Anda di halaman 1dari 50

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER DI RSUD


KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Kebidanan (STr, Keb)

Oleh :
Lilis Arianti
153112540120345

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi :.FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM

PRIMER DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

TAHUN 2016

Nama Mahasiswa : Lilis Arianti

Nomor Pokok : 153112540120345

Menyetujui,

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

(Dewi Kurniati, S.ST, M.Keb) (Dra. Suprihatin, MMsi)

Dekan,

(DR. Rosmawaty Lubis, M.Kes)

Jakarta, April 2016

1
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Lilis Arianti

Nomor Pokok : 153112540120345

Fakultas/Program Studi : Ilmu Kesehatan DIV-Kebidanan

Tahun Akademik : 2015-2016

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi

saya yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER DI RSUD

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016”. Apabila suatu saat saya terbukti

melakukan plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, April 2016

Lilis Arianti

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan pengetahuan kepada peneliti dalam penyusunan

Skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Sarjana Terapan

Kebidanan (STr, Keb) di Universitas Nasional. Adapun judul skripsi ini adalah

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perdarahan Post Partum di RSUD

Kabupaten Tangerang tahun 2016”.

Banyak hambatan yang dihadapi peneliti dalam pembuatan skripsi ini,

namun atas bantuan berbagai pihak, Skripsi ini dapat diselesaikan. Pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dewi Kurniati, S.ST, M.Keb, dosen pembimbing I yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada

peneliti selama penyusunan Skripsi.

2. Dra. Suprihatin, MMsi, dosen pembimbing II yang telah menyediakan

waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti selama

penyusunan skripsi.

3. DR. Rosmawaty Lubis, M.Kes, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan DIV

Kebidanan di Universitas Nasional.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan DIV Kebidanan di Universitas

Nasional.

5. Seluruh Staff RSUD Kabupaten Tangerang yang telah banyak membantu

dalam memperoleh data untuk mendukung dalam penyelesaian skripsi.

3
6. Kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan

dukungan baik moral, material, dan doa sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

7. Serta semua pihak yang juga telah banyak membantu peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberi karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua

sehingga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, April 2016


Peneliti

Lilis Arianti

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perdarahan ................................................................................ 10
1. Pengertian ............................................................................. 10
2. Etiologi Perdarahan .............................................................. 11
3. Faktor Predisposisi ............................................................... 11
4. Gambar Klinis ...................................................................... 12
5. Diagnosis Perdarahan Post Partum....................................... 13
6. Komplikasi Perdarahan Pasca Persalinan ............................. 14
7. Penanganan Umum terjadinya Perdarahan Post Partum ...... 15
B. Perdarahan Post Partum Primer ................................................ 16
1. Pengertian Perdarahan Post Partum...................................... 16
2. Jenis-Jenis Perdarahan Post Partum ..................................... 16
C. Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan Post Partum
Primer ....................................................................................... 28
1. Umur .................................................................................... 29
2. Paritas .................................................................................. 30
3. Riwayat Persalinan Perdarahan ........................................... 31
4. Anemia ................................................................................. 31
5. Jarak Kehamilan .................................................................. 33
6. Retensio Plasenta ................................................................. 33
7. Atonia Uteri ......................................................................... 34
8. Sisa Plasenta ........................................................................ 34
D. Kerangka Teori ......................................................................... 36
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 37
B. Hipotesis ................................................................................... 38
C. Definisi Operasional ................................................................. 40
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................... 43
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 43

5
C. Populasi Dan Sampel ............................................................. 44
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 45
E. Teknik Pengolahan Data ........................................................ 45
F. Teknik Analisa Data............................................................... 48
G. Etika Penelitian ...................................................................... 49

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah

sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum,

selama, atau sesudah kelahiran plasenta. Perdarahan post-partum (HPP)

merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Perdarahan lebih dari 500-600

ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir dan plasenta lahir. (Rukiyah, 2014)

Definisi perdarahan postpartum (HPP) adalah perdarahan yang melebihi

500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah

perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih dini

akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat

perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan

tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin,

sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100/menit), maka penanganan

harus segera dilakukan. (Nugroho, 2012)

Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang

lebih 200 ml. Episiotomi meningkatkan angka ini sebesar 100 ml dan kadang-

kadang lebih banyak lagi wanita hamil mengalami peningkatan jumlah darah

dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah pada wanita sehat setelah

melahirkan tidak mengakibatkan efek yang serius. Akan tetapi kehilangan

darah sekalipun dengan umlah yang kecil dapat menimbulkan akibat yang

7
berbahaya pada wanita yang anemis. Penelitian terhadap kematian ibu

memperlihatkan bahwa penderita perdarahan postpartum meninggal dunia

akbiat terus menerus terjadi perdarahan yang jumlahnya kadang-kadang tidak

menimbulkan kecurigaan kita. Yang menimbulkan kematian bukanlah

perdarahan sekaligus dalam jumlah banyak tetapi justru perdarahan yang

terus menerus yang terjadi sedikit demi sedikit. Bahaya perdarahan

popstpartum ada dua. Pertama, anemia yang diakibatkan perdarahan tersebut

memperlemh keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor

predisposisi terjadinya infeksi nifas. Kedua, jika kehilangan darah ini tidak

dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian.

Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus

menjadi perhatian masyarakat dunia. Menurut WHO (World Health

Organisation) pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal

akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di

negara-negara berkembang merupakan rasio yang tertinggi dengan 450

kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan

rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. (Depkes

RI, 2012)

Masih tingginya AKI (Angka Kematian Ibu) di negara berkembang

mencerminkan lambatnya proses penurunan AKI tersebut. Lambatnya proses

penurunan AKI karena masih tingginya tingkat kemiskinan sehingga

berpengaruh pada bidang kesehatan. Oleh karena itu, negara – negara

8
berkembang dengan angka kematian yang masih tingi belum menunjukan

kemajuan yang berati dalam 15 tahun terakhir.

Dalam pernyataan yang diterbitkan secara resmi oleh WHO dijelaskan

bahwa untuk mencapai target MDGs (Millenium Development Goals) pada

tahun 2015 yakni Angka Kematian Ibu turun menjadi 102/100.000 KH, maka

penurunan angka kematian ibu antara tahun 1990 sampai tahun 2015

seharusnya 5,5 % pertahun. Menurut laporan WHO, hanya Asia Timur yang

penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun sedangkan

tingkat penurunan yang jauh dari target terjadi di kawasan Sub-Sahara Afrika

yang hanya memiliki penurunan 0,1 persen per tahun, menurut WHO 81%

AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa

postpartum. Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25%

kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih

dari 100.000 kematian maternal pertahun. Menurut bulletin “American

Collage Of Obstetrician And Gynecologists” menempatkan perkiraan 140.000

kematian ibu pertahun.

Salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara adalah Angka

Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu (AKI) yang dimaksud adalah

kematian seorang ibu yang disebabkan kehamilan, melahirkan atau nifas,

bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung per 100.000

kelahiran hidup. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong

tinggi diantara negara-negara ASEAN (Association of South East Asian

Nations) lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Singapura yaitu 6 per

100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran

9
hidup, AKI Vietnam mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112

per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup,

sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2012)

Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat

mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh

melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu.

pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108

per 100.000 pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Meskipun telah terjadi

penurunan dalam beberapa tahun tarakhir akan tetapi penurunan tersebut

masih sangat lambat selain itu, angka tersebut masih jauh dari target RPJMN

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2014 sebesar 118

per 100.000 kelahiran hidup dan target MDG’s sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup tahun 2015. (Depkes RI, 2013)

Angka Kematian Ibu menunjukan kemampuan dan kualitas pelayanan

kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan

pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta

hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Tingginya

AKI dan lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari

segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya.

Menurut Depkes (Depertemen Kesehatan) RI pada tahun 2010, penyebab

langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan

yaitu perdarahan 28%. Perdarahan yang sering terjadi sampai menimbulkan

kematian adalah perdarahan dalam 24 jam pertama.

10
Diperkirakan ada 14 juta kasus pada tahun 2012 perdarahan dalam

kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami

perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar terjadi dalam waktu 4 jam

setelah melahirkan. Di Indonesia, sebagian besar persalinan tidak terjadi di

Rumah Sakit, sehingga sering pasien yang bersalin diluar kemudian terjadi

perdarahan postpartum karena atonia uteri terlambat sampai kerumah sakit,

saat datang keadaannya umum sudah memburuk akibat mortalitas tinggi.

Berdasarkan jumlah Data Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan

(Dinkes) Provinsi Banten, Pada Tahun 2013 Lalu, jumlah kematian ibu

mencapai 216 orang, sedangkan kematian bayi neonatal (hanya hidup dalam

rentang waktu 28 hari) sebanyak 1.220. Kondisi penyebab utama kematian

ibu saat melahirkan adalah Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan

perdarahan. Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas

Kesehatan Provinsi Tahun 2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih

didominasi oleh Perdarahan (32%) dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%),

diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain

penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain

(non obstetrik) sebesar 32%. (Dinkes Prov. Banten, 2012)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti akan mengambil penelitian

dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan Post

Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016”.

11
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan

Perdarahan Post Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian Perdarahan Post Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang

Tahun 2016”

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

umur.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

paritas.

c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

riwayat persalinan perdarahan.

d. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

anemia

12
e. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

jarak kehamilan.

f. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

retensio plasenta.

g. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan

atonia uteri.

h. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016, berdasarkan sisa

plasenta.

i. Mengetahui hubungan umur dengan kejadian perdarahan post partum

primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

j. Mengetahui hubungan Paritas dengan kejadian perdarahan post

partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

k. Mengetahui hubungan riwayat persalinan perdarahan dengan kejadian

Perdarahan post partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun

2016.

l. Mengetahui hubungan anemia dengan kejadian perdarahan post

partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

m. Mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan

post partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

13
n. Mengetahui hubungan retensio plasenta dengan kejadian perdarahan

post partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

o. Mengetahui hubungan atonia uteri dengan kejadian perdarahan post

partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

p. Mengetahui hubungan sisa plasenta dengan kejadian perdarahan post

partum primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan post partum, serta

untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa

kuliah.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan sumber referensi tambahan di

perpustakaan Universitas Nasional dalam meningkatkan pembelajaran

tentang terjadinya perdarahan post partum primer.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah wawasan sekaligus menjadi bahan acuan unutk

masukan bagi peneliti selanjutnya tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian perdarahan post partum primer.

14
4. Bagi tempat penelitian

Sebagai salah satu sumber bagi penentu kebijakan dan

pelaksanaan program baik dinas kesehatan maupun rumah sakit dalam

menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program kerja

mengenai perdarahan post partum primer di RSUD Kabupaten

Tangerang Tahun 2016.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdarahan Postpartum Primer

1. Pengertian Perdarahan Postpartum Primer

Perdarahan postpartum primer/perdarahan postpartum dini (early

postpartum hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

pertama setelah kala III. (Nugroho, 2012)

Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)

yang terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan. (Mochtar, 2011)

Perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam pertama

dan biasanya disebabkan oleh antonia uteri, berbagai robekan jalan lahir,

dan sisa sebagian plasenta. (Prawirohardjo, 2010)

Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml

dalam 24 jam pertama setelah lahir bayi. (Rukiyah, 2014)

2. Jenis-jenis perdarahan postpartum primer

Adapun menurut jenisnya berdasarkan faktor penyebab terjadinya

perdarahan postpartum dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Atonia uteri

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium

uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab

perdarahan postpartum yang paling penting dan biasa terjadi segera

setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat

16
menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok

hipovolemik. (Rukiyah, 2014)

1) Etiologi

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara

lain:

a) Overdistention uterus : gameli, makrosomia, polihidramnion.

b) paritas tinggi seperti umur yang terlalu muda dan terlalu tua,

multipara dengan jarak kelahiran pendek.

c) Partus lama.

d) Malnutrisi.

e) Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan

plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.

f) Grandemultipara.

g) Kelainan uterus seperti mioma uterus.

h) Anemia berat.

i) Riwayat perdarahan pasca persalinan.

2) Manifestasi klinik

Tanda dan gejala yang khas pada atonia uteri yaitu uterus tidak

berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir

(perdarahan postpartum primer). (Rukiyah, 2014)

3) Penanganan atonia uteri

a) Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri.

b) Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uteritonika,

lakukan kompresi bimanual.

17
c) Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta

masih tertinggal, lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada

laserasi jalan lahir.

d) Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.

e) Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.

Bila tindakan diatas sudah dilakukan tetapi masih terjadi

perdarahan lakukan tindakan spesifik : (Nugroho, 2012)

a) Kompresi bimanual interna

Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen

dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di

dalam miometrium (sebagai pengganti kontraksi). Perhatikan

perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan

berkurang perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga

uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi,

cobakan kompresi bimanual aorta abdominalis.

b) Kompresi bimanual eksterna.

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan

saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkup

uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang,

kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus daapat kembali

berkontraksi atau dibawa kefasilitas kesehatan rujukan. Bila belum

berhasil, coba dengan kompresi bimanual interna.

18
c) Kompresi bimanual aorta abdominalis.

Raba arteri fermoralis dengan ujung jari tangan kiri,

pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian

tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan,

hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan

menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri fermoralis.

Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang

terjadi.

Pada rumah sakit rujukan dilakukan :

a) Ligasi arteri uterina dan ovarika.

b) Histerektomi. (Prawirohardjo, 2014)

b. Retensio plasenta.

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya

plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.

(Nugroho, 2012)

Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah

anak lahir disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar

dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh

adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. (Prawirohardjo, 2010)

1) Etiologi

a) Karena his yang kurang kuat.

b) Plasenta sukar terlepas karena tempat berimplantasinya.

c) Bentuk plasenta.

d) Ukuran plasenta

19
2) Manifestasi klinik.

Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,

kontraksi uterus baik, gejala yang kadang-kadang timbul biasanya

tali pusat putus akibat retraksi berlebihan, inversi uteri akibat

tarikan, perdarahan lanjutan.

Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar

karena ini untuk menentuan sikap pada saat bidan akan mengambil

keputusan untuk melakukan manual pplasenta, karena retnsio

plasenta, karena retensio plasenta bisa disebabkan oleh beberapa

hal antara lain:

a) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot

korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme

separasi fisiologis.

b) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai sebagian lapisan miometrium, perlekaatan plasenta

sebagian atau total pada dinding uterus. Pada plasenta akreta

villi chorialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding

rahim dari pada biasa ialah sampai kebatas atas lapisan otot

rahim.

c) Plasenta inkreta adalah implantsi jonjot korion plasenta hingga

mencapai/melewati lapisan miometrium.

d) Plasenta prekreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan miometirum hingga mnecapai lapisan serosa

dinding uterus. (Nugroho, 2012)

20
e) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam

kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

3) Penanganan retensio plasenta

Penanganan umum

a) Jika plasenta terlihat di dalam vagina, mintalah ibu untuk

mengedan, jika anda dapat merasakan plasenta dalam vagina,

keluarkan plasenta.

b) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan

lakukan kateterisasi kandung kemih.

c) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM jika

belum dilakukan pada penanganan aktif kalla III.

d) Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan

kontraksi uterus yang tonik, yang bisa memperlambat

pengeluaran plasenta.

e) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian

oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali

pusat terkendali.

f) Jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk

melakukan pengeluaran plasenta secara manual.

g) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan

darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7

menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan

mudah menunjukan adanya koagulatip.

21
h) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang

berbau) berikan antibiotik untuk metritis.

i) Sewaktu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal,

akan menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara

efektif.

j) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta.

Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa

dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta

yang tidak keluar.

k) Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau

kuret besar.

l) Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah.

4) Sikap bidan :

a) Evaluasi sebabnya.

b) Konsultasi dengan puskesmas dan dokter jaga.

c) Merujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

d) Plasenta manual.

(1) Indikasi plasenta manual :

(a) Perdarahan 400 cc.

(b) Riwayat retensio plasenta berulang.

(c) Tindakan dengan narkose.

(d) Sejarah habitualis. Hemorragie PostPartum (berulang)

(2) Komplikasi

(a) Atonia uteri.

22
(b) Perforasi.

(c) Perdarahan terus.

(d) Tamponade gagal (segera rujuk penderita ke Rumah

Sakit)

(3) Retensio plasenta tanpa perdarahan

(a) Perdarahan terlalu banyak

(b) Keseimbangan bekuan darah ditempat plasenta lepas.

(4) Jika perlekatan erat persiapan merujuk penderita :

(a) Infus cairan pengganti.

(b) Petugas untuk pertolongan darurat.

(c) Keluarga untuk donor darah.

(5) Tindakan Di Rumah Sakit

(a) Perbaikan keadaaan umum infus transfusi antibiotic.

(b) Tindakan plasenta manual

(c) Atau histerektomi.

c. Robekan jalan lahir

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan

dengan trauma. (Prawirohardjo, 2010) Robekan jalan lahir yaitu

robekan yang terjadi pada jalan lahir yang bersumber dari berbagai

organ diantaranya:

1. Robekan perineum yaitu robekan yang terjadi pada hampir semua

persalinan pertama dan tak jarang juga pada persalinan berikutnya.

Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan

menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin

23
dengan cepat. Dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi

robekan perineum derajat I, robekan perineum derajat II, III, dan

IV.

2. Robekan vagina atau perlukaan vagina yang tidak berhubungan

dengan luka perineum tidak seberapa sering terdapat. Mungkin

ditemukan sesudah persalinan biasa,tetapi lebih sering sebagai

ekstrasi cunam, lebih-lebih kalau kepala bayi harus diputar.

Robekan dinding lateral dan bahu terlihat pada pemeriksaan

spekulum. Perdarahan biasanya banyak, tetapi mudah diatasi

dengan jahitan.

3. Robekan serviks terjadi pada waktu persalinan karena pada waktu

persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks

seorang multipara berbeda dengan yang belum pernah melahirkan

pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan

dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi

perdarahan yang tidak berhenti walaupun plasenta sudah lahir

lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan adanya

perlukaan jalan lahir kususnya robekan serviks uteri. Dalam

keadaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Pemeriksaan

juga harus dilakukan secara rutin setelah tindakan obstetrik yang

sulit.

4. Robekan uteri biasanya diakibatkan oleh faktor predisposisi yaitu

multiparitas hal ini disebab kan karena dinding perut yang lembek

dengan kedudukan uterus dalam posisi antefeksi sehingga terjadi

24
kelainan letak dan posisi janin, janin sering lebih besar, sehingga

dapat menimbulkan CPD, pemakaian oksitosin untuk induksi

peralinan yang tidak tepat, kelainan letak dan implantasi plasenta

umpamanya pada plasenta akreta, plasenta inkreta dan prekreta,

kelainan bentuk uterus seperti hidramnion.

1. Etiologi

a) Karena dinding rahim yang lemah dan cacat misalnya pada

bekas seksio sesarea. Miomektomi, dsb.

b) Dapat juga pada graviditas pada kornu yang rudimenter dan

graviditas intrestitalis.

c) Kelainan dari uterus seperti hipoplasia uteri.

d) Penyakit pada rahim misalnya adenomiosis.

e) Dinding rahim tipis dan meregang seperti gameli dan

hidramnion, makrosomia.

2. Manifestasi klinik

Biasanya ciri yang khas dari robekan jalan lahir yaitu

kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil, perdarahan terjadi

langsung setelah bayi lahir. Perdarahan ini terus menerus setelah

dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung mengeras

tapi perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan apapun, robekan

jalan lahir harus dapat diminimalkan karena tak jarang perdarahan

terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal

seperti terjadinya syok.

25
3. Penanganan robekan jalan lahir

a) Mengatasi syoknya dengan memperbaiki keadaan umum pasien

dengan memberikan infus cairan, dan transfusi darah,

kardiotonika, antibiotika, dan sebagainya.

b) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan

sumber perdarahan.

c) Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan antiseptic

d) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat

dengan benang yang dapat diserap.

e) Lakukan penjahitan luka mulai mulai dari bagian yang paling

distal dari operator (khusus pada ruptur perineum komplit

hingga anus dan sebagian rektum).

f) Dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi

pada rektum yaitu sebagai berikut :

1) Setelah prosedur aseptik-antiseptik,pasang busi pada rektum

hingga ujung robekan.

2) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan

simpul submukosa, menggunakan benang poliglikolik no.

2/0 (dexon/vicryl) hingga ke sfingter ani.

3) Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan jahit dengan

benang no. 2/0.

4) Lanjutkan penjahitan ke lapisan ototperinneum dan

submukosa dengan benang yang sama (atau kromik 2/0)

secara jelujur. (Nugroho, 2012)

26
5) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara

submukosal dan subkutikuler.

6) Berikan antibiotik profilaksis (ampisilin 2 gr dan

metronidazol 1 gr per oral). Terapi antibiotik hanya

diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan

tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas.

(Nugroho, 2012)

d. Sisa plasenta

Sisa plasenta adalah sebagian plasenta masih tertinggal disebut

sisa plasenta atau plasenta rest.

1) Etiologi

Biasanya disebabkan oleh jenis implantasi plasenta sendiri

seperti plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta prekreta dan

plasenta inkarserata.

2) Manifestasi klinik

Gejala klinis sisa plasenta sendiri yaitu terdapat subinvolusi

uteri, terjaadi perdaarahan sedikit demi sedikit yang

berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak

setelah berenti beberapa waktu, dan perasaan tidak nyaman diperut

bawah. Jika sisa plasenta ini dibiarkan maka akan terjadi komlikasi

yang biasanya terjadia adalah polip plasenta yaitu plasenta masih

tumbuh dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten

sehingga kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi degenrasi

ganas menuju korio karsinoma.

27
3) Penanganan sisa plasenta

a) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan

melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah

dilahirkan.

b) Berikan antiboitika karena perdarahan juga merupakan gejala

metritis. Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1

g Iv dilanjutkan dengan 3x1 g oral dikombinasi dengan

metronidazol 1g supositoria dilanjutkan 3x500 mg oral.

c) Dengan dipayungi antibiotika tersebut, lakukan eksplorasi

digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah

atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilaluli oleh instrumen,

lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AVM atau dilatasi

dengan kuretase.

d) Bila kadar Hb<8g % berikan transfusi darah. Bila kadar Hb ≥

8g %, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

(Prawirohardjo, 2010)

B. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum

Primer (Early postparutm haemorrhage)

Perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang terjadi dalam

24 jam setelah persalinan berlangsung. Penyebab utama perdarahan

postpartum primer yaitu atonia uteri (50-60%), retensio plasenta (16-17%),

sisa plasenta (23-24%), laserasi jalan lahir (4-5)%. (Nugroho, 2012) Adapun

dalam penelitia ini peneliti hanya melakukan penelitian pada perdarahan

28
postpartum primer dan menurut survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Tangerang perdarahan postpartum banyak di

sebabkan oleh retensio plasenta, robekan jalan lahir, dan atonia uteri. Dan

berikut ini adalah variabel yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan

postpartum.

1. Umur

Umur merupakan usia ibu yang terhitung dari awal lahir sampai

dengan sekarang. Biasanya umur ini selalu diperhatikan di dalam

penelitian. Karena angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam

hampir semua keadaan menunjukan dengan umur. Karena semakin tua

ibu melahirkan ataupun semakin muda ibu melahirkan bisa menimbulkan

banyak resiko termasuk perdarahan postpartum primer. Dan berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh “Anna Husnul fatimah” Pada

Tahun 2012 Di RSU Berkah Kabupaten Pandeglang Tentang Hubungan

Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Pada Ibu

Bersalin, bahwa umur ada hubungannya dengan perdarahan pospartum

primer karena pada usia 20 tahun dianjurkan untuk menunda atau

mencegah kehamilan karena organ reproduksi belum matang sehingga

resiko penyulit dan komplikasi terkait dengan kehamilan persalinan dan

nifas sangat tinggi. Sedangkan pada usia > dari 35 tahun apa bila terjadi

kehamilan dan persalinan pada usia ini mempunyai resiko tinggi

terjadinya komplikasi.

29
2. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang ibu lahirkan. Paritas rendah

berarti memiliki kejarangan yang tinggi melahirkan anak,sehingga

jumlah anak tebatas. Keseringannya melahirkan atau berparitas tinggi,

akan menjadi penyebab langsung terhadap kesehatan. Ini bisa menjadi

salah satu faktor predisposisi terjadinya perdarahan postpartum primer.

Dan berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh “Anna

Husnul Fatimah ” Pada Tahun 2012 Di RSU Berkah Pandeglang Tentang

Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum

Pada Ibu Bersalin, bahwa paritas berhubungan dengan perdarahan

postpartum primer karena banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh

seorang wanita.

3. Riwayat Persalinan Perdarahan

Riwayat persalinan dimasa lampau sangat berhubungan dengan

hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan yang

lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi dalam

persalinan yang akan berlangsung. Riwayat persalinan buruk ini dapat

berupa abortus, kematian janin, eklamsi dan preeklamsi, sectio caesarea,

persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan pernah mengalami

perdarahan antepartum dan postpartum.

30
4. Anemia

Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu

hamil adalah kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 11,0 gr%.

Volume darah ibu hamil bertambah lebih kurang sampai 50% yang

menyebabka kontraksi sel darah merah mengalami penurunan.

Bertambahnya sel daraha merah masih kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah.

Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18% dan

haemaglobin 19%. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun

terlalu rendah yang menyebabkan hemoglobin sampai <11 gr%.

Meningkatnya volume darah berarti meningkatkan pula jumlah zat besi

yang membutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sehingga

tubuh dapat menormalkan konsentrasi hemoglobin sebagai protein

pengakut oksigen. (Winkjosastro, 2010)

Anemia dapat mengurangi daua tahan tubuh ibu dan meninggikan

frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga

menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa

cepat lelah pada penderita anemia disebabkan metabolisme energi oleh

otot tidak berjalan secara sempurna karena kekurangan oksigen. Selama

hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah

merah karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri

dan saat bersalin ibu membutuhkan hemoglobin untuk memberikan

energi agar otot-otot uterus dapat berkontraksi dengan baik.

31
Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan dangan alat sahli dapat

digolongkan sebagai berikut. (Manuaba, 2012)

1. Hb > 11,0 gr% disebut tidak anemia

2. Hb 9,0 gr% - 10,9 gr% disebut anemia ringan

3. Hb 7,0 gr% - 8,9 gr% disebut anemia sedang

4. Hb < 6,9 gr% disebut anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,

yaitu trimester I dan trimester III.

5. Jarak Kehamilan

Jarak antar kelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelum sampai

terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak antar kelahiran yang terdahulu

dekat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan. Menurut

Monir dan Meyerscough (1972) yang dikutip Suryani (2009)

menyebutkan jarak antar kelahiran sebagai faktor predisposisi perdarahan

postpartum karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu

yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik.

Selama kahamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh

ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.

Bila jarak antar kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2

tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan

dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan terjadinya

perdarahan pasca persalinan.

32
6. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama

setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi

retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Sewaktu sebagian plasenta

(satu lobus atau lebih) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi

secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan segera.

Dan ini merupakan penyebab kematian nomor satu (40-60%) kematian

ibu melahirkan di Indonesia karena perdarahan yang hebat akan cepat

meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat. (Rukiyah,

2014)

7. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium

uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab

perdarahan postpartum yang paling penting dan biasanya terjadi segera

setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Lemahnya kontraksi

myometrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama

atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan

stimulasi. Atonia uteri ini merupakan penyebab perdarahan postpartum

sebanyak 80-90% yang merupakan penyebab penting kematian

maternal.

Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi

dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah

lahir). (Rukiyah, 2014)

33
8. Sisa Plasenta

Sisa plasenta yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat

menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan postpartum

lambat (biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan), pada

perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan

perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim.

Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi

rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan

berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plaenta jarang

menimbulkan syok.

Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi

potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering

menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. (Rukiyah, 2014)

34
C. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Sarwono prawihardjo
“Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal”

a. Atonia uteri
b. Robekan jalan lahir
c. Retensio plasenta
d. Sisa plasenta
e. Umur
f. Paritas

dr.Ida Bagus Gede Manuaba


“Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB”

1. Atonia uteri Perdarahan Post Partum


2. Retensio plasenta Primer
3. Inversio uteri
4. Robekan jalan lahir
5. Sisa plasenta
6. Paritas

Lia Yulianti, Am. Keb dan Ai


Yeyeh Rukiyah, S.Si.T, MKM
“Asuhan Kebidanan Patologi”

a. Atonia uteri
b. Retensio plasenta
c. Robekan jalan lahir
d. Inversio uteri
e. Umur
f. Paritas

35
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya atau antara

variabel satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti.

(Notoatmodjo, 2012) Kerangka konsep dirumuskan dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran secara jelas arah penelitian atau data apa yang

dikumpulkan.

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi
1. Umur
2. Paritas
3. Riwayat Persalinan Perdarahan
4. Anemia
5. Jarak Kehamilan Haemorrage Post Partum

Etiologi Perdarahan
1. Retensio Plasenta
2. Atonia Uteri
3. Sisa Plasenta

36
B. Hipotesis

Suatu jawaban atas pertanyaan peneliti yang telah dirumuskan dalam

perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka

dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari

peneliti. Setelah melalui pembuktian dari hasi penelitian maka hipotesis ini

dapat dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. (Notoatmodjo, 2012)

1. Hipotesis Alternative (Ha)

a. Ada hubungan antara umur dengan kejadian Perdarahan Post Partum

Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

b. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian Perdarahan Post Partum

Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

c. Ada hubungan antara riwayat persalinan perdarahan dengan kejadian

Perdarahan Post Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun

2016.

d. Ada hubungan antara anemia dengan kejadian Perdarahan Post Partum

Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

e. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian Perdarahan

Post Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

f. Ada hubungan antara retensio plasenta dengan kejadian Perdarahan

Post Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

g. Ada hubungan antara atonia uteri dengan kejadian Perdarahan Post

Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

h. Ada hubungan antara sisa plasenta dengan kejadian Perdarahan Post

Partum Primer di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

37
C. Definisi Oprasional

Unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel atau petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengkur suatu

variabel. (Effendi, 2012) Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel–

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).

(Notoatmodjo, 2012)

38
Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Perdarahan Perdarahan yang Observasi Check 0. Ya Nominal
Post Partum terjadi dalam 24 List 1. Tidak
Primer jam pertama
setelah bayi
lahir.
Umur Umur ibu dari Observasi Check 0. Berisiko (< 20 Ordinal
lahir hingga List - > 35 tahun)
sekarang . 1. Tidak berisiko
(20-35 tahun)
Paritas Jumlah anak Observasi Check 0. Berisiko (> 4 Ordinal
yang ibu List anak)
lahirkan. 1. Tidak berisiko
(<4 anak)

Riwayat Riwayat Observasi Check 0. Ya Nominal


Persalinan persalinan di List 1. Tidak
Perdarahan masa lampau
sangat
berhubungan
dengan hasil
kehamilan dan
persalinan
berikutnya.
Anemia Kondisi kadar Observasi Check 0. Ya Nominal
hemoglobin List 1. Tidak
(Hb) dalam
darah < 11,0
gr%

Jarak Waktu sejak Observasi Check 0. < 2 tahun Ordinal


Kehamilan kelahiran List 1. > 2 tahun
sebelumnya
sampai terjadi
kelahiran
berikutnya
Retensio Plasenta yang observasi Check 0. Ya Nominal
Plasenta belum lahir List 1. Tidak
selama 30 menit
setelah bayi
lahir.

39
Atonia Melemahnya Observasi Check 0. Ya Nominal
Uteri kontraksi uterus List 1. Tidak
setelah
pelepasan
plasenta
Sisa Suatu bagian Observasi Check 0. Ya Nominal
Plasenta plasenta List 1. Tidak
tertinggal
keadaan ini
menimbulkan
perdarahan

40
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik yaitu

survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika

korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Cross

Sectional. Desain studi Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2012)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dimana dan bagaimana data tersebut dapat diakses. (Effendi, 2012)

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Tangerang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016.

41
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri–cirinya akan diduga.

populasi dapat dibedakan pula antara populasi sampel dengan populasi

sasaran. (Effendi, 2012)

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki sifat

atau ciri yang bisa diteliti. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

(Arikunto, 2010)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya. (Nasir, dkk. 2011)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti.

(Effendi, 2012)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sedangkan sampling berarti mengambil sampel

atau mengambil sesuatu bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil

(representasi) populasi atau semesta itu. (Arikunto, 2010)

42
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini berupa check list. Check list adalah daftar pengecek, berisi nama

subjek dan beberapa gejala atau identitas lainnya dari suatu pengamatan.

(Notoatmodjo, 2012) Lembar check list ini berguna untuk memasukkan

data yang diperlukan yaitu nomor rekam medis pasien, data riwayat umur

ibu, paritas, atonia uteri, dan retensio plasenta.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenati hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dengan metode

dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Dalam

menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang chek list untuk

mencari variabel yang sudah ditentukan. (Arikunto, 2010)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder

dari rekam medik pasien tentang umur ibu, paritas, atonia uteri, dan

retensio plasenta. Data sekunder adalah sumber informasi yang didapat

dari tangan pertama dan yang bukan mempunyai wewenang dan tanggung

jawab terhadap informasi atau data tersebut. (Notoatmodjo, 2012)

43
E. Teknik Pengelolaan Data

Pengolahan data terlebih dahulu dilakukan secara manual, kemudian

secara statistik dengan menggunakan program komputer dan melalui

beberapa tahap yaitu editing, coding, Proccesing, dan cleaning. (Notoatmodjo,

2012)

1. Pengeditan (Editing)

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyutingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan.

2. Pengkodean (Coding)

Melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan

diteliti, dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan analisis

data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Pemasukan (Proccesing)

Processing dilakukan agar dapat dianalisis proses analisa dilakukan

dengan menggunakan paket program computer yaitu Statistical Product

and Service Solutions (SPSS).

SPSS adalah salah satu software statistik komputer untuk

mendukung pengolahan data statistika. SPSS digunakan oleh peneliti

pasar, peneliti kesehatan, perusahaan survei, pemerintah, peneliti

pendidikan, organisasi pemasaran dan sebagainya. Selain analisis

statistika, manajemen data (seleksi kasus, penajaman file, pembuatan data

turunan) dan dokumentasi data (kamus metadata ikut dimasukkan

44
bersama data) juga merupakan fitur-fitur dari software dasar SPSS 17.0.

(Iman, 2014)

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Pengecekan kembali data yang sudah di-entry, apakah ada

kesalahan atau tidak.

F. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umunya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari setiap variabel.

Adapun rumusnya sebagai berikut :


𝑥
𝑓 = 𝑛 𝑥100

f = Frekuensi

x = Jumlah yang didapat

n = Populasi

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel penelitian yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Pada

umumnya analisa ini hanya membandingkan distribusi silang antara

dua variabel yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012)

45
Dalam penelitian ini dilakukan dengan memakai uji kai-

kuadrat karena syarat uji tersebut yaitu data yang didistribusikan

normal dan jenis data yang dihubungkan adalah kategorik dan

kategorik. Sedangkan penyajian data dalam bentuk tabel.

Adapun rumus dari uji Chi Square ini adalah : (Budiarto, 2009)

O  E 2
X2=  E

Df = (b – 1) (k – 1)

X2 = Kai Kuadrat

O (Observed) = Nilai observasi

E (Expected) = Nilai harapan

Df = Degree of Freedom / derajat kebebasan

b = Jumlah baris

k = Jumlah kolom.

Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah

keputusan uji Ho ditolak atau Ho diterima (gagal ditolak). Dan untuk

menguji kemaknaan hubungan, digunakan tingkat kepercayaan 95%

dimana nilai p pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :

a. p.>0,05 menunjukkan hasil tidak bermakna/tidak berhubungan

(Hipotesis ditolak)

b. p <0,05 menunjukkan hasil bermakna/berhubungan (Hipotesis

diterima).

46
G. Etika Penelitian

Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan masyarakat

pada khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti di suatu

sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti yang melakukan pemelitian.

Adapun status hubungan antara penelitian dengan yang diteliti dalam konteks

ini adalah masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya. Hak-hak dan

kewajiban ini harus diakui dan dihargai oleh masing-masing pihak tersebut.

Pada penelitian ini, dimana peneliti hanya melakukan analisis terhadap

data yang telah tersedia atau data sekunder, peneliti tidak secara langsung

berhubungan dengan responden. Dalam hal ini tidak ada hubungan etika

antara peneliti dengan responden, sehingga tidak diperlukan inform concent

dari responden. Dalam hal pengambilan data sekunder ini, dari aspek etika

yang diperlukan adalah surat izin dari institusi yang mempunyai data

sekunder tersebut. (Notoatmodjo, 2012)

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyerahkan surat izin

penelitian ke Direkur RSUD Kabupaten Tangerang dan diteruskan kebagian

Rekam Medis RSUD Kabupaten Tangerang.

Setelah mendapatkan izin penelitian dari pihak RSUD Kabupaten

Tangerang, maka peneliti mulai mengadakan penelitian dengan pengumpulan

data sesuai variabel.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti juga mempertahankan prinsip

etika dalam pengumpuln data yang antara lain :

47
1. Bebas dari eksploitasi

Yaitu informasi yang telah didapatkan tidak hanya dipergunakan

untuk kepentingan yang merugikan subjek dalam bentuk apapun.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Yaitu data yang terkumpul tidak menyebutkan nama pasien yang

bersangkutan.

3. Confidentiality

Yaitu data yang diperoleh harus dijaga kerahasiaannya.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.


Rineka Cipta
2. Budiarto. 2009. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat
Jakarta : EGC
3. Cunningham FG. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
4. Depkes, RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
5. Dinkes Prov Banten. Profil Kesehatan Provinsi Banten. Serang: Dinas
Kesehatan
6. Effendi. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES
7. Iman Muhamad. 2014. Pemanfaatan SPSS dalam Penelitian Bidang
Kesehatan dan Umum. Bandung : Citapustaka Media Perintis
8. Manuaba, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC
9. Manuaba. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
10. Nasir, dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Konsep
Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
11. Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
12. Nugroho. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Nuha Medika
13. Rukiyah, Y dan Yulianti. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi dan Fisiologi.
Jakarta: TIM
14. Saifuddin AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
15. Sarwono, 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
16. Sofian. 2012. Sinopsis Obstetrik Edisi 3 Jilid I. Jakarta: EGC
17. Urbaniak, G.C & Plous, Scott. 2015. Research Randomizer: Free Random
Sampling And Random Assignment. Diakses dari :
(http://www.randomizer.org/form.html, oleh : Lilis Arianti 19 April
2016, 19:49 wib)

49

Anda mungkin juga menyukai