Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
1. Guggy Tryan H2A014032
2. M. Dwitopo Pinoko H2A014051
KEPANITERAAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu Asuhan masa nifas diperluan dalam
periode ini, karena merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya,
diperkirakan bahwa 60% diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.1
Pada saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi.
Menurut survey demografi dan Kesehatan Indonesia (1994) angka kematian ibu
dan angka kematian bayi di Indonesia adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab dari kematian ibu tersebut adalah komplikasi pada masa nifas
dan faktor-faktor pelayanan kesehatan yang masih rendah.
Pada masa nifas sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami
oleh ibu seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI,
kelainan pada puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh
Perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio plasenta, Keadaan Umum ibu
(anemia dan malnutrition).1
Dengan meningkakan kualitas pelayanan maternitas diharapkan para
petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas, karena
infeksi yang terjadi pada masa nifas menjadi salah satu penyumbang terbesar
dalam meningkatnya AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia pada umumnya
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Paritas :1
Alamat : Jl. Candi Sari RT 10/RW 04 Semarang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Ruang VK
3 RS Tugurejo tanggal 12 April 2018 pukul 13.15 WIB.
Keluhan utama : -
RPS :
4 hari SMRS Pasien G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu 4 hari datang
ke RS dengan keluhan kenceng-kenceng, dokter menyarankan untuk
menunggu partus tanggal 5 April 2015 atau partus dengan induksi tanggal 6
April 2015 .
HMRS Pasien G2P2A0 umur kehamilan 40 minggu 1 hari datang ke
RSUD Tugurejo pukul 04.00 dengan keluhan kenceng-kenceng sering dari jam
02.00 di seluruh bagian perut. Keluhan dirasakan semakin sering dan semakin
kenceng. Tidak ada lendir, darah, dan cairan bening yang keluar dari jalan lahir.
Pasien masih merasakan adanya gerakan janin.
Pada pukul 10.15 pasien melahirkan seorang bayi laki-laki hidup dengan
BBL 3600 gram dan PB 48 cm dan kulit bayi biru. Pasien masih dalam
observasi postpartum selama 2 jam. Pasien mengeluhkan badan lemas dan
sedikit nyeri perut bagian bawah.
Vital sign
• Tensi : 120/70 mmHg
• Nadi : 84 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup.
• Nafas : 20 x/menit
• Suhu : 36,5 o C
• BB : 50 kg
• TB : 168 cm
• IMT : 17,71
• Status gizi : kurang
Status Interna
• Kepala : Mesocephal
• Mata : CA-/-, SI -/-, reflek cahaya +/+, edema palpebra -/-,
konjungtiva anemis -/-
• Hidung : dalam batas normal
• Telinga : dalam batas normal
• Leher : dalam batas normal
Thorax
• Cor : dalam batas normal
• Pulmo : dalam batas normal
Abdomen
• Inspeksi : tampak cembung, tampak linea nigra, striae gravidarum
• Auskultasi : bising usus (+)
• Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
• Palpasi : dalam batas normal, tinggi fundus uteri diantara arcus
costa dan tali pusat, konsistensi kenyal
Ekstremitas Sup - Inf
• Akral hangat : +/+ +/+
• Udem : -/- -/-
• Varises : -/- -/-
• CRT : <2 detik
Status Ginekologi
• TFU : 33 cm
• Taksiran berat janin : (TFU-12)x155 gram=
(33-12)x155 gram = 3.255 gram
• Leopold
o Leopold I : Bulat, lunak, besar, balotement (-), TFU 33 cm
o Leopold II : Punggung Kiri, DJJ (+) 153x/menit
o Leopold III: Kepala belum masuk PAP
• Pemeriksaan VT : Tidak dilakukan
Pengawasan 5
• DJJ : 153x/menit
• His : (+)
• Bundle ring :
• PPV : Tidak ada
• Tanda kala 2 :
Status ginekologi
• Inspeksi : Tidak dilakukan
• Palpasi : Tidak dilakukan
• Pemeriksaan VT RT : Tidak dilakukan
1. Prolonged pregnancy 3.
2. Oligohidramnion
Monitoring :
- Tanda vital, TFU, kontraksi dan perdarahan setiap 30 menit,
selama 2 jam di VK
- Pindah ruang rawat setelah 2 jam dan bila tanda vital ibu stabil
Edukasi :
a. Memberitahu ibu tentang fisiologis masa nifas
b. Ibu perlu istirahat yang cukup 8-12 jam/ hari dan tidak
melalukan aktifitas berat terlebih dahulu
c. Banyak minum 1500cc/ hari, makanan tambahan mencapai 2100
kkal/hari untuk memenuhi kebutuhan selama menyusui
d. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar dan
menerapkan ASI eksklusif untuk bayinya
e. Meminum tablet besi untuk menghindari anemia
f. Luka episiotomi dijaga agar selalu bersih dan kering serta
meminum obat anti nyeri
VI. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : ad bonam
b. Quo ad sanam : ad bonam
c. Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas 1
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer
yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa
sesudah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu.
b. Lokia
Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Produksi lokia akan bertahan hingga
minggu ke-4. Selama minggu ke 5-6 sekresi lokia sudah jauh
berkurang dan berhenti pada minggu ke-8. Ada beberapa jenis
Lokia, yakni :
Lokia Rubra
Berupa darah, sisa jaringan, dan desidua yang mengalir
dalam beberapa jam pertama. Kemudian dalam 3-4 hari
pertama, jumlah cairan akan berkurang secara perlahan dan akan
berubah menjadi cairan berwarna merah kecoklatan.
Lokia Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
Lokia Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
Lokia Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
Lokia akan menjadi lebih kental, mukoid, dan warna putih agak
kuning.
Lokia Purulenta
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah
berbau busuk.
Locheohosis Lokia
Lokia yang tidak lancar keluarnya.
c. Perubahan vagina dan perineum
Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum.
Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada
sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka bekas episiotomi dilakukan penjahitan dan
perawatan dengan baik.
B. Patologi Postpartum
1. Perdarahan Post Partum/ Perdarahan Pasca Persalinan (PPP) 4,5,6
a. Definisi
PPP adalah perdarahan >500cc dari traktus genitalia setelah
bayi lahir. PPP bukan diagnosis, tapi harus dicari etiologinya.
Paska persalinan disebut aman bila kesadaran, tanda vital, kontaksi
uterus baik, dan tidak ada perdarahan.
b. Klasifikasi
1) PPP primer
Terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tersering adalah
atonia, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri. Jika
perdarahan <500cc namun telah menyebabkan syok
hipovolemia, maka tetap dikatakan PPP primer.
2) PPP sekunder
Terjadi setelah 24 jam, namun masih dalam 6 minggu awal
setelah persalinan. Penyebab tersering akibat sisa plasenta.
Perdarahan dikatakan massif jika darah yang hilang >1000,
1500, atau 2500 cc
c. Etiologi
Penyebab PPP primer paling sering adalah atonia uteri,
diikuti trauma traktus genitalia. Sedangkan PPP sekunder,
mayoritas akibat sisa plasenta dan endometritis. Pembagian
etiologi dapat dilihat dalam Gambar 2.1.
1) Atonia uteri
Adalah lemahnya kontraksi uterus sehingga perdarahan dari
tempat implantasi plasenta tidak bisa tertutup. Dapat dilakukan
pencegahan dengan:
- Manajemen aktif kala 3
- Pemberian misoprostol 2-3 tab PO (400-600 ug) setelah
bayi lahir
Jika fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dan
kontraksi tidak bagus, perdarahan banyak, curiga terjadi atonia.
Dalam penghitungan pergantian darah, dipikirkan masih ada
500-1000 cc darah terperangkap di uterus
Tata laksana syok jika perdarahan massif terjadi karena
atonia:
- Posisi trendelenburg, pasang O2 dan akses vena
- Merangsang kontraksi uterus dengan masase fundus dan
merangsang puting susu
- Pemberian oksitosisn dan turunan ergot secara IM, IV, dan
SC
- Pemberian derivat prostaglandin F2a (belum tersedia di
Indonesia)
- Pemberian misoprostol 800-1000 ug per rektal
- Kompresi bimanual eksterna/interna
3) Inversio uteri
Kondisi dimana endometrium turun dan keluar ke ostium
uteri eksternum, bisa komplit atau inkomplit. Faktor penyebab
diantaranya adalah atonia uteri, serviks terbuka lebar, tekanan
pada fundus uteri dari atas (manuver crede), dan tekanan intra
abdomen yang keras (batuk)
Tanda-tanda:
- Syok karena kesakitan
- Perdarahan bergumpal
- Vulva tampak endometrium terbalik dengan/tanpa plasenta
- Jika sudah lama, jepitan di serviks menyebabkan uterus
iskemi, nekrosis, dan infeksi.
Tatalaksana:
- Pasang IV line
- Bila perlu, berikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan
uterus yang terbalik sebelum reposisi manual dengan cara
mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina.
Terus melewati serviks sampai tangan masuk dalam uterus
pada posisi normal.
- Plasenta dilepaskan di dalam uterus secara manual
kemudian dikeluarkan. Sambil memberikan uterotonika IV
atau IM, tangan tetap dipertahankan di dalam hingga uterus
kembali normal. Baru tangan boleh dikeluarkan.
- Antibiotik dan transfusi darah sesuai keperluan
- Jika tidak bisa dimasukkan karena jepitan serviks keras,
perlu laparotomi segera.
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Hadijono RS. Asuhan nifas normal. Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 2008. h.356-64
2. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC: 1998.
3. Sastrawinata, Sulaeman. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen: 1983..
4. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dshe J, penyunting. William
Obstetrics. Edisi ke-24. Philadelphia: McGraw-Hill: 2014
5. Karkata MK. Perdarahan paskapersalinan (PPP). Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 2008. h.522-9
6. Thompson. Postpartum haemorrhage. Dalam: Luesley DM, Baker PN,
penyunting. Obstetric and gynaecology evidence-based text for MRCOG.
Edisi ke-2. London: Hodder Arnold: 2010. h.496-500
7. Manuaba, Ida B.G, et all. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC ; 2007.
h.456-460
8. Manuaba, Ida B.G. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi.
Jakarta : EGC: 2004. h.72-73
9. Kean L. Perineal trauma. Dalam: Luesley DM, Baker PN, penyunting.
Obstetric and gynaecology evidence-based text for MRCOG. Edisi ke-2.
London: Hodder Arnold: 2010. h.447-52