Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang tahan aerobik dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).Basil
mycobacterium tuberculosis langsung mengenai parenkim paru.Sebagian besar kuman
tuberculosis mengenai paru, tapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Brunner
& Suddarth, 2001).
WHO memperkirakan sepertiga populasi dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis paru. Setiap tahun didapatkan delapan sampai sepuluh juta kasus baru,
80% mengenai usia produktif. Penyakit ini membunuh 8.000 orang setiap hari atau
dua sampai tiga juta orang setiap tahun. Bila tidak dikendalikan, dalam 20 tahun
mendatang tuberkulosis paru akan membunuh 35 juta orang. Melihat kondisi tersebut,
World Health Organization (WHO) menyatakan tuberkulosis paru sebagai
kedaruratan global sejak tahun 1993 (WHO, 2006 dikutip Ariyanti, 2014).
Masalah TB adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting karena masih
banyak ditemukan penderita TB di masyarakat.TB bisa menyerang siapa pun, warga
miskin perkotaan adalah kelompok masyarakat paling rentan terserang
tuberkulosis.Lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan rendahnya mutu asupan
nutrisi membuat kuman tuberkulosis dalam tubuh gampang menjadi aktif.Penderita
TBC paru rata-rata kelompok usia 15-50 tahun yaitu pada usia produktif secara
ekonomi, diperkirakan pada seorang pasien TBC dewasa akan kehilangan waktu
kerjanya selama 3-4 bulan. Hal tersebut berakibatkan pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangga sekitar 20-30.Selain merugikan secara ekonomis, TBC paru
juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial, stigma, bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.( Depkes RI, 2011 ).
TBC Paru dapat meningkatkan angka kematian pada pasien yang tidak teratur
atau berkelanjutan minum obat.Jika tidak di tanggulangi dengan baik maka TBC paru
dapat menular dan meningkatkan angka kejadian TBC paru. Penelitian ( Pujianto,

1
2014 ) bahwa 54,8 % penderita tidak patuh minum obat dan 45,2 % penderita yang
patuh dalam minum obat dalam pelaksanaaan TBC paru.
Berdasarkan Global Report Tuberculosis WHO (World Health Organization)
tahun 2011 di kutip dari karya tulis ilmiah Adilla Sepsio, (2014) , prevalensi
tuberculosis diperkirakan sebesar 289 per 100.000 penduduk, insidensi tuberculosis
sebesar 189 per 100.000 penduduk, dan angka kematian sebesar 27 per 100.000
penduduk. WHO memperkirakan di indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000
kematian akibat tuberculosis dan terdapat 550.000 kasus tuberculosis.Berdasarkan
Global Repotr WHO tahun 2012, setiap tahun terdapat 197.000 kasus baru
tuberculosis Basil Tahan Asam (BTA) positif (+).Padahal, setiap penderita
tuberculosis BTA (+) yang tidak segera diobati dapat menularkan kepada 10-15 orang
per tahun.Di samping tinnginya penularan, penyakit tuberculosis juga menyebabkan
tingginya angka kematian yaitu 175 orang setiap hari atau 64.000 orang setiap tahun.
Prevalensi penyakit TBC paru di Indonesia pada tahun 2011 sebesar
289/100.000 penduduk dengan angka kematian 27/ 100.000 penduduk, merupakan
salah satu penyakit endemis. Menurut Survei Kesehtan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2009 bahwa penyakit TBC paru merupakan penyakit kematian nomor dua setelah
penyakit kardiovaskuler pada semua golongan usia dan peringkat pertama penyebab
kematian untuk jenis penyakit infeksi. Diperkirakan setiap tahun terdapat 500.000
kasus tuberculosis dimana 200.000 kasus didapat disekitar puskesmas, 200.00
ditemukan pada pelayanan rumahsakit atau klinik pemerintah.Jumlah kematian akibat
tuberculesis paru diperkirakan 175.000 orang pertahun.
Pada tahun 2012 jumlah kasus tuberculosis paru dikota Padang pada kasus baru
sebanyak 628 orang, kasus lama sebanyak 8 orang, BTA (+) sebanyak 603 orang
sedangkan prevalensi per 100.000 penduduksebanyak 1.349 kasus dan meninggal
sebanyak 7 orang.
Dengan meningkatnya kejadian kasus TBC paru, maka perawat berperan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.Selain memberikan pelayanan
di rumah sakit, perawat juga harus memberikan pelayan secara promotif dan prefentif
secara berkesinambungan seperti pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarga
sehingga tidak terjadi lagi kekambuhan, penyebaran penyakit, dan komplikasi.
Mengingat angka kesakitan dan kematian pada penderita tuberculosis paru yang
sangat tinggi dan dampak komplikasi yang terjadi serta pentingnya peran perawat,

2
maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Tuberkulosis Paru.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu
mengaplikasikannya pada penderita TB Paru.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
b. Dapat memahami konsep TB
c. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien TB
d. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien TB
e. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien TB

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi

Gambar : Anatomi Sistem Penafasan


Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahantekanan.Paru-paru ada dua,
merupakan alat pernafasan utama, paru-parumengisi rongga dada, terletak di sebelah
kanan dan kiri dan di tengahdipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnyayang terletak di dalam mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadidua
bagian.Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura.Semua strukturtoraks kecuali
paru-paru terletak diantara kedua lapisan pleura.Bagian terluarparu-paru dilindungi
oleh membran halus dan licin yang disebut pleura yangjuga meluas untuk
membungkus dinding interior toraks dan permukaansuperior diafragma, sedangkan
pleura viseralis melapisi paru-paru.Antarakedua pleura ini terdapat ruang yang disebut
spasium pleura yangmengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan
danmemungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.Setiap paru
dibagi menjadi lobus-lobus.
Paru kiri terdiri atas lobus atas dan bawah.Sementara paru kanan mempunyai lobus
atas, tengah dan bawah.Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang
dipisahkan oleh fisurel yang merupakan perluasan pleura.Dalam setiap lobus paru

4
terdapat beberapa divisi-divisi bronkus.Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada
paru kanan dan pada paru kiri).Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental
(sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental kemudian
dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat
yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.Bronkus subsegmental membantu
percabangan menjadi bronkiolus.
Bronkiolus membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas.Bronkus
dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan
berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju
laring.Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi saluran transisional antara kalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus
alveolar kemudian alveoli.Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di dalam
alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli.Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar,
yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar.Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-
sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.Sel alveoli tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti
lendir dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer &
Bare, 2002).

B. Landasan Teoritis Penyakit


1. Pengertian TBC
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru, dengan agen infeksius utama Mycobacteriumtuberculosis(Smeltzer & Bare,
2001).Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu

5
basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh
manusia.
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
a. Tuberculosis primer, jika terjadi pada infeksi yang pertama kali
b. Tuberculosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberkulois primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas,
misalnya karena malnutrisi, penggunaan alcohol, penyait maligna, diabetes,
AIDS, da gagal ginjal.
2. Etiologi TBC
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob.Sifat ini yang menunjukkan kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru
merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis.Kuman ini juga terdiri dari asal
lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik.Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu
melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes
RI, 2002).

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam
(2006) dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 derajat C, keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang.Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif).Keadaan
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau
dahak).Keadaan yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat

6
pembuluh darah yang cepat.Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada
dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimanainfiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
pleura,sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan
jarangditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun.Gejala malaise seringditemukan
anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang,nyeri otot dan
keringat malam.Gejala semakin lama semakin berat danhilang timbul secara tidak
teratur.

4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Tujuan pengobatan
Tujuan pengobatan tubercolosis untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kolaps, menurunkan penularan ke orang lain dan
mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT ( Obat Anti Tubercolosis ).
Untuk itu duperlukan OAT yang efektif dengan pengobatan jangka pendek.
Standarisasi regim en untuk pengobatan TBC paru didasarkan pada
rekomendasi WHO ( Hasan, 2010 )
2) Prinsip Pengobatan
Pengobatan tuberculosis dilakukan dengan prinsip-prinsip berikut :
a) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat
dengan dosis yang cukup sesuai dengan kategori pengobatan.jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi Dosis
Tepat lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

7
b) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung ( DOT = Direcly Observed Treatment ) oleh
seorang Pengawas Minum Obat ( PMO ).
c) Pengobatan TBC paru diberikan dalam dua tahap, yaitu intensif dan
lanjutan.
(a) Tahap awal / intensif ( 2-3 bulan )
(1) Pada tahap intensif ( awal ) pasien mendapatkan obat setiap hari
dan perlu di awasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
(2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular jadi tidak menular dalam kurun waktu
2 minggu.
(3) Sebagian besar pasien TBC paru BTA (+) menjadi BTA (-)
dalam 2 bulan.
(b) Tahap lanjut ( 4-6 )
(1) Pada tahap lanjutan, pasien mendapatkan obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
(2) Tahap lanjutan pentinguntuk membunuh kuman Persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. ( Depkes RI, 2011
)
3) Pedoman OAT
a) Kategori I ( 2HRZE/4H3R3 )
Diberiakan pada pasien TBC paru BTA positif, pasien TBC paru BTA
negatif foto thorak positif, pasien TB ekstra paru.
Panduan ini terdiri atas : 2 buah fase awal intensif dengan Isonazid (H),
Rifampisin (R), Pyrazinamid (Z) dan Ethambutol (E) dielan setiap hari
diteruskan dengan fase lanjut selma 4 bulan dengan Isoniazid,
Refampisin tiga kali dalam seminggu.
b) Kategori II ( 3HRZES/HRZE/5H3R3E3 )
Diberikan pada pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
seperti kambuh kambuh, pasien gagal, pasien dengan pengobatan
setelah putus obat.

8
Panduan ini terdiri dari 2 bulan fase aal intensif dengan Isonazid (H),
Rifampisin (R), Pyrazinamid (Z) dan Ethambutol (E) dielan setiap hari
dan setiap selesai menelan obar langsung diberikan suntikan
Strptomysin di sarana pelayanan kesehatan terdekat dengan rumah
penderita. Kemuadian 1 bulan lagi dengan H.R.Z.E ditelah setian hari
tanpa suntikan, setelah itu dilanjutkan dengan fase lanjutan intermiten
selama 5 tahun dengan H.R.E ditelan secara intermiten atau selang hari
atau tiga kali seminggu
c) Kategori III ( 2HRZ/4H3R3)
Diberukan untuk penderita baru BTA negatif rontgen positif dan
penderita ekstra paru ringan.
Panduan ini berupa 2 bulan fase awal intensif dengan Isonazid (H),
Rifampisin (R), dan Pyrazinamid ditelan setian hari kemudian
diteruskan dengan fase lanjutan atau intermiten selama 4 bulan dengan
Isoniazid dan Rifampisin ditelan tiga kali seminggu.
d) Obat sisipan
Bila pemberian pengobatan I dan II pada fase awal/intensif masih BTA
positif, diberikan obat sisipan selama 1 bulan setiap hari.( Depkes RI,
2011 ).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan untuk mencegah penyebaran infeksi
a) Keteraturan dalam pengobatan. Kesadaran pendertita dibutuhkan
dalam pengobatan secara teratur. Keteraturan dalam pengobatan tahap
awal sangat penting guna untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Pada tahap ini, obat diminum setiap hari selama 2 bulan. Pada tahap
lanjutan obat yang diminum lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama ( 4 bulan ). Pada tahap ini, obat berguna membunuh
kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Efek
negatif yang muncul jika berhenti minum obat adalah munculnya
kuman TB yang resisten terhadap obat. Jika ini tejadi, dan kuman
tersebut menyebar, TB akan lebih sulit dikendalikan.
b) Jika menghentikan pengobatan sebelum waktunya, walaupun gejala
sudah hilang, penderita tetap meminum obat dengan benar dan berobat

9
secara teratur. Hal ini penting, karna jika pengobatan tidak adekuat
penyakit yang sebenarnya belum sembuh dikemudian hari justru akan
dapat timbuk komplikasi yang lebih berat dari penyakit semula.
c) Selalu menutup mulut saat batuk dan bersin.
d) Ajarkan klien cara nafas dalam dan batuk efektif
e) Anjurkan kepada penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan
tempat. Sebaiknya untuk meludah gunakan kotak kecil yang terbuat
dari karton, kantong plastik yang berisi tissu atau robekan kertas koran
dan bila akan dibuang di siram dengan desinfektan atau ar mendidih
lebih dahulu.
f) Cuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun sehabis kontak
dengan penderita.
g) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan memenuhi kebutuhan nutrisi.
Tujuan memberikan makanan pada penderita TB adalah untuk
memenuhi kebutuhan energy dan protein yang tinggi, untuk
mengurangi kerusakan jaringan lebih lanjut dan meningkatkan daya
tahan tubuh.
h) Perhatikan pentingnya kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah
harus cukup agar pertukaran udara cukup baik. Lebih baik jika sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah karna membantu membasmi
kuman.
i) Perlengkapan tempat tidur ( kasur dan bantal ) agar seminggu sekali
dijemur dan dicuci. Jika memungknkan berjemurlah dibawah sinar
matahari di pagi hari.
( Depkes, 2007 )
2) Perawatan bila nafas sesak dan sekret kental
a) Kurangi aktivitas. Dengan mengurangi aktivitas berarti dapat
mengurangi pengeluaran energy.
b) Penderita juga tidak diperbolehkan berolahraga yang berat
c) Beristirahatlah disaat sesak nafas. Istirahatlah dengan punggung
diganjal sehingga posisi tidur detengan duduk, dengkul dilipat guna
memekarkan dada sepenuhnya. Letakkan tangan dengan ringan di atas

10
perut, tarik nafas dari dalam hidung kemudian keluarkan melalui mulut
sebanyak 3 kali. Lakukan ini sebanyak 2-3 kali.
d) Minum air putih suam-suam kuku untuk mengencerkan dahak.
e) Minumlah air putih lebih banyak.
f) Kontrollah ke puskesmas atau dokter.
( Hudoyo 2008, dalah KTI Pujianto 2014 )
3) Pola istirahat
Pola istirahat yang cukup sanbgat baik bagi penderita paru dan
pengurangan aktifitas yangmembutuhkan pengeluaran energi yang
berlebihan. Disaat sesak nafas, istirahatlan dengan punggung diganjal
sehingga posisi setengah tidur setengah duduk.Ini bertujuan untuk
membantu memaksimalkan pengembangan paru sehingga pernafasan lebih
lancar.( Animar, 2008 dalam KTI pujianto, 2014 )
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur sputum : menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada stadium aktif
b. Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid): positif untuk
bakteri tahan asam (BTA).
c. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch): reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi tetapi tidak
mengindikasikan penyakit sedang aktif.
d. Foto rontgen dad (chest x-ray): dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi
awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang
membaik atau cairan pada efusi. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih
berat, dapat mencakup aea berlubang dan fibrosa.
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF,
serta biopsi kulit): menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
f. Needle biopsy og lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel
besar yang mengindikasikan nekrosis.

11
g. Elektrolit: mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya infeksi,
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada
TB paru kronik lanjut.
h. ABGs: mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa kerusakan
paru.
i. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkus atau kerusakan paru karena TB.
j. Darah: leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
k. Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC menigkat, dan
saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura.
6. Komplikasi TBC
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
a. Meningitisas
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasi

12
7. WOC

13
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Diri Klien :
a) Nama
b) Jenis Kelamin
c) Umur
d) Tempat / tanggal lahir
e) Alamat
f) Pekerjaan

b. Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan sekarang
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk dan
d) Sputum
2. Kesehatan Dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3. Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
c. Gejala yang Berkaitan dengan Masalah Utama, misalnya:
a) Demam
b) Menggigil
c) Lemah
d) Keringat dengin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB
d. Data Pola Pemeliharaan Kesehatan, misalnya :
a) Tentang pekerjaan
b) Obat yang tersedia di rumah
c) Pola tidur-istirahat dan stress
e. Pola Aktivitas / Istirahat
a) Gejala :
 Kelelahan umum dan kelemahan
 Napas pendek karena kerja

14
 Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, berkeringat,
mimpi buruk
b) Tanda
 Takikardia, takipnea, dispneaa pada kerja
 Kelelahan otot, nyeri dan sesak
f. Pola integritas Ego
a) Gejala :
 Adanya/faktor stress lama
 Masalahkeuangan,rumah
 Perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan
 Populasi budaya / etnik
b) Tanda :
 Turgor Kulit, buruk,kering / kulit bersisik
 Kehilangan otot/ hilang lemak subkutan
g. Pernapasan
a) Gejala :
 Batuk produktif atau tidak produktif
 Napas pendek
 Riwayat TB/ terpajan pada individu terinfeksi
b) Tanda :
 Peningkatan frekuensi pernapasan ( penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura)
 Poerkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyinapas menurun / tidak
adasecara bilateral / unilateral. Bunyi napas tubuler dan atau bisikan
pektoral di atas lesi luas.
 Karakteristik sputum adalah hijau/purulen, mukoid kuning atau becak
darah
 Deviasi trakeas
h. Pemeriksaan Penunjang
a) Rontgen dada
b) Usap basil tahan asanm BTA
c) Kultur sputum

15
d) Tes kulit Tuberkulin
2. Kemugkinan Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret kental
b. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru ,hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penuruna curah jantung
c. Resiko syok hipovolemik b.d hemaptoe
d. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dyspneu
e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum
f. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan b.d informasi
kurang/tidak akurat
g. Hipertermi b.d Proses peradangan
h. Gangguan pola istirahat dan tidur b.d sesak nafas akibat sekret
i. Ketidakefektifan koping b.d penyakit kronik
j. Isolasi social b.d gangguan kondisi kesehatan
k. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.g batuk menetap
l. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Bersihan jalan - respiratori status : 1. pastikan kebutuhan oral
nafas tidak efektif ventilation atau trakeal suctioning
- respiratori status : airway 2. auskultasi suara nafas
patency sebelum dan sesudah
suction
3. informasikan kepada
Kriteria hasil : klien dan keluarga tentang
- mendemostrasikan batuk suction
efektif dan suara nafasyang 4. minta klien nafas dalam
bersih , tidak ada sianosis sebelum suction
dan dispneu (mampu 5. berikan O2 dengan
mengeluarkan sputum , menggunakan nasal untuk
mampu bernafas dengan memfasilitasi suction

16
mudah , dan tidak ada nasotrakeal
pursed lips) 6. anjurkan pasien untuk
- menunjukkan jalan nafas istirahat dan nafas dalam
yang paten (klien tidak setelah kateter di
merasa tercekik , irama keluarkan dari nasotrakeal
nafas , frekuensi 7. monitor status oksigen
pernafasan dalam rentang 8. Ajarkan keluarga
normal) bagaimana cara
- mampu mengidentifikasi melakukan suction
dan mencegah faktor yang 9. buka jalan nafas
dapat menghambat jalan gunakan teknik chin lift
nafas jika perlu
10. posisikan untuk
memaksimalkan ventilasi
11. identifikasi pasien
perlunya memasang alat
nafas bantu
12. pasang mayo bila
perlu
13. lakukan fisio terapi
dada bila perlu
14. keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
15. auskultasi suara nafas ,
catat adanya suara
tambahan
16. Lakukan suction pada
mayo berikan
bronkodilator bila perlu
17. atur intake untuk
cairan pengoptimalkan
keseimbangan
18. monitor respirasi dan

17
status O2
2 Gangguan  Reapiratory status : Airway Management
pertukaran gas - gas exchange 1. Buka jalan nafas,
-ventilation gunakan teknik chin lift
 Vital sign status 2. Posisikan pasien
Kriteria hasil : untuk memaksimalkan
 Mendemonstrasikan ventilasi
peningkatan ventilasi dan 3. Identifikasi pasien
oksigenasi yang adekuat perlunya pemasangan alat

 Memelihara bantu jalan nafas buatan

kebersihan paru-paru dan 4. Pasang mayo bila

bebas dari tanda-tanda perlu

distress pernafasan 5. Lakukan

 Mendemonstrasikan fisioterapi dada bila perlu


batuk efektif dan suara 6. Keluarkan sekret

nafas yang bersih, tidak dengan batuk atau suction

ada sianosis dan dyspneu 7. Auskultasi suara

 Tanda-tanda vital nafas catat adanya suara

dalam rentang normal tambahan


8. Lakukan suction
pada mayo
9. Berikan
bronkodilator bila perlu
10. Monitor respirasi
dan status o2
Respiratory Monitoring
11. Monitor rata-rata,
kedalaman,irama dan
usaha respirasi
12. Catat pergerakan
dada
13. Monitor suara
nafas

18
14. Auskultasi suara
nafas
3 Resiko syok  Syok prevention Syok prevention
hipovolemik  Syok management 1. Monitor status
Kriteria hasil : sirkulasi BP,warna
 Nadi dalam batas kulit,suhu
yang diharapkan kulit,denyutjantung,HR

 Irama jantung dan ritme,nadi perifer, dan

dalam batas yang kapiler refill

diharapkan 2. Monitor tanda-

 Frekuensi nafas tanda inadekuat

dalam batas yang oksigenasi jaringan

diharapkan 3. Monitor suhu dan

 Irama pernafasan pernafasan

dalam batas yang 4. Monitor input dan

diharapkan output
5. Monitor tanda
awal syok
6. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan nafas
7. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang tanda
dan gejala datangnya syok
Syok management
8. Monitor fungsi
neurologis
9. Monitor tekanan
nadi
10. Monitor status
cairan, input output
11. Monitor EKG
4 Intoleransi aktitas  Berpartisipasi Activity Therapy

19
dalam aktifitas fisik tanpa 1. Bantu klien untuk
disertai peningkatan tekana mengidentifikasi aktivitas
darah,nadi dan RR yang mampu dilakukan
 Mampu melakukan 2. Bantu
aktivitas sehari-hari secara untukmemilih aktivitas
mandiri konsisten yang sesuai
 Tanda-tanda vital dengan kemampuan
normal fisik,psikologi dan social
 Energy psikomotor 3. Bantu klien untuk

 Sirkulasi status baik mengidentifikasi


 Pertukaran gas dan kekurangan dalam
ventilasi adekuat beraktifitas
4. Bantu klien untuk
mengembangkanmotivasi
diri dan penguatan
5 Resiko ketidak  Circulation status Peripheral Sensation
efektifan perfusi  Tissue prefusion : Management
jaringan otak cerebral 1. Monitor adanya
Kriteria Hasil : daerah tertentu yang
 Mendemonstrasikan hanya peka terhadap
status sirkulasi yang panas/dingin/tajam/tumpul
ditandai dengan : 2. Monitor adanya
- Tekanan sistole dan paretese
diastole dalam rentang 3. Instruksikan
yang diharapkan keluarga untuk
- Tidak ada tanda- mengobservasi kulit jika
tanda peningkatan intra ada isi atau laserasi
kranial 4. Gunakan sarung

 Mendemonstrasikan tangan sebagai proteksi


kemampuan kognitifyang 5. Batasi gerakan

ditandai dengan : kepala,leher dan

- Berkomunikasi punggung
6. Monitor

20
dengan jelas kemampuanBAB
- Menunjukkan 7. Kolaborasi
perhatian,konsentrasi dan pemberian analgetik
orientasi 8. Monitor adanya
- Memproses tromboplebitis
informasi 9. Diskusikan
- Membuat mengenai penyebab
keputusan dengan benar perubahan sensasi
- Menunjukkan
fungsi sensorimotori
cranial yang utuh
6. Hipertermi NOC NIC
Thermoregulation - Monitor suhu
Criteria hasil : sesering mungkin
1. Suhu tubuh dalam - Monitor IWL
rentang normal - Monitor warna
2. Nadi dan RR dalam kulit dan suhu
rentang normal - Monitor tekanan
3. Tidak ada darah, nadi, RR
perubahan warna kulit dan - Monitor
tidak ada pusing penurunan tingkat
kesadaran
- Kompres pasien
- Tingkatkan
sirkulasi udara
- Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan abnormal
- Kolaborasi dalam
pemberian anti piuretik

21
7. Gangguan pola - NOC NIC
istirahat dan tidur - Anxiety reduction - Determinasi efek-
- Comfort level efek medikasi terhadap
- Pain level pola tidur
- Rest : Extent dan - Jelaskan
Pattern pentingnya tidur yang
- Sleep : Exxtent dan adekuat
Pattern - Fasilitas untuk
- Criteria hasil mempertahankan aktivitas
- Jumlah jam tidur sebelum tidur ( membaca )
dalam batas normal 6-8 - Ciptakan
jam sehari lingkungan yang nyaman
- Pola tidur, kualitas - Kolaborasi
dalam batas normal pemberian obat tidur
- Perasaan segar - Diskusikan dengan
sesudah tidur atau istirahat pasien dan keluarga
- Mampu tentang teknik tidur pasien
mengidentifikasi hal-hal - Instruksikan untuk
yang meningkatka tidur memonitor tidur pasien
- Monitor makan
dan minum dengan waktu
tidur
- Monitor kebutuhan
pasien setiap hari dan jam

8. Ketidakefektifan NOC : NIC


koping 1. Decision making - Menginformasikan
2. Role inhasmet pasien alternative atau
3. Social support solusi lain penanganan
Criteria hasil : - Memfasilitasi
1. Mengidentifikasi pasien untuk mengambil

22
pola koping yang efektif keputusan
2. Menggungkapkan - Bantu pasien
secara verbal tentang mengidentifikasi
koping yang efektif keuntungan,kerugian dari
3. Mengatakan keadaan
penurunan stress - Bantu pasien
4. Klien mengatakan untuk identifikasi berbagai
telah menerima macam nilai kehidupan
keadaannya - Bantu pasien
5. Mampu identifikasi strategi positif
mengidentifikasi strategi untuk mengatur pola nilai
tentang koping yang dimiliki
- Anjurkan pasien
untuk mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
- Gunakan
pendekatan tenang dan
meyakinkan
- Hindari
pengambilan keputusan
pada saat pasien berada
dalam stress berat
- Berikan informasi
actual yang terkait dengan
diagnosis terapi dan
prognosis

9. Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari 1. Nutritional status - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh 2. Nutritional status : makanan
food dan fluid intake - Kolaborasi dengan

23
3. Nutritional status : ahli gizi untuk
nutrient intake menentukan jumlah kalori
4. Weight control dan nutrisi yang
Criteria hasil dibutuhkan pasien
1. Adanya - Anjurkan pasien
peningkatan BB sesuai untuk meningkatkan
tujuan intake Fe
2. BB ideal sesuai - Anjurkan pasien
dengan tinggi badan untuk meningkatkan
3. Mampu protein dan vitamin C
mengidentifikasi kebutuhn - Berikan substansi
nutrisi gula
4. Tidak ada tanda – - Yakinkan diet
tanda malnutrisi yang dimakan menganung
5. Menunjukan tinggi serat untuk
peningkatan fungsi mencegah konstipasi
pengecapan dan menelan - Barikan makanan
6. Tidak terjadi yang terpilih ( sudah
penurunan BB yang berarti dikonsultasikan dnegan
ahli gizi )
- Monitor jumlah
nutrisi
- Berikan informasi
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
- Monitor adanya
penurunan BB
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor

24
lingkungan selama makan
- Monitor turgor
kulit
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembanagan monitor
kalori dan intake nutrisi

10. Isolasi social NOC NIC


1. Social interaction - Fasilitasi
skill dukungan kepada pasien
2. Stress level oleh keluarga,teman dan
3. Social support komunitas
4. Post-Trauma - Dukung hubungan
syndrome dnegan orang lain yang
Criteria hasil mempunyai tujuan yang
1. Iklim social sama
keluarga : lingkunga yang - Dorong melakukan
mendukung yang aktivitas soasial dan
bercirikan hubungan dan komunitas
tujuan anggota keluarga - Berikan uji
2. Partisipasi waktu pembatasan interpersonal
luang - Berikan umpan
3. Keseimbangan balik tentang peningkatan
perasaan mampu dalam perawatan dan
menyesuaikan terhadap penampilan diri atau
emosi sebagai respon aktivitas lain
terhadap keadaan tertentu - Dukung pasien
4. Penyesuaian yang untuk mengubah
tepat terhadap tekanan lingkungan seperti pergi
emosi sebagai respon jalan-jalan
terhadap keadaan tertentu - Fasilitasi pasien

25
5. Tingkat persepsi yang mempunyai
positif tentang status penurunan sensory
kesehatan dan status hidup - Fasilitasi pasien
individu untuk berpartisipasi dalam
diskusi
- Membantu pasien
mengmbangkan atau
meningkatkan
keterampilan social
interpersonal
- Kurangi stigma
isolasi dengan
menghormati martabat
pasien
- Gali kekuatan dan
kelemahan pasien dalam
berinteraksi social
11 Gangguan rasa NOC NIC
nyaman : nyeri 1. Pain level - Lakukan
2. Pain control pengkajian nyeri secara
3. Comfort level komprehensif, termasuk
Criteria hasil : lokasi, karakteristik,
1. Mampu mengontrol durasi, frekuensi, kualitas
nyeri , penyebab nyeri, dan factor predisposisi
mampu menggunakan - Observasi reaksi
teknik farmakologi untuk nonverbal dari
mengurangi nyeri ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa - Gunakan teknik
nyeri berkurang dengan komunikasi terapeutik
manajemen nyeri untuk mengetahui
3. Mampu mengenali pengalaman nyeri pasien
nyeri ( skala, intensitas, - Evaluasi bersama

26
frekuensi dan tanda nyeri ) pasien dan tim kesehatan
4. Menyatakan rasa lain
nyaman setelah nyeri tentangketidakefektifan
berkurang control nyeri masa lampau
- Control
lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
- Kurangi factor
presipitasi nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologi
- Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat anti nyeri

12 Kurang Knowledge : disease Teaching : disease proses


pengetahuan process 1. Berikan penilaian
tentang penyakit Knowladge : helath tentang tingkat
berhubungan behavior pengetahuan pasien
dengan kurangnya tentang proses penyakit
informasi Kriteria hasil : yang spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Sediakan
menyatakan pemahaman informasi pada pasien
tentang penyakit, kondisi, tentang kondisi, dengan
prognosis, dan programm cara yang tepat
pengobatan 3. Sediakan bagi
2. Pasien dan kelurga keluarga informasi tentang
mampu melaksanakan kemajuan pasien dengan
prosedur yang dijelaskan cara yang tepat
secara benar 4. Diskusikan
3. Pasien dan kelurga perbahan gaya hidup yang
mampu menjelaskan mungkin diperlukan untuk

27
kembali apa yang mencegah komplikasi di
dijelaskan perawat atau tim masa yang akan datang,
keseharan lainnya dan atau proses
pengontrolan penyakit
5. Diskusikan pilihan
terapi atau penangan
6. Dukung pasien
untuk mengekplorasi atau
mendapatkan secend
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
7. Instruksikan
pasien mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

28
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. E

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. DATA AWAL
a. Identifikasi Klien :
1) Nama : Tn. E
2) Tempat/ Tgl Lahir : Padang / 01 Januari 1971
3) Umur : 46 Tahun
4) Jenis Kelamin : Laki-laki
5) Status Kawin : Kawin
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMA
8) Pekerjaan : Tukang Ojek
9) Alamat : Padang Lubuk Begalung
10) Diagnosa Medis : TB Paru + CHF Fc III
11) No. MR : 969101

b. Identifikasi Penanggung Jawab


1) Nama : Tn. A
2) Pekerjaan : 43 Th
3) Alamat : Padang Lubuk Begalung
4) Hubungan : Saudara

2. DATA DASAR
a. Riwayat Kesehatan
1) Keadaan umum
Klien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang atas rujukan RST
Padang tanggal 31 Januari 2017 pukul 01.13 wib dengan alasan masuk klien
sesak nafas meningkat sejak 2 hari yang lalu, sesak meningkat ketika

29
aktivitas. Sesak tidak disertai nyeri dada.Kaki sembab sejak 2 minggu yang
lalu.Klien dalam terapi OAT Kategori I bulan ke 3.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian di ruang rawat inap penyakitdalam pada
tanggal 6 Februari 2017 pukul 15.00 wib, klien mengeluh seringbatuk, batuk
dirasakan berdahak, tidak berdarah, jika klien batuk nafasnya terasa sesak,
batuk dirasakan hampir setiap 15 menit. Klien juga mengatakan badannya
terasa lemas dan lesu.Keluarga klien mengatakan bahwa klien nafsu
makannya menurun.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan klien sedang dalam terapi
OAT bulan ke 3. Sebelumnya klien mengalami batuk berdarah sekitar 4
bulan yang lalu, klien sering berkeringat malam dan merasakan demam
hilang timbul, klien kehilangan nafsu makannya dan mengalami penurunan
berat badan sekitar 8 kg.klien tidak memiliki riwayat penyakit DM dan
hipertensi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat diabetes mellitus dan
penyakit jantung.

b. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)


1) Pola Nutrisi
Sehat : Diwaktu sehat, klien makan nasi 3 x/hari dengan porsi sedang satu
piring disertai sayur dan buah. Klien minum air putih ± 8 gelas /hari
tanpa ada gangguan menelan.
Sakit : Diwaktu sakit klien mendapat diit makanan lunak biasa 3 x /
hari.Klien menghabiskan makannya hanya ½ porsi.Klien
mengatakan kehilangan nafsu makan dan merasa mual.

30
2) Pola Eliminasi
Sehat : Klien buang air besar (BAB) 1x / hari dengan konsistensi padat,
warna kuning khas dan buang air kecil (BAK) ± 4x/hari ke WC.
Sakit : Klien buang air besar (BAB) 1x / hari dengan konsistensi padat,
warna kuning khas dan buang air kecil (BAK) ± 4x/hari ke WC.

3) Pola Tidur dan Istirahat


Sehat : Sewaktu sehat, klien jarang tidur siang, klien tidur malam ± 5-6
jam/hari dengan mengatakan nyenyak ketika tidur.
Sakit : Sewaktu sakit, klien tidur siang ± 2-3 jam/hari, klien tidur malam
± 6-7 jam/hari.

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Sehat : Klien adalah seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai tukang
ojek, klien mengojek dari pagi sampai malam hari, jarang
menggunakan jaket, klien jarang berolahraga karena berfikiran
dengan mengojek dan beraktifitas saja sudah cukup, dan ketika
beraktifitas klien sering merasa cepat lelah.
Sakit : Klien tidak dapat beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu
perawat dan keluarga, klien dianjurkan untuk istirahat ditempat
tidur.

c. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik tanggal 6 Februari 2017
Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 82 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Suhu : 36,7 oC.

31
1) Kepala
Distribusi rambut merata, dengan warna rambut hitam campur putih, kulit
kepala bersih, rambut tidak mudah dicabut, rambut tidak berminyak, tidak ada
ketombe, tidak teraba massa di kepala.

2) Mata
Konjungtiva an anemis kiri dan kanan (+/+), sklera tidak ikterik kiri dan
kanan (-/-), pupil isokhor kiri dan kanan (+/+), mata simetris kiri dan kanan
(+/+),

3) Hidung
Simetris kiri dan kanan, klien tidak terpasang O2, tidak sianosis, tidak ada
pernafasan cuping hidung,

4) Mulut
Mukosa bibir kering dan pucat, mulut klien kotor, gigi klien tidak lengkap,

5) Wajah
Wajah klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat jerawat, wajah tampak
pucat.

6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis,

7) Thorax
a) Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan retraksi otot bantu
nafas (-), pernafasan klien 24 x/i
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : ronkhi pada kiri dan kanan paru

32
b) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis nampak jelas
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas-batas jantung masih dalam batas normal
Auskultasi : Reguler

8) Abdomen
Inspeksi : Perut klien tampak datar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 8x/i

9) Genitalia
Klien tidak terpasang kateter, genitalia bersih.

10) Ekstermitas
Tangan kanan klien terpasang IVFD NaCl 12 jam/kolf, kekuatan otot
5555 5555
5555 5555

d. Data Psikologis
1) Status Emosional :. Klien tidak menampakkan emosi yang labil selama
sakit dan selalu ditemani keluarga
2) Kecemasan : klien mengatakan mulai tenang karenatidak sesak
lagi
3) Pola Koping :Keluarga mengatakan bila klien sakit, klien akan
menanggulanginya sendiri dulu dan membeli obat warung, klien jarang ke
pelayanan kesehatan karena berpikiran sakitnya akan sembuh juga dengan
sendirinya.
4) Gaya Komunikasi : klien berkomunikasi menggunakan bahasa minang
dan komunikasi klien terbuka.

33
e. Data Sosial dan Ekonomi
Status ekonomi keluarga Tn. E menengah, dengan pendapatan keluarga (Rp.
1.000.000 – 2.000.000/Bulan), istri klien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
Tn. E sebagai tukang ojek. Hubungan sosial klien dengan keluarga sangat baik,
terbukti anak dan istrinya bergantian menjaganya selama di rumah sakit.

f. Data Penunjang
1) Hasil Rontgen Thorax Tn. E tanggal 31 Januari 2017:

Kesimpulan : cardiomegali dengan edema paru dan Tb Paru.

2) Laboratorium
Tgl Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
31 Januari Hemoglobin 12 g/dl 12 – 16 g/dl
2017
Leukosit 6.750 /mm3 5.000 –10.000 /mm3
Hematokrit 36 % 37 – 43 %
Trombosit 293.000 /mm3 150.000 – 400.000
/mm3
PT 10 ” – 13,60”
APTT 29,20” – 39,40”
MCH 29 pg 27 – 31 pg
MCV 86 fl 82 – 92 fl
MCHC 33 % 32 – 36 %
Gdr puasa 145 mg/dl 70-126 mg/dl
Gdr 2 jam PP <200 mg/dl

34
Total kolesterol 138 mg/dl <220 mg/dl
HDL kolesterol 37 mg/dl >65 mg/dl
LDL kolesterol 90 mg/dl <150 mg/dl
Triglesirida 54 mg/dl <150 mg/dl
Asam urat 2,4 - 5,7 mg/dl
Ureum darah 38 mg/dl 10 - 50 mg/dl
Kreatinin darah 1,1 mg/dl 0,6 – 1,1 mg/dl
PH 7,40 7,35 – 7,45
PCO2 35 – 45 mmhg
PO2 80 – 100 mmhg
Natrium 132 mmol/l 136 - 145 mmol/l
Kalium 3,4 mmol/l 3,5 - 5,1 mmol/l
HCO3- 22 - 26 mmol/l
Natrium 136 - 145 mmol/l
Kalium 3,5 - 5,1 mmol/l
Klorida seum 98 mmol/l 97 - 111 mmol/l
Hemoglobin 12,3 g/dl 12 - 16 g/dl
Leukosit 14.000 /mm3 5.000-10.000

g. Pengobatan
No Pengobatan
1 Lasix 1 x 1 ampul IV
2 Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
3 Ramipril 1 x 2,5 mg PO
4 ISDN 5 mg k/p
5 OAT Kategori I bulan ke 3

35
3. ANALISA DATA KEPERAWATAN
Data Penyebab Masalah
Data subjektif: Mukus Ketidakefektifan
a. Klien mengatakan sesak nafas sejak 2 berlebihan bersihan jalan nafas
hari yang lalu
b. Klien mengatakan sesak nafas
dirasakan jika klien batuk
c. Klien mengatakan sering batuk
d. Klien mengatakan batuk dirasakan
berdahak dan tidak berdarah
e. Klien mengatakan batuk dirasakan
hampir setiap 15 menit.

Data objektif:
a. TD: 120/80 mmhg, Nadi: 82 x/i,
Pernafasan 24 x/i, Suhu 36,70C
b. Perkusi, bunyi paru sonor
c. Auskultasi bunyi nafas ronkhi pada kiri
dan kanan paru
Data subjektif: Faktor biologis Ketidakseimbangan
a. Klien mengatakan kehilangan nafsu (sering batuk) nutrisi kurang dari
makan dan merasa mual. kebutuhan tubuh
b. Klien mengatakan badannya terasa
lemas dan lesu.
c. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien nafsu makannya menurun.
d. Klien mengatakan mengalami
penurunan berat badan sekitar 8 kg.
Data objektif:
a. Klien tampak menghabiskan makannya
hanya ½ porsi.

36
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ditemukan Dipecahkan

No Diagnosa Keperawatan Masalah Masalah

Tgl Paraf Tgl Paraf

1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 31 7


berhubungan dengan mukus Januari Februari
berlebihan 2017 2017
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang 31 7
dari kebutuhan tubuh berhubungan Januari Februari
dengan faktor biologis (sering batuk) 2017 2017

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


N Diagnosa Intervensi
o Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC : Manajemen jalan nafas
bersihan jalan nafas e. Mempertahanka a. Kaji fungsi pernafasan, seperti
berhubungan n kepatenan suara nafas, kecepatan, irama, dan
dengan mukus jalan nafas kedalaman pernafasan, serta
berlebihan f. Mengeluarkan penggunaan otot aksesoris
secret tanpa pernafasan
bantuan b. Catat kemampuan untuk
g. Meingkatkan mengeluarkan mucus dan
bersihan jalan melakukan batuk efektif
nafas c. Letakkan klien dalam posisi semi
fowler. Bantu klien untuk batuk
dan melakukan latihan nafas
dalam
d. Bersihkan sekresi dari mulut
Kolaboratif
Beri medikasi, sesuai indikasi,
misalnya: Bronkodilator, seperti

37
oktrifin
2 Ketidakseimbangan NOC Menajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari a. Mendemonstra a. Dokumentasikan status nutrisi
kebutuhan tubuh sikan klien saat masuk rumah sakit,
berhubungan dengan pertambahan catat turgor kulit, berat badan
faktor biologis berat badan saat ini dan derajat penurunan
(sering batuk) progresif berat badan, integritas mukosa
dengan oral, kemampuan untuk menelan.
normalisasi b. Pastikan pola diet klien yang
niai biasa dan apa yang disukai atau
laboratorium tidak disukai
dan terbebas c. Pantau asupan dan haluaran dan
dari tanda- berat badan secara periodik
tanda d. Dorong makan dalam porsi
malnutrisi sedikit
b. Memulai Kolaboratif
perubahan Rujuk ke ahli gizi/nutrisi untuk
perilaku atau penyesuaian dalam komposisi diet.
gaya hidup
unruk
memperoleh
kembali dan
mempertahank
an berat badan
yang tepat

38
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl / Diagnosa Tindakan
Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan
6 Ketidakefektifan Monitor tekanan intrakranial
Februari bersihan jalan nafas a. Mengkaji fungsi pernafasan, seperti
2017 berhubungan suara nafas, kecepatan, irama, dan
dengan mukus kedalaman pernafasan, serta
berlebihan penggunaan otot aksesoris pernafasan
b. Mencatat kemampuan untuk
mengeluarkan mucus dan melakukan
batuk efektif
c. Meletakkan klien dalam posisi semi
fowler. Bantu klien untuk batuk dan
melakukan latihan nafas dalam
d. Membersihkan sekresi dari mulut
6 Ketidakseimbangan Menajemen Nutrisi
Februari nutrisi kurang dari a. Mendokumentasikan status nutrisi
2017 kebutuhan tubuh klien saat masuk rumah sakit, catat
berhubungan turgor kulit, berat badan saat ini dan
dengan faktor derajat penurunan berat badan,
biologis (sering integritas mukosa oral, kemampuan
batuk) untuk menelan.
b. Memastikan pola diet klien yang biasa
dan apa yang disukai atau tidak disukai
c. Memantau asupan dan haluaran dan
berat badan secara periodik
d. Mendorong makan dalam porsi sedikit

39
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa
Evaluasi
Hari Keperawatan
6 Ketidakefektifan S: Klien mengatakan masih sesak nafas, sesak
Februari bersihan jalan nafas dirasakan jika klien batuk dan batuk dirasakan
2017 berhubungan hampir setiap 15 menit.
dengan mukus O: TD: 120/80 mmhg, Nadi: 82 x/i, Pernafasan 24
berlebihan x/i, Suhu 36,70C, perkusi, bunyi paru sonor,
auskultasi bunyi nafas ronkhi pada kiri dan kanan
paru
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
6 Ketidakseimbangan S:
Februari nutrisi kurang dari a. Klien mengatakan masih kehilangan nafsu
2017 kebutuhan tubuh makan dan merasa mual, badannya terasa
berhubungan lemas dan lesu dan mengalami penurunan
dengan faktor berat badan sekitar 8 kg.
biologis (sering b. Keluarga klien mengatakan nafsu makan klien
batuk) masih menurun.
O: Klien masih tampak menghabiskan makannya
hanya ½ porsi.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

40

Anda mungkin juga menyukai