Anda di halaman 1dari 5

PEMASANGAN KATETER URINE

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


011/06/III/2018 03 1/3

Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL 27 Maret 2018
dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
Direktur
PENGERTIAN Merupakan tindakan memasukan selang kateter melalui lubang urethra kedalam kandung
kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
TUJUAN 1. Mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
2. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
3. Mengambil air kemih steril untuk bahan pemeriksaan
4. Memantau output pada pasien yang perlu pemantauan ketat.
5. Untuk pengumpulan specimen urine.
KEBIJAKAN Dalam melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan standar prosedur
operasional. Sesuai peraturan direktur Nomor 016/PER/DIR/I/2015, tentang Pelayanan
Bidang Keperawatan.
PROSEDUR A. PersiapanAlat :
1. Bak instrumen ber isi : Pinset anatomis, Kom stenlis kecil, Kain kassa steril bila
perlu dan Deppers steri
2. Perlak/pengalas
3. Selimut
4. Sampiran
5. Sarung tangan steril
6. Kapas sublimat steril dalam tempatnya
7. Disposable 10 cc atau 20 cc
8. Kateter steril sesuai kebutuhan
9. Urine bag
10. Xylocain jelly
11. Obat – obatan( aquadest, bethadin dan alkohol 70% )
12. Bengkok
13. Micropore
14. Pot urine jika perlu

B. Tahap PraInteraksi :
1. Melakukan verifikasi data bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan dan mendekatkan alat kedekat pasien

C. Tahap Orentasi :
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri dan melakukan identifikasi pasien
(nama lengkap, tanggal lahir pasien dan nomor rekam medis)
2. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan.
PEMASANGAN KATETER URINE

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


011/06/III/2018 03 2/3
PROSEDUR D. Tahap Kerja :
1. Memasang sampiran untuk menjaga privasi
2. Mencuci tangan
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent (wanita), laki-laki posisi sim dan
melepaskan pakaian bawah pasien.
4. Memasang Perlak/pengalas di bawah bokong
5. Menutup area pinggang pasien dengan selimut
6. Mengatur cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
7. Meletakkan bengkok diantara tungkai pasien
8. Menyiapkan deppers steril dan tuangkan bethadin secukupnya pada kom kecil
9. Membuka sebagian bungkus chateter dan urine bag
10. Menggunakan sarung tangan steril
11. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadin
12. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
a. Pada Pasien Wanita :
 Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas
(clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju bawah rectum. Hal ini
diulang 3 (tiga) kali. Depper steril akhir ditinggalkan diantara labia
minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus
urethra.
 Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai 4 (empat) cm.
 Masukan chateter kedalam meatus, bersamaan dengan itu pasien di
minta untuk menarik nafas dalam.
 Jari tangan kiri membuka labia minora sedangkan tangan kanan
memasukan kateter pelan – pelan dengan disertai pasien menarik
nafas.
 Observasi kelancaran Pemasukan kateter, jika ada hambatan
kateterisasi dihentikan.
 Pastikan bengkok telah siap dibawah pangkal kateter sebelum urine
keluar.
 Masukan kateter sampai urine keluar sedalam 18 - 23 cm dan
dimasukan lagi kurang lebih 3 cm. Ambil spesimen urine jika dipelukan,
Lalu segera sambungkan chateter dengan urine bag
 Kembangan balon kateter dengan aquabidest steril sesuai volume yang
tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai.
 Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon chateter
terfiksasi dengan baik
 Fiksasi kateter dengan micropore pada pangkal paha
 Tempatkan urine bag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih

b. Pada Pasien Pria /Laki – laki :


 Penis dipegang dan diarahkan keatas atau hampir tegak lurus dengan
tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter
mudah dimasukan. Desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis
dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan
dengan alkhol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis
sedangkan tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan teteap
steril.
 Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai 10 cm, gunakan
jelly dalam jumlah banyak agar kateter mudah masuk karena urethra
berbelit-belit.
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
011/06/III/2018 03 3/3

PROSEDUR  Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh pasien
sambil membuka orificium urethra extrena, tangan kanan memegang
kateter dan memasukannya secara pelan – pelan dan hati – hati
bersamaan pasien menarik nafas.
 Observasi kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti
sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi
dihentikan.
 Pastikan bengkok telah siap dibawah pangkal kateter sebelum urine
keluar.
 Masukan chateter sampai urine keluar sedalam 5 - 7,5 cm dan
selanjutnya dimasukan lagi kurang lebih 3 cm. Ambil spesimen urine jika
dipelukan, Lalu segera sambungkan chateter dengan urine bag
 Kembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang
terera pada lebel spesifikasi kateter yang dipakai.
 Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon chateter
terfiksasi dengan baik.
 Fiksasi kateter dengan micropore pada abdomen
 Tempatkan urine bag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih.
13. Melepaskan pengalas yang ada di bokong pasien
14. Membereskan alat-alat
15. Melepaskan sarung tangan
16. Mencuci tangan

E. TahapTerminasi :
1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Merapihkan pasien dan lingkungan
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Berpamitan dengan pasien
5. Membereskan alat dan mengembalikan ketempat semula
6. Mencuci tangan
7. Melakukan dokumentasi.

F. Tahap Evaluasi :
1. Mengobservasi respon pasien selama dan sesudah prosedur pemasangan
chateter
2. Mengevaluasi produksi urine

G. Tahap Dokumentasi :
1. Mencatat prosedur pemasangan chateter dan respon pasien di rekam medis
pasien
2. Mencatat waktu tindakan (tanggal dan jam )di rekam medis pasien
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan tersebut.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Kamar Bersalin
4. Instalasi ruang intensive
5. Instalasi Kamar Operasi

Anda mungkin juga menyukai