Anda di halaman 1dari 12

INDIKATOR KINERJA BIDANG P2P

A. INDIKATOR KINERJA SEKSI P2PM


1. CAKUPAN BAYI DAN BALITA DENGAN PNEUMONIA YANG DITANGANI
a. Definisi Operasional : Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan
paru paru (alveoli). Kriteria Pneumonia (lihat buku Pedoman Tatalaksana
Pneumonia Balita, Kemenkes RI Dirjen P2PL , 2015).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah bayi dan balita dengan pneumonia yang ditangani
X 100%
Jumlah bayi dan balita dengan pneumonia
c. Target tahun 2018 : 100%.

2. CAKUPAN PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BAYI DAN BALITA


a. Definisi Operasional : sudah jelas
b. Formula Penghitungan :
Jumlah kasus pneumonia yang ditemukan
X 100%
Jumlah sasaran (10% (10%xJumlah Pddk))

c. Target tahun 2018 : 60%


(Jumlah penduduk 2018 menurut BPS sejumlah 882.090 jiwa).

3. CAKUPAN PENDERITA DBD YANG DITANGANI


a. Definisi Operasional : sesuai kriteria WHO
b. Formula Penghitungan :
Jumlah kasus DBD yang ditangani
X 100%
Jumlah kasus DBD
c. Target tahun 2018 : 100%

4. ANGKA KESAKITAN / INSIDENSI RATE DBD


a. Definisi Operasional : angka yang menunjukkan proporsi kasus / kejadian (baru)
penyakit dalam suatu populasi (sesuai dengan Pedoman Pengendalian DBD di
Indonesia, 2015).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah kasus baru dalam kurun waktu tertentu
X 100.000
Jumlah populasi dalam kurun waktu tertentu
c. Target tahun 2018 : 47/100.000 jumlah penduduk
5. ANGKA KEMATIAN / CASE FATALITY RATE (CFR)
a. Definisi Operasional : persentase kematian yang diakibatkan dari suatu penyakit
dalam suatu kurun waktu tertentu (sesuai dengan Pedoman Pengendalian DBD
di Indonesia, 2015).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah kematian
X 100%
Jumlah kasus
c. Target tahun 2018 : <2%

6. CAKUPAN PENEMUAN DIARE


a. Definisi Operasional : (sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Diare, Kemnkes RI
DirJen P2PML, 2017).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah Kasus Diare yang ditemukan
X 100%
Jumlah target kasus diare yang ditemukan
Cara Penghitungan Target :
 Semua umur : 80% (10% x 270/1.000 x jumlah penduduk).
 Balita : 60% ((10% x 843/1.000 x (20% jumlah penduduk)).
c. Target tahun 2018 : 100%.

7. CAKUPAN PENDERITA DIARE YANG DITANGANI


a. Definisi Operasional : (sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Diare, Kemnkes RI
DirJen P2PML, 2017).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah Kasus Diare yang ditangani
X 100%
Jumlah Kasus Diare
c. Target tahun 2018 : 100%

8. CAKUPAN PENDERITA THYPOID YANG DITANGANI


a. Definisi Operasional : (sesuai dengan Buku Pedoman Pengendalian Penyakit
Demam Thypoid, 2013)
b. Formula Penghitungan :
Jumlah Kasus Thypoid yang ditangani
X 100%
Jumlah Kasus Thypoid yang ditemukan
c. Target tahun 2018 : 100%.
9. CAKUPAN PENDERITA TB YANG DITANGANI
Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ
lainnya. Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2017 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis.
a. Case Detection Rate/CDR
Definisi Operasional : Cakupan pengobatan semua kasus TB (Case Detection
Rate/CDR) yang diobati Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan
dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden). Target : 48%.
Rumus :

Keterangan :
 Rumus perkiraan jumlah kasus : 291 / 100.000 x jumlah penduduk.
b. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TB Semua Kasus (Success Rate)
Definisi Operasional : Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
Adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara
semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan. Dengan demikian angka ini
merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka
pengobatan lengkap semua kasus. Angka ini menggambarkan kualitas pengobatan
TB. Target : 90%.
Rumus :

c. Persentase Pasien TB yang Mengetahui Status HIV


Definisi Operasional : Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV Adalah
jumlah pasien TB yang mempunyai hasil tes HIV yang dicatat di formulir
pencatatan TB yang hasil tes HIV diketahui termasuk pasien TB yang sebelumnya
mengetahui status HIV positif di antara seluruh pasien TB. Indikator ini akan
optimal apabila pasien TB mengetahui status HIV ≤15 hari terhitung dari pasien
memulai pengobatan. Target : 70%.

Rumus Formula :

d. Cakupan Kasus Pengobatan Ulang TB Yang Diperiksa Uji Kepekaan Obat Dengan
Tes Cepat Molekuler Atau Metode Konvensional
Definisi Operasional : Jumlah kasus TB pengobatan ulang yang diperiksa dengan
uji kepekaan terhadap OAT dengan tes cepat molekular atau metode konvensional
di antara jumlah pasien TB pengobatan ulang yang tercatat selama periode
pelaporan. Target : 100%.
Rumus Formula :

e. Persentase pasien TB-HIV yang mendapatkan ARV selama pengobatan TB


Definisi Operasional : jumlah pasien TB-HIV baru dan kambuh yang mendapatkan
ARV selama periode pengobatan TB baik yang melanjutkan ARV sebelumnya atau
baru memulai ARV di antara seluruh pasien TB-HIV. Indikator ini akan optimal
apabila pasien TB mendapat ART ≤8 minggu terhitung dari pasien memulai
pengobatan TB. Target : 100%.
Rumus Formula :
f. Cakupan Kasus TB Resistan Obat Yang Memulai Pengobatan Lini Kedua
Definisi Operasional : jumlah kasus TB resistan obat (TB resistan rifampisin dan
atau TB-MDR) yang terdaftar dan yang memulai pengobatan lini kedua di antara
jumlah kasus TB yang hasil pemeriksaan tes cepat molekuler maupun
konvensionalnya menunjukkan resistan terhadap rifampisin (RR) dan atau TB-
MDR. Target : 100%.
Rumus Formula :

g. Cakupan Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB)


Definisi operasional capaian kinerja yaitu capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan orang dengan TB dinilai dari
persentase jumlah orang yang mendapatkan pelayanan TB sesuai standar di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun (Lihat : Lihat PMK No. 43 Tahun
2016 tentang SPM Bidang Kesehatan Point 11). Target : Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya Pelayanan Tuberkulosis
terhadap orang dengan TB adalah 100%, dengan kriteria Capaian Kinerja ≥ 80%
dikategorikan tercapai 100%.
Rumus Formula :

10. CAKUPAN PENDERITA KUSTA YANG DITANGANI


Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat kompoleks disebabkan Mycobacterium leprae. Penyakit kusta
terdiri dari 2 (dua) jenis, antara lain :
a. PB (Pausi Basiler) yaitu klasifikasi WHO untuk membedakan pengobatanm pada
pasien kusta dengan tanda klinis : lesi kulit anasthesia kurang dari 5, satu saraf
menebal yang disertai gangguan fungsi dan hasil pemeriksaan laboratorium basil
tahan asam negatif.
b. MB (Multi Basiler) yaitu klasifiaksi WHO untuk membedakan pengobatan pada
penderita kusta dengan tanda klinis memiliki lesi kulit anastesi lebih dari 5, lebih
dari satu saraf menebal yang disertai gangguan dungsi serta hasil pemeriksaan
laboratorium bahan tahan asam positif.
Sumber : Buku Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta tahun 2012
(Perpustakaan Kementerian kesehatan). Berikut adalah indikator yang dipakai untuk
monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta :
a. Angka Penemuan Kasus Baru (CDR = Case Detection Rate)
Definisi operasional angka penemuan kasus baru adalah jumlah kasus yang baru
ditemukan pada periode satu tahun per 100.000 penduduk.
Formulasi Rumus :
Jumlah kasus yang baru ditemukan pada periode satu tahun
X 100.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
Target : 6/100.000 penduduk.

b. Angka Cacat Tingkat 2 (Grade 2 Disability Rate)


Definisi operasional angka cacat tingkat 2 adalah angka kasus baru yang telah
mengalami cacat tingkat 2 per 100.000 penduduk.
Formulasi Rumus :
Jumlah kasus yang dengan cacat tingkat 2 yang ditemukan
dalam periode satu tahun
X 100.000
Jumlah penduduk

Target : <5%.

c. Angka Kesembuhan (RFT = Release From treatment)


Definisi operasional : angka kesembuahan dalam hal ini digunakan analisa
kohort yaitu teknik analisa yang digunakan dalam mempelajari angka kesakitan
yang berubah menurut waktu dimana data kasus kusta dikelompokkan menurut
tanggal/waktu mulai diberikan pengobatan MDT dan dimonitoring selama
pengobatan, yaitu selama 6-9 bulan untuk pasien PB dan 12-18 bulan untuk
pasien MB. Masing-masing rumus dapat dijelaskan sebagi berikut :
RFT Rate MB
Definisi operasional RFT Rate MB yaitu jumlah kasus baru MB dari periode
kohort 1 tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12
dossis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase.

Formulasi Rumus :
Jumlah kasus baru MB yang menyelesaikan 12 dosis
dalam 12-18 bulan
X 100.000
Jumlah kasus baru MB yang mulai MDT pada periode
kohort tahun yang sama
Target : 90%.
RFT Rate PB
Definisi operasional RFT Rate PB yaitu jumlah kasus baru PB dari periode kohort
1 tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dossis
dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase.
Formulasi Rumus :
Jumlah kasus yang dengan cacat tingkat 2 yang menyelesaikan
6 dosis dalam 6-9 bulan
X 100%
Jumlah seluruh kasus baru PB yang mulai MDT
pada periode kohort tahun yang sama.
Target : 90%.

d. Prevalensi dan angka prevalensi (PR = Prevalence Rate)


Definisi Operasional : Angka ini menunjukkan besarnya masalah disuatu daerah,
menentukan beban kerja dan sebagai alat evaluasi. Prevalensi adalah jumlah
kasus terdaftar pada suatu saat tertentu. Angka prevalensi adalah jumlah kasus
kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat tertentu per 10.000 penduduk.
Formulasi Rumus :
Jumlah kasus kusta terdaftar pada suatu saat tertentu
X 10.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama

11. CAKUPAN ROGRAM HIV AIDS DAN IMS


Definisi operasional : (sesuai Permenkes 21 tahun 2013, permenkes 74 tahun 2014
dan permenkes 87 tahun 2014).
a. Cakupan test HIV pada orang yang berrisiko tertular HIV (Jumlah orang berisiko
yang mengetahui status HIV di bagi jumlah sasaran oarng yang berisiko tertular
HIV kali 100%);
b. Cakupan ODHA yang minum ARV (Jumlah ODHA akses ARV dibagi Jumlah ODHA
yang ditemukan kali 100 %);
c. Cakupan ODHA supresi Viral Load (Jumlah ODHA yang rutin (1 tahun terakhir)
akses ARV di bagi jumlah ODHA yang pernah akses ARV dikali 100 %).
12. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN RISIKO TERINFEKSI HIV
a. Definisi Operasional : Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB,
pasien IMS, waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar (Lihat PMK No.
43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan Point 12).
b. Rumus

c. Target tahun 2018 : 100%.


13. PROGRAM PPIA (TRIPLE ELIMINASI / HIV, SIPHYLIS DAN HEPATITIS)
a. Definisi operasional : (sesuai Permenkes 52 tahun 2017)
b. Indikator :
No Indikator Pelayanan Formulasi
1 Cakupan test (HIV, Sifilis, Jumlah bumil yang dites dibagi jumlah
Hepatitis) pada ibu hamil bumil (sasaran) dikali 100 %
(K1)
2 Cakupan bumil dengan Jumlah bumil positif yang ditangani di bagi
hasil positif yang di jumlah bumil positif dikali 100%
tangani
3 Cakupan persalinan bumil Jumlah bulin positif dibagi bulin di
fasyankes dan ditolong nakes dikali 100%
4 Cakupan penanganan Jumlah anak dari bumil positif yang
anak dari ibu positif mendapat penanganan sesuai standart di
bagi jumlah anak dari ibu hamil positif
dikali 100%
5 Cakupan pemeriksaan Jumlah anak yang dilakukan pemeriksaan
pada anak dari ibu positif sesuai standart dibagi jumlah anak dari
bumil positif dikali 100 %

B. INDIKATOR KINERJA BIDANG P2PTM


1. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA PRODUKTIF
a. Definisi Operasional : Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan skrining kesehatan warga negara berusia usia 15 –59
tahun dinilai dari persentase pengunjung usia 15–59 tahun yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu satu tahun (Lihat PMK No. 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan
Point 6).
b. Rumus

c. Target tahun 2018 : 100%.

2. CAKUPAN TEKANAN DARAH TINGGI


a. Definisi Operasional : Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah peningkatan
tekanan darah secara menetap. Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar,
meliputi : pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan diet
seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis. Pelayanan berstandar
dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk
usia di bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke atas dan
untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes melitus dan
penyakit ginjal kronis (Lihat PMK No. 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan Point 8).
b. Rumus

* Ket : Estimasi penderita hipertensi Kabupaten Sragen berdasarkan Riskesdas Tahun 2013 yaitu 25,2.
c. Target : 100%

3. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIABETES MELITUS


a. Definisi Operasional : setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban
untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh
penyandang diabetes melitus sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah
kerjanya (Lihat PMK No. 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan Point 9).

b. Rumus
Jumlah Penyandang DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
X 100%
Jumlah Penyandang DM berdasarkan angka prevalensi DM nasional di
wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun pada tahun yang sama
* Ket : Estimasi Penderita Diabetes Mellitus Nasional berdasar Riskesdas Tahun 2013 yaitu 6,9.
c. Target : 100%

4. CAKUPAN OBESITAS
a. Definisi Operasional : Obesitas merupakan kelebihan berat badan akibat
terjadinya penumpukan sel-sel lemak. Untuk menentukan kriteria obesitas dapat
dilakukan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Lihat : Buku Pedoman
Umum Pengendalian Obesitas, 2016, halaman 39-40).
b. Rumus

Berat Badan (kg)


IMT = ------------------------------------------------
Tinggi
Kriteria Nilai IMTBadan (m) x Penyakit
dan Risiko Tinggi Badan (m)
No Nilai IMT Klasifikasi Risiko Penyakit
1 ≤ 18,5 BB Kurang Rendah
2 18,5 - 22,9 BB Normal Rata-rata
3 23 - 24,9 Gemuk dengan Risiko Meningkat
4 25 - 29,9 Obesitas Tingkat I Sedang
5 ≥ 30 Obesitas Tingkat II Berbahaya
* Sumber : Kemenkes RI, 2015
Rumus Cakupan Obesitas

Jumlah semua orang yang diperiksa IMT


X 100%
Jumlah semua kunjungan pasien di FKTP
c. Target Cakupan tahunan di FKTP : merah (tidak mencapai target) jika <30% dan
hijau (mencapat target) jika ≥30%.

5. CAKUPAN PEMERIKSAAN IVA


a. Definisi Operasional : Wanita Usia Subur (WUS) yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah wanita usia 30-50 tahun, jumlah WUS Kabupaten Sragen
Tahun 2018 sebanyak 259.760 orang (Sumber : BPS Kabupaten Sragen Tahun
2016).

b. Formulasi Rumus

Jumlah WUS yang melakukan skrining / diperiksa


X 100%
c. Jumlah
Target sasaran
tahun (1/5
2018 x WUS 2018)
: 30%.

6. CAKUPAN POSBINDU PTM DI WILAYAH PUSKESMAS


a. Definisi Operasional : persentase penduduk berusia ≥15 tahun yang melakukan
pemeriksaan faktor risiko di suatu wilayah Puskesmas dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia ≥15 tahun di wilayah yang sama (Lihat : Buku Pedoman
Umum & Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular, 2015,
halaman 93).
b. Rumus

Jumlah Penduduk usia ≥15 tahun yang melakukan pemeriksaan


Faktor risiko di suatu wilayah Puskesmas
X 100%
Jumlah Penduduk usia ≥15 tahun di suatu wilayah Puskesmas
c. Target tahun 2018 : Lihat Buku Pedoman Umum & Petunjuk Teknis Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular, 2015, halaman 94-95.

7. CAKUPAN FAKTOR RISIKO PTM PADA POSBINDU PTM


a. Definisi Operasional : persentase hasil faktor risiko dari peserta Posbindu PTM
yang melakukan pemeriksaan (Lihat : Buku Pedoman Umum & Petunjuk Teknis
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular, 2015, halaman 95).
b. Rumus

Jumlah Positif Faktor Risiko PTM


X 100%
c. Jumlah Peserta yang Melakukan Pemeriksaan pada Posbindu PTM
Target tahun 2018 : Lihat Buku Pedoman Umum & Petunjuk Teknis Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular, 2015, halaman 96-97.

8. CAKUPAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI PUSKESMAS, KAB/KOTA


a. Definisi Operasional : persentase penduduk berusia ≥ 15 tahun yang diperiksa
faktor risiko di suatu wilayah (Puskesmas, Kab/Kota, Provinsi, Nasional) dibagi
jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun di wilayah yang sama (Lihat : Buku
Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Pos
Pembinaan Terpadu Kementerian Kesehatan dari Kementerian Kesehatan 2014,
halaman 14).
b. Rumus

Jumlah Penduduk ≥ 15 tahun yang diperiksa FR PTM di suatu wilayah


X 100%
c. Jumlahtahun
Target Penduduk
2018≥ :15sesuai
tahun dengan
di suatu wilayah
PTM Online (Portal PTM) atau sesuai Buku
Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Pos
Pembinaan Terpadu Kementerian Kesehatan dari Kementerian Kesehatan 2014,
halaman 14-15.

9. CAKUPAN KTR DI SEKOLAH


a. Definisi Operasional : Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan kawasan bebas
asap rokok yang berada di lingkungan sekolah.
b. Rumus

Jumlah Sekolah yang menerapkan KTR


X 100%
c. Target
Jumlahtahun 2018
Seluruh yaitu 30%.
sekolah

10. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)


BERAT
a. Definisi Operasional : Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar. Definisi operasional capaian kinerja yaitu capaian kinerja
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan ODGJ
berat dinilai dengan jumlah ODGJ berat (psikotik) di wilayah kerja nya yang
mendapat pelayanan kesehatan jiwa promotif preventif sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun (Lihat : PMK No. 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan Point 10). Target sebesar 100%.
b. Rumus

C. INDIKATOR KINERJA SEKSI P2 SURVEILANS DAN IMUNISASI


1. PERSENTASE IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
a. Definisi Operasional : Imunisasi dasar lengkap adalah suatu upaya untuk
memberikan imunitas pada bayi yang berusia 0-12 bulan agar terhindar dari
berbagai penyakit. Imunisasi ini meliputi : Polio, HB, DPT, BCG dan campak (Lihat
Buku Pedoman Imunisasi, 2013 atau PMK Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi).
b. Formula Penghitungan :
(Target Polio, HB, DPT, BCG dan campak : 95%)
Jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi
X 100%
Jumlah bayi lahir hidup
c. Target tahun 2018 : 95%.

2. PERSENTASE DESA/ KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM


a. Definisi Operasional : Desa kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan
kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau
keracunan makanan. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
desa kelurahan dalam waktu tertentu yang ditangani kurang dari 24 jam (sejak
laporan W1 diterima sampai penyelidikan dan penanggulangan KLB.

3. PENGERTIAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


a. Definisi Operasional : imunisasi anak sekolah (BIAS) adalah suatu
program pemerintah yang menyelenggarakan imunisasi ulangan pada siswa SD
pada suatu wilayah kerja pada bulan tertentu yang ditentukan oleh pemerintah
setempat (Lihat : Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS)).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah murid SD / MI (Kelas 1 dan 2) yang di imunisasi
X 100%
Jumlah murid SD / MI (Kelas 1 dan 2)
c. Target : 98%

4. PERSENTASE UCI
a. Definisi Operasional : seluruh bayi di desa/ kelurahan yang memperoleh
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan
campak ( PMK Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi).
b. Formula Penghitungan :
Jumlah imunisasi lengkap
X 100%
Jumlah bayi lahir hidup
c. Target : 80%.

Anda mungkin juga menyukai