Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
pelayanan kesehatan untuk pasien dan keluarganya secara berkesinambungan dan
komprehensif. Dokter keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama
pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi, tanpa
memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin sedini
dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, berkesinambungan, dan
dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan
menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi
tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral.1
Sesuai dengan Permenkes No 39 tahun 2016 mengenai Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), dimana tujuan program ini adalah
meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan
yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan
kuratif dan rehabilitatif dasar. Dokter keluarga berperan sebagai ujung tombak
pelayanan kedokteran primer Indonesia, diharapkan dapat siap melayani
kebutuhan pasiennya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit.
Pasien dalam praktik kedokteran keluarga adalah pengguna jasa pelayanan
kesehatan yang datang atau dirujuk untuk memperoleh pertolongan medis maupun
non medis yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapinya.1,2
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, ditetapkan dua belas indikator utama sebagai penanda
status kesehatan sebuah keluarga, salah satunya adalah penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan. Saat ini permasalahan jiwa
sangatlah besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional (gejala depresi dan
ansietas) sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas, sedangkan untuk gangguan jiwa
berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk,
yang berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis).

1
Gangguan psikotik yang paling sering adalah skizofrenia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi skizofrenia antara lain genetik, psikososial, penyalahgunaan obat,
status ekonomi, dan stress. Skizofrenia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik pasien. Prevalensi gangguan kesehatan anak dan remaja semakin
bertambah seiring dengan permasalahan kehidupan dan masyarakat yang
kompleks.3,4,5

I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan dan menerapkan konsep kedokteran keluarga pada seorang
pasien remaja yang menderita penyakit skizofrenia paranoid.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien
dan keluarga pasien
c. Membantu seluruh anggota keluarga untuk mengenali masalah yang ada
di dalam keluarga tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan
anggota keluarga
d. Membantu keluarga untuk memahami fungsi-fungsi anggota keluarga
(biologis, psikologis, sosial, ekonomi dan pemenuhan kebutuhan, serta
penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi).
e. Membantu keluarga untuk dapat memecahkan permasalahan
kesehatannya secara mandiri.

I.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Menambah pengalaman bekerja sebagai dokter keluarga secara langsung
pada pasien skizofrenia paranoid.
b. Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan kasus skizofrenia paranoid dengan pendekatan
kedokteran keluarga
2. Bagi Pasien dan Keluarga

2
a. Keluarga menjadi lebih memahami mengenai masalah kesehatan yang ada
dalam lingkungan keluarga.
b. Keluarga mampu untuk mengatasi permasalahan kesehatan keluarga
secara mandiri.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan
pelayanan kepada pasien skizofrenia paranoid secara holistik dan komprehensif
serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses kesembuhan.

Anda mungkin juga menyukai