Anda di halaman 1dari 6

Abses Otak yang disebabkan oleh infeksi odontogenik :

Laporan Kasus

Abstrak

Pada kasus ini, kita mendekripsikan sebuah kasus anses otak yang disebabkan oleh
infeksi odontogenik. Seorang wanita berusia 53 tahun telah menderita sakit kepala dan
trismus sejak 2 minggu yang lalu berkunjung ke Departemen Bedah Mulut di Sun Dental
Hostpital (Daejeon, Korea). Setelah melakukan serangkaian tes, kita belum bisa membuat
diagnosa. Namun , setelah melakukan kolaborasi multidisiplin antara bedah mulut dan
bedah syaraf, pasien diberikan perawatan infeksi odontogenik dan proses penyembuhan
berjalan lancar.Karena itu, pasien dengan infeksi pada regio kepala dan leher menunjukkan
gejala seperti sakit kepala, perubahan pada kondisi mental, mual, muntah, kejang,
hepimlegia, gangguan bicara dan gangguan penglihatan, abses otak dimasukan kedalam
diagnosis banding.

Kata kunci : abses otak, odontogenik, infeksi

I. Pendaahuluan

Infeksi odontogenik yang tidak dirawat dapat menyebabkan osteomilitis, celulitis,


abses myofasial, lymphadenitis, bacteremia atau sepsis, semua itu sangatlah berbahaya.
Abses otak adalah kasus yang langka, namun berpotensi untuk terjadi Terdapat infeksi
supuratif pada lapisan parenkim otak yang dikelilingi kapsul vaskularisasi. Di Amerika
Serikat, hanya terdapat 1500 kasus dari 2500 kasus abses otak setiap tahunnya. Bakteri
pada abses otak disebabkan oleh tiga etiologi utama. Penyebab yang paling umum
adalah pennyebaran infeksi yang beredkatan dengnan orofaring, telinga tengah dan
sinus paranasal. Abses otak juga bisa terjadi penyebaran hematogen dari bakteri.
Trauma pada bagian kranial dan prosedur bedah syaraf juga dapat menyebabkan abses
otak.

Tujuan pada kasus ini untuk mempresentasikan kasus langka yaitu abses otak yang
disebabkan oleh infeksi odontogenik pada seorang wanita.

II. Laporan Kasus

Seorang perempuan berusia 53 tahun datang ke Departemen Bedah Mulut di Sun


Dental Hospital Idaejon, Korea) pada bulan September 2013 keluhan utama trismus.
Pasien telah mendapatkan perawatan untuk sakit kepala dan trismus di rumah sakit
setempat dan dental klinik setempat selama 2 minggu tetapi gejala tidak mereda dan
etiologi tidak diketahui. Sehingga pasien mengunjui klinik tersebut. Pada saat pasien
berkunjung, pasien mengalami Pembengkakan wajah dan trismus <20 mm. Pemeriksaan
klinis dan radiologis menunjukkan Periodontitis Kronis Lokalisata pada regio maksila kiri
posterior, namun tidak ada penyebab yang memungkinkan ( abses fasial ) yang
ditemukan . Tidakada kondisi sistemik yang dapat menginterfensi sistem imun pasien
yang ditemukan.

Abses pterygomandibular merupakan yang pertama dicurigai yang menyebabkan


trismus, namun dari test palpasi dan aspirasi mneyatakan hasil negatif. Sementara itu
dari hasil test darah terungkap adanya infeksi. Hasil menunjukkan jumlah sel putih
12,900/mm3 dengan perhitungan 76.9% sel segmentasi dan 16,5% limfosit. Laju endap
darah sebesar 144mm/jam dan level protein C-reaktif adalah 11,02 mg/dL. Suhu tubuh
pasien 36.9 C. Pasien juga menunjukkan gejala mialgia, sedikit perubahan tingkah laku,
dan kesulitan berbicara. Setelah pendaftaran ke rumah sakit, pemeriksaan radiografi
tambahan dilakukan.

Hari pertama di rumah sakit, suhu tubuh pasien 38,9 C. Psein mengeluhkan sakit
kepala dan segera itu mengantuk. Antibiotik seperti augmentin, isepamicin dan
metronidazole diberikan 5 hari sebelum operasinya dilakukan.

Selama analisis gambar, terdapat sebuah perforasi dengan ukuran 1,5x1,5 cm pada
tulang sphenoid kanan dan pada MRI, terdapat massa berbentuk kapsul berukuran 1,3
x1,8 cm pada sepanjang lobus temporal kanan dengan edema yang irreguler. Setelah
konsultasi dengan spesialis bedah syaraf, pasien didiagnosis abses otak yang berasal dari
gigi.

Pasien melakukan perawatan drainase abses melalui prosedur kraniotomi, dan


melakukan aspirasi tanpa mereseksi kapsul sementara pasien dibawah anastesi total.
Sekitar 8ml pus coklat kekuningan disedot dari bagian legion dan sebagian kecil nanah
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan kultur. Kapsul abses tidak dihilangkan akrena
telah melekat pada lapisan parenkim otak. Pasien menjalani terapi antibiotik intravena
paska operasi, termasuk ceftriaxone, hanomicin ( Sam Jin Pharm, Seoul, Korea),
isepamicin dan trizel. Antibiotik diberikan secara intravena sampai semua gejala mereda.
Setelah 48 jam, tidak terdapat perkembangan akteri. Satu minggu setelah menjalani
kraiotomi dekompresif dan aspirasi, sakit kepala pasien menghilang dan pembukaan
mulut maksimal meningkat dari 15mm menjadi 30mm. Molar kedua atas yang diguna
menjadi sumber infeksi dilakukan ektraksi dibawah anastesi lokal. Setelah operasi,
pasien tetap meminum antibiotik selama 2 bulan. Pasien tetap dibawah perawatan ahli
bedah mulut dan ahli bedah syaraf dan pasien telah pulih sepenuhnya. Pasien
meninggalkan rumah sakit tanpa adanya gejala neurologi
III. Diskusi

Abses otak adalah infeksi yang sangat agresif dan mengancam jiwa. Penyakit
ini memiliki etiologi metaastasis dari penyakit supuratif kronik atau
kardiomiopati bawaan atau dapat timbul setelah trauma seperti cedera kepala
hingga terbukaatau setelah prosedur bedah syaraf. Sinusitis, otitis dan infeksi
odontogenik yang tidak dirawat juga dapat menyebabkan abses otak. Corson et
all melaporkan bahwa meskipun jarang terjadi, abses otak dapat diakibatkan oleh
infeksi maksilofasial atau gigi.
Diagnosa abses otak dianggap pasti jika organisme bakteri yang diisolasi dari
kultur pus abses atau cairan cerebral spinal. Dalam kasus ini, CT Scan
menunjukkan temuan karakteristik abses otak, termasuk manifestasi klinis dari
sakit kepala, dea tanda-tanda neurologis lokal atau gangguan kesadaran. Pada
pasien lainnya, abses hilang setelah terapi antibiotik.
Perkembangn dan kemajuan dalam penggunaan antibiotik, kultur bakteri dan
teknik identifikasi, tomography dan MRI telah mengubah sudut pandang
prognosis.Hal ini mengakibatkan tingkat mortalitas berkurang dari 40-60%
menajdi 0-10%.
Patogen penyebab abses otak bervariasi sesuai dengan kondisi medis atau
bedah yang mendasari dan mode infeksinya. Lu et all melaporkan 19 dari 123
pasein dengan abses otak memiliki kultur negatif. Antara 20-4-% dari abses
intracerebral didapatkan hasil kultur negatif karena pasien telah mendapatkan
terapi antimikroba yang meyebabakan tidak adanya pertumbuhan bakteri seperti
pada kasus ini.
Terdapat beberapa artikel yang menghubungkan abses otak dengan infeksi
odontogenik. Pencarian pada PubMed menggunakan kata kunci abses otak
odontogenik dan IT “gigi” menghasilkan 22 artikel, yang mana semuanya adalah
laporan kasus. Namun tidak ada satupun laporan tersebut yang menggambarkan
hubungan antara abses otak dan infeksi gigi karena mereka tidak memiliki bukti
untuk melakukannya. Dalam kasus yang saat ini dilaporkan, terdapat rute
perkembangan yang jelas dari infeksi pada molar kedua rahang atas kanan ke
lobus temporal kanan melalui tulang sphenoid yang berlubang. Setelah
mengekstraksi molar kedua kanan rahang atas, resorpsi akat palat dapat terlihat.
Pada tahun 2002, de Louvois et all berpendapat untuk lebih bijaksana dalam
penggunaan antibiotik untuk mengobati abses otak, kemampuan antibiotik untuk
berpenetrasi ke barie darah otak. Sjolin et all menggunakan Sefalosporin
generasi ketiga seperti sefotaksim, ceftriaxone dan ceftazidime serta
metronidazol, untuk mengobati pasien dengan infeki odontogenik mereka
mengombinasikan ampisilin, metronidazol dan ceftazidime atau gentamisin
untuk mengobati absses odontogenik.
Gorgan dkk melaporkan morbiditas 126,19% dan mortalitas tetap stabil
7,14% diantara total 84 pasien selama 12 tahun, dari tahun 2000-2011. Setengah
dari pasien pada periode ini didiagnosis kurang akurat pada tahap awal da butuh
rata-rata 7,2 hari hingga pasien menerima giagnosis yang akurat dari asbes otak.
Secara bibliografis, waktu rata-rata antara onset gejala dan diagnosis adalah 9,6
hari.
Dalam kasus yang dilaporkan ini, pasien awalnya didiagnosis kurang akurat.
Butuh waktu 14 hari untuk mendapatkan diagnosa akurat dari abses otak.
Perawat yang sukses dari abses otak membutuhkan diganosis dini, waktu bedah
dan terapi antibiotik dosis tinggi secara kontinu.
Gejala abses otak seperti sakit kepala,, perbuahan keadaan mental, mual,
muntah, kejang, hemiplegia, gangguan bicara dan gangguan penglihatan. Ketika
melakukan pemeriksaan pada pasien dengan infeksi pada daerah kepala dan
leher dan didapatkan gejala seperti diatas, abses otak harus dimasukkan dalam
diagnosa banding. Konsultasi medis segera dilakukan ke departemen bedah
syaraf ketika abses otak dicurigai.
Abses Otak yang disebabkan oleh infeksi odontogenik :
Laporan Kasus

Untuk memenuhi
Tugas jurnal departemen bedah mulut

Oleh :
Mochamad Nur Fadilah/2013

Departemen Bedah Mulut


Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi
Universitas Brawijaya
Malang
2018

Anda mungkin juga menyukai