2. Indikator proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu
frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa, berfungsi/tidaknya Poskesdes,
berfungsi/tidaknya UKBM yang ada, berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan
dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; berfungsi/ tidaknya sistem
surveilans berbasis masyarakat
1. Visi
Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan
Sehat 2015. Kecamatan sehat 2015 merupakan gambaran kesehatan masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang
ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa komunitas yang mempunyai visi ”memelihara kesehatan jiwa masyarakat dan
mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat
sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat”.
2. Misi pelayanan
Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat sehat
jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader kesehatan
jiwa.
3. Strategi pelayanan
Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan
adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa
(CMHN) di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di desa siaga adalah
a. Kegiatan perawat CMHN.
1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat :
Keluarga dengan bayi
Keluarga dengan kanak-kanak
Keluarga dengan usia pra sekolah
Keluarga dengan usia sekolah
Keluarga dengan remaja
Keluarga dengan dewasa muda
Keluarga dengan dewasa
Keluarga dengan lanjut usia
2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah
psikososial :
Kehilangan bentuk, struktur, fungsí tubuh
Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat
tinggal, sekolah, harta benda
3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami
gangguan jiwa :
Pasien dengan Perilaku kekerasan
Pasien dengan Isolasi sosial
Pasien dengan Harga diri rendah
Pasien dengan Halusinasi
Pasien dengan Kurang Perawatan Diri
4) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan jiwa
mandiri
5) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri
6) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa
.
b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa :
1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah
psikososial dan gangguan jiwa
2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai
dengan usia
3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah
psikososial
4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat
5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas
Kelompok dan Rehabilitasi
6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri
7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN
8) Mendokumentasikan semua kegiatan
2.7 Deteksi Keluarga Di Desa Siaga Sehat Jiwa
Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh keluarga
yang ada di desa siaga sehat jiwa.
1) Pengertian
Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi
kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi adalah
sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.
2) Tujuan
Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang
ditunjukkan melalui :
a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa
b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial
c. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa
3) Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga
2) Kader mempelajari tanda–tanda orang/keluarga yang berisiko mengalami
masalah psikososial atau orang/keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3) Kader mengidentifikasi orang/keluarga yang diduga mengalami risiko
masalah psikososial atau gangguan jiwa
4) Melakukan kontrak/janji untuk bertemu dengan pasien dan keluarga
b. Pelaksanaan
1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa
2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader
membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama)
3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan
cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku
pedoman deteksi keluarga
Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah psikososial
atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui tanda –
tanda/perilaku yang menunjukkan individu tersebut risiko masalah psikososial
atau gangguan jiwa (tabel 3.1 dan tabel 3.2)
4) Berdasarkan penilaian yang dilakukan kader mengelompokkan keluarga yang
tinggal diwilayahnya menjadi 3 kelompok :
a) Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja
kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang; baik risiko masalah
psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan j NM,iwa (lihat tabel 2)
b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial adalah keluarga
yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai kondisi sesuai tabel
1
c) Kelompok keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa
adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan mempunyai
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (perilaku seperti pada
tabel 2)
c. Pelaporan
1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya
2) Kader mencatat data – data keluarga yang mempunyai risiko masalah
psikososial
3) Kader mencatat data – data keluarga yang mengalami gangguan jiwa
4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing – masing kelompok
dicatat
5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang
bertanggungjawab
(Keliat dkk, 2011)
b. Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi
jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar)
sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial
(interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang
beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan
dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah
sangat beragam (lihat table 2).
(Keliat dkk, 2011).
Tabel 2
Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa
NO CIRI PERILAKU
1 Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
2 Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan,
minum, aktivitas) berkurang
3 Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
4 Marah – marah tanpa sebab
5 Bicara atau tertawa sendiri
6 Mengamuk
7 Menyendiri
8 Tidak mau bergaul
9 Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
10 Mengatakan atau mencoba bunuh diri
c. Sehat Jiwa
Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada
gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.
Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian
dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam kelompok,
demikian pula risiko dan gangguan jiwa.
(Keliat dkk, 2011)
b. Pelaksanaan
1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan
2) Mengumpulkan peserta penyuluhan
3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan
4) Memotivasi peserta untuk bertanya
c. Pelaporan
1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku
pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)
(Keliat dkk, 2011)
2.15 Pendokumentasian
Pengertian
Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader (deteksi,
penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan panduan
pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa).
Tujuan
Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi
kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa
siaga sehat jiwa tercatat dengan baik
Bentuk dokumentasi
Bentuk dokumentasi laporan kader adalah :
Buku pegangan kader : deteksi keluarga
Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa
Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa
Surat rujukan (Keliat dkk, 2011)
BAB 3
KERANGKA KEGIATAN
Perawat CMHN
Pelatihan
Kompetensi Kader
Sehat Jiwa (Deteksi
1. Terbentuknya kader Dini, TAK,
sehat jiwa per posyandu Pendkes, Rujukan,
yang memiliki skill Dokumentasi
terlatih di bidang
kesehatan jiwa : Buku pegangan
2. Setiap dusun memiliki kader : deteksi
Kegiatan Kader
kader kesehatan jiwa keluarga
Kesehatan Jiwa dengan rasio 1 kader Buku pegangan
terhadap 15-20 keluarga kader :
yang ada disekitar penyuluhan
tempat tinggalnya kesehatan jiwa
3. Seluruh keluarga di Buku pegangan
Desa Siaga Sehat Jiwa kader : supervisi
memiliki kader pasien
kesehatan jiwa gangguan jiwa
Surat rujukan
Perawat CMHN
PEMERIKSAAN
memfasilitasi
DI POLI JIWA
untuk pemeriksaan
PUSKESMAS
lebih lanjut ke poli
jiwa puskesmas
2. Konseling Kesehatan
Jiwa dan kondisi Rencana Rujukan ke
kesehatan jiwa pasien RSJ di
kabupaten/provinsi
terkait
setuju menolak
Perawat Kontrol
Memenuhi kelengkapan CMHN ke poli
RSJ dokumentasi rekam medis puskesmas jiwa
dan asuhan keperawatan merujuk ke
jiwa pasien RSJ di
kabupaten/pro
vinsi terkait
Pasien Pulang
(Desa) - Presepti
Mengambil data deteksi dini keluarga sehat
jiwa yang sudah disebar di kader per
posyandu di kedua dusun (desa Bantur dan
Bandungrejo)
Mengolah data deteksi dini keluarga sehat
jiwa yang sudah diisi kader per posyandu
c. Materi pelatihan
Secara garis besar materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :
a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
b. Konsep desa siaga sehat jiwa
c. Deteksi masalah – masalah psikososial dan gangguan jiwa
d. Kunjungan rumah untuk pasien mandiri
e. Pendokumentasian/pelaporan
(Rincian materi ada pada buku pegangan kader : materi pelatihan)
d. Metode pelatihan
Beberapa metode yang dapat saudara gunakan saat melakukanpelatihan kader; sesuai
dengan tujuan adalah sebagai berikut :
h. Ceramah interaktif
Penyampaian materi diberikan secara lisan/verbal oleh pelatih. Metode ini efektif jika
menggunakan alat bantu yang tepat seperti transparansi, slide, video. Ceramah
interaktif dilakukan untuk memotivasi peserta pelatihan terlibat aktif mengikuti materi
yang disampaikan dengan cara menyampaikan pendapatnya. Awal ceramah adalah
pembukaan 10 – 15 menit kemudian penyampaian informasi yang diikuti dengan
diskusi dan tanya jawab.
i. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dilakukan bila materi yang dipelajari perlu dibahas lebih mendalam
atau dipraktekkan. Dalam diskusi kelompok perlu dipilih ketua dan sekretaris
kelompok yang akan memimpin diskusi. Hasil diskusi dicatat dan disampaikan pada
seluruh anggota agar terjadi kesepahaman atau kesamaan persepsi antar anggota
kelompok.
j. Demonstrasi atau simulasi
Demonstrasi dilakukan jika materi yang dibahas memerlukan aktivitas motorik atau
penampilan sikap yang sesuai sehingga perlu diperagakan untuk memperoleh
gambaran materi yang utuh. Lakukan demonstrasi tahap demi tahap agar mudah
diingat dan di pahami oleh peserta. Setelah diperagakan peserta melakukan
simulasi. Selama atau setelah demonstrasi peserta dapat mengajukan pertanyaan
untuk hal-hal yang belum dimengerti dan pelatih mengamati atau memperbaiki
kemampuan peserta.
k. Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan simulasi dengan berakting secara spontan.
Peserta diberi tugas untuk memperagakanperilaku tertentu secara total. Misalnya
seorang peserta berperan sebagai pasien/keluarga dan peserta lainnya berperan
sebagai kader keswa yang memberi penyuluhan.
l. Studi kasus
Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dan mempergunakan kasus nyata
maupun fiktif yang berfokus pada isyu, problem, tujuan atau topik yang spesifik.
Peserta mempelajari dan memberikan tanggapan terhadap kasus secara tertulis
atau lisan. Metode ini dapat digabungkan dengan bermain peran bila pelatih
menginginkan hasil yang lebih efektif.
m. Praktek dan supervisi
Metode praktek dilakukan bila peserta harus melakukan serangkaian aktivitas
tertentu di situasinyata untuk mencapai kemampuan yang ditetapkan. Melalui
praktek di tatanan nyata diharapkan peserta akan lebih mudah mengingat dan
mempunyai pengalaman tersendiri dalam melakukan aktivitasnya. Hasil belajar yang
optimal dicapai bila saat praktek dilakukan supervisi yang berfungsi untuk
memperbaiki kinerja dan memotivasi peserta untuk lebih giat melakukan tindakan.
e. Evaluasi
a. Fokus : Gabungan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif
b. Metode : Pre dan post tes (soal tertulis)
Penampilan kinerja (performance)
c. Waktu : Selama dan setelah selesai pelatihan
BAB 5
HASIL KEGIATAN
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantur pada tahun 2012 tercatat 32.469 jiwa.
Jumlah penduduk tahun 2012 tersebar di desa-desa sebagai berikut :
1. Bantur 5 73 11.917
2. Wonorejo 1 11 1.408
3. Srigonco 3 39 4.352
4. Sumberbening 3 25 5.538
5. Bandungrejo 3 54 9.254
1. DESA SRIGONCO
1600
1400
1200 Klasifikasi
Sehat
1000
800 Klasifikasi
Resiko
600
400 Klasifikasi
Gangguan
200 Jiwa
0
2. DESA SUMBERBENING
DESA SUMBERBENING BERDASAR KLASIFIKASI SEHAT, RESIKO DAN
GANGGUAN.
SUMBER BENING BERDASAR KLASIFIKASI
7.04%
0.21%
0.21%
92.75%
Sehat
RPK 2
RM
369 2
11 HALUSINASI
Resiko/Psik
4863 5 ososial/Pen
yakit kronis
ISOS 2
Gangguan
Jiwa
N=52
KLASIFIKASI BERDASARKAN KELOMPOK USIA
KELOMPOK PENYAKIT GANGGUA KELOMPOK PENYAKIT GANGGUA
SEHAT SEHAT
USIA KRONIS N JIWA USIA KRONIS N JIWA
0 - 1,5 tahun 61 0 0 12 – 18 tahun 496 8 0
1,5 - 3 tahun 61 0 0 18 – 35 tahun 1454 36 1
3 – 6 tahun 196 2 0 35 – 60 tahun 1703 188 10
6 – 12 tahun 446 6 0 >60 tahun 426 129 0
1800 1703
1600
1454
1400
1200
N=5243
1000
800
600 496
446 426
400
196 188
200 129
61 61 36 1
2 6 8 10
0
0-1,5 1,5-3 3-6 tahun 6-12 12-18 18-35 35-60 > 60 tahun
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Klasifikasi Sehat Klasifikasi Risiko/Psikososial Klasifikasi Gangguan Jiwa
3. DESA WONOREJO
Sehat
Risiko / Psikososial
Gangguan Jiwa
1287
HASIL PENDATAAN KESEHATAN JIWA DESA BANDUNGREJO DAN BANTUR PERIODE
FEBRUARI – MARET 2013
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantur pada tahun 2012 tercatat 32.469 jiwa.
Jumlah penduduk tahun 2012 tersebar di desa-desa sebagai berikut :
1. Bantur 5 73 11.917
2. Wonorejo 1 11 1.408
3. Srigonco 3 39 4.352
4. Sumberbening 3 25 5.538
5. Bandungrejo 3 54 9.254