Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


G1P0A0 usia 18 tahun Prolonged Pregnancy

Pembimbing : dr. Muhamad Taufiqi Setyabudi, Sp.OG(K)

Disusun Oleh :
1. Guggy Tryan H2A014032
2. M. Dwitopo Pinoko H2A014051

KEPANITERAAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu Asuhan masa nifas diperluan dalam
periode ini, karena merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya,
diperkirakan bahwa 60% diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.1
Pada saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi.
Menurut survey demografi dan Kesehatan Indonesia (1994) angka kematian ibu
dan angka kematian bayi di Indonesia adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab dari kematian ibu tersebut adalah komplikasi pada masa nifas
dan faktor-faktor pelayanan kesehatan yang masih rendah.
Pada masa nifas sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami
oleh ibu seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI,
kelainan pada puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh
Perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio plasenta, Keadaan Umum ibu
(anemia dan malnutrition).1
Dengan meningkakan kualitas pelayanan maternitas diharapkan para
petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas, karena
infeksi yang terjadi pada masa nifas menjadi salah satu penyumbang terbesar
dalam meningkatnya AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia pada umumnya

BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Paritas :1
Alamat : Jl. Candi Sari RT 10/RW 04 Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Status : Menikah

Nama Suami : Tn. S


Umur : 18 tahun
Alamat : Jl. Candi Sari RT 10/RW 04 Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Karyawan pabrik

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Ruang VK
3 RS Tugurejo tanggal 12 April 2018 pukul 13.15 WIB.
Keluhan utama : -
RPS :
4 hari SMRS Pasien G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu 4 hari datang
ke RS dengan keluhan kenceng-kenceng, dokter menyarankan untuk
menunggu partus tanggal 5 April 2015 atau partus dengan induksi tanggal 6
April 2015 .
HMRS Pasien G2P2A0 umur kehamilan 40 minggu 1 hari datang ke
RSUD Tugurejo pukul 04.00 dengan keluhan kenceng-kenceng sering dari jam
02.00 di seluruh bagian perut. Keluhan dirasakan semakin sering dan semakin
kenceng. Tidak ada lendir, darah, dan cairan bening yang keluar dari jalan lahir.
Pasien masih merasakan adanya gerakan janin.
Pada pukul 10.15 pasien melahirkan seorang bayi laki-laki hidup dengan
BBL 3600 gram dan PB 48 cm dan kulit bayi biru. Pasien masih dalam
observasi postpartum selama 2 jam. Pasien mengeluhkan badan lemas dan
sedikit nyeri perut bagian bawah.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Alergi obat : disangkal Kejang : disangkal
Asma : disangkal Kencing Manis : disangkal
R. Operasi Abdomen : disangkal Penyakit Jantung : disangkal
Darah tinggi : disangkal Rawat inap : diakui
Riwayat keganasan : disangkal Keputihan : diakui

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat Pribadi :
Riwayat haid : Umur Menarche: 13 tahun
Lama haid : 7 hari (ganti 3-4 kali pembalut)
Siklus : tidak teratur
Nyeri Haid : hari pertama saat haid merasakan
nyeri
HPHT : 25 Juni 2017
HPL : 2 April 2018
Usia kehamilan : 41 minggu 4 hari
Riwayat pernikahan : Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang ke 1
selama 9 bulan, pasien menikah pada usia 18 tahun,
Riwayat Obstetri : G1P0A0, Pasien melakukan pemeriksaan ANC di
puskesmas 9 kali. Pada trimester I pasien melakukan
ANC sebanyak 2 kali, pada trimester II pasien
melakukan 3 kali, pada trimester III pasien melakukan
ANC sebanyak 4 kali.
Riwayat KB : Pasien tidak pernah menggunakan KB

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien seorang ibu rumah tangga, belum memiliki anak, suami bekerja
sebagai karyawan pabrik, biaya perawatan ditanggung BPJS. Pasien tidak
memelihara hewan. Kesan ekonomi kurang.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 2 April 2018 pukul 13.15 WIB.

• Keadaan Umum : Tampak lemas


• Kesadaran : Compos Mentis
• GCS : 15

Vital sign
• Tensi : 120/70 mmHg
• Nadi : 84 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup.
• Nafas : 20 x/menit
• Suhu : 36,5 o C
• BB : 50 kg
• TB : 168 cm
• IMT : 17,71
• Status gizi : kurang

Status Interna
• Kepala : Mesocephal
• Mata : CA-/-, SI -/-, reflek cahaya +/+, edema palpebra -/-,
konjungtiva anemis -/-
• Hidung : dalam batas normal
• Telinga : dalam batas normal
• Leher : dalam batas normal
Thorax
• Cor : dalam batas normal
• Pulmo : dalam batas normal
Abdomen
• Inspeksi : tampak cembung, tampak linea nigra, striae gravidarum
• Auskultasi : bising usus (+)
• Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
• Palpasi : dalam batas normal, tinggi fundus uteri diantara arcus
costa dan tali pusat, konsistensi kenyal
Ekstremitas Sup - Inf
• Akral hangat : +/+ +/+
• Udem : -/- -/-
• Varises : -/- -/-
• CRT : <2 detik

Status Ginekologi
• TFU : 33 cm
• Taksiran berat janin : (TFU-12)x155 gram=
(33-12)x155 gram = 3.255 gram
• Leopold
o Leopold I : Bulat, lunak, besar, balotement (-), TFU 33 cm
o Leopold II : Punggung Kiri, DJJ (+) 153x/menit
o Leopold III: Kepala belum masuk PAP
• Pemeriksaan VT : Tidak dilakukan

Pengawasan 5
• DJJ : 153x/menit
• His : (+)
• Bundle ring :
• PPV : Tidak ada
• Tanda kala 2 :

Status ginekologi
• Inspeksi : Tidak dilakukan
• Palpasi : Tidak dilakukan
• Pemeriksaan VT RT : Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah :
1. Darah rutin
2. Urin analisa
3. USG
V. RESUME
Pasien G2P2A0 umur kehamilan 40 minggu 1 hari datang ke
RSUD Tugurejo pukul 04.00 dengan keluhan kenceng-kenceng sering dari
jam 02.00 di seluruh bagian perut. Keluhan dirasakan semakin sering dan
semakin kenceng. Tidak ada lendir, darah, dan cairan bening yang keluar
dari jalan lahir. Pasien masih merasakan adanya gerakan janin. Pada pukul
10.15 pasien melahirkan seorang bayi laki-laki hidup dengan BBL 3600
gram dan PB 48 cm dan kulit bayi biru. Pasien masih dalam observasi
postpartum selama 2 jam. Pasien mengeluhkan badan lemas dan sedikit
nyeri perut bagian bawah. Riwayat rawat inap selama kehamilan (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas.
Tanda vital dan status internus dalam batas normal. Fundus uteri teraba
setinggi umbilikus dan konsistensinya kenyal.

VI. DAFTAR MASALAH


Masalah Aktif Masalah Pasif

1. Prolonged pregnancy 3.
2. Oligohidramnion

VII. INISIAL PLAN


Diagnosis Kerja : G2P2A0 usia 31tahun postpartum spontan 1 jam
yang lalu
Diferensial Diagnosa :
Terapi :
- Lanjut IV line RL

Monitoring :
- Tanda vital, TFU, kontraksi dan perdarahan setiap 30 menit,
selama 2 jam di VK
- Pindah ruang rawat setelah 2 jam dan bila tanda vital ibu stabil
Edukasi :
a. Memberitahu ibu tentang fisiologis masa nifas
b. Ibu perlu istirahat yang cukup 8-12 jam/ hari dan tidak
melalukan aktifitas berat terlebih dahulu
c. Banyak minum 1500cc/ hari, makanan tambahan mencapai 2100
kkal/hari untuk memenuhi kebutuhan selama menyusui
d. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar dan
menerapkan ASI eksklusif untuk bayinya
e. Meminum tablet besi untuk menghindari anemia
f. Luka episiotomi dijaga agar selalu bersih dan kering serta
meminum obat anti nyeri

VI. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : ad bonam
b. Quo ad sanam : ad bonam
c. Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas 1
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer
yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa
sesudah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu.

2. Tahapan Masa Nifas 2


Adapun tahapan masa nifas (postpartum puerperium) :
a. Puerperium Dini : Masa kepulihan, yakni saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genetal kira-kira 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1,3,4


a. Perubahan uterus (involusi uterus)
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul,
setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Tabel 2.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa
involusi.

b. Lokia
Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Produksi lokia akan bertahan hingga
minggu ke-4. Selama minggu ke 5-6 sekresi lokia sudah jauh
berkurang dan berhenti pada minggu ke-8. Ada beberapa jenis
Lokia, yakni :
 Lokia Rubra
Berupa darah, sisa jaringan, dan desidua yang mengalir
dalam beberapa jam pertama. Kemudian dalam 3-4 hari
pertama, jumlah cairan akan berkurang secara perlahan dan akan
berubah menjadi cairan berwarna merah kecoklatan.
 Lokia Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
 Lokia Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
 Lokia Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
Lokia akan menjadi lebih kental, mukoid, dan warna putih agak
kuning.
 Lokia Purulenta
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah
berbau busuk.
 Locheohosis Lokia
Lokia yang tidak lancar keluarnya.
c. Perubahan vagina dan perineum
 Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
 Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum.
 Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada
sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka bekas episiotomi dilakukan penjahitan dan
perawatan dengan baik.

d. Perubahan pada sistem pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan
anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, hemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya
buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan
yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong
13 dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan
obat laksan yang lain.
e. Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8
minggu, tergantung pada :
 Keadaan/status sebelum persalinan
 Lamanya partus kala II yang dilalui
 Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan

f. Perubahan-perubahan psikis ibu nifas


Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang
harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi
yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
 Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan
berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya
dari awal sampai akhir.
 Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan
ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan
gampang marah.
 Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

4. Program Masa Nifas 1,2,4


Program ini meliputi pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan
penyakit atau komplikasi, konseling pemberian ASI dan perawatan
bayi, penjarangan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Konseling mengenai kontrasepsi selama masa ini diperlukan. Ibu
dapat mendapat efek kontrasepsi amenore laktasi, yang dapat
dilanjutkan kontrasepsi lain seperti pil progestin, DMPA, AKDR,
metode barrier. Pelayanan kesehatan pasca persalinan dapat dilihat
pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pelayanan kesehatan pasca persalinan


6-12 jam 3-6 hari 6 minggu 6 bulan
Bayi
Breath, warmth, Feeding, infeksi, tes Berat badan, Tumbuh kembang,
feeding, cord, rutin pemberian minum, weaning
imunisasi imunisasi
Ibu
Blood loss, nyeri, Breast care, suhu, Pemulihan, anemia, Kesehatan umum,
tekanan darah, lokia, mood kontrasepsi Kontrasepsi,
warning sign Morbiditas lanjut

5. Tatalaksana dan Konseling


- Ibu perlu istirahat cukup 8-12 jam/hari
- Banyak minum 1500cc/hari, makanan tambahan mencapai 2100
kkal/hari untuk memenuhi kebutuhan menyusui.
- Mobilisasi dilakukan pada hari pertama setelah melahirkan. Dapat
mengurangi masalah miksi dan defekasi.
- Pemeriksaan TFU, KU, Tanda vital, dan keluhan lain.
- Perawatan luka episiotomi.
- Pemberian tablet besi karena 50% ibu bersalin di Indonesia
mengalami anemia.
- Rujuk bila ada komplikasi saat nifas.

B. Patologi Postpartum
1. Perdarahan Post Partum/ Perdarahan Pasca Persalinan (PPP) 4,5,6
a. Definisi
PPP adalah perdarahan >500cc dari traktus genitalia setelah
bayi lahir. PPP bukan diagnosis, tapi harus dicari etiologinya.
Paska persalinan disebut aman bila kesadaran, tanda vital, kontaksi
uterus baik, dan tidak ada perdarahan.

b. Klasifikasi
1) PPP primer
Terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tersering adalah
atonia, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri. Jika
perdarahan <500cc namun telah menyebabkan syok
hipovolemia, maka tetap dikatakan PPP primer.
2) PPP sekunder
Terjadi setelah 24 jam, namun masih dalam 6 minggu awal
setelah persalinan. Penyebab tersering akibat sisa plasenta.
Perdarahan dikatakan massif jika darah yang hilang >1000,
1500, atau 2500 cc

c. Etiologi
Penyebab PPP primer paling sering adalah atonia uteri,
diikuti trauma traktus genitalia. Sedangkan PPP sekunder,
mayoritas akibat sisa plasenta dan endometritis. Pembagian
etiologi dapat dilihat dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Etiologi PPP


Gambar 2.2. Diagnosis PPP

1) Atonia uteri
Adalah lemahnya kontraksi uterus sehingga perdarahan dari
tempat implantasi plasenta tidak bisa tertutup. Dapat dilakukan
pencegahan dengan:
- Manajemen aktif kala 3
- Pemberian misoprostol 2-3 tab PO (400-600 ug) setelah
bayi lahir
Jika fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dan
kontraksi tidak bagus, perdarahan banyak, curiga terjadi atonia.
Dalam penghitungan pergantian darah, dipikirkan masih ada
500-1000 cc darah terperangkap di uterus
Tata laksana syok jika perdarahan massif terjadi karena
atonia:
- Posisi trendelenburg, pasang O2 dan akses vena
- Merangsang kontraksi uterus dengan masase fundus dan
merangsang puting susu
- Pemberian oksitosisn dan turunan ergot secara IM, IV, dan
SC
- Pemberian derivat prostaglandin F2a (belum tersedia di
Indonesia)
- Pemberian misoprostol 800-1000 ug per rektal
- Kompresi bimanual eksterna/interna

Gambar 2.3. Kompresi bimanual eksterna (kiri) dan interna (kanan)

- Kompresi aorta abdominalis

Gambar 2.4. Kompresi Aorta abdominalis

- Pemasangan tampon kondom


Kondom di cavum uteri disambungkan dengan kateter,
fiksasi dengan karet gelang dan diisi cairan infus 200 cc.
Tindakan ini akan mengurangi perdarahan dan bersifat
sementara sebelum tindakan bedah di RS rujukan.
Gambar 2.5. Pemasangan tampon kondom kateter

- Bila tindakan diatas gagal, laparotomy pilihannya dengan


tetap mempertahankan uterus atau histerektomi.

2) Robekan jalan lahir


Terjadi akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forceps/ekstraksi vakum, memimpin persalinan sebelum
pembukaan lengkap. Setelah persalinan, jika kontraksi baik, tapi
perdarahan masih ada, curiga akibat robeknya jalan lahir atau
sisa plasenta. Ciri perdarahan adalah darah merah segar dan
pulsatif seperti denyut nadi. Tatalaksana yang diberikan adalah
klem sumber perdarahan, diikat dan dijahit dengan catgut pada
setiap lapisan dengan anestesi lokal (perineorafi).

3) Inversio uteri
Kondisi dimana endometrium turun dan keluar ke ostium
uteri eksternum, bisa komplit atau inkomplit. Faktor penyebab
diantaranya adalah atonia uteri, serviks terbuka lebar, tekanan
pada fundus uteri dari atas (manuver crede), dan tekanan intra
abdomen yang keras (batuk)
Tanda-tanda:
- Syok karena kesakitan
- Perdarahan bergumpal
- Vulva tampak endometrium terbalik dengan/tanpa plasenta
- Jika sudah lama, jepitan di serviks menyebabkan uterus
iskemi, nekrosis, dan infeksi.
Tatalaksana:
- Pasang IV line
- Bila perlu, berikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan
uterus yang terbalik sebelum reposisi manual dengan cara
mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina.
Terus melewati serviks sampai tangan masuk dalam uterus
pada posisi normal.
- Plasenta dilepaskan di dalam uterus secara manual
kemudian dikeluarkan. Sambil memberikan uterotonika IV
atau IM, tangan tetap dipertahankan di dalam hingga uterus
kembali normal. Baru tangan boleh dikeluarkan.
- Antibiotik dan transfusi darah sesuai keperluan
- Jika tidak bisa dimasukkan karena jepitan serviks keras,
perlu laparotomi segera.

4) Retensio plasenta dan Plasenta restan 5,7,8


Retensio plasenta adalah keadaan plasenta masih belum
bisa dilahirkan setelah setengah jam anak lahir. Hal ini karena
adhesi kuat antara plasenta dan uterus.
Plasenta Restan adalah tertinggalnya sebagian plasenta
(satu atau lebih lobus) dan uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif. Keadaan ini menimbulkan PPP primer atau PPP
sekunder.
Sebab-sebab plasenta belum lahir adalah kontraksi uterus
kurang kuat untuk melepaskan plasenta, plasenta melekat erat
pada dinding uterus, karena atonia uteri atau salah penanganan
pada kala III sehingga menyebabkan lingkaran konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.
Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau
terdapat keraguan akan sisa plasenta maka untuk
memastikannnya dengan eksplorasi dengan tangan (manual
plasenta), kuret, atau USG. Pada umumnya perdarahan dari
rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim
dianggap baik sebagai sisa plasenta yang yang tertinggal dalam
rahim.
Terdapat beberapa jenis perlekatan plasenta:
- Plasenta akreta: implantasi hingga desidua lapisan nitabuch.
Predisposisi: plasenta previa, bekas SC, kuret berulang,
multiparitas.
- Plasenta inkreta: plasenta menembus hingga miometrium
- Plasenta perkreta: vili korialis menembus perimetrium

Jika plasenta belum terlepas sama sekali maka tidak akan


ada perdarahan. Jika sebagian sudah terlepas, maka akan timbul
perdarahan. Pada pasien dengan kontraksi baik, robekan sudah
dijahit, namun masih ada perdarahan, perlu dicurigai retensio
atau sisa plasenta. Harus segera dilakukan eksplorasi manual
plasenta dengan digital/kuret dan pemberian uterotonika.

Gambar 2.6. Teknik manual plasenta.


2. Trauma Persalinan 4,9
a. Definisi
Adalah trauma yang terjadi di jalan lahir selama persalinan.
b. Klasifikasi
Trauma perineum dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
- Derajat 1: di kulit perineum saja
- Derajat 2: di perineum, otot perineum
- Derajat 3a: mengenai sfingter ani eksterna <50%
- Derajat 3b: mengenai sfingter ani eksterna >50%
- Derajat 4: mengenai mukosa rektum.
c. Faktor resiko
Bayi besar, persalinan lama, dan persalinan dengan
menggunakan alat (forceps).
Terdapat beberapa usaha mengurangi terjadinya risiko
trauma perineal dengan derajat yang makin besar, diantaranya:
- Episiotomi
- Memijat daerah perineum beberapa minggu sebelum persalinan
- Metode persalinan sesar elektif atau persalinan spontan
- Menghindari penggunaan analgesik epidural

PEMBAHASAN

HMRS Pasien G2P2A0 umur kehamilan 40 minggu 1 hari datang ke


RSUD Tugurejo pukul 04.00 dengan keluhan kenceng-kenceng sering dari jam
02.00 di seluruh bagian perut. Keluhan dirasakan semakin sering dan semakin
kenceng. Tidak ada lendir, darah, dan cairan bening yang keluar dari jalan lahir.
Pasien masih merasakan adanya gerakan janin. Pada pukul 10.15 pasien
melahirkan seorang bayi laki-laki hidup dengan BBL 3600 gram dan PB 48 cm
dan kulit bayi biru. Pasien masih dalam observasi postpartum selama 2 jam.
Pasien mengeluhkan badan lemas dan sedikit nyeri perut bagian bawah. Riwayat
rawat inap selama kehamilan (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas. Tanda
vital dan status internus dalam batas normal. Fundus uteri teraba setinggi
umbilikus dan konsistensinya kenyal.
Pasien tersebut sedang dalam masa nifas. Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, berlangsung selama 6 minggu. Keluhan lemas dan sedikit nyeri
perut bagian bawah adalah fisiologis pasca persalinan.
Psikologis ibu sedang dalam fase taking in, yaitu periode ketergantungan.
Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada
fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Fundus uteri teraba setinggi umbilikus. Hal ini sesuai dengan perkiraan
TFU setinggi umbilikus yaitu saat pasca persalinan dan berat uterus sekitar 1000-
750 gram. Ukuran uterus mengecil kembali setelah melahirkan sehubungan
dengan involusi uterus. Uterus teraba kenyal menandakan kontraksi uterus baik
sehingga meniadakan kemungkinan atonia uteri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Hadijono RS. Asuhan nifas normal. Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 2008. h.356-64
2. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC: 1998.
3. Sastrawinata, Sulaeman. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen: 1983..
4. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dshe J, penyunting. William
Obstetrics. Edisi ke-24. Philadelphia: McGraw-Hill: 2014
5. Karkata MK. Perdarahan paskapersalinan (PPP). Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 2008. h.522-9
6. Thompson. Postpartum haemorrhage. Dalam: Luesley DM, Baker PN,
penyunting. Obstetric and gynaecology evidence-based text for MRCOG.
Edisi ke-2. London: Hodder Arnold: 2010. h.496-500
7. Manuaba, Ida B.G, et all. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC ; 2007.
h.456-460
8. Manuaba, Ida B.G. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi.
Jakarta : EGC: 2004. h.72-73
9. Kean L. Perineal trauma. Dalam: Luesley DM, Baker PN, penyunting.
Obstetric and gynaecology evidence-based text for MRCOG. Edisi ke-2.
London: Hodder Arnold: 2010. h.447-52

Anda mungkin juga menyukai