TINJAUAN PUSTAKA
2
3
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada
kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali
normal < 12 minggu pasca persalinan.6
Hipertensi gestasional terjadi sekitar 6% dari total kehamilan dan
separuhnya berkembang menjadi preeklamsia dengan ditemukannya
proteinuri. Diagnosis pasti sering dibuat di belakang, Jika tes laboratorium
tetap normal dan tekanan darah menurun pasca melahirkan, maka
diagnosisnya adalah hipertensi gestational (sebelumnya disebut transcient
hypertension). Wanita dengan hipertensi gestational harus dianggap
beresiko terjadinya preeklamsia, yang dapat berkembangkan setiap saat,
termasuk minggu pertama pasca melahirkan. Sekitar 15% hingga 45%
perempuan awalnya didiagnosis dengan hipertensi gestational akan
mengembangkan preeklamsia, dan kemungkinan lebih besar pada pasien
yang memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya, miscarriage, dan riwayat
hipertensi kehamilan sebelumnya.7
2. Preeklamsi
Preeclampsia adalah sindrom yang memiliki manifestasi klinis seperti
new-onset hypertension pada saat kehamilan (setelah usia kehamilan 20
minggu, tetapi biasanya mendekati hari perkiraan lahir), berhubungan
dengan proteinuria: 1+ dipstick atau 300 mg dalam 24 jam urin tampung.
Sindrom ini terjadi pada 5 - 8 % dari seluruh kehamilan. Pengobatan
antihipertensi pada pasien ini bukan ditujukkan untuk menyembuhkan atau
memulihkan preeklamsia. Preeklamsia dapat berkembangkan secara tiba-
tiba pada wanita muda, pada wanita yang sebelumnya normotensive,
sehingga perlu pencegahan gangguan kardiovaskular dan serebrovaskular
sebagai konsekuensi dari berat dan cepat peningkatan tekanan darah, hal ini
adalah tujuan utama manajemen klinis yang membutuhkan kebijaksanaan
penggunaan obat antihipertensi.8
4
3. Eklamsi
Serangan konvulsi pada wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat
dihubungkan dengan sebab lainnya disebut eklamsi. Konvulsi terjadi secara
general dan dapat terlihat sebelum, selama, atau setelah melahirkan. Pada
studi terdahulu, sekitar 10% wanita eklamsi, terutama nulipara, serangan
tidak muncul hingga 48 jam setelah postpartum. Setelah perawatan prenatal
bertambah baik, banyak kasus antepartum dan intrapartum sekarang dapat
dicegah, dan studi yang lebih baru melaporkan bahwa seperempat serangan
eklampsia terjadi di luar 48 jam postpartum.9
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi
Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah
mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah
kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi kronik (preexisting hypertention).7
Ditemukannya tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau
sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu
pasca persalinan. Wanita usia subur dengan hipertensi esensial stage I yang
tidak memiliki kerusakan organ target dan dalam kondisi kesehatan yang
baik memiliki prognosis yang baik dalam kehamilan. Walaupun terdapat
peningkatan resiko terjadi superimposed preeclampsia, akan tetapi secara
fisiologi akan terjadi penurunan tekanan darah selama kehamilan dan
penurunan kebutuhan terhadap agen antihipertensi. Capaian tatalaksananya
adalah mempertahankan tekanan darah pada level yang memiliki resiko
gangguan kardiovaskular dan serebrovaskular pada ibu yang minimal.10
Kadang-kadang, wanita dengan hypertensi kehamilan akan tetap
hipertensi setelah melahirkan. Pada pasien ini kemungkinan besar memiliki
hipertensi kronis yang sudah ada sebelumnya, yang tertutup/tak tampak di
awal kehamilan oleh karena respon fisiologis dari kehamilan yakni
vasodilasi. Kejadian hipertensi pada periode pasca melahirkan dan waktu
maksimum untuk normalisasi tekanan darah belum diketahui. Pada
5
II.3 Insidensi
Wanita kulit hitam memiliki kecenderungan mengalami preeklamsi
dibandingkan kelompok rasial lainnya. Preeklamsi umumnya terjadi pada usia
maternal ekstrim (< 18 tahun atau > 35 tahun). Peningkatan prevalensi hipertensi
kronis pada wanita > 35 tahun dapat menjelaskan mengapa terjadi peningkatan
frekuensi preeklamsi diantara gravida tua.1,2,3,11
Selain itu, meskipun merokok selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai
hal yang merugikan, ironisnya merokok telah dihubungkan secara konsisten
dengan risiko hipertensi yang menurun selama kehamilan. Placenta previa juga
telah dilaporkan dapat mengurangi risiko gangguan-gangguan hipertensi pada
kehamilan.1
Di Amerika Serikat angka terjadinya eklamsi telah menurun karena sebagian
besar wanita sekarang ini menerima perawatan prenatal yang cukup.1
II.4 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan tentang penyebabnya sehingga disebut sebagai “penyakit teori”.
Ada beberapa teori yang diyakini dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia,
yaitu:1
1. Invasi trofoblas abnormal
Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas kedalam lapisan otot arteri
spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak
6
populasi dengan asupan kalsium yang rendah memiliki efek yang kecil
untuk menurunkan angka kematian perinatal, namun tidak berpengaruh
pada kejadian preeklampsia. Namun dalam beberapa percobaan lain,
suplementasi dengan antioksidan vitamin C dan E tidak menunjukkan efek
yang menguntungkan untuk mencegah preeklampsia.1
6. Faktor genetik
Preeklampsia adalah suatu gangguan multifaktorial poligenik. Dalam
penelitian Ward dan Lindheimer (2009) menyebutkan risiko insiden untuk
preeklampsia 20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari ibu dengan
preeklampsia, 11 sampai 37 persen untuk saudara perempuan
preeklampsia, dan menjadi 22 sampai 47 persen ketika kembar.1
d. Obesitas
e. Trombofilia
f. Riwayat migraine
g. Pengguna anti depresan selective serotonin uptake inhibitor >
trimester I.1,2,3
3. Faktor risiko plasental atau fetal :
a. Kehamilan multipel
b. Hidrops fetalis
c. Penyakit trofoblastik gestasional
d. Triploidi.1,2,3,13
II.6 Patofisiologi
Walaupun mekanisme patofisiologi yang jelas tidak dimengerti, preeklamsi
merupakan suatu kelainan pada fungsi endotel yaitu vasospasme. Pada beberapa
kasus, mikroskop cahaya menunjukkan bukti insufisiensi plasenta akibat kelainan
tersebut, seperti trombosis plasenta difus, inflamasi vaskulopati desidua plasenta,
dan invasi abnormal trofoblastik pada endometrium. Hal-hal ini menjelaskan
bahwa pertumbuhan plasenta yang abnormal atau kerusakan plasenta akibat
mikrotrombosis difus merupakan pusat perkembangan kelainan ini.1,2,3
Hipertensi yang terjadi pada preeklamsi adalah akibat vasospasme, dengan
konstriksi arterial dan penurunan volume intravaskular relatif dibandingkan
dengan kehamilan normal. Sistem vaskular pada wanita hamil menunjukkan
adanya penurunan respon terhadap peptida vasoaktif seperti angiotensin II dan
epinefrin. Wanita yang mengalami preeklamsi menunjukkan hiperresponsif
terhadap hormon-hormon ini dan hal ini merupakan gangguan yang dapat terlihat
bahkan sebelum hipertensi tampak jelas. Pemeliharaan tekanan darah pada level
normal dalam kehamilan tergantung pada interaksi antara curah jantung dan
resistensi vaskular perifer, tetapi masing-masing secara signifikan terganggu
dalam kehamilan. Curah jantung meningkat 30-50% karena peningkatan nadi dan
volume sekuncup. Walaupun angiotensin dan renin yang bersirkulasi meningkat
pada trimester II, tekanan darah cenderung untuk menurun, menunjukkan adanya
12
3. Eklamsia
Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada perempuan
dengan preeklamsia
4. Hipertensi superimposed preeklamsi
a. Proteinuria baru ≥ 300mg/24 jam pada perempuan hipertensi, tetapi tidak
ditemukan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
b. Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung
trombosit < 100.000 µL.
14
5. Hipertensi kronis
a. TD ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosis kehamilan 20
minggu, tidak disebabkan penyakin trofoblastik gestasional.
b. Hipertensi pertama didiagnosis setelah kehamilan 20 minggu dan menetap
selama 12 minggu pascapersalinan.
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan
mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya preeklamsi sukar
dicegah, tetapi berat dan terjadinya eklamsi biasanya dapat dihindari dengan
mengenal secara dini penyakit tersebut dan dengan penanganan secara
sempurna.15
Tekanan darah sebaiknya diukur pada posisi duduk dengan posisi cuff setinggi
jantung. Adanya penekanan vena kava inferior oleh uterus gravid pada posisi
berbaring dapat mengganggu pengukuran sehingga terjadi pengukuran yang lebih
rendah. Sebelum pengukuran, wanita hamil dianjurkan untuk duduk tenang 5-10
menit.1,3,11
Hipertensi didiagnosa apabila tekanan darah pada waktu beristirahat 140/90
mmHg atau lebih besar. Pada masa lalu, telah dianjurkan agar peningkatan
tambahan tekanan diastolik 15 mmHg atau sistolik 30 mmHg digunakan sebagai
kriteria diagnostik, bahkan apabila tekanan darah saat diukur di bawah 140/90
mmHg. Kriteria tersebut sekarang ini tidak lagi dianjurkan karena bukti
menunjukkan bahwa wanita tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk
mengalami efek samping merugikan saat kehamilan. Sebagai tambahan, tekanan
darah biasanya menurun pada trimester ke-II kehamilan dan tekanan diastolik
pada primigravida dengan kehamilan normotensi kadang-kadang naik sebesar 15
mmHg. Oedem telah ditinggalkan sebagai kriteria diagnostik karena hal tersebut
juga banyak terjadi pada wanita hamil yang normotensi. Oedem dianggap
patologis bila menyeluruh dan meliputi tangan, muka, dan tungkai.1,3,11,16
15
II.8 Penatalaksanaan
Setiap wanita harus dievaluasi sebelum konsepsi untuk menentukan kondisi
tekanan darahnya. Jika terdapat hipertensi, dapat ditentukan beratnya, sebab
sekunder yang mungkin, kerusakan target organ, dan rencana strategis
penatalaksanaannya. Kebanyakan wanita penderita hipertensi yang merencanakan
kehamilan harus menjalani skrining adanya faeokromositoma karena angka
morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi apabila keadaan ini tidak terdiagnosa
pada ante partum.17
Pada umumnya, frekuensi kunjungan antenatal menjadi sering pada akhir
trimester untuk menemukan awal preeklamsi. Wanita hamil dengan tekanan darah
yang tinggi (140/90 mmHg) akan dievaluasi di rumah sakit sekitar 2-3 hari untuk
menentukan beratnya hipertensi. Wanita hamil dengan hipertensi yang berat akan
dievaluasi secara ketat bahkan dapat dilakukan terminasi kehamilan. Wanita hamil
dengan penyakit yang ringan dapat menjalani rawat jalan.17
Pada wanita penderita hipertensi yang merencanakan kehamilan, penting
diketahui mengenai penggantian medikasi anti hipertensi yang telah diketahui
aman digunakan selama kehamilan, seperti metildopa atau beta bloker.
Penghambat ACE dan ARB jangan dilanjutkan sebelum terjadinya konsepsi atau
segera setelah kehamilan terjadi.17
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan pada wanita dengan hipertensi berat,
terutama apabila terdapat hipertensi yang persisten atau bertambah berat atau
munculnya proteinuria. Evaluasi secara sistematis meliputi :17
1. Pemeriksaan detil diikuti pemeriksaan harian terhadap gejala klinis seperti
sakit kepala, pandangan kabur, nyeri epigastrium, dan penambahan berat
badan secara cepat.
2. Penimbangan berat badan saat masuk rumah sakit dan setiap hari
setelahnya.
3. Analisis proteinuria saat masuk rumah sakit dan setiap 2 hari.
4. Pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk setiap 4 jam kecuali saat
pertengahan tengah malam dengan pagi hari.
16
mendasari, dan potensi kerusakan target organ. Obat lini pertama yang biasanya
dipergunakan adalah metil dopa. Bila terdapat kontra indikasi (menginduksi
kerusakan hepar) maka obat lain seperti nifedipin atau labetalol dapat digunakan.9
Tabel 2.2
Pilihan obat pada hipertensi gestasional dan hipertensi kronis dalam kehamilan9
Obat (resiko
Dosis Keterangan
FDA)
Agen yang umum Pilihan obat berdasar NHBEP,
diberikan: 0.5- 3.0 gram/hari tercatat aman pada trimester
Methyldopa awal
Lini kedua
Dapat dikaitkan dengan fetal
Labetalol 200-1200 mg/hari
growth restriction
Dapat menghambat persalinan
30-120 mg/hari
dan memiliki efek sinergis
Nifedipin dengan preparat
dengan MgSO4 untuk
lepas lambat
menurunkan tekanan darah
20-300 mg/hari Dapat digunakan bersama agen
Hydralazin dibagi dalam 2-4 simpatolitik, dapat menyebabkan
dosis pemberian trombositopenia neonates
Menurunkan tekanan darah
uretroplasenta, menyebabkan
stress hipoksia janin, resiko
Tergantung pada
Β-Blocker growth restriction pada trimester
agen yang dipilih
I-II (atenolol), dosis terlalu
tinggi menyebabkan hipoglikemi
neonatus
Menyebabkan gangguan
elektrolit, dapat digunakan
Hidrochlortiazid 12.5 – 25 mg/hari sebagai kombinasi dengan
metildopa dan vasodilator untuk
mengurangi retensi cairan.
Menyebabkan fetal death,
Kontraindikasi gangguan jantung, fetophaty,
ACE-inhibitor dan oligohidramnion, growth
ARB tipe I restriction, renal agenesis dan
neonatal anuric renal failure
Tidak ada agen antihipertensi yang aman digunakan pada trimester pertama.
Terapi dengan obat diindikasikan pada hipertensi kronis tanpa komplikasi dan saat
tekanan diastolic ≥100mmHg. Tatalaksana dengan dosis yang lebih rendah
18
diberikan pada pasien dengan diabetes mellitus, gagal ginjal, atau kerusakan organ
target.9
Tabel 2.3
Pilihan obat dalam control kedaruratan pada Hipertensi Berat dalam kehamilan9
Obat (resiko
Dosis dan pemberian Keterangan
FDA)
10-20 mg IV, dilanjutkan Insidensi hipotensi
20-80 mg setiap 20-30 maternal lebih rendah
menit. Maksimal 300mg, dan efek samping,
dengan infuse kecepatan penggunaan labetalol
Labetalol 1-2mg/menit saat ini menggantikan
hydralazin, tidak
diperbolehkan pada
wanita dengan asma
dan CHF.
5 mg, IV atau IM, Merupakan pilihan
dilanjutkan 5-10 mb tiap obat dari NHBEP,
20-40 menit. Evaluasi telah lama diketahui
tekanan darah setiap 3 keamanan dan
Hydralazin
jam. Kecepatan infuse efikasinya
0.5-10mg/jam, bila tidak
berhasil diturunkan
dengan 20 mg IV atau
19
Tabel 2.4
Pengobatan antihipertensi ibu yang dapat digunakan saat masa menyusui9
Captopril Minoxidil
Diltiazem Nadolol
Enalapril Nifedipine
Hydralazine Oxprenolol
Hydrochlorothiazide Propranolol
Labetalol Spironolactone
Methyldopa Timolol
Verapamil
Diuretik (furosemid, hidrochlortiazid, dan spironolacton) dapat
menurunkan produksi ASI. Metroprolol dapat digunakan pada masa
menyusui meskipun terkonsentrasi dalamASI. Acebutolol dan atenolol
tidak boleh digunakan.