Laporan Kasus
Abstrak
Pada kasus ini, kita mendekripsikan sebuah kasus anses otak yang disebabkan oleh
infeksi odontogenik. Seorang wanita berusia 53 tahun telah menderita sakit kepala dan
trismus sejak 2 minggu yang lalu berkunjung ke Departemen Bedah Mulut di Sun Dental
Hostpital (Daejeon, Korea). Setelah melakukan serangkaian tes, kita belum bisa membuat
diagnosa. Namun , setelah melakukan kolaborasi multidisiplin antara bedah mulut dan
bedah syaraf, pasien diberikan perawatan infeksi odontogenik dan proses penyembuhan
berjalan lancar.Karena itu, pasien dengan infeksi pada regio kepala dan leher menunjukkan
gejala seperti sakit kepala, perubahan pada kondisi mental, mual, muntah, kejang,
hepimlegia, gangguan bicara dan gangguan penglihatan, abses otak dimasukan kedalam
diagnosis banding.
I. Pendaahuluan
Tujuan pada kasus ini untuk mempresentasikan kasus langka yaitu abses otak yang
disebabkan oleh infeksi odontogenik pada seorang wanita.
Hari pertama di rumah sakit, suhu tubuh pasien 38,9 C. Psein mengeluhkan sakit
kepala dan segera itu mengantuk. Antibiotik seperti augmentin, isepamicin dan
metronidazole diberikan 5 hari sebelum operasinya dilakukan.
Selama analisis gambar, terdapat sebuah perforasi dengan ukuran 1,5x1,5 cm pada
tulang sphenoid kanan dan pada MRI, terdapat massa berbentuk kapsul berukuran 1,3
x1,8 cm pada sepanjang lobus temporal kanan dengan edema yang irreguler. Setelah
konsultasi dengan spesialis bedah syaraf, pasien didiagnosis abses otak yang berasal dari
gigi.
Abses otak adalah infeksi yang sangat agresif dan mengancam jiwa. Penyakit
ini memiliki etiologi metaastasis dari penyakit supuratif kronik atau
kardiomiopati bawaan atau dapat timbul setelah trauma seperti cedera kepala
hingga terbukaatau setelah prosedur bedah syaraf. Sinusitis, otitis dan infeksi
odontogenik yang tidak dirawat juga dapat menyebabkan abses otak. Corson et
all melaporkan bahwa meskipun jarang terjadi, abses otak dapat diakibatkan oleh
infeksi maksilofasial atau gigi.
Diagnosa abses otak dianggap pasti jika organisme bakteri yang diisolasi dari
kultur pus abses atau cairan cerebral spinal. Dalam kasus ini, CT Scan
menunjukkan temuan karakteristik abses otak, termasuk manifestasi klinis dari
sakit kepala, dea tanda-tanda neurologis lokal atau gangguan kesadaran. Pada
pasien lainnya, abses hilang setelah terapi antibiotik.
Perkembangn dan kemajuan dalam penggunaan antibiotik, kultur bakteri dan
teknik identifikasi, tomography dan MRI telah mengubah sudut pandang
prognosis.Hal ini mengakibatkan tingkat mortalitas berkurang dari 40-60%
menajdi 0-10%.
Patogen penyebab abses otak bervariasi sesuai dengan kondisi medis atau
bedah yang mendasari dan mode infeksinya. Lu et all melaporkan 19 dari 123
pasein dengan abses otak memiliki kultur negatif. Antara 20-4-% dari abses
intracerebral didapatkan hasil kultur negatif karena pasien telah mendapatkan
terapi antimikroba yang meyebabakan tidak adanya pertumbuhan bakteri seperti
pada kasus ini.
Terdapat beberapa artikel yang menghubungkan abses otak dengan infeksi
odontogenik. Pencarian pada PubMed menggunakan kata kunci abses otak
odontogenik dan IT “gigi” menghasilkan 22 artikel, yang mana semuanya adalah
laporan kasus. Namun tidak ada satupun laporan tersebut yang menggambarkan
hubungan antara abses otak dan infeksi gigi karena mereka tidak memiliki bukti
untuk melakukannya. Dalam kasus yang saat ini dilaporkan, terdapat rute
perkembangan yang jelas dari infeksi pada molar kedua rahang atas kanan ke
lobus temporal kanan melalui tulang sphenoid yang berlubang. Setelah
mengekstraksi molar kedua kanan rahang atas, resorpsi akat palat dapat terlihat.
Pada tahun 2002, de Louvois et all berpendapat untuk lebih bijaksana dalam
penggunaan antibiotik untuk mengobati abses otak, kemampuan antibiotik untuk
berpenetrasi ke barie darah otak. Sjolin et all menggunakan Sefalosporin
generasi ketiga seperti sefotaksim, ceftriaxone dan ceftazidime serta
metronidazol, untuk mengobati pasien dengan infeki odontogenik mereka
mengombinasikan ampisilin, metronidazol dan ceftazidime atau gentamisin
untuk mengobati absses odontogenik.
Gorgan dkk melaporkan morbiditas 126,19% dan mortalitas tetap stabil
7,14% diantara total 84 pasien selama 12 tahun, dari tahun 2000-2011. Setengah
dari pasien pada periode ini didiagnosis kurang akurat pada tahap awal da butuh
rata-rata 7,2 hari hingga pasien menerima giagnosis yang akurat dari asbes otak.
Secara bibliografis, waktu rata-rata antara onset gejala dan diagnosis adalah 9,6
hari.
Dalam kasus yang dilaporkan ini, pasien awalnya didiagnosis kurang akurat.
Butuh waktu 14 hari untuk mendapatkan diagnosa akurat dari abses otak.
Perawat yang sukses dari abses otak membutuhkan diganosis dini, waktu bedah
dan terapi antibiotik dosis tinggi secara kontinu.
Gejala abses otak seperti sakit kepala,, perbuahan keadaan mental, mual,
muntah, kejang, hemiplegia, gangguan bicara dan gangguan penglihatan. Ketika
melakukan pemeriksaan pada pasien dengan infeksi pada daerah kepala dan
leher dan didapatkan gejala seperti diatas, abses otak harus dimasukkan dalam
diagnosa banding. Konsultasi medis segera dilakukan ke departemen bedah
syaraf ketika abses otak dicurigai.
Abses Otak yang disebabkan oleh infeksi odontogenik :
Laporan Kasus
Untuk memenuhi
Tugas jurnal departemen bedah mulut
Oleh :
Mochamad Nur Fadilah/2013