Anda di halaman 1dari 19

MODUL 4

POROS PROPPELER

4.1. Pendahuluan
4.1.1 Jenis-jenis Sistem Penggerak Kendaraan

Kendaraan dapat berjalan/ bergerak karena ada sistem yang


memindahkan tenaga/ momen/ putarandari mesin ke roda - roda. Kendaraan
ditinjau dari sistem pemindah tenaganya dikelompokkan menjadi beberapa
tipe/ jenis, yaitu :

a) Front Engine Rear Drive (FR)

Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda belakang


dinamakan tipe Front Engine Rear Drive (FR). Komponen-komponen
sistem pemindah tenaga meliputi: kopling (clutch), transmisi (transmission),
drive shaft/propeller shaft, differential, rear axle dan roda (wheel)

Gambar 4.1 Sistem pemindah tenaga pada kendaraan tipe FR

b) Front Engine Front Drive(FF)


Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda depan
dinamakan tipe Front Engine Front Drive (FF). Komponen-komponen
sistem pemindah tenaga meliputi: kopling (clutch), transmisi
(transmission), differential, front axle dan roda (wheel).

Unit Poros Proppeler | 102


Gambar 4.2 Sistem pemindah tenaga pada kendaraan tipe FF

c) Rear Engine Rear Drive (RR)


Kendaraan dengan mesin di belakang dan menggerakkan roda
belakang dinamakan tipe Rear Engine Rear Drive (RR). Pemindah tenaga
kendaraan tipe ini sama dengan tipe Front Engine Front Drive (FF).
Komponen-komponen sistem pemindah tenaga meliputi: kopling (clutch),
transmisi (transmissions), differential, rear axle dan roda (wheel).
d) Four Wheel Drive (FWD)
Kendaraan dengan mesin menggerakkan roda depan dan roda
belakang dinam akan tipe Four Wheel Drive atau All Wheel Drive (FWD
atau 4WD atau AWD ). Komponen-komponen sistem pemindah tenaga
meliputi : kopling (clutch), transmisi (transmission), transfer, dan terbagi
menjadi dua. Pertama ke front drive shaft (front propeller shaft), front
differential , front axle dan roda depan (front wheel), sedangkan yang kedua
ke rear drive shaft, rear differential, rear axle dan roda belakang (rear
wheel).

Gambar 4.3 Sistem pemindah tenaga pada kendaraan tipe FWD

Unit Poros Proppeler | 103


4.2. Capaian Pembelajaran Khusus
Dengan mempelajari tentang poros proppeler diharapkan:
4.2.1 Mahasiswa mampu memelihara/servis unit poros proppeler dan
komponen-komponennya.
4.2.2 Mahasiswa mampu memperbaiki unit poros proppeler dan komponen-
komponennya.
4.2.3 Mahasiswa mampu melakukan Overhoul unit poros proppeler dan
komponen-komponennya.

4.3. Kegiatan Belajar


Pembelajaran poros proppeler mudah dimengerti jika mahasiswa belajar
sambil menghadapi unit poros proppeler yang dipelajari. Untuk hal ini
sebaiknya pembelajaran dilakukan diruang teori bengkel atau setelah selesai
teori mahasiswa dihadapkan ke unit poros proppeler yang dipelajari.

4.3.1 Memelihara unit poros penggerak roda/proppeler dan komponen-


komponennya

1. Propeller Shaft

Pada kendaraan tipe FR (front engine rear drive) dan FWD/AWD


(four wheel drive), untuk memindahkan tenaga mesin dari transmisi ke
differential, diperlukan propeller shaft atau sering juga disebut sebagai
drive shaft. Panjang pendeknya propeller shaft tergantung dari panjang
kendaraan. Pada kendaraan yang panjang, propeller dibagi menjadi
beberapa bagian untuk menjamin supaya tetap dapat bekerja dengan baik.
Suspensi kendaraan mengakibatkan posisi differential selalu berubah-ubah
terhadap transmisi, sehingga propeller harus dapat menyesuaikan perubahan
sudut dan perubahan jarak, agar tetap mampu meneruskan putaran dengan
lancar. Mekanisme atau komponen tersebut adalah universal joint atau
sering disebut U-joint.

Unit Poros Proppeler | 104


Gambar 4.4 Bentuk-bentuk propeller shaft

2. Universal joint
Kondisi jalan mempengaruhi kerja suspensi dan berakibat pada posisi
differential selalu berubah-ubah terhadap transmisi. Universal joint dipakai
untuk mengatasi kondisi tersebut agar poros selalu dapat berputar dengan
lancar, sehingga universal joint harus mempunyai syarat: dapat mengurangi
resiko kerusakan propeller saat poros bergerak naik/ turun, tidak berisik atau
berputar dengan lembut, konstruksinya sederhana dan tidak mudah rusak.
Dilihat dari konstruksinya, universal joint dibagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
a) Hook Joint

Gambar 4.5 Konstruksi Hook Joint

Pada umumnya poros propeller menggunakan konstruksi tipe ini,


karena selain konstruksinya yang sederhana tipe ini juga berfungsi secara
akurat dan konstan. Konstruksi hook joint adalah seperti gambar di atas.
Ada dua tipe hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid bearing
cup type. Pada tipe shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar
sedangkan pada tipe solid bearing cup bisa dibongkar. Ilustrasi

Unit Poros Proppeler | 105


konstruksi kedua tipe universal joint tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 4.6 Konstruksi hook joint tipe shell bearing cup

Gambar 4.7 Konstruksi hook joint tipe solid bearing cup

b) Flexible Joint

Gambar 4.8 Konstruksi Flexible Joint

Konstruksi dari universal joint model flexible joint dapat dilihat pada
gambar di atas. Model ini mempunyai keuntungan tidak mudah aus, tidak
berisik dan tidak memerlukan minyak/ grease.

Unit Poros Proppeler | 106


c) Trunion Joint

Model ini berusaha menggabungkan tipe hook joint dan slip joint,
namun hasilnya masih dibawah slip joint sendiri, sehingga jarang
digunakan. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.9 Konstruksi Trunion Joint

d) Uniform Velocity Joint


Model ini dapat membuat kecepatan sudut yang lebih baik, sehingga
dapat mengurangi getaran dan suara bising. Konstruksinya dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.10 Konstruksi Uniform Velocity Joint

e) Slip Joint
Bagian ujung propeller yang dihubungkan dengan poros out-put
transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint. Hal ini
memungkinkan panjangnya propeller shaft sesuai dengan jarak output
transmisi dengan differential. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Unit Poros Proppeler | 107


Gambar 4.11 Konstruksi Slip Joint

3. Center Bearing
Merupakan unit yang dipasang pada ujung propeller shaft depan
(intermediate shaft) dan menempel pada body melalui bracket. Center
bearing berfungsi sebagai tumpuan antara pada poros propeller yang
panjang (3-joint type) untuk mengurangi kemungkinan poros propeller
melengkung/bengkok, untuk meredam bunyi dan getaran pada saat
propeller shaft bekerja.

Gambar 4.12 Konstruksi Center Bearing

4.3.2 Memperbaiki unit proros proppeler dan komponen-komponennya


4.3.2.1 Diagnosa dan perbaikan kerusakan unit proros proppeler
Perawatan yang dilakukan pada propeller shaft adalah memberikan
pelumasan dengan grease pada universal joint. Pemeriksaan dilakukan untuk
mencegah suatu kerusakan atau untuk memastikan penyebab suatu
keusakan. Pemeriksaan pencegahan atau perawatan dilaksanakan secara
berkala dan rutin untuk memeriksa/menjaga kondisi komponen dan
kerjanya. Sedang pemeriksaan guna memastikan penyebab kerusakan
harus dilakukan dengan betul-betul cermat dan perlu analisa kasus dan

Unit Poros Proppeler | 108


perlu pemeriksaan komponen dengan urutan yang cepat, tepat dan benar.
Berikut dicontohkan, diagram analisa dan urutan pemeriksaan:
a) Bunyi dari propeller shaft

Gambar 4.13 Bagan alir diagnosis

Pemeriksaan terhadap bunyi diperlukan pendengaran yang baik,


ketelitian dan kecermatan yang tinggi, karena pada kendaraan akan terdapat
sumber bunyi yang komplek sehingga kalau tidak cermat sering terkecoh
pada bunyi-bunyi yang lain.

Unit Poros Proppeler | 109


b) Getaran dari propeller shaft

Gambar 4.14 Bagan alir diagnosis


4.3.2.2 Prosedur perbaikan dan pemeriksaan pada unit proros proppeler
Pemeriksaan terhadap getaran dan bunyi pada propeller shaft harus
dilaksanakan secara teliti dan cermat, dengan mengangkat roda penggerak,
dan menghidupkan mesin pada posisi gigi transmisi masuk. Naikkan putaran
mesin secara bertahap dan amati getaran dan bunyi dari propeller shaft.
Jika ditemukan adanya getaran atau bunyi dari propeller shaft maka
lakukan pemeriksaan baut –baut pengikat dan atau lepaskan unit propeller
dan lakukan pemeriksaan komponen.

Unit Poros Proppeler | 110


Gambar 4.15 Bagian–bagian poros propeller

Pemeriksaan komponen dilakukan dengan melepas unit propeller,


yakni dengan melepas baut pengikat flange yoke ke differential dan
melepaskan center bearing (pada propeller 3 joint). Setelah propeller
terlepas lakukan pemeriksaan :

(1). Kebengkokan poros propeller depan dan belakang.

Dengan menggunakan V-blok dan dial tester indicator ukurlah


run-out poros(kebengkokan). Run-out max. = 0.8 mm

Gambar 4.16 Pemeriksaan kebengkokan poros propeller

Unit Poros Proppeler | 111


(2). Keausan dan kekocakan bantalan spider.
Putar spider dan pastikan bahwa tidak ada hambatan saat
berputar. Periksa juga kebebasan aksial spider bearing oleh putaran
yoke ketika tertahan poros dengan kuat. Kebebasan axial maximum.
0,05 mm.

Gambar 4.17 Pemeriksaan keausan dan kekocakan bantalan spider


(3). Periksa clearance antara universal joint spider dan needle roller
bearing

Gambar 4.18 Pengukuran clearance spider bearing


(4). Keausan dan kerusakan center support bearing
Periksalah bahwa bearing dapat berputar dengan bebas tanpa
hambatan namun tidak longgar/ goyang/ kocak.

Gambar 4.19 Pemeriksaan keausan center support bearing

Unit Poros Proppeler | 112


(5). Pemeriksaan keausan alur-alur sleeve yoke
Lakukan pengamatan secara visual terhadap kondisi spline.
Lakukan pengujian dengan memasangkan sleeve yoke ke poros lalu
putar bolak-balik sleeve yoke dan gerakkan maju-mundur (axial).
Pastikan tidak terjadi kekocakan yang berlebihan tetapi bisa bergerak
maju mundur dengan lancar.

Gambar 4.20 Pemeriksaan keausan alur-alur sleeve yoke

(6). Pemeriksaan keausan alur-alur ujung propeller depan terhadap flange


maupun yoke propeller belakang.
Menggunakan metode yang sama dengan di atas lakukan
pengecekan alur-alur ujung propeller depan terhadap flange maupun
yoke propeller belakang

Gambar 4.21 Pemeriksaan keausan alur-alur ujung propeller

(7). Pemeriksaan karet bushing maupun penutup debu pada center bearing.
Lakukan pengamatan terhadap kondisi karet bushing maupun
karet penutup debu pada center bearing.

Unit Poros Proppeler | 113


(8). Pemeriksaan keseimbangan poros propeller.
Menggunakan alat khusus (roller instrument) lakukan
pengecekan ketidak seimbangan poros propeller. Bila ditemukan tidak
seimbang (unbalance) maka lakukan balancing dengan memasang
bobot pemberat tertentu.

4.3.2 Overhoul unit poros proppeler


1. Gambar komponen-komponen Poros Propeller.

Gambar 4.22 Komponen poros propeller

2. Pemeriksaan Poros Propeller.


a. Periksa poros propeller dari kerusakan atau kebengkokan.
- Kebengkokan maksimum : 0,8 mm.
- Hasil pengukuran : ………….. mm.
- Kesimpulan : ……………………………………………
Bila kebengkokan poros lebih besar dari nilai maksimum gantilah poros.

Gambar 4.23 Pemeriksaan kebengkokan poros proppeler

Unit Poros Proppeler | 114


b. Periksa bantalan spider.
1) Periksa bantalan spider dari keausan atau kerusakan.
2) Periksa gerak bebas aksial bantalan spider dengan memutar yoke
sambil menahan kuat poros propeller.
- Gerak bebas aksial bantalan: > dari 0,05 mm.
- Hasil pengukuran:…………….mm.

- Kesimpulan:………………………………………………………………
Bila gerak bebas aksial bantalan lebih besar dari nilai maksimum, gantilah
bantalan spider.

Gambar 4.24 Pemeriksaan gerak bebas aksial


3. Penggantian Bantalan Spider.
a. Buatlah tanda pada poros dan flens atau yoke.

Gambar 4.25 Penggantian bantalan spider

b. Lepas snap ring.


1) Pukul sedikit luncuran luar bantalan masuk.
2) Menggunakan dua obeng, lepas empat snap ring dari alurnya.

Unit Poros Proppeler | 115


Gambar 4.26 Melepas snap ring dari alurnya
c. Lepas bantalan spider.
1) Menggunakan SST, tekan bantalan keluar dari poros propeller.
CATATAN: Naikkan bagian yang bertanda A secukupnya, sehingga
tidak menyentuh bantalan.

Gambar 4.27 Melepas bantalan spider


2) Jepitlah luncuran luar bantalan pada ragum dan pukul poros
propeller dengan palu.
CATATAN: Lepas bantalan pada sisi yang berlawanan dengan
prosedur yang sama.

Gambar 4.28 Melepas bantalan dengan palu

Unit Poros Proppeler | 116


3) Pasang dua luncuran luar bantalan pada spider.
4) Menggunakan SST, tekan bantalan keluar dari yoke.

Gambar 4.29 Melepas bantalan dari yoke


5) Jepitlah luncuran luar bantalan pada ragum dan pukul-lah yoke
dengan palu.
CATATAN: Lepas bantalan pada sisi yang berlawanan, dengan
prosedur yang sama.

Gambar 4.30 Melepas bantalan dari yoke dengan arah berlawanan


d. Pasang bantalan spider.
1) Oleskan gemuk pada spider dan bantalan.
CATATAN: Lepas bantalan pada sisi yang berlawanan, dengan
prosedur yang sama.

Unit Poros Proppeler | 117


Gambar 4.31 Mengoleskan gemuk pada spider dan bantalan
2) Tepatkan tanda pada yoke dan poros.

Gambar 4.32 Memberi tanda pada yoke dan poros


3) Pasang spider baru pada yoke.
4) Menggunakan SST, pasang bantalan baru pada spider.

Gambar 4.33 Memasang spidel baru pada yoke


5) Menggunakan SST, setel kedua bantalan, sehingga alur snap ring
pada posisi maksimum dan sama lebar.

Unit Poros Proppeler | 118


Gambar 4.34 Menyetel bantalan agar snap ring pada posisi maksimum
e. Pasang snap ring.
1) Pasang dua snap ring dengan ketebalan yang sama yang
memberikan gerak bebas 0 - 0,05 mm.
CATATAN: Jangan menggunakan kembali snap ring bekas.
4. Pemasangan Poros Propeller.
a. Pasang poros propeller pada transmisi.
1) Lepas SST dari transmisi.
2) Masukkan yoke poros propeller ke dalam transmisi.
b. Pasang poros propeller pada defferential.
1) Tepatkan tanda pada flens dan pasangkan poros propeller dengan
empat baut, cincin pegas dan mur.
2) Kencang baut dan mur.

Momen: 430 kg-cm (31 ft-lb, 42 Nm).

Gambar 4.35 Mengencangkan baut dan mur poros penggerak roda

Unit Poros Proppeler | 119


4.3.4 Latihan
4.3.4.1 Tugas
1. Ukurlah Keolengan Pada Poros Penggerak Roda?
2. Periksa Gerak Bebas Aksial Bantalan Spider?
4.3.4.2 Soal
1. Sebutkan Jenis-Jenis Penggerak Pada Kendaraan?
2. Sebutkan Komponen-Komponen Pada Poros Penggerak Roda?
3. Sebutkan Kerusakan-Kerusakan Yang Sering Terjadi Pada Poros
Penggerak Roda?

4.4 Rangkuman
a. Jenis-jenis Sistem Penggerak Kendaraan, terdiri dari: Front Engine Rear
Drive (FR), Front Engine Front Drive (FF), Rear Engine Rear Drive (RR),
Four Wheel Drive (FWD).
b. Kerusakan yang sering terjadi pada poros penggerak roda, meliputi: Bunyi
dari propeller shaft, Getaran dari propeller shaft.

4.5 Daftar Pustaka


1. Anonim (1994). Training Manual Drive Train Group, Jakarta : Penerbit PT.
Toyota-Astra Motor.
2. Anonim (tt). Step 2 Materi Pelajaran Chassis Group, Jakarta : Penerbit PT.
Toyota-Astra Motor.
3. Anonim (2004). N-Step Step 2 Chasis Training Materials Text , Jakarta:
Penerbit PT. NISSAN.
4. Pedoman Reparasi “CHASSIS & BODY” KIJANG Seri KF 40,50 PT.
TOYOTA ASTRA MOTOR
5. Pedoman Reparasi “CHASSIS & BODY” STARLET EP 70, 71 series Oct.
1985 PT. TOYOTA ASTRA MOTOR
6. Reinforcement Basic Competencies Mechanical Training “POWER TRAIN
& CHASSIS GROUP” Astra Mobil Training Center.

Unit Poros Proppeler | 120

Anda mungkin juga menyukai