Anda di halaman 1dari 20

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas
1. Nama : An. MR
2. Umur : 14 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Pondok Pesantren Tahtul Yaman, Seberang, jambi
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Tempat Tinggal :
Pasien tinggal di pondok pesantren. Bangunan pondok pesantren berdinding
semen, sebagian masih ada yang berdinding kayu, lantai keramik, kondisi
tempat tidur berupa satu aula yang didalamnya disusun kasur berderet untuk
pelajar isitirahat, tidak ada sekat pemisah antara satu sama lain, kondisi tempat
mandi cukup bersih, menggunakan air PDAM.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga:


Pasien tinggal jauh dari orang tua dan keluarga. orang tua pasien
berdomisili di Kabupaten Sarolangun. Hubungan pasien dengan keluarga baik,
sering berkomunikasi via telpon, sesekali orang tua pasien mengunjungi ke
pondok pesantren.
III. Aspek psikologis di keluarga:
Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik.
IV. Anamnesa
a. Keluhan utama:
Timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang muncul di
seluruh tubuh, tangan, kaki, dan leher sejak ± 3 hari yang lalu.

1
b. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien mengatakan awalnya ia demam ± 3 hari yang lalu, demam naik
turun, sudah minum obat tapi tidak ada perbaikan. Saat demam naik,muncul
bercak kemerahan yang tak lama kemudian menjadi gelembung berisi
cairan sebesar kacang hijau yang timbul lebih dari satu di daerah atas
telinga, lalu menjalar kebagian garis belakang kepala, wajah, leher, dada,
perut, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai. Keluhan disertai dengan
rasa gatal, sakit kepala, sakit kepala berdenyut, badan terasa pegal, silau bila
melihat cahaya terang, perut terasa tidak enak. BAB dan BAK lancar.
Pasien mengatakan di pesantren banyak temannya juga mengalami hal yang
sama dengannya.
V. Riwayat penyakit dahulu/keluarga:
 Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
 Riwayat kontak dengan penderita cacar sejak satu minggu terakhir (teman
pasien di pondok pesantren)
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 25 kg
Nadi : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37.5⁰C
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), injeksi konjuntiva (+/+)
THT : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)

2
Thorak :
Paru:
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
 Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung:
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra 2
jari medial sela iga V
 Perkusi : batas jantung
- Atas : ICS II kiri
- Kanan : Linea parasternalis dextra
- Kiri : ICS V 2 jari medial linea midclavicula
sinistra
 Auskultasi : S I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
 Inspeksi : datar, venektasi (-), sikatriks (-)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas
Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik

Status Dermatologikus:
 Regio : Ad Regio facialis, regio nuchae,regio supraskapula, regio thorakalis, regio
lumbalis, regio abdomen, regio ekstremitas anterior et inferior bilateral

3
 Intepretasi Lesi : vesikel, multipel, ukuran miliar - lentikuler, diskret sebagian
konfluen, diskret,sebagian terdapat krusta kehitaman tidak mudah di lepas dari
dasar, daerah sekitar tidak ada kelainan.

VII. Laboratorium
Usulan pemeriksaan:
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapusan yang
diwarnai dengan giemsa, bahan diambil dari kerokan dasar vesikel.

VIII. Diagnosa Kerja


Varicella ( B01.8 = Varicella Without Complication)

IX. Diagnosa Banding


 Herpes Zooster

X. Manajemen
a. Promotif:
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella adalah penyakit
menular dan menjelaskan cara penularan penyakit
- Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan cara
pengobatannya
- Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain mengalami
keluhan yang sama untuk segera berobat
b. Preventif
- Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama ± 7 hari
- Mengindari kontak dengan kerabat selama beberapa hari untuk mencegah
penularan.

4
- Jangan menggaruk dan memencet gelembung berisi cairan atau melepaskan
keropeng karena akan dapat menimbulkan bekas dan infeksi
- Gunakan pakaian yang ringan dan nyaman seperti bahan kaos untuk
menghindari gesekan ruam dan membuat ruam pecah. Jika pecah
kemungkinan untuk infeksi bakteri lebih besar
- Mandi akan membersihkan tubuh dan mencegah infeksi bakteri.
- Jika mengeringkan tubuh setelah mandi jangan menggunakan handuk yang
kasar dan menggosok tubuh secara perlahan.

c. Kuratif
Non Farmakologi
- Kompres dingin pada bagian lesi.
- Mandi dengan menggunakan air yang ditambahkan dengan larutan
antiseptik.
Farmakologi
- Bedak Salisil 2%
Per oral :
- Asiklovir tab 400 mg 4X/ hari
- Paracetamol tab 500 mg 3X/ hari
- Amoxicillin tab 500 mg 3X/ hari
- CTM tab 4 mg 1X/ Hari
Tradisional
Pemakaian Dalam
 Ambil 30 gram temu lawak + 25 gram kencur + 15 gram jahe, di cuci dan
dipotong-potong lalu direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc,
disaring, tunggu dingin airnya di minum 2-3 kali sehari.

d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang bergizi
dan selalu menjaga kebersihan tubuh.

5
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
RS. ABDURRAHMAN SAYOETI RS. ABDURRAHMAN SAYOETI

Dokter : Zuhriya Aryati Dokter : Zuhriya Aryati


SIP : No.500/SIK/2018 SIP : No.500/SIK/2018
Tanggal : 18 April 2018 Tanggal : 18 April 2018

Pro : An. MR Pro : An. MR


Umur : 14 tahun Umur : 14 tahun
Alamat : Tahtul Yaman Alamat : Tahtul Yaman

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

6
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
RS. ABDURRAHMAN SAYOETI RS. ABDURRAHMAN SAYOETI

Dokter : Zuhriya Aryati Dokter : Zuhriya Aryati


SIP : No.500/SIK/2018 SIP : No.500/SIK/2018
Tanggal : 18 April 2018 Tanggal : 18 April 2018

Pro : An. MR Pro : An. MR


Umur : 14 tahun Umur : 14 tahun
Alamat : Tahtul Yaman Alamat : Tahtul Yaman

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Varicella (cacar air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi
pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster.
Vaksin Live Attenuated mulai diberikan secara rutin pada ank yang sehat diatas umur
1 tahun. Setelah itu, insidensi varicella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika
Serikat. Telah banyak Negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai
syarat masuk sekolah.1
Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus Varicella Zooster yang oleh
penderita varicella. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi
mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu
syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi
lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi local. Zoster biasanya terjadi pada pasien
dengan imunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada
anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit.1

2.2.Epidemiologi
Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin dan
awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim peralihan
antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela dapat menjadi
penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi
padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 .
Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9
tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah
terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah,
terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Individu
dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa inkubasi 11-21 hari. Pasien

8
menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai lesi
menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,4,5.

2.3.Etiologi
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam
kelompok Herpes Virus tipe; Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200
nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk kosahedral, terdiri dari protein dan DNA
berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari
162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3.
VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini
dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia
kemudian dilihat di bawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan
tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan
inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic inclusion bodies) 1,4,5.
VZV menyebabkan penyakit varisela dan herpes zooster. Kedua penyakit ini
memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia
menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai
infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang
menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian
terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes Zoster1,3,4.

2.4. Patogenesis
Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita
berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi
mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan
terjadi viremia primer. Pada viremia primer ini virus menyebar melalui peredaran darah
dan sistem limfa ke hepar, dan berkumpul dalam monosit/makrofag, disana virus
bereplikasi. Pada kebanyakan kasus virus dapat mengatasi pertahanan non-spesifik
sehingga terjadi viremia sekunder. Pada viremia sekunder virus berkumpul di dalam
Limfosit T, kemudian virus menyebar ke kulit dan mukosa dan bereplikasi di epidermis

9
memberi gambaran sesuai dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi
dari kaliper endotel pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel
kulit dan glandula sebasea, saat ini timbul demam dan malaise1,2,3.

2.5. Manifestasi Klinis


Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,
stadium erupsi.

a. Stadium Prodormal
Timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam
yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan
malaise2,3.

b. Stadium erupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “dew drops on rose petals” tersebar
pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas.
Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan
telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang
ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi papulla,
vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya
berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan
penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang
bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit
dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah
lapisan yang lebih dalam gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak
umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan
air mata/embun “tear drops”. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian
vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear
lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering
dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-
3 minggu tergantung pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk

10
cekungan dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-
angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta,
vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh
dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak
menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa
meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap
sampai beberapa bulan. Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai
dengan demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5°C) mungkin
akan terbentuk jaringan parut1,2,3.
Varisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000 kelamilan).
Sekitar 17 % anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela pada 20 minggu
pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit
(cutaneous scarr), mikrosefali, berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai,
kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang, retardasi mental, korioretinitis, mikropthalmia,
atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis lainnya. Defisit neurologis yang
mengenai system persarafan autonom dapat menimbulkan kelainan kontrol sphingter,
obstruksi intestinal, Horner sindrom. Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam
waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 % dari neonatus yang dilahirkan akan
memperliharkan gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5
hari, biasanya varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan
transplasental dalam bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga
jarang mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada
4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala
verisela kongenital pada umur 5-19 hari Disini perjalanan varisela sering berat dan
menyebabkan kematian pada 25-30 % karena mereka mendapatkan virus dalam jumlah
yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang dikirimkan transplasental.
Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat menderita hipoksia dan gagal nafas
yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus3,4,5.

11
Seorang anak yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi
yang terkena varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menderita herpes zoster dibawah 2 tahun.3,4

2.6.Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat
terjadi diantaranya adalah:
a. Infeksi sekunder dengan bakteri
Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus
dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses, scarlet
fever, atau sepsis.2,5
b. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan
kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki
basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-opak pada kedua
paru1,5
c. Reye sindrom
Letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan sensoris
menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom terutama
terjadi pada pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada varisela penggunaan
varisela harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
SGOT, SGPT serta ammonia.1,2,5
d. Ensefalitis
Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1 pada
1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada
hari 3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak
berusia 3 tahun dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu
makan menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul,
gerakan korea atetoid lengan dan tungkai.1

12
Haemorragic varisela
Terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi haemoragic
varisela dapat menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata (purpura
fulminan).5

2.7.Terapi
varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio calamine dapat diberikan
pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal diberikan antihistamin.
Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan salisilat sebaiknya dihindari
karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma Reye. Karena VZV dapat
menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh darah, maka pada varisela fulminan
saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat diberikan obat anti virus. Kuku sebaiknya
dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi
karena merasa gatal. Jika terjadi infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada
pasien dengan penyulit neurologis seperti ataksia serebelar, ensefalitis,
meningoensefalitis, dan mielitis dapat diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan,
dapat diatasi sesuai dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan
sumsum tulang.2,6
Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi baru
lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh
obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan obat antivirus secepat
mungkin.2
Obat anti Varisela Zooster Virus yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik
untuk mengobati varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari
setelah timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan
menghambat timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir
telah menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan
asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. Varisela terlihat kurang
suseptibel dengan pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster dengan
komplikasi post herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek. Pemberian

13
asiklovir tdak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir
yang umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5 hari. Dosis
parenteral ini terutama diberikan pada anak immunokompromis yang terkena herpes
zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, terbaik
digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya digunakan
untuk anak-anak dengan status imun yang baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8
jam dan Fanciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk golongan antiviral yang lebih baik
absorpsinya.5,6
Nyeri dan gatal oleh histamin disebabkan oleh pengaruhnya pada ujung saraf
yang menimbulkan refleks akson. Ini merupakan kerja histamin merangsang reseptor
H1 di ujung saraf sensoris. Antagonis H1 dapat dibagi menjadi obat generasi pertama
dan generasi kedua. Kelompok ini dibedakan melalui adanya efek sedatif kuat pada
kebanyakan obat generasi pertama. Obat generasi pertama juga cenderung
memblokade reseptor otonom. Efek sedatif yang lebih ringan pada penyekat H1
generasi kedua sebagian diakibatkan karena distribusi yang kurang komplit pada
susunan saraf pusat. Antagonis H1 mudah diserap sesudah pemberian oral, puncak
konsentrasi dalam darah setelah 1-2 jam. Obat generasi pertama dengan cepat masuk
ke susunan saraf pusat.
Klorfeniramin maleate (CTM) merupakan golongan Alkilamin, anti H1 generasi
pertama. Obat ini memiliki sedasi ringan. Dosis pemberian pada anak usia 2-6 tahun
adalah 1 mg 3 kali sehari. Pada anak 6-12 tahun adalah 2 mg 3 kali sehari. Pada usia
lebih dari 12 tahun dapat diberikan 4 mg 3 kali sehari.

2.8. Pencegahan
Vaksinasi
Vaksin varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5 hari
setelah kontak. vaksin varisela semula berasal dari virus hidup yang telah dilemahkan
(live attenuated). mengingat harga vaksin varisela yang cukup mahal, sehingga
cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan vaksin hanya selama
10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak dengan usia kurang dari 12 tahun

14
dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat dewasa anak yang telah
divaksinasi ini akan menderita varisela, ini menyebabkan bertambahnya jumlah orang
dewasa yang menderita varisela. Karena varisela pada ibu hamil cenderung menjadi
berat dan beresiko terhadap anaknya maka imunisasi varisela dianjurkan untuk
diberikan saat anak berusia 12 tahun.
Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah:
1. Ringan
 Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)
 Demam (1:10)
 Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien ini
dapat menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya, namun hal
ini jarang terjadi.
2. Sedang
 Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak
bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000)
3. Berat
 Pneumonia (sangat jarang)
 Reaksi serebral
Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam
setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sulit sesak napas, serak,
mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan
perubahan perilaku.5
Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9 hari
setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela sebaiknya diberikan sebagai imunisasi
wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk terkena varisela.5
VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya dipertimbangkan untuk
diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien yang jika
terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya anak-anak
dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena varisela, bayi-
bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya

15
sampai 2 hari setelah kelahirannya, bayi prematur berusia lebih dari 28 minggu dari ibu
tanpa riwayat varisela, atau bayi kurang dari 28 minggu dengan riwayat ibu selama
kehamilan memiliki kontak erat dengan penderita varisela atau zoster. Yang termasuk
kontak erat dengan penderita varisela misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah,
sekamar di rumah sakit. Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah
kontak. Saat infeksi telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak terbukti dapat
mencegah memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin tidak bermanfaat
digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG 0-10 kg=125 IU,
10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40 k5=625 IU. Secara
individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah terjadinya penyakit,
namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari menjadi 35 hari.3,5.

16
BAB III
ANALISIS KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan diagnosis dengan keadaan Tempat Tinggal:
Pasien tinggal di pesantren dengan dinding semen dan atap seng. Di pesantren
pasien tidur bergabung dengan teman- teman lelaki yang lainnya didalam aula besar
dengan beralaskan kasur ukuran single bed yang berjejer di atas lantai keramik.
Terdapat genangan air di sekitar lingkungan pesantren. Dari kondisi lingkungan
tempat tinggal disini tidak ada hubungan dengan sakit yang dialami pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien tinggal bersama teman pesantren. Pasien jauh dari orang tua dan
keluarganya yang berdomisili di Kabupaten Sarlolangun. Hubungan pasien dengan
keluarga baik, sering berkontak via telpon. Di dalam hubungan diagnosis dan aspek
psikologis disini tidak ada hubungan yang memperberat penyakit akibat dari faktor
psikologi pasien.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit varicella pada pasien
ini adalah riwayat kontak dengan penderita varicella. Di tempat pasien, banyak
teman- temannya yang mengalami hal sama dengan pasien. Hampir sekitar 20 orang
temannya mengalami cacar, dimana mereka saling kontak satu sama lain dan masih
berada di dalam satu kamar.
d. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan penyakit
Untuk menghindari faktor memperberat dan penularan terjadinya penyakit
varicella adalah dengan cara:
 Menghindari kontak dengan penderita varicella
 Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan
luka dan resiko infeksi
 Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama ± 7 hari.

17
Rencana Promosi dan Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien dan Keluarga
- Menjelaskan kepada pasien bahwa varicella adalah penyakit menular dan
menjelaskan cara penularannya
- Menerangkan bahwa pentingnya menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
tempat tinggal.
- Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain mengalami keluhan
yang sama untuk segera berobat.

Rencana Edukasi tentang Penyakit Kepada Pasien dan Keluarga


Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus yaitu Varicella atau biasa disebut Varicella Zooster Virus
(VZV). VZV ini dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Pada
kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air,
sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian
terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. Penyakit ini
sangat gampang menular, sehingga bila ada anggota keluarga atau orang terdekat yang
mengalami hal ini, sebaiknya tidak kontak dengan orang yang sehat untuk menghindari
transmisi penyakit.

Anjuran- Anjuran Promosi Kesehtan Penting yang Dapar Memberikan


Semangat/ Mempercepat Penyembuhan Pasien
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella berupa gelembung berisi
cairan, sebaiknya tidak menggaruk atau memecahkan gelembung tersebut, jika
dipecahkan akan terbentuk krusta yang lebih dalam sehingga akan mengering lebih
lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi.
setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang. Jelaskan kepada pasien bahwa varisela dapat menyebabkan kerusakan
langsung pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan komplikasi seperti Infeksi
sekunder dengan bakteri, varisela Pneumonia, Reye sindrom, Ensefalitis.2,5,6

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Virus Dalam: Djuanda A, dkk, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 107-115
2. Harahap M. Varicella Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Gramedia. 1990:
127-129
3. Lndow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam: Kaita
Selekta Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC, 2004: 31-61
4. Martodiharjo S. Penatalaksanaan Klinik Herpes Zoster dan Varicella. Berkala
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 2003: 45-53
5. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta. EGC. 2005: 174-184
6. Hartowigno, Soenarto. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit& Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RS.
Moh.Hosein. Palembang : 2011.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai