda
5. Jika banyaknya pengetahuan yang akan ditemukan siswa melalui pendekatan
saintifik lebih dari satu pengetahuan, maka dapat dilakukan pendekatan saintifik
pada masing-masing kelompok, dengan pengetahuan yang harus ditemukan
berbeda untuk masing-masing kelompok
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik
adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji buku guru dan buku siswa
2. Menyusun RPP dengan menerapkan pendekatan saintifik sesuai dengan buku
guru dan buku siswa
3. Melaksanakan pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik dengan
langkah yang terurut mengacu kepada buku guru dan buku siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu melakukan analisis terhadap buku guru dan buku siswa dengan
menitikberatkan pada implementasi pendekatan saintifik
2. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengalaman belajar siswa terkait dengan
langkah-langkah pada pendekatan saintifik
3. Menetapkan pengetahuan yang akan ditemukan oleh siswa melalui pendekatan
saintifik
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
teliti, kritis dan kreatif. Hal tersebut, perlu peran kepala sekolah dalam:
1. Memastikan bahwa guru melakukan analisis terhadap buku guru dan buku siswa
sebelum mengembangkan RPP dengan menerapkan pendekatan saintifik
2. Memeriksa RPP yang telah dikembangkan oleh guru
3. Memberikan saran dan masukan terhadap RPP yang telah dikembangkan oleh
guru terkait dengan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik
4. Melakukan pendampingan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik

D. Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya beraktivitas. Model
pembelajaran ini dirancang pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Pembelajaran berbasis
proyek dilaksanakan pada akhir setiap tema. Karakteristiknya sebagai berikut:
1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada
peserta didik;
3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan;
7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.
Aktivitas guru dalam pembelajaran dalam model pembelajaran ini, yakni:
1. Memastikan bahwa suatu tema telah selesai dilaksanakan.
2. Menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek
3. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis
proyek sesuai dengan tema.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu memeriksa kembali pembelajaran (looking back) yang telah dilakukan
untuk sebuah tema yang telah dianggap selesai.
2. Memberikan kesempatan dan kebebasan kepada setiap siswa untuk menentukan
topik proyeknya dan menetapkan waktu proyek.
3. Menjelaskan langkah-langkah yang akan dilalui siswa dalam pembelajaran
4. Selalu menanyakan progress/ kemajuan proyek pada pertemuan-pertemuan
berikutnya.
5. Memajang semua produk/ karya siswa hasil dari pembelajaran berbasis proyek
Langkah-langkahh pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis proyek dapat dilihat pada gambar berikut.
1 2 3
PENENTUAN PERTANYAAN MENYUSUN PERECANAAN MENYUSUN JADWAL
MENDASAR PROYEK

6 5 4
EVALUASI PENGALAMAN MENGUJI HASIL MONITORING

Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya


teliti, menghargai siswa dan terbuka. Peran kepala sekolah dalam hal tersebut:
1. Memastikan bahwa guru telah menyelesaikan satu tema pembelajaran
2. Bertanya kepada guru tentang topik proyek siswa dan memastikan bahwa proyek
siswa beragam.
3. Memfasilitasi showcase produk/ karya siswa hasil dari pembelajaran berbasis
proyek untuk satu kelas atau satu sekolah.
4. Melakukan pendampingan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis proyek.

E. Model Pembelajaran Penemuan


Pembelajaran penemuan terdiri dari pembelajaran diskoveri (discovery learning)
dan inkuiri (inquiry learning). Perbedaannya, pada pembelajaran diskoveri, masalah
yang diperhadapkan kepada siswa, masalah yang direkayasa guru. Sedangkan pada
inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, hingga siswa harus mengerahkan seluruh
pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan dalam masalah itu
melalui proses penelitian.
Langkah-langkah pada model pembelajaran diskoveri adalah sebagai berikut:
1. Stimulasi/ pemberian rangsangan
2. Pernyataan/ identifikasi masalah
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan data
5. Pembuktian
6. Menarik kesimpulan
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
penemuan adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan apa yang akan ditemukan oleh siswa
2. Menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran penemuan
3. Memfasilitasi munculnya masalah yang sesuai dengan materi ajar yang
merangsang rasa ingin tahu siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. memilih pengetahuan yang akan ditemukan oleh siswa sesuai dengan materi ajar
2. tidak melupakan pendekatan saintifik dan tematik integratif pada saat menyusun
RPP dengan model pembelajaran penemuan
3. selalu peka untuk memfasilitasi munculnya masalah dimulai dari siswa dan dekat
dengan kehidupan siswa
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
teliti, kritis, menghargai siswa dan terbuka. Peran kepala sekolah agar aktivitas
dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya:
1. Memeriksa RPP guru yang akan menerapkan model pembelajaran penemuan
2. Melakukan pendampingan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran penemuan.

F. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Model pembelajaran ini dilakukan dengan pemberian rangsangan berupa
masalah-masalah untuk dipecahkan oleh peserta didik. Diharapkan ini dapat
menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Langkah-langkah pada model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi siswa kepada logistik yg dibutuhkan.
masalah.  Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2 Membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa. mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan
individu dan kelompok. eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Fase 4 Membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
menyajikan hasil karya. model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Menganalisa dan telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
mengevaluasi proses hasil kerja.
pemecahan masalah.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah
dapat digambarkan berikut ini.
Peserta Didik Masalah sebagai
Guru sebagai Pelatih sebagai Problem Awal Tantangan
Solver dan Motivasi
o Asking about thinking (bertanya o Peserta yang o Menarik untuk
tentang pemikiran). aktif. dipecahkan.
o Memonitor pembelajaran. o Terlibat langsung o Menyediakan
o Probbing ( menantang peserta dalam kebutuhan yang
didik untuk berpikir ). pembelajaran. ada hubungannya
o Menjaga agar peserta didik o Membangun dengan pelajaran
terlibat. pembelajaran. yang dipelajari.
o Mengatur dinamika kelompok.
o Menjaga berlangsungnya proses.
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1. Memfasilitasi munculnya masalah untuk dipecahkan oleh siswa
2. Menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
4. Memfasilitasi siswa dalam mencari dan menyajikan solusi dari masalah
5. Memfasilitasi siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Selalu menjelaskan tujuan pembelajaran, langkah-langkah, alat dan bahan yg
dibutuhkan.
2. Selalu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
3.Selalu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
4.Selalu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
5. Selalu membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
6. Selalu mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta
kelompok presentasi hasil kerja.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
cermat dan perhatian kepada siswa. Peran kepala sekolah dibutuhkan untuk:
1. Memastikan bahwa RPP yang disusun oleh guru sesuai dengan langkah-langkah
pada model pembelajaran berbasis masalah.
2. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan oleh guru dalam menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah.
2. Melakukan pendampingan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah.

G. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama menuju kelompok kerja. Tiap anggota bertanggungjawab secara
individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa kerjasama antar
kelompok. Dengan kata lain, anggota kelompok saling tergantung secara positif.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa. Keliru jika
kita menganggap bahwa setiap pembelajaran dengan pengelompokkan adalah
pembelajaran kooperatif. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2. Kelompok dibentuk secara heterogen dari siswa berkemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dibanding individu
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan pembelajaran, aktivitas dan penghargaan
2. Membentuk kelompok yang heterogen terdiri dari kemampuan tinggi, sedang dan
rendah
3. Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara anggota kelompok harus bekerjasama
antara satu dengan lainnya
4. Menjelaskan kontrak belajar dan menjelaskan langkah kerja
5. Memberikan umpan balik kepada kelompok tentang kualitas kerja kelompok dan
individu
6. Memberikan bantuan ekstra atau bantuan tambahan kepada siswa yang
mempunyai masalah belajar
7. Melakukan evaluasi terhadap prosedur pembelajaran kooperatif yang telah
dilakukan
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu untuk:
1. Selalu menjelaskan tujuan pembelajaran, aktivitas dan penghargaan yang akan
diberikan di awal pembelajaran
2. Selalu memotivasi siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
3. Selalu memperlakukan siswa secara adil baik siswa laki-laki dan perempuan, siswa
pandai, sedang dan rendah.
4. Selalu melihat kembali pembelajaran yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut
kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya
teliti, perhatian kepada siswa, adil dan kerjasama.
Hal tersebut di atas, perlu peran kepala sekolah supaya dapat dilaksanakan dengan
baik. Adapun peran kepala sekolah tersebut diantaranya:
1. Memfasilitasi praktik model pembelajaran kooperatif dalam penyusunan RPP
bersama atau kegiatan lain di forum KKG sekolah.
2. Menyampaikan kepada guru tentang pentingnya pembelajaran kooperatif
diterapkan untuk mengembangkan budaya kerjasama di sekolah.
3. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan oleh guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif.
4. Melakukan pendampingan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif.

G. Pemanfaatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan
dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar
minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat.
Sifat kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan menjadi dua
golongan besar, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Visi kegiatan
ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah berkembangnya potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, dan kemandirian peserta didik secara optimal
melalui kegiatan-kegiatan di luar kegiatan intrakurikuler. Misi kegiatan
ekstarkurikuler adalah sebagai berikut:
1. menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik.
2. menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik
mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan,
sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
1. Fungsi pengembangan. Kegiatan ini berfungsi mendukung perkembangan
personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan
pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan
kepemimpinan.
2. Fungsi sosial. Kegiatan ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan
memberikan kesempatan peserta didik memperluas pengalaman sosial, praktek
keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3. Fungsi rekreatif. Kegiatan ini dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan,
dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik.
Kegiatan harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih
menantang dan menarik bagi peserta didik.
4. Fungsi persiapan karir. Kegiatan berfungsi berfungsi untuk mengembangkan
kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di tiap tingkatan berbeda. Untuk SD
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor peserta didik.
2. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta
didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler di SD dikembangkan dengan prinsip sebagai berikut:
1. Bersifat individual. Dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, dan minat
peserta didik masing-masing.
2. Bersifat pilihan. Dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti peserta didik
secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif. Kegiatan menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh
sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.
4. Menyenangkan. Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan
bagi peserta didik.
5. Membangun etos kerja. Dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip
membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik
dan giat.
6. Kemanfaatan sosial. Dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan
kepentingan masyarakat.
Jenis Kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:
1. Krida, yang meliputi kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS),
Dokter Kecil, Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka), dan lain-lain. Khusus untuk kegiatan Pramuka wajib bagi siswa
untuk semua jenjang pendidikan (Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah
Menengah Atas/Sederajat).
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Karya Ilmiyah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lain-lain.
3. Latihan/Olah bakat/prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, cinta alam, jurnalistik, teather, keagamaan, dan lain-lain.
4. Jenis lainnya, yang disesuikan dengan karakteristik dan potensi sekolah atau
lingkungan sekitar, serta daerah.
Format kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan melalui berbagai bentuk
kegiatan diantaranya:
1. Individual. Dilakukan dalam format yang diikuti secara perorangan.
2. Kelompok. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh kelompok.
3. Klasikal. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.
4. Gabungan. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh peserta didik antar kelas.
5. Lapangan. Dilakukan dalam format yang diikuti oleh seorang atau sejumlah
peserta didik melalui kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.
BAB IV
PENILAIAN PEMBELAJARAN

A. Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.
Penilaian otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta
didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar. Penilaian otentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka
sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas
dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan
untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penilaian otentik
adalah sebagai berikut:
1. Penilaian dilakukan secara utuh mulai dari kesiapan belajar, proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa yang terdiri dari sikap, keterampilan dan pengetahuannya
2. Penilaian dilakukan dengan segera tidak ditunda-tunda
3. Siswa seharusnya tidak sadar bahwa sedang dinilai oleh guru (alamiah)
4. Penilaian dilakukan untuk setiap siswa tanpa kecuali
Aktivitas guru dalam melakukan penilaian otentik adalah sebagai berikut:
1. Menilai kesiapan belajar siswa seperti membawa buku siswa, alat tulis, kerapian,
dll.
2. Menilai siswa saat proses pembelajaran baik terkait dengan sikap, aktivitas,
motivasi, kinerja, dll.
3. Menilai hasil belajar siswa baik sikap, keterampilan maupun pengetahuannya.
4. Menilai siswa dan menuliskannya dengan segera tidak ditunda-tunda
5. Menilai siswa secara alamiah
6. Melakukan penilaian untuk setiap siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. melakukan penilaian kesiapan belajar, proses, dan hasil belajar secara kontinu
dan berkelanjutan
2. tidak menunda penilaian
3. tidak memberi tahu kepada siswa bahwa sedang dilakukan penilaian
4. memperlakukan siswa secara adil tanpa kecuali dalam penilaian
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya adil,
tekun, sigap dan tidak menunda pekerjaan. Peran kepala sekolah agar terlaksanakan
dengan baik dilakukan dengan:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan penilaian secara otentik
2. Memfasilitasi guru supaya penilaian otentik dapat dilakukan misanya menyediakan
peralatan seperti tip, kamera atau handycam, dll.
3. Melakukan pendampingan ketika guru melakukan penilaian secara otentik

B. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Penilaian diri dilaksanakan sebelum ulangan harian. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penilaian diri:
1. Penilaian diri dilakukan terhadap kesiapan berupa aktivitas-aktivitas siswa untuk
mempersiapkan diri menuju ulangan harian.
2. Kriteria yang disusun dan ditetapkan oleh guru harus mengakomodasi
kemungkinan aktivitas terbaik dan terburuk siswa dalam mempersiapkan diri
menuju ulangan harian.
3. Kejujuran siswa terlihat dari korelasi antara hasil penilaian diri dengan hasil
ulangan hariannya.
4. Kejujuran pada saat mengisi penilaian diri dapat dinilai melalui penilaian sikap.
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian diri adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
3. Merumuskan format penilaian dan membuat instrumen penilaian diri
4. Menjelaskan cara mengisi instrumen penilaian diri
5. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
6. Membandingkan hasil penilaian diri oleh siswa dengan kriteria yang telah
ditetapkan
7. Melihat korelasi antara hasil penilaian diri siswa dengan hasil ulangannya
8. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian diri
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Peka terhadap kemungkinan aktivitas terbaik dan terburuk siswa dalam
mempersiapkan diri menuju ulangan harian.
2. Membuat instrumen penilaian diri sesederhana mungkin agar mudah digunakan
oleh siswa
3. Menganggap bahwa siswa belum memahami cara menggunakan instrumen
penilain diri, sehingga guru berulang-ulang menjelaskannya.
4. Selalu melakukan tindak lanjut setelah hasil penilaian diri dikumpulkan.
5. Peka untuk memasukan penilaian sikap kejujuran selama siswa melakukan
penilaian diri.
6. Melakukan teknik penilaian diri secara berkelanjutan.
7. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian diri dengan rapi.
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
tekun, peduli, perhatian kepada siswa, teliti, dan kritis. Hal tersebut perlu peran
kepala sekolah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan teknik penilaian diri.
2. Menyiapkan alat dan bahan untuk memfasilitasi guru dalam mendokumentasikan
dan menginventarisasi hasil penilaian diri.
3. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian diri.

C. Penilaian Antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian
peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta
didik. Penilaian ini dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teknik penilaian antarteman:
1. Guru pun harus melakukan penilaian sikap baik selama proses pembelajaran
maupun setelahnya, sebagai validasi penilaian sikap antarteman.
2. Sebaiknya instrumen penilaian antarteman berbentuk instrumen terbuka,
sehingga memungkinkan siswa menuliskan apa adanya.
3. Sebaiknya instrumen penilaian antarteman dibuat sesederhana mungkin, agar
siswa tidak kesulitan dalam mengisi instrumen tersebut
4. Silang penilaian sebaiknya diatur oleh guru berdasarkan kedekatan lokasi rumah
siswa penilai dengan yang dinilai.
5. Kejujuran siswa dalam menilai temannya dimasukkan pada penilaian aspek sikap
kejujuran
6. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk menilai dan dinilai, sebaiknya satu
orang dinilai oleh dua orang atau lebih
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian antarteman adalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan sikap yang akan dinilai.
2. Menetapkan deskriptor atau indikator sikap yang akan dinilai.
3. Membuat instrumen penilaian antartema.
4. Menjelaskan cara mengisi instrumen penilaian antarteman.
5. Mengumpulkan hasil penilaian antarteman.
6. Mengolah data hasil penilaian antarteman.
7. Membandingkan data hasil penilaian antarteman dengan penilaian sikap tersebut
oleh guru.
8. Menyimpulkan hasil penilaian antarteman.
9. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian antarteman.
10. Merencanakan tindak lanjut dari hasil penilaian antarteman.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Peka terhadap sikap-sikap yang akan ditetapkan disesuaikan dengan KD
Kompetensi Sikap.
2. Membuat instrumen penilaian antarteman sesederhana mungkin agar mudah
digunakan oleh siswa.
3. Menganggap bahwa siswa belum memahami cara menggunakan instrumen
penilain antarteman, sehingga guru berulang-ulang menjelaskannya.
4. Selalu melakukan tindak lanjut setelah hasil penilaian antarteman dikumpulkan.
5. Peka untuk memasukan penilaian sikap kejujuran selama siswa melakukan
penilaian antarteman.
6. Melakukan teknik penilaian antarteman secara berkelanjutan
7. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian antarteman dengan rapi
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
tekun, peduli, perhatian kepada siswa, teliti, dan kritis. Agar terlaksana, dibutuhkan
peran kepala sekolah dalam hal:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan teknik penilaian antarteman
2. Menyiapkan alat dan bahan untuk memfasilitasi guru dalam mendokumentasikan
dan menginventarisasi hasil penilaian antarteman
3. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian antarteman

D. Penilaian Berbasis Portofolio


Portofolio siswa merupakan laporan lengkap siswa berbentuk kumpulan
dokumen tentang aktivitas yang telah dilakukannya. Penilaian portofolio merupakan
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh siswa, antara lain: karangan, puisi, surat, dll.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1. Karya adalah benar-benar karya siswa sendiri.
2. Saling percaya antara guru dan siswa.
3. Hasil informasi perkembangan siswa merupakan rahasia bersama antara guru dan
siswa.
4. Portofolio merupakan milik bersama antara siswa dan guru.
5. Memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan diri.
6. Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
7. Penilaian proses dan hasil.
8. Sebagai diagnostik untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian portofolio adalah:
1. Menjelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio tidak hanya digunakan
oleh guru, tetapi juga oleh siswa sendiri.
2. Bersama siswa menentukan sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
3. Mengumpulkan dan menyimpan karya-karya siswa dalam satu map atau folder di
rumah atau loker masing-masing di sekolah.
4. Memberikan tanggal pembuatan pada setiap informasi perkembangan siswa.
5. Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa.
6. Meminta dan membimbing siswa menilai karyanya secara berkesinambungan.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki karyanya dengan
kesepakatan waktu perbaikan.
8. Menjadwalkan pertemuan khusus untuk membahas portofolio siswa.
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Mengumpulkan, menyimpan dan menata karya siswa dengan rapi
2. Selalu memberikan kata-kata motivasi pada setiap karya siswa
3. Bekerjasama dengan siswa dalam menentukan sampel portofolio
4. Selalu memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin memperbaiki karyanya
5. Menegur siswa yang mengumpulkan karyanya tidak tepat waktu
Aktivitas-aktivitas tersebut diharap dapat menumbuhkembangkan budaya rapi, kerja
keras, peduli, perhatian kepada siswa, disiplin, dan kerjasama. Dalam hal ini kepala
sekolah berperan untuk:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan teknik penilaian berbasis
potofolio
2. Memfasilitasi guru dalam mendokumentasikan karya siswa diantaranya
menyediakan perlengkapan, alat dan bahan.
3. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian berbasis
portofolio
4. Memfasilitasi guru di sekolah melakukan kegiatan showcase portofolio siswa.
E. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi mulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data.
Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian proyek yaitu:
1. Kemampuan siswa dalam memilih topik proyek, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
2. Relevansi dengan tema pembelajaran
3. Keaslian karya yang dihasilkan
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian proyek adalah:
1. Memfasilitasi siswa dalam menentukan topik proyek
2. Membuat kesepakatan bersama siswa dalam menentukan waktu proyek
3. Menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan proyek siswa
4. Memfasilitasi siswa dalam melaporkan progres proyeknya
5. Memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan dan mempresentasikan laporan akhir
proyeknya
6. Menilai proyek siswa mulai dari merencanakan, melaksanakan dan melaporkan
proyeknya
7. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian proyek
8. Merencanakan tindak lanjut dari hasil penilaian proyek siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. membuat pilihan topik-topik proyek untuk dipilih oleh siswa
2. selalu memberikan petunjuk kepada siswa dalam merencanakan, melaksanakan
dan menyelesaikan proyeknya
3. selalu memberikan motivasi kepada siswa dalam menyelesaikan proyeknya
4. selalu menegur siswa yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan proyeknya
5. selalu memeriksa kemajuan proyek siswa
6. melakukan teknik penilaian proyek secara berkelanjutan setiap selesai satu tema
7. mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian proyek siswa dengan rapi
Melalui aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
peduli, perhatian kepada siswa, sabar dan kerja keras. Kepala sekolah berperan
dalam hal:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan teknik penilaian proyek setiap
akhir satu tema
2. Memastikan bahwa guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam
menentukan topik-topik proyek sehingga terdapat variasi topik proyek siswa
3. Memfasilitasi guru dalam mendokumentasikan laporan/ hasil proyek siswa
diantaranya menyediakan perlengkapan, alat dan bahan.
4. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian proyek
5. Memfasilitasi guru di sekolah melakukan kegiatan showcase proyek siswa setiap
selesai satu tema

F. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk misalnya makanan, pakaian, lukisan, dll. Penilaian produk terdiri dari
penilaian pada tahap persiapan (perencanaan, gagasan dan desain produk), proses
pembuatan produk (penggunaan alat dan bahan, teknik pengolahan, keselamatan
kerja, keamanan dan kebersihan) dan hasil produknya (bentuk fisik, estetika dan
inovasinya).
Penilaian produk dapat dilakukan terintegrasi dengan penilaian proyek siswa. Produk
merupakan hasil akhir proyek selain laporan proyek siswa.
Aktivitas guru dalam memfasilitasi siswa melakukan penilaian produk adalah:
1. Memfasilitasi siswa dalam menentukan jenis produk yang akan dibuat
2. Membuat kesepakatan bersama siswa dalam menentukan waktu penyelesaian
produk
3. Membuat kriteria penilaian mulai dari tahap persiapan, proses pembuatan dan
hasil produk
4. Memfasilitasi siswa dalam melaporkan progres penyelesaian produknya
5. Memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan produknya
6. Menilai produk siswa mulai dari perencanaan, proses pembuatan dan hasil
produknya
7. Menginventarisasi dan mendokumentasikan hasil penilaian produk siswa
8. Merencanakan tindak lanjut dari hasil penilaian produk siswa
Untuk menunjang aktivitas guru di atas, maka guru perlu:
1. Memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih produk yang akan dibuatnya
2. Bersama siswa membuat kesepakatan waktu penyelesaian produknya
3. Selalu memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan
produknya
4. Selalu menegur siswa yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan produknya
5. Selalu memeriksa kemajuan produk siswa
6. Melakukan teknik penilaian produk secara berkelanjutan
7. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil penilaian produk siswa dengan rapi
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan budaya rapi,
peduli, perhatian kepada siswa, sabar, disiplin dan kerja keras. Kepala sekolah
berperan dalam hal:
1. Memastikan bahwa setiap guru telah melaksanakan penilaian produk
2. Memastikan bahwa guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam
menentukan produk yang akan dibuatnya sehingga terdapat variasi hasil produk
siswa
3. Memfasilitasi guru dalam menyediakan perlengkapan, alat dan bahan yang
dibutuhkan
4. Melakukan pendampingan ketika guru menerapkan teknik penilaian produk
5. Memfasilitasi guru di sekolah melakukan kegiatan showcase produk siswa
BAB V
MANAJEMEN PEMBELAJARAN

A. Manajemen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi dengan maksud agar
memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan
kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah serta peserta didik. Kurikulum
dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum operasional
yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam
bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kompoenen KTSP berupa:
1. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan
2. Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimana dalam muatan kurikulum
terdapat muatan kurikulum nasional, muatan kurikulum daerah (termasuk
mulok), muatan kurikulum kekhasan sekolah (termasuk ekstrakuler)
3. Pengaturan Beban Belajar
4. Penilaian dan Kelulusan
5. Kalender Pendidikan
Penyusunan KTSP dapat dilakukan dalam bentuk rapat kerja dan/atau lokakarya
sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan
sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar
meliputi:
1. Perumusan visi dan misi berdasarkan analisis konteks dengan tetap
mempertimbangkan keunggulan dan kebutuhan nasional dan daerah;
2. Penyiapan dan penyusunan draf;
3. Riviu, revisi, dan finalisasi;
4. pemantapan dan penilaian;
5. pengesahan
Aktivitas sekolah dalam manajemen terkait dengan penyusunan KTSP adalah:
1. Kepala sekolah membentuk tim kecil yang terdiri dari kepala sekolah, guru,
komite sekolah untuk merencanakan penyusunan KTSP
2. Tim kecil menyusun draft awal
3. Melakukan lokakarya penyusunan KTSP melibatkan komite sekolah, nara sumber,
dan pihak lain yang terkait termasuk pihak dinas pendidikan
4. Melakukan revisi dan finalisasi, pemantapan dan penilaian, serta pengesahan.
Untuk menunjang aktivitas sekolah di atas, maka seluruh pihak perlu:
1. berpartisipasi aktif sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
2. kerjasama antara semua pihak yang terlibat dalam penyusunan KTSP
3. melakukan refleksi dalam rangka perbaikan yang terus menerus
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan partisipasi
semua pihak, kerjasama, dan budaya belajar. Hal ini perlu peran kepala sekolah
agar dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya:
1. Memfasilitasi tersedianya dokumen-dokumen kurikulum 2013 dan berbagai
sumber belajar
2. Memfasilitasi terbentuknya tim penyusun draft KTSP
3. Memfasilitasi terlaksananya kegiatan lokakarya penyusunan dan perabikan KTSP
4. Monitoring dan evaluasi keterlaksanaan serta hambatan-hambatan yang dialami
pada saat implementasi KTSP.

B. Manajemen Pengembangan Materi Ajar


Pengembangan materi ajar untuk kebutuhan pembelajaran perlu difasilitasi oleh
sekolah. Fasilitas tersebut dimulai dari perencanaan, pembuatan, perbaikan dan
dokumentasi. Untuk menunjang itu semua, maka dibutuhkan pusat sumber belajar.
Pusat Sumber Belajar merupakan suatu tempat pengelolaan dan pengembangan
sumber-sumber belajar dengan tujuan membantu atau memberikan fasilitas belajar
siswa. Tujuan Pusat Sumber Belajar antara lain:
1. Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi yang menunjang kegiatan kelas
2. Mendoroing penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk tujuan
program akademik dan kewajiban instistusional lainnya.
3. Memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional dan tindak
lanjut untuk pengembangan pembelajaran
4. Melaksanakan latihan bagi guru dalam hal pengembangan materi ajar dan lainnya
Aktivitas sekolah dalam manajemen terkait dengan pengembangan materi ajar
melalui pusat sumber belajar adalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah, guru, dan komite merancang pembentukan Pusat Sumber Belajar
2. Menggunakan fasilitas pada pusat sumber belajar, mengembangan, fasilitas pada
pusat sumber belajar, dan mepublikasikan hasil pengembangan baik intern
maupun ekstern sekolah.
Untuk menunjang aktivitas sekolah di atas, maka seluruh pihak perlu:
1. Berpartisipasi aktif sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
2. Komitmen menggunakan Pusat Sumber Belajar dalam kegiatan pembelajaran
secara rutin
3. Melakukan refleksi dalam rangka perbaikan yang terus menerus
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan partisipasi
semua pihak, komitmen, dan budaya belajar. Untuk itu perlu peran kepala sekolah
supaya dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya dalam hal:
1. Memfasilitasi tersedianya berbagai sumber belajar
2. Memfasilitasi adanya forum pembetukan pusat sumber belajar
3. Monitoring dan evaluasi keterlaksanaan serta hambatan-hambatan yang dialami
pada saat implementasi Pusat Sumber Belajar.

C. Manajemen Proses Pembelajaran


Manajemen pembelajaran setidaknya akan membahas tentang konsep dan
strategi pembelajaran. Pembelajaran hendaknya menggunakan prinsip yang: (1)
berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran langsung dan
tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di
mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang
dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama
proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap.
Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam
proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan
sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh
mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan
masyarakat.
Dalam strategi tersebut, proses pembelajarannya terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Aktivitas sekolah dalam manajemen terkait dengan proses pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Guru mengimplementasikan strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung
pada kegiatan pembelajaran
2. Guru mengimplementasikan proses pembelajaran 5M pada kegiatan pembelajaran
Untuk menunjang aktivitas sekolah di atas, maka seluruh pihak perlu:
1. Berpartisipasi aktif sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
2. Komitmen menggunakan strategi dan proses pembelajaran sesuai kebutuhan
3. Melakukan refleksi dalam rangka perbaikan yang terus menerus
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan partisipasi
semua pihak, komitmen, dan budaya belajar. Kepala sekolah berperan dalam:
1. Memfasilitasi diskusi RPP untuk memastikan penggunaan strategi dan proses
pembelajaran
2. Monitoring dan evaluasi keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran, khususnya
dalam penerapan strategi dan proses pembelajaran.

D. Manajemen Kegiatan Kepramukaan


Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Pendidikan
kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak
mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Dalam
Kurikulum Tahun 2013, pendididkan kepramukaan merupakan kegiaran
ekstrakurikuler wajib.
1. Desain Induk Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan
Lokus normatif Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dalam
Kurikulum 2013, berada pada irisan konseptual-normatif dari mandat Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan Undang-
undang No. 12 tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka. Secara substantif-pedagogis,
irisan tersebut menunjukkan bahwa filosofi dan tujuan Pendidikan Nasional memiliki
koherensi dengan tujuan Gerakan Pramuka, dalam hal bahwa keduanya mengusung
komitmen kuat terhadap penumbuh-kembangan sikap spiritual, sikap sosial, dan
keterampilan/ kecakapan sebagai insan dan warga negara Indonesia dalam konteks
nilai dan moral Pancasila.

TUJUAN
DIKNAS
TUJUAN GERAKAN
PRAMUKA GUGUS DEPAN
KURIKULUM 2013 SATDIK
GERAKAN
PRAMUK
PENDIDIKAN
A
KEPRAMUKAAN

Kepramukaan
sbg kegiatan
ekstra
UU No. 20/2003 kurikuler
UU No. 12/2010

Gambar 1 Desain Induk Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan

Disain Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dalam konteks


Kurikulum 2013, pada dasarnya berwujud proses aktualisasi dan penguatan capaian
pembelajaran Kurikulum 2013. Ranah sikap dalam bingkai KI-1, KI-2, dan ranah
keterampilan dalam KI-4, sepanjang yang bersifat konsisten dan koheren dengan
sikap dan kecakapan Kepramukaan. Dengan demikian, terjadi proses saling interaktif
dan saling menguatkan (mutually interactive and reinforcing). Secara programatik
penyelenggaraan pendidikan kepramukaan dikembangkan dalam Desain Induk sbb.:
Gambar 2 Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan dalam Implementasi
Kurikulum 2013

2. Programatik Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan


Secara programatik, Ektrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan
diorganisasikan dalam Model seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Model Pengorganisasian Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan


Kepramukaan
Pegorganisasian
No. Nama Model Sifat
Kegiatan
1 Model Blok Wajib, setahun a. Kolaboratif
sekali, berlaku bagi b. Bersifat intramural atau
seluruh peserta ekstramural (di luar
didik, terjadwal, dan/atau didalam
penilaian umum lingkungan satuan
pendidikan)
2 Model Wajib, rutin, a. Pembina Pramuka
Aktualisasi terjadwal, berlaku b. Bersifat intramural
untuk seluruh (dalam lingkungan
peserta didik dalam satuan pendidikan)
setiap kelas,
penjadwalan, dan
penilaian formal
3 Reguler di Sukarela, berbasis Sepenuhnya dikelola oleh
Gugus Depan minat Gugus Depan Pramuka
pada satuan pendidikan.

Masing-masing model dapat dideskripsikan sebagai berikut.


a. Model Blok memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Diikuti oleh seluruh siswa.
2) Dilaksanakan pada setiap awal tahun pelajaran.
3) Untuk kelas I, kelas VII dan kelas X diintegrasikan di dalam Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
4) Untuk SD/MI dilaksanakan selama 18 Jam.
5) Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Sekolah selaku Ketua
Mabigus.
6) Pembina kegiatan adalah Guru Kelas/Guru Mata pelajaran selaku
Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh
Pembantu Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka)
b. Model Aktualisasi memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Diikuti oleh seluruh siswa.
2) Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
3) Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit.
c. Model Reguler.
1) Diikuti oleh siswa yang berminat mengikuti kegiatan Gerakan Pramuka
di dalam Gugus Depan.
2) Pelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masing Gugus Depan.
3. Muatan Nilai Sikap dan Keterampilan dalam Kurikulum 2013
Sesuai dengan landasan filosofis dan kerangka dasarnya, Kurikulum 2013,
memiliki karakteristik mengandung muatan sikap spiritual, sikap sosial, dan
keterampilan yang sangat signifikan. Muatan sikap dan keterampilan dikemas
secara generik dalam KI-1, KI-2, dan KI-4. Masing-masing Muatan Sikap dan
Keterampilan dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
a. Beriman r. Cakap jj. Ilmiah
b. Kebhinneka-tunggalikaan s. Peduli kk. Tekun
c. Toleransi t. Santun Kritis ll. Hati-hati
d. Kebersamaan u. Sopan mm. Terbuka
e. Syukur v. Cekatan nn. Bijaksana
f. Disiplin w. Peka oo. Bersahaja
g. Tanggung-jawab x. Tanggap pp. Rasa kebangsaan
h. Percaya diri y. Komunikatif qq. Estetis
i. Berani z. Mandiri rr. Gotong-royong
j. Cinta tanah air aa. Cermat ss. Partisipatif
k. Pemaaf bb. Taat aturan tt. Imajinatif
l. Jujur cc. Rasa ingin tahu uu. Citra diri
m. Ksatria dd. Pantang menyerah vv. Sadar bahaya
n. Rela berkorban ee. Berpikir logis ww. Kerjasama
o. Teladan ff. Kreatif xx. Sadar
p. Sadar kewajiban dan hak gg. Inovatif yy. Berbagi
q. Demokratis hh. Produktif zz. Sportif
ii. Menghargai aaa.Cinta tradisi

4. Muatan Nilai Sikap dan Kecakapan Pendidikan Kepramukaan


Muatan Nilai Sikap dan Kecakapan Pendidikan Kepramukaan yang
terkandung dan dikembangkan dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU)
sebagai berikut:
a. Keimanan kepada Tuhan YME k. Bertanggungjawab
b. Ketakwaan kepada Tuhan YME l. Dapat dipercaya
c. Kecintaan pada alam m. Jernih dalam berpikir
d. Kecintaan kepada sesama manusia n. Jernih dalam berkata
e. Kecintaan kepada tanah air Indonesia o. Jernih dalam berbuat
f. Kecintaan kepada bangsa Indonesia p. Hemat
g. Kedisiplinan q. Cermat
h. Keberanian r. Bersahaja
i. Kesetiaan s. Rajin
j. Tolong menolong t. Terampil

5. Pola dan Rincian Kegiatan Pendidikan Kepramukaan


a. Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan harus memenuhi 3 (tiga)
tahapan yaitu (1) Upacara Pembukaan Latihan, (2) Keterampilan
Kepramukanaan, dan (3) Upacara Penutupan Latihan. Secara rinci
tahapan tersebut sesuai dengan golonganya adalah sebagai berikut:
1) Upacara pembukaan:
(a) Perindukan Siaga
(b) Pasukan Penggalang
(c) Ambalan Penegak
2) Keterampilan Kepramukaan (Scouting Skill)
(a) Simpul dan Ikatan (Pioneering)
(b) Mendaki Gunung (Mountenering)
(c) Peta dan Kompas (Orientering)
(d) Berkemah (Camping)
(e) Wirausaha
(f) Belanegara
(g) Teknologi
(h) Komunikasi
Catatan: Keterampilan kepramukaan disesuaikan dengan golongan
peserta didik di sekolah masing-masing.
3) Upacara penutupan :
(a) Perindukan Siaga
(b) Pasukan Penggalang
(c) Ambalan Penegak

b. Rincian kegiatan kepramukaan meliputi :


1) Berbaris 13) Berempati 25) Kompas
2) Memimpin 14) Bersikap adil 26) Memasak
3) Berdoa 15) Cakap berbicara 27) Tenda
4) Janji 16) Cakap motorik 28) PPGD
5) Memberi hormat 17) Kepemimpinan 29) Kim
6) Pengarahan 18) Konsentrasi 30) Menaksir
7) Refleksi 19) Sportivitas 31) Halang rintang
8) Dinamika kelompok 20) Simpul dan ikatan 32) TTG
9) Permainan 21) Tanda jejak 33) Bakti
10) Menghargai teman 22) Sandi dan isyarat 34) Lomba
11) Berkomunikasi 23) Jelajah 35) Hastakarya
12) Menolong 24) Peta

E. Manajermen Penilaian Pembelajaran


Manajemen penilaian pembelajaran setidaknya akan membahas tentang konsep
dan strategi penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar siswa hendaknya
didasarkan pada prinsip: (1) sahih, (2) objektif, (3) adil, (4) terpadu, (5) terbuka, (6)
menyeluruh dan berkesinambungan, (7) sistematis, (8) beracuan kriteria, (9)
akuntabel dan (10) edukatif.
Terdapat beberapa bentuk penilaian yang digunakan pada kurikulum 2013 ini,
antara lain:
1. Penilaian otentik
2. Penilaian diri
3. Penilaian antarteman
4. Penilaian proyek
5. Penilaian produk
6. Penialain portofolio
7. Ulangan harian
8. Ulangan tengah semester
9. Ulangan akhir semester
10. Ujian tingkat kompetensi
11. Ujian mutu tingkat kompetensi
12. Ujian sekolah
13. Ujian nasional
Penilaian hasil belajar oleh guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus, menetapkan kriteria penilaian,
memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator, mengembangkan instrumen dan
pedoman penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.
2. Melaksanakan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran
dengan teknik bertanya dan diakhiri dengan tes dan/ atau nontes.
3. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari Kompetensi Dasar setiap
mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema pelajaran.
4. Hasil penilaian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan
belajar siswa, dikembalikan kepada siswa disertai balikan berupa komentar
mendidik.
5. Laporan hasil penilaian oleh guru disampaikan kepada kepala sekolah/ madrasah
dan pihak lain yang terkait misalnya orangtua siswa.
6. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua guru (guru
kelas, agama dan PJOK) selama satu semester, hasilnya diakumulasikan dan
dinyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh guru kelas.
Aktivitas sekolah dalam manajemen terkait dengan penilaian hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi dengan mengacu
pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran
2. Mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, dan ujian akhir
sekolah/ madrasah
3. Menyelenggarakan ujian sekolah/ madrasah dan menentukan kelulusan siswa dari
ujian sekolah/ madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/ Madrasah
4. Menentukan kriteria kenaikan kelas
5. Melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/ atau tingkat kompetensi kepada
orang tua/ wali siswa dalam bentuk buku rapor
6. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat sekolah kepada dinas pendidikan
kabupaten/ kota dan instansi lain yang terkait
7. Melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/ wali siswa dan dinas
pendidkan
8. Menentukan kelulusan siswa melalui rapat dewan guru sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan
9. Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap siswa bagi
sekolah penyelenggara Ujian Nasional
10. Menerbitkan ijazah setiap siswa yang lulus (sekolah yang telah terakreditasi)
Untuk menunjang aktivitas sekolah di atas, maka seluruh pihak perlu:
1. bekerjasama dalam menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi
dengan mengacu pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran dan
menentukan kriteria kenaikan kelas.
2. berpartisipasi aktif dalam mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat
kompetensi, dan ujian akhir sekolah/ madrasah
3. rutin melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/ wali siswa dan
dinas pendidikan
4. melakukan refleksi dalam rangka perbaikan yang terus menerus
Diharapkan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menumbuhkembangkan partisipasi
semua pihak, komitmen, dan kerjasama. Hal tersebut membutuhkan peran kepala
sekolah dalam hal:
1. Memfasilitasi rapat sekolah dalam menentukan kriteria minimal pencapaian
Tingkat Kompetensi dengan mengacu pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata
pelajaran, menentukan kriteria kenaikan kelas dan menentukan kelulusan siswa
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru.

Anda mungkin juga menyukai