Anemia
Anemia
PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
2. PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-anak.
Bayi cukup builan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup
persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya
saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk
memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi
terjadi anemia defisiensi zat besi . Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan
makanan padat yang terlalu dini ( sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu
formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum
susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak
cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat.
Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6
bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik.
Pada Bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh
protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur
kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat
terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
3. CLINICAL PATHWAY
7. THERAPI
8. MASALAH KEPERAWATAN
9. MASALAH KOLABORASI
a. KP : Perdarahan
b. KP : Gagal Jantung
c. KP : Kelebihan zat besi ( Transfusi berulang ).
A. TUJUAN
Tujuan Utama meliputi Toleransi terhadap aktifitas, pencapaian dan
pemeliharaan nutrisi yang adekuat dan tidak adanya komplikasi.
B. KRITERIA HASIL
a. Warna kulit anak membaik
b. Pola tumbuih anak membaik ( seperti terlihat pada peta pertumbuhan
)
c. Tingkat aktifitas anak sesuai dengan usianya
d. Orang tua menunjukkan pemahamannya terhadap aturan pengobatan
di rumah ( Misalnya : Pemberian obat, makanan kaya zat besi yang
sesuai).
C. INTERVENSI
a. Pantau efek therapheutik dan efek yang tidak diinginkan dari
terapi zat besi pada anak :
Efek samping dari terapi oral ( misal : perubahan
warna gigi )
Ajarkan tentang cara-cara mencegah perubahan warna
gigi:
Minum preparat besi dengan air, sebaiknya
dengan jus jeruk
Berkumur setelah minum obat.
Anjurkan untuk meningkatkan makanan berserat dan
air untuk mengurangi efek konstipasi dari zat besi
Untuk mengatasi konstipasi berat akibat zat besi
cobalah untuk menurunkan dosis zat besi tetapi
memperpanjang lama pengobatan.
b. Ajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi yang adekuat .
Kurangi asupan susu pada anak
Tingkatkan asupan daging dan pengganti protein yang
sesuai
Tambahkan padi-padian utuh dan sayur-sayuran hijau
dalam diet.
c. Dapatkan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan
Kaji faktor-faktor yang menyebabkan defisiensi
nutrisi,-psikososial,perilaku dan nutrisional
Buat rencana bersama orang tua tentang pendekatan
pendekatan kebiasaan makan yang dapat diterima
Rujuk ke Ahli Gisi untuk evaluasi dan terapi intensif.
d. Anjurkan Ibu untuk menyusui bayinya karena zat besi dari
ASI mudah diserap.
D. RASIONAL
Dengan memantau efek therapheutik dapat diketahui
keuntungan dan kerugian dari pemberian therapheutik tsb sehingga
memudahkan i untuk tindakan lebih lanjut.
Dengan mengajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi
yang adekuat kebutuhan zat besi anak bisa terpenuhi sesuai dengan
usianya disamping orang tua lebih memahami akan pentingnya
kebutuhan zat besi bagi anak.
Dengan memberikan informasi tentang riwayat diet dan
perilaku makan dapat diketahui kebiasaan yang
menguntungkan/merugikan bagi kesehatan klien.
Dengan menganjurkan Ibu untuk menyusui bayinya
defisiensi zat besi pada bayi dan anak dapat dicegah karena pada ASI
mengandung zat besi yang mudah diserap oleh tubuh.
DAFTAR PUSTAKA