Anda di halaman 1dari 17

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA


PERUSAHAAN TERBUKA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM PUBLIK MINORITAS
(Studi Kasus : Putusan Mahkamah Agung No.3017K/Pdt/2011)
M Syaban Husein*, Paramita Prananingtyas, Siti Mahmudah
Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : msyabanhusein@gmail.com

ABSTRAK

Pemegang saham minoritas, umumnya berada pada posisi yang lemah, dan
kepentingannya dalam suatu perusahaan, seringkali diabaikan, dan bahkan dirugikan, karena
kedudukannya yang demikian dibutuhkan suatu perlindungan, salah satunya melalui Good
Corporate Governance (GCG). Salah satu Perusahaan Terbuka yang tidak melindungi pemegang
saham minoritasnya dan tidak menerapkan GCG ialah PT. Sumalindo Lestari Jaya (PT. SLJ).
Penelitian ini bertujuan untuk Pertama mengetahui bentuk pelanggaran yang dilakukan PT. SLJ,
Kedua mengetahui bagaimana prinsip-prinsip GCG dapat melindungi pemegang saham minoritas,
dan Ketiga mengetahui kendala penerapan GCG pada perusahaan terbuka. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian, PT. SLJ telah
melakukan beberapa bentuk pelanggaran sehingga merugikan pemegang saham minoritas. Hal
tersebut dikarenakan PT. SLJ tidak menerapkan prinsip-prinsip GCG dengan baik yang dapat
melindungi pemegang saham minoritas yaitu : Keadilan (Fairness), Transparansi (Transparency),
Akuntabilitas (Accountability), dan Responsibilitas (Responsibility). Penerapan GCG pada
perusahaan terbuka terdapat beberapa kendala yaitu, Organ perusahaan yang tidak memiliki
independensi, Penegakkan hukum yang masih tidak tegas, serta maraknya praktek KKN menjadi
penghambat penegakkan GCG.
Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Pemegang Saham Minoritas, Perusahaan
Terbuka.

ABSTRACT

Generally of Minority Shareholders at a very tenuous position and the interest in the
company often ignored and even harmed, because his position that of minority shareholders, they
need a protection, one of them through the Good Corporate Governance (GCG). A company that
do not protect minority shareholders and do not apply the Good Corporate Governance (GCG) is
PT. Sumalindo Lestari Jaya (PT. SLJ). This study aims to examine first knowing of offenses
committed, second how the principle of GCG can to protect minority shareholders, and third
knowing constraint of GCG installment at the public company. Research Methods used in this
papers is the normative juridical. Based on research outputs is PT. SLJ has been doing some
offenses so dentrimental to minority shareholders. It is because PT. SLJ do not apply the principle
of GCG well that can protect minority shareholders that is Fairness, transparency, accountability,
and responsibility. The application of GCG to the public company have some constraints which is
the company didn’t have independence, law enforcement is not firm, and then the practice of
corruption, colution, and nepotism.
Keywords : Good Corporate Governance (GCG), Minority Shareholder, Public Company.

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN akan mungkin pernah memenangkan


A. Latar Belakang keputusan yang diambil melalui
voting, dan tak hanya itu pada tataran
Pada PT terbuka, masyarakat operasional, komposisi direksi atau
luas dapat ikut serta menanamkan komisaris senantiasa dikuasai atau
modalnya dengan cara membeli dikendalikan oleh pemegang saham
saham yang ditawarkan oleh PT mayoritas.
Terbuka melalui bursa, dalam rangka
memupuk modal untuk investasi PT1, Karena kedudukannya yang
dalam hal ini masyarakat yang demikian, maka wajar jika hukum
memiliki tidak lebih dari 1/10 setiap saat akan melindungi
bagian dari jumlah seluruh saham pemegang saham minoritas dengan
dengan hak suara yang sah dalam menyediakan berbagai konsep,
perseroan masuk dalam kategori kaedah, teori hukum dan ketentuan
pemegang saham minoritas. peraturan perundang-undangan, dan
perlindungan tersebut salah satunya
Pemegang saham minoritas, melalui Good Corporate Governance
umumnya berada pada posisi yang (selanjutnya disebut “GCG”).
lemah, karena pemegang saham
mayoritas mempunyai kepentingan GCG pada dasarnya merupakan
yang cukup besar terhadap suatu konsep yang menyangkut
perseroan, sehingga pemegang struktur perseroan, pembagian tugas,
saham mayoritas ini cenderung untuk pembagian kewenangan dan
memonopoli pelaksanaan jalannya pembagian beban tanggung jawab
perusahaan. dari masing-masing unsur yang
membentuk struktur perseroan dan
Kepentingan pemegang saham mekanisme yang harus ditempuh
minoritas dalam suatu perusahaan, masing-masing dari struktur tersebut.
seringkali diabaikan atau bahkan Hubungan-hubungan antara unsur-
dirugikan, diantara penyebabnya unsur dari struktur perseroan mulai
karena yang paling berjasa dari RUPS, direksi, hingga komisaris
memperbesar pundi-pundi keuangan juga merupakan bahasan GCG.
perusahaan, adalah pemegang saham
mayoritas, sebab lain ialah Pada saat ini banyak perseroan
penguasaan persentase volume yang terpuruk, sehingga kegiatan
saham atau pemasukan modal kepada usahanya tidak berjalan sebagaimana
perusahaan dalam jumlah besar dari mestinya. Salah satu penyebab
pemegang saham mayoritas. perusahaan tersebut terpuruk ialah
tidak adanya tata kelola perusahaan
Pada Hukum Perseroan Terbatas yang baik atau GCG.
dianut prinsip one share one vote,
sehingga dalam setiap RUPS Survei yang dilakukan oleh
pemegang saham minoritas tidak PricewaterhouseCoopers terhadap
investor-investor internasional di
Asia, juga menunjukkan bahwa
1
C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Indonesia dinilai sebagai salah satu
Seluk Beluk Perseroan Terbatas Menurut yang terburuk dalam bidang standar-
Undang-Undang No.40 Tahun 2007.
(Rineka Cipta: Jakarta, 2009), halaman 4. standar akuntansi dan penataan,

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pertanggungjawaban terhadap para C. Tujuan Penelitian


pemegang saham, standar-standar 1. Untuk mengetahui bentuk
pengungkapan dan transparansi serta pelanggaran yang dilakukan PT.
proses - proses kepengurusan pe- Sumalindo Lestari Jaya Tbk
rusahaan. terhadap Dedi Hartawan Jamin
dan Imani United Pte.Limited
Salah satu perseroan terbuka di selaku pemegang saham
Indonesia yang gagal dalam minoritas.
menerapkan GCG sehingga 2. Untuk mengetahui konsep
menyebabkan kerugian bagi perlindungan pemegang saham
pemegang saham minortasnya terjadi minoritas berdasarkan penerapan
pada kasus PT. Sumalindo Lestari prinsip-prinsip Good Corporate
Jaya Tbk yang tidak menerapkan Governance.
prinsip-prinsip GCG dalam 3. Untuk mengetahui kendala
menjalankan kegiatan usahanya, penegakkan prinsip-prinsip
sehingga menyebabkan kerugian Good Corporate Governance
pada Deddy Hartawan Jamin dan pada perusahaan terbuka.
Imani United Pte.Limited selaku
pemegang saham minoritas.
Sehubungan dengan hal tersebut II. METODE PENELITIAN
diatas penulis tertarik melakukan
penulisan hukum mengenai Metode pendekatan yang di-
Penerapan Prinsip Good Corporate pergunakan oleh penulis dalam
Governance Pada Perusahaan penulisan hukum ini adalah yuridis
Terbuka Sebagai Salah Satu Upaya normatif. Dimana pendekatan yuridis
Perlindungan Hukum Pemegang adalah pendekatan yang mengacu pada
Saham Publik Minoritas (Studi hukum dan peraturan perundang-
Kasus : Putusan Mahkamah Agung undangan yang berlaku2 sedangkan
No.3017k/Pdt/2011) pendekatan normatif, adalah pendekatan
yang dilakukan terhadap azaz-azaz
B. Rumusan Masalah hukum serta studi kasus3.
1. Bagaimana bentuk pelanggaran
konsep perlindungan pemegang Spesifikasi penelitian yang akan
saham minoritas yang dilakukan digunakan dalam penulisan hukum ini
PT. Sumalindo Lestari Jaya adalah deskriptif. Penelitian deskriptif
Tbk? yaitu penelitian yang menggambarkan
2. Bagaimana konsep perlindungan secara lengkap tentang ciri, keadaan,
pemegang saham minoritas perilaku individu atau kelompok serta
melalui prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada PT.
Sumalindo Lestari Jaya Tbk?
2
3. Bagaimana kendala penegakan Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi
prinsip-prinsip Good Corporate Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:
Ghalia Indonesia,1982), halaman 20.
Governance pada perusahaan 3
Sorejono Soekanto dan Sri Mamudji,
terbuka? Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat,( Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada,2004), halaman 13.

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

gejala berdasarkan fakta yang potensial PT. SLJ pada Hutan


sebagaimana adanya 4. Tanaman Industri (HTI) yang
nilainya sangat material. Karena itu,
Seluruh data yang telah ter-kumpul tindakan tersebut seharusnya di-
kemudian diolah dan dianalisis dengan dahului oleh tindakan mem-
menggunakan metode kua-litatif. presentasikan maksud dan tujuan
Metode kualitatif yaitu metode yang pelepasan saham di hadapan RUPS-
menganalisis terhadap data kualitatif LB PT. SLJ sebelum PT. SLJ
yaitu data-data yang terdiri dari membuat dan menandatangani akta
rangkaian kata-kata. pengikatan jual beli saham sesuai
dengan Peraturan Badan Pengawas
III. HASIL PENELITIAN DAN Pasar Modal (BAPEPAM) No.
PEMBAHASAN IX.E.2.
Berdasarkan ketentuan tersebut,
A. Bentuk Pelanggaran Konsep
direksi PT. SLJ telah melakukan
Perlindungan Pemegang Saham
pelanggaran terhadap pemegang
Minoritas Yang Dilakukan PT.
Sumalindo Lestari Jaya Tbk. saham minoritas karena, seharusnya
direksi PT. SLJ menyampaikan
1. Bentuk Pelanggaran yang
maksud dan tujuannya dihadapan
Dilakukan oleh PT. Sumalindo
RUPS baru kemudian melakukan
Lestari Jaya Tbk.
pengikatan jual beli saham pada PT.
Berdasarkan uraian kasus yang SHJ.
telah dijelaskan, diketahui terdapat
bentuk pelanggaran yang dilakukan b. Terjadi pelanggaran saat proses
oleh PT. SLJ ialah sebagai berikut : penunjukan penilai independen
yang dilakukan setelah transaksi
a. Direksi PT. SLJ melakukan dilakukan oleh Direksi PT. SLJ.
pengikatan jual beli saham pada
PT. SHJ yang tidak terbuka Direksi PT. SLJ melakukan
terhadap pemegang saham mino- pelanggaran pada saat proses
ritas. penunjukkan penilai independen
yaitu kantor KJPP Benny, Desmar
PT SLJ melakukan pelanggaran dan Rekan, yang mana pe-
ketika melaksanakan pengikatan jual nunjukkannya dilakukan oleh PT.
beli saham pada PT. SHJ. Pengikatan SLJ tanggal 13 Agustus 2009,
jual beli saham sebesar (60 %) atau sementara tindakan pengikatan jual
sebanyak 7.201.500 lembar saham beli saham sudah dilakukan tanggal
pada PT. SHJ dengan pihak lain 15 Juli 2009, yang kemudian direksi
yaitu PT. Tjiwi Kimia seharga Rp PT. SLJ baru meminta persetujuan
7.201.500.000,00. Bahwa tindakan RUPS-LB terhadap tindakan tersebut
pengikatan jual beli saham tersebut tanggal 15 Oktober 2009. Hal ini
adalah tindakan korporatif yang menunjukkan bahwa penentuan
termasuk tindakan penting dan penilai independen yang dilakukan
material, karena hilangnya insvestasi setelah pengikatan jual beli saham,
sesungguhnya terlihat hanya untuk
4
Roni Hanitjo Soemitro, Op.Cit, halaman menyesuaikan tanggal pengikatan
20.

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

jual beli saham yang sudah terjadi, melalui RUPS-LB pada saat membeli
dan hanya menjustifikasi penentuan ZCB yang diterbitkan oleh PT. SHJ,
sepihak nilai saham yang dilakukan karena demi terwujudnya tata kelola
direksi PT. SLJ. perusahaan yang transparan dan adil
bagi seluruh pemangku kepentingan
Tolok ukur harga kewajaran khususnya pemegang saham mino-
saham PT. SLJ pada PT. SHJ hanya ritas..
berdasarkan penilaian dari kantor
KJPP Benny, Desmar dan Rekan d. Transaksi benturan kepentingan
sebagai penilai independen. Sebab yang dilakukan direksi PT. SLJ
standar kewajaran nilai suatu benda, dengan PT. SHJ tidak sampaikan
apalagi yang bernilai material, maka pada RUPS.
penilaian seharusnya terlebih dahulu
dilakukan oleh dua atau tiga penilai Berdasarkan Neraca Konsolidasi
independen sebagai pembanding. PT. SLJ pertanggal 30 September
Sehingga lalu lintas tindakan kor- 2009, ternyata PT. SLJ mempunyai
porasi PT. SLJ tersebut mengandung ekuitas bersih sebesar Rp
ketertutupan dan ketidakwajaran. 179.311.000.000,00, dan diketahui
bahwa PT. SLJ mempunyai pen-
c. Penerbitan Zero Coupon Bond dapatan usaha untuk periode 9 bulan
(ZCB) yang dibeli oleh Direksi yang berakhir pada tanggal 30
dan Dewan Komisaris PT. SLJ September 2009 sebesar Rp 428.
tidak disampaikan pada RUPS. 779.000.000,00. Pemberian utang
tanpa jaminan pengembalian kepada
Tanggal 1 Juli 2009, PT. SLJ PT. SHJ oleh PT. SLJ sebesar Rp
menerima ZCB yang diterbitkan 140.254.908.652,00 tersebut adalah
PT.SHJ sebesar Rp 140.254.908. termasuk pemberian hutang dalam
652,00 dengan jangka waktu 1 tahun. kategori transaksi mengandung ben-
Tindakan korporasi tersebut baru turan kepentingan dan tidak pernah
diketahui oleh pemegang saham disampaikan pada RUPS, maka
minoritas tanggal 15 Oktober 2009, berdasarkan hal tersebut direksi PT.
pada waktu RUPS-LB dilaksanakan. SLJ telah melanggar Keputusan
Bahwa Transaksi yang terjadi Ketua BAPEPAM-LK Nomor: Kep-
antara PT. SLJ dan PT. SHJ tersebut 412/Bl/2009 Tentang Transaksi
adalah transaksi yang material, Afiliasi Dan Benturan Kepentingan
karena transaksi tersebut mempunyai Transaksi Tertentu.
nilai yang lebih besar dari 10 % PT. SLJ dalam kedudukan
pendapatan PT. SLJ atau lebih besar sebagai perusahaan terbuka, wajib
dari 20 % ekuitas, sebagaimana hukumnya memberikan informasi
diatur oleh Peraturan Badan Peng- yang benar dan jujur kepada
awas Pasar Modal (BAPEPAM) pemegang saham dalam hal ini
No.IX.E.2 pemegang saham minoritas, dalam
Berdasarkan hal tersebut direksi rangka mentaati asas transparansi
PT. SLJ melakukan pelanggaran saat atau asas keterbukaan informasi.
membeli ZCB, karena seharusnya e. Pelanggaran yang dilakukan oleh
direksi PT. SLJ meminta persetujuan direksi menyebabkan kerugian

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

terhadap pemegang saham Rp 229.765.000.000,00, dimana ter-


minoritas. nyata PT. SLJ sebagai pemegang
saham mayoritas pada PT.
Berdasarkan Akta nomor 40 Sumalindo Alam Lestari, yang
tertanggal 22 Mei 2009 didalam besarnya 99,98 %. Tindakan
laporan keuangan PT. SLJ tahun korporatif direksi PT. SLJ di atas
buku 2008, PT. SLJ mengalami rugi adalah transaksi afiliasi yang
bersih kurang lebih sebesar Rp semestinya diketahui oleh pemegang
262.500.000.000,00. Karena keru- saham minoritas, akan tetapi
gian tersebut, tidak ada pembagian transaksi afiliasi tersebut tidak
deviden bagi para pemegang saham pernah diberitahukan atau terbuka
pada tahun buku 2008, akan tetapi kepada pemegang saham minoritas,
ternyata diketahui pada tanggal 1 Juli baik melalui surat tertulis maupun
2009, PT. SLJ memberikan hutang pada waktu diselenggarakannya
kepada PT. SHJ senilai Rp RUPS Tahunan ataupun RUPS-LB
140.254.908.652,00 melalui ZCB tahun 2008 atau 2009. Para
yang diterbitkan PT. SHJ untuk pemegang saham minoritas baru
jangka waktu 1 tahun. mengetahui adanya transaksi afiliasi
Tindakan tersebut mengaki- tersebut adalah dari BAPEPAM
batkan kerugian bagi perusahaan, tanggal 18 Agustus 2010 No.
karena satu sisi perusahaan yang 148/SLI/DIR/YLC/JKT/2010.
mengalami kerugian, PT. SLJ justru Berdasarkan hal tersebut direksi
memberikan hutang kepada PT. SHJ PT. SLJ melakukan pelanggaran saat
dengan jumlah yang sangat melakukan tindakan inbreng, karena
signifikan. Kondisi ini menjadi akar seharusnya direksi PT. SLJ
dan sumber lanjutan yang membuat melakukan keterbukaan dengan
PT. SLJ mengalami kerugian terus- menerapkan prinsip managemen
menerus dan akibatnya pemegang secara terbuka dengan memberikan
saham tidak mendapatkan pembagian secara akurat, tepat waktu dan tepat
deviden kembali, sebagaimana sasaran.
tertuang didalam laporan untuk tahun
buku 2008 dari PT. SLJ; g. Pemegang Saham Minoritas tidak
mendapatkan tanggapan yang
f. Inbreng Aset PT. SLJ pada PT. jelas atas pelanggaran yang
Sumalindo Alam Lestari adalah dilakukan oleh Direksi dan
Transaksi Afiliasi dan Tidak Dewan Komisaris PT. SLJ .
Pernah Disampaikan oleh PT. SLJ
kepada Pemegang Saham Terhadap semua pelanggaran
Minoritas. yang dilakukan oleh PT. SLJ, Dedi
Hartawan Jamin selaku pemegang
Direksi PT. SLJ diketahui saham minoritas telah memper-
melakukan tindakan inbreng ter- tanyakan kepada PT. SLJ dalam
hadap aset perseroan PT. SLJ berupa forum RUPS - tahunan maupun
Hutan Tanaman Industri seluas RUPS-LB, baik lisan dan tertulis
36.576 Ha, pada PT. Sumalindo kepada PT. SLJ namun tidak
Alam Lestari (anak perusahaan PT. ditanggapi dan dijawab secara jelas
SLJ) dengan nilai transaksi sebesar

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dan tuntas oleh PT. SLJ. Forum- komisaris PT. SLJ didalam forum
forum RUPS Tahunan dan RUPS-LB resmi, akan tetapi pemegang saham
diantaranya yaitu : mayoritas/pengendali menolak per-
mohonan penunjukkan auditor
1) Pada RUPS-LB tanggal 21 independen dan menolak untuk
September 2010, Berita Acara Rapat menjelaskan dan menerangkan ke-
sesuai Akta No.20 tanggal 21 Juni janggalan dan keanehan tindakan PT.
2010 oleh Benny Kristanto, SH, SLJ.
Notaris di Jakarta;
B. Konsep Perlindungan Peme-
2) Pada RUPS-LB tanggal 15 gang Saham Minoritas
Oktober 2009, Berita Acara Rapat Berdasarkan Prinsip-Prinsip
sesuai Akta No. 32 tanggal 15
Good Corporate Governance
Oktober 2009 oleh Benny Kristanto, Pada PT. SLJ.
SH, Notaris di Jakarta;
3) Pada RUPS-LB tanggal 9- 1. Konsep Good Corporate
Maret-2009, Berita Acara Rapat Governance.
sesuai Akta No.12 tanggal 9 Maret Governance yang terjemahannya
2009 oleh Benny Kristanto, SH, dalam konteks GCG ada yang
Notaris di Jakarta; menyebut tata pamong. Corporate
4) Pada RUPS Tahunan (Tahun Governance dapat didefinisikan se-
2008) tanggal 22 Mei 2009, Berita bagai suatu proses dan struktur yang
Acara Rapat Tahunan sesuai Akata digunakan oleh organ perusahaan
No. 40 tanggal 11 Juni 2010 oleh (Pemegang Saham/ Pemilik Modal,
Benny Kristanto, SH, Notaris di Komisaris/ Dewan Pengawas dan
Jakarta; Direksi) untuk meningkatkan ke-
berhasilan usaha dan akuntabilitas
5) Surat Para Pemegang Saham perusahaan guna mewujudkan nilai
Minoritas melalui kuasa hukumnya pemegang saham dalam jangka
Agustinus Dawarja, SH., tanggal 21 panjang dengan tetap memperhatikan
Juli 2010 dan surat tanggal 1 kepentingan stake-holders lainnya,
September 2010 No. Ref. berlandaskan pera-turan perundang-
144/Lex.Regis/09/1; undangan dan nilai-nilai etika.5
Pemegang saham minoritas telah Pada prinsipnya, dengan istilah
beritikad baik mengajukan permo- GCG berarti bagaimana managemen
honan untuk memperoleh data, perusahaan mengelola perusahaan
mengusulkan untuk membentuk dan tersebut secara baik, benar dan penuh
menunjuk auditor independen agar integritas. Karena itu, prinsip GCG
masalah kerugian, kejanggalan dalam melingkupi seluruh aspek dari
transaksi dan penerbitan ZCB, organisasi, bisnis dan budaya
inbreng asset HTI pada pihak lain perusahaan.
dan kejanggalan lainnya sebagai-
mana telah diuraikan menjadi terang
diungkapkan, serta meminta penje-
lasan dan keterangan kepada PT. SLJ 5
Adrian Sutedi, Good Corporate
dan direksi PT. SLJ maupun dewan Governance (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Berdasarkan definisi GCG e. Meningkatkan investasi nasio-


seperti yang sudah disebutkan diatas, nal; dan
maka dapat ditarik kesimpuan bahwa f. Mensukseskan program priva-
yang dimaksud dengan GCG tidak tisasi perusahaan-perusahaan pe-
lain ialah sistem pengaturan yang merintah.
baik terhadap fungsi, tugas, hak,
kewajiban, pengawasan, dan 2. Pelanggaran Prinsip-prinsip
hubungan dari masing-masing dan Good Corporate Governance
antara direksi, komisaris, pemegang oleh PT. Sumalindo Lestari
saham, karyawan, kreditur, investor Jaya Tbk terhadap Pemegang
dan stakeholder lainnya dalam suatu Saham Minoritas.
perusahaan.
Direksi pada suatu perusahaan Prinsip-prinsip dasar GCG
pada dasarnya berfungsi untuk merupakan esensi yang sangat
mengurus perusahaan, sementara mendasar dalam rangka imple-
Dewan Komisaris berfungsi untuk mentasi GCG. Sebuah organisasi
melakukan pengawasan, sedangkan kerjasama di bidang ekonomi
RUPS sendiri merupakan forum internasional yaitu The Orga-
dimana para pihak yang ber- nization for Economic Cooperation
kepentingan termasuk para and Development (OECD) mem-
pemegang saham untuk membahas berikan prinsip-prinsip yang
segala sesuatu yang berhubungan berkaitan dengan GCG yang
dengan Perseroan Terbatas. Fungsi mencakup 5 bidang utama yaitu :
tersebutlah yang menyebabkan GCG
sangat tergantung pada organ a. Hak-hak pemegang saham dan
perusahaan agar melindungi berbagai perlindungannya;
pihak yang berkepentingan khu- b. Perlakuan yang adil bagi
susnya para pemegang saham, seluruh pemegang saham;
adapun tujuan akhir dari penerapan c. Peranan stakeholders dalam
GCG ialah sebagai berikut : corporate governance;
d. Pengungkapan dan
a. Untuk dapat mengembangkan transparansi;
dan meningkatkan nilai peru- e. Tanggung jawab direksi dan
sahaan; komisaris terhadap perusahaan,
b. Untuk dapat mengelola sumber pemegang saham dan pihak-
daya dan risiko secara lebih pihak yang berkepentingan
efektif dan efisien; lainnya;
c. Untuk dapat meningkatkan
disiplin dan tanggung jawab dari Secara ringkas prinsip-prinsip
organ perusahaan demi menjaga pokok dari GCG, demi terse-
kepentingan para shareholders langgaranya tata kelola perusahaan
dan stakeholders perusahaan; yang baik serta tercapai tujuannya,
d. Untuk meningkatkan kontribusi adalah keadilan, transparansi, akun-
perusahaan (khususnya peru- tabilitas, dan responsibilitas. Setiap
sahaan-perusahaan pemerintah) perusahaan harus memastikan bahwa
terhadap perekonomian nasional; prinsip GCG diterapkan pada setiap

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

aspek bisnis dan di semua jajaran 1) PT. SLJ yang melakukan


perusahaan guna melindungi setiap pengikatan jual beli saham (60 %)
pihak yang berkepentingan terutama atau sebanyak 7.201.500 lembar
dalam penelitian ini perlidungan saham pada PT. SHJ dengan pihak
terhadap pemegang saham minoritas. lain yaitu PT. Tjiwi Kimia seharga
Rp 7.201.500.000,00 pada tanggal 15
Berdasarkan pembahasan sub Juli 2009, tindakan tersebut tidak
bab sebelumnya yang telah mengu- disampaikan kepada pemegang
raikan kronologis kasus PT. SLJ saham minoritas pada forum resmi
Tbk. yang melakukan pelanggaran yaitu RUPS dan RUPS-LB yang
terhadap pemegang saham mino- notabene dihadiri oleh pemegang
ritasnya, maka pada sub bab ini akan saham minoritas.
menganalisa pelanggaran prinsip-
prinsip GCG yang dilakukan oleh 2) Tindakan yang lainnya ialah
PT. SLJ Tbk. sehingga menyebabkan pada tanggal 1 Juli 2009, PT. SLJ
kerugian bagi pemegang saham menerima ZCB yang diterbitkan
minoritas. PT.SHJ sebesar Rp 140.254.908.
652,00 dengan jangka waktu 1 tahun.
a. PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Tindakan korporasi tersebut tidak
melakukan pelanggaran Prinsip diketahui oleh pemegang saham
Keadilan terhadap Pemegang minoritas, dan baru diketahui pada
Saham Minoritas. saat RUPS-LB pada tanggal 15
Prinsip keadilan dapat dibagi Oktober 2009.
menjadi 2 prinsip terpisah. Prinsip Dedi Hartawan Jamin dan Imani
pertama menyatakan “kerangka United Pte.Ltd. selaku pemegang
pengelolaan harus dilindungi hak- saham minoritas yang memiliki
hak pemegang saham”, secara saham dengan hak suara pada PT.
umum, prinsip ini mengakui adanya SLJ tidak dipenuhi haknya dengan
hak kepemilikan dari pemegang tidak diberitahu terlebih dahulu
saham. Prinsip kedua menyatakan mengenai transaksi material yang
bahwa “kerangka pengelolaan telah dilakukan.
perusahaan harus dapat memastikan
perlakuan yang setara bagi para Hal ini merupakan pelanggaran
pemegang saham, termasuk peme- terhadap prinsip keadilan, yang pada
gang saham minoritas dan mayoritas. dasarnya mengakui kepemilikan
Semua pemegang saham memiliki saham dalam suatu PT, OECD pun
kesempatan untuk memperoleh ganti melalui pedoman untuk terciptanya
rugi atas pelanggaran hak-hak GCG menjelaskan bahwa pemegang
mereka saham, memiliki hak untuk
berpartisipasi dan diberitahu me-
Kasus yang terjadi pada PT. SLJ ngenai keputusan perubahan peru-
sangat kental dengan ketidakadilan sahaan yang bersifat fundamental
dari perlakuan jajaran direksi, dewan misalnya perubahan anggaran dasar,
komisaris, serta pemegang saham penambahan modal, merger, dan
pengendali. Hal ini dapat terlihat dari penjualan aset perusahaan dalam
2 tindakan material PT. SLJ yaitu : jumlah besar.

9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

b. PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. “(1) Direksi bertanggungjawab


melakukan pelanggaran Prinsip atas pengurusan perseroan
Transparansi terhadap Pemegang sebagaimana dimaksud dalam
Saham Minoritas. pasal 92 ayat (1)”
Prinsip Keterbukaan mengakui “(2) Pengurusan sebagaimana
bahwa pemegang saham minoritas dimaksud pada ayat (1), wajib
mempunyai hak untuk mendapatkan dilaksanakan setiap anggota
informasi yang benar, akurat, dan Direksi dengan iktikad baik dan
tepat pada waktunya mengenai penuh tanggung jawab”
perusahaan, mengenai perusahaan,
mengenai kinerja suatu perusahaan, Penertbitan ZCB oleh PT. SHJ
hasil keuangan dan operasionalnya, yang kemudian dibeli oleh PT. SLJ
dan informasi mengenai tujuannya. juga mengandung tindakan yang
tidak transparan. Pada Tanggal 1 Juli
Pada kasus yang terjadi yang 2009 PT. SLJ membeli ZCB yang
terjadi pada PT. SLJ ditemukan diterbitkan oleh PT. SHJ, pada saat
tindakan - tindakan yang tidak transaksi tersebut dilakukan, peme-
transparan maupun informasi yang gang saham minoritas tidak menge-
disampaikan tidak akurat dan tidak tahui apapun tentang adanya ZCB
tepat pada waktunya. ini, Terhadap transaksi - transaksi
yang sudah dilaksanakan tersebut,
Pengikatan jual beli saham pada baru diketahui pemegang saham
tanggal 15 Juli 2009 yang dilakukan minoritas pada saat RUPS-LB
oleh PT. SLJ dengan anak tanggal 15 Oktober 2009.
perusahaannya PT. SHJ selain
melanggar prinsip keadilan juga Berdasarkan hal tersebut jelas
merupakan pelanggaran terhadap bahwa pembelian ZCB tersebut
prinsip transparansi, karena tindakan bertentangan Peraturan BAPEPAM
pengikatan jual beli saham tersebut No.IX.E.2 Bahwa Transaksi yang
merupakan tindakan penting dan terjadi antara PT. SLJ dan PT. SHJ
material, akan tetapi hal tersebut tersebut adalah transaksi yang
tidak dilakukan. Pada RUPS-LB material, sebagaimana diatur oleh
tanggal 15 Oktober 2009 pemegang angka 1 dan angka 2 lampiran
saham minoritas menanyakan peraturan tersebut yaitu :
mengenai pengikatan jual beli saham
tersebut, akan tetapi Direksi, Dewan 1. Definisi: Transaksi Material
Komisaris, dan Komisaris adalah setiap pembelian, penjualan
Independen tidak menjawabnya atau penyertaan saham, dan/atau
secara jelas, terang, dan tuntas. pembelian, penjualan, pengalihan,
tukar menukar aktiva atau segmen
Perbuatan yang dilakukan oleh usaha, yang nilainya sama atau lebih
Direksi PT. SLJ tersebut menyim- besar dari salah satu hal berikut:
pang dari ketentuan hukum perseroan
dan peraturan perundang-undangan 1) 10% (sepuluh perseratus)
yang berlaku, khususnya dalam dari pendapatan (revenues)
menjalankan perseroan sesuai Pasal perusahaan; atau
97 UUPT yang berbunyi :

10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2) 20% (dua puluh perseratus) Berdasarkan ketentuan tersebut


dari ekuitas. menunjukkan bahwa PT. SLJ telah
bertindak melawan hukum dan tidak
2. Transaksi Material yang transparan dengan melakukan tran-
dilakukan Emiten atau Perusahaan saksi yang mengandung benturan
Publik wajib terlebih dahulu kepentingan tanpa melalui perse-
mendapatkan persetujuan dari Rapat tujuan dari RUPS.
Umum Pemegang Saham sesuai
dengan prosedur dan persyaratan PT. SLJ juga tidak menerapkan
yang ditetapkan dalam peraturan ini. prinsip transparansi pada saat mela-
Dalam agenda Rapat Umum kukan Tindakan Inbreng Aset PT.
Pemegang Saham harus ada acara SLJ pada PT. Sumalindo Alam
khusus mengenai penjelasan tentang Lestari, tindakan tersebut diketahui
Perusahaan yang sahamnya akan merupakan Transaksi Afiliasi yang
dibeli, dijual atau disertakan, dan tidak pernah disampaikan oleh PT.
aktiva atau segmen usaha yang akan SLJ kepada pemegang saham
dibeli, dijual, dialihkan atau minoritas.
ditukarkan.
Berdasarkan Keputusan Ketua
Transaksi yang dilakukan oleh BAPEPAM-LK Nomor: Kep-
PT. SLJ tersebut mengandung 412/Bl/2009 Tentang Transaksi
ketertutupan informasi dan tidak Afiliasi Dan Benturan Kepentingan
tepat waktu dalam memberikan Transaksi Tertentu menyatakan :
informasi, dengan demikian PT. SLJ
tidak menjalankan prinsip trans- “Perusahaan wajib mengumumkan
paransi yang telah diamanahkan. keterbukaan informasi atas setiap
Transaksi Afiliasi kepada masya-
Transaksi ZCB tersebut juga rakat dan menyampaikan bukti
masuk dalam kategori transaksi yang pengumuman dan dokumen pendu-
mengandung benturan kepentingan, kungnya kepada Bapepam dan LK
Berdasarkan Keputusan Ketua paling lambat akhir hari kerja ke-2
BAPEPAM-LK Nomor: Kep- (kedua) setelah terjadinya Transaksi,
412/Bl/2009 Tentang Transaksi yang paling kurang meliputi…”
Afiliasi Dan Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu menyatakan : Berdasarkan hal tersebut dapat
dipahami bahwa perusahaan wajib
“Transaksi yang mengandung memberikan informasi kepada setiap
Benturan Kepentingan wajib terlebih pihak yang berkepentingan yaitu
dahulu disetujui oleh para Pemegang melalui penyampaian bukti pengu-
Saham Independen atau wakil muman melalui BAPEPAM-LK
mereka yang diberi wewenang untuk (sekarang OJK), akan tetapi Dedi
itu dalam RUPS sebagaimana diatur Hartawan Jamin dan Imani United
dalam Peraturan ini. Persetujuan Pte.Ltd selaku pemegang saham
mengenai hal tersebut harus minoritas, tidak pernah mengatahui
ditegaskan dalam bentuk akta adanya tindakan Inbreng tersebut,
notarial”. baik melalui surat tertulis maupun
pada waktu diselenggarakannya

11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

RUPS Tahunan ataupun RUPS-LB terhadap tindakan tersebut tanggal 15


tahun 2008 atau 2009. Oktober 2009.
c. PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Berdasarkan penunjukkan
melakukan pelanggaran Prinsip penilai tersebut terlihat bahwa sistem
Akuntabilitas terhadap Pemegang penunjukkan yang ada pada PT. SLJ
Saham Minoritas. tidak berjalan dengan baik, karena
seharusnya Penilai Independen
Prinsip Akuntabilitas yang men- ditunjuk terlebih dahulu, untuk
jelaskan bahwa perusahaan harus kemudian melakukan tugas untuk
dapat mempertanggungjawabkan ki- menilai pasar saham PT. SLJ, apabila
nerjanya secara transparan dan wajar. penunjukkan dilakukan setelah
Untuk itu perusahaan harus dikelola penilai publik melakukan penilaian,
secara benar, terukur dan sesuai apakah yang dijadikan dasar secara
dengan kepentingan perusahaan sah dari penilai publik untuk
dengan tetap memperhitungkan ke- melakukan tugasnya.
pentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akun- Harga kewajaran saham PT. SLJ
tabilitas merupakan prasyarat yang pada PT. SHJ juga hanya didasarkan
diperlukan untuk mencapai kinerja pada penilaian KJPP Benny, Desmar
yang berkesinambungan.6 dan Rekan yang menetapkan bahwa
nilai pasar wajar saham perusahaan
Prinsip akuntabilitas merupakan per 30 Juni 2009 adalah Rp 984 per
prinsip yang penting dalam lembar saham berdasarkan laporan-
penerapan GCG. Kasus yang nya pada tanggal 31 Agustus 2009,
menimpa PT. SLJ terdapat tindakan hal tersebut sangatlah tidak relevan,
yang diketahui merupakan pelang- sebab standar kewajaran nilai suatu
garan terhadap prinsip akuntabilitas, benda, apalagi saham yang bernilai
yaitu pada proses penunjukkan material, dan juga karena menyang-
penilai independen yaitu kantor kut kepentingan pemegang saham,
KJPP Benny, Desmar dan Rekan. maka penilaian seharusnya terlebih
Pada penunjukkan ini terdapat dahulu dilakukan oleh dua atau tiga
kesalahan baik dari segi mekanisme penilai independen sebagai pemban-
maupun waktu penunjukkan, yang ding.
mana penunjukkannya dilakukan
oleh PT. SLJ tanggal 13 Agustus Berdasarkan hal tersebut diketa-
2009, yang meminta penilai hui bahwa PT. SLJ tidak menja-
independen untuk melakukan peni- lankan sistem pengendalian yang
laian atas nilai pasar wajar saham baik, dimana nilai pasar wajar saham
PT. SLJ, sementara tindakan yang menyangkut kepentingan peme-
pengikatan jual beli saham sudah gang saham hanya dinilai dari satu
dilakukan tanggal 15 Juli 2009, yang penilai independen, dan juga tidak
kemudian direksi PT. SLJ baru tepat waktu dalam melakukan penun-
meminta persetujuan RUPS-LB jukkan.
d. PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk.
6
melakukan pelanggaran Prinsip
Pedoman Umum GCG Indonesia (2006),
halaman 5.

12
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Responsibilitas terhadap Peme- menjalankan perseroan dengan


gang Saham Minoritas. kinerja yang negatif, dan tidak
bertanggung jawab. Implikasi dari
Prinsip Responsibilitas merupa- kinerja yang negatif tersebut, PT.
kan prinsip yang harus dilaksanakan SLJ mengalami kerugian secara terus
oleh perusahaan dalam rangka menerus, tercatat sejak tahun
penerapan GCG, prinsip respon- 2002/2009 secara akumulatif keru-
sibilitas menekankan bahwa peru- gian PT. SLJ mencapai kurang lebih
sahaan haruslah berpegang kepada Rp. 1.385.479.444.000,00.
hukum yang berlaku dan melakukan
kegiatan dengan bertanggungjawab Dewan Komisaris PT. SLJ juga
kepada seluruh pemegang saham diketahui melakukan kinerja yang
maupun stakeholders, serta tidak negatif, pelanggaran yang dilakukan
melakukan tindakan yang merugikan PT. SLJ merupakan dampak dari
pihak yang berkepentingan. fungsi pengawasan yang dilakukan
oleh dewan komisaris tidak berjalan
Adanya bentuk pelanggaran sebagaimana mestinya. Pasal 108
yang dilakukan oleh PT. SLJ ayat (1) UUPT menyebutkan :
membuktikan bahwa PT. SLJ tidak
mematuhi ketentuan peraturan perun- “Dewan Komisaris melakukan
dang-undangan yang ada. Prinsip pengawasan atas kebijakan
responsibilitas memerintahkan agar pengurusan, jalannya pengurusan
perusahaan mematuhi peraturan pada umumnya, baik mengenai
perundang - undangan yang berlaku, Perseroan maupun usaha
kegiatan ini akan menunjukkan bah- Perseroan, dan memberi nasihat
wa perusahaan memang dikelola dan kepada Direksi.”
menjalankan usahanya dengan cara-
cara yang dapat dipertanggung- Tindakan penjualan saham PT.
jawabkan secara hukum. SLJ pada PT. SHJ yang tidak melalui
persetujuan RUPS-LB terlebih
Pada kasus yang dialami PT. dahulu mendapat persetujuan dan
SLJ peran direksi sangatlah penting, dukungan dari dewan komisaris,
karena organ inilah yang bertugas selain itu pembelian ZCB yang
menjalankan perseroan, akan tetapi diterbitkan oleh PT. SHJ pada saat
pelanggaran - pelanggaran yang PT. SLJ sedang mengalami kerugian
terjadi merupakan akibat dari tidak juga mendapat dukungan dari dewan
berjalannya peran dari direksi PT. komisaris. Hal ini sangatlah
SLJ sebagaimana mestinya. Pasal 97 betentangan dengan fungsi dari
ayat (2) UUPT menjelaskan : dewan komisaris itu sendiri, pada
pasal 108 ayat (2) menyebutkan :
“Pengurusan sebagaimana di-
maksud pada ayat (1), wajib “Pengawasan dan pemberian
dilaksanakan setiap anggota nasihat sebagaimana dimaksud
Direksi dengan itikad baik dan pada ayat (1) dilakukan untuk
penuh tanggung jawab.” kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan
Bertentangan dengan ketentuan Perseroan.”
pasal tersebut, direksi PT. SLJ

13
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kepentingan perseroan dalam budaya korupsi, kolusi, dan


hal ini ialah pengawasan dan nasihat nepotisme (KKN) yang
tersebut tidak ditujukan untuk pihak bertentangan dengan prinsip
atau golongan tertentu, melainkan GCG. Beberapa kalangan
untuk kepentingan, maksud, dan menganggap bahwa korupsi telah
tujuan perseroan. Peran yang menjadi sesuatu yang endemic,
dilaksanakan oleh direksi dan dewan systemic, dan widespread, artinya
komisaris PT. SLJ bertetangan korupsi telah merambah secara
dengan prinsip responsibilitas yang sistematis di berbagai lapisan
memperhatikan check and balanced masyarakat dari kalangan lapisan
antara organ perusahaan, dengan bawah sampai lapisan atas serta
mengikuti dan berpedoman kepada menjadi “penyakit” yang akut.8
aturan hukum yang berlaku, selain
itu prinsip ini juga mencerminkan 3. Kendala lain ialah mengenai
kinerja pengelolaan perusahaan yang kinerja komite audit. Anggota
baik, haru mengakui stakeholders komite audit seringkali mendapat
dan mendorong kerjasama aktif hambatan dalam menjalankan
antara perusahaan dengan tugas dan tanggungjawabnya un-
stakeholders untuk menciptakan tuk mendorong penegakkan GCG.
kemakmuran. Anggota komite audit yang bukan
berasal dari eksekutif perusahaan
C. Kendala Penegakan Prinsip- belum cukup diberi keleluasaan
Prinsip Good Corporate dalam tugasnya dan kadang
Governance Pada Perusahaan komite audit masih tunduk di-
Terbuka. bawah pengaruh dewan komi-
Pada perjalanannya penegakkan saris. Ketidakefektifan komite
GCG memiliki kendala, yang akan audit di Indonesia dapat terlihat
diuraikan sebagai berikut : dari gagalnya peran komite audit
pada perusahaan terbuka yang
1. Kendala yang pertama ialah disebabkan oleh legitimasi,
datang dari penegakkan hukum. kualitas anggota, tugas dan
Indonesia sendiri sebenarnya tidak tanggung jawab komite audit yang
kekurangan produk hukum. Se- belum jelas, tidak lancarnya aliran
cara implisit ketentuan-ketentuan komuniasi antara dewan komi-
menganai GCG telah ada dan saris, dewan direksi, dan komite
tersebar dalam UUPT, UU Pasar audit, peran komisaris yang opor-
Modal, UU Perbankan, dan tunis, serta pemahaman fungsi
peraturan perundang - undangan komite audit yang rendah.9
lainnya, namun penegakkan oleh
pemegang otoritas yang masih 4. Mengenai komisaris independen
lemah.7 dalam perusahaan juga menjadi

2. Kendala yang dihadapi selan- 8


Muh. Arief Effendi, The Power Of Good
jutnya adalah masih kentalnya Corporate Govenance Teori dan
Implementas, halaman 143.
7 9
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik Ridwan Khairandy dan Camelia Malik
op.cit. halaman 163. op.cit. halaman 165.

14
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kendala penegakkan GCG. Hal itu merupakan kendalan selanjutnya.


terkait dengan independensi Pemegang saham mayoritas yang
komisaris independen yang patut cenderung membiaskan indepen-
dipertanyakan lebih lanjut. densi dari direksi dan komisaris.
Anggota dewan komisaris adalah - Peran komisaris yang terlalu
pihak yang sama dengan anggota kuat, hal ini terjadi karena
direksi, keberadaan seperti ini komisaris yang mewakili
dapat saja terdapat pada peru- pemegang saham mayoritas
sahaan kecil tetapi juga pada dan atau sebagai pemegang
perusahaan besar yang sahamnya saham mayoritas itu sendiri,
diperdagangkan di bursa efek. sehingga dalam hal ini sering
Pada suatu perseroan terbuka kali komisaris mengintervensi
yang didominasi oleh keluarga, direksi dalam menjalankan
fungsi pengawasan oleh dewan tugasnya.
komisaris akan tidak efektif, - Peran direksi yang sangat
dikarenakan dewan komisaris kuat juga menjadi kendala,
seperti ini hanya menjadi dimana kedudukan direksi
formalitas yang disebut dalam yang kuat ini dimungkinkan
peraturan perundang-undangan.10 karena direksi seringkali
mewakili pemegang saham
5. Kendala lain ialah terkait dengan mayoritas atau sebagai
two-tier board system yang dianut pemegang saham mayoritas
Indonesia. walaupun menganut itu sendiri, sehingga direksi
sistem ini, dimana terdapat enggan memberikan
pemisahan yang tegas antara informasi yang layak.12
komisaris dengan direksi, akan
tetapi dalam praktiknya seringkali IV. PENUTUP
pemisahan tersebut tidak berjalan
dengan baik sehingga terkesan A. Kesimpulan
perusahaan-perusahaan di Indo- 1. PT. SLJ merupakan perusa-
nesia menganut one-tier board haan terbuka dimana Deddy
system dimana komisaris atau Hartawan Jamin dan Imani
direksi mengendalikan perusahaan United Pte.Limited merupa-
dengan kuat dan menjadikan salah kan salah satu pemegang
satu pihak hanya sebagai peme- saham minoritas dari PT.
nuh kriteria undang-undang. SLJ. Pada kurun waktu dari
Maka dari itu kedua organ harus tahun 2002 sampai tahun
independen satu dengan yang 2010 terdapat beberapa
lain11. tindakan dari direksi, dewan
komisaris, serta pemegang
saham pengendali yang
6. Kendala yang datang dari mengakibatkan kerugian bagi
Pemegang saham mayoritas perusahaan dan pemegang

10
Ibid halaman 166.
11 12
Ibid halaman 167. Ibid halaman 168.

15
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

saham minoritas. Tindakan a. Melanggar Prinsip Keadilan


tersebut antara lain : karena tindakan material
a. Direksi PT. SLJ yang direksi PT. SLJ disampaikan
melakukan pengikatan jual pada RUPS, sehingga pe-
beli saham pada PT. SHJ megang saham minoritas
tidak terbuka/transparan ter- yang memiliki hak suara
hadap pemegang saham kehilangan haknya, serta
minoritas. pemegang saham minoritas
b. Proses penunjukan penilai tidak mendapat pembagian
independen dilakukan sete- deviden atas kinerja negatif
lah transaksi dilakukan oleh dari organ PT.
Direksi PT. SLJ. b. Melanggar Prinsip Tran-
c. Penerbitan Zero Coupon sparansi, karena setiap
Bond (ZCB) oleh Direksi tindakan material yang
dan Dewan Komisaris PT. dilakukan oleh direksi PT.
SLJ tidak disampaikan pada SLJ tidak diketahui oleh
RUPS pemegang saham minoritas
d. Transaksi benturan kepen- secara jelas dan tepat waktu,
tingan yang dilakukan terutama saat
direksi PT. SLJ dengan PT. diselenggarakannya RUPS.
SHJ tidak sampaikan pada c. Melanggar Prinsip Akun-
RUPS. tabilitas, karena proses
e. Pelanggaran yang dilakukan penunjukkan penilai inde-
oleh direksi menyebabkan penden dilakukan setelah
kerugian terhadap peme- penilai independen menilai
gang saham minoritas. harga wajar pasar saham
f. Inbreng Aset PT. SLJ pada PT. SLJ, dan penilaian
PT. Sumalindo Alam Lestari tersebut hanya dilakukan
adalah Transaksi Afiliasi oleh satu penilai inde-
dan Tidak Pernah Di- penden.
sampaikan oleh PT. SLJ d. Melanggar Prinsip Respon-
kepada Pemegang Saham sibilitas, karena Direksi,
Minoritas. Dewan komisaris, dan
g. Pemegang Saham Minoritas pemegang saham mayoritas
tidak mendapatkan tang- PT. SLJ tidak mematuhi
gapan yang jelas atas ketentuan terkait setiap
pelanggaran yang dilakukan transaksi yang dilakukan
oleh Direksi dan Dewan PT. SLJ dan dalam
Komisaris PT. SLJ. menjalankan perseroan. se-
hingga PT. SLJ dikenakan
2. Pelanggaran yang dilakukan sanksi berupa dilakukannya
oleh PT. SLJ, diketahui pemeriksaan terhadap PT.
karena tidak menerapkan SLJ secara keseluruhan
GCG melalui prinsip - sesuai dengan putusan MA
prinsipnya dengan baik, No.3017K/Pdt/2011.
antara lain:

16
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

3. Kendala penerapan GCG itu Keputusan Ketua Badan Pengawas


sendiri, yaitu : Pasar Modal Dan Lembaga
a. Penegakkan hukum oleh Keuangan Nomor: Kep-
otoritas yang berwenang 412/Bl/2009 Tentang Transaksi
masih kurang tegas, Afiliasi Dan Benturan
b. Masih kentalnya budaya Kepentingan Transaksi Tertentu.
korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) yang B. Buku
bertentangan dengan prinsip Sutedi, Adrian, 2011. Good
GCG, Corporate Governance. Jakarta:
c. Anggota komite audit Sinar Grafika.
seringkali mendapat ham-
batan dalam menjalankan Effendi, Muh. Arief, 2009. The
tanggungjawabnya untuk Power Of Good Corporate
mendorong penegakkan Govenance Teori dan
GCG dikarenakan belum Implementasi. Jakarta: Salemba
cukup diberi keleluasaan, Empat.
d. Pada suatu perseroan Khairandy, Ridwan dan Camelia
terbuka yang didominasi Malik. 2007. Good Corporate
oleh keluarga, fungsi pe- Governance Perkembangan
ngawasan oleh dewan Pemikiran dan Implementasinya
komisaris akan tidak efektif, di Indonesia dalam Perspektif
e. Praktik two-tier board Hukum. Yogyakarta: Total
system yang dianut Media.
Indonesia tidak berjalan
dengan baik, Kansil, C.S.T, dan Christine S.T.
f. Pemegang saham mayoritas Kansil, 2009. Seluk Beluk
yang cenderung mem- Perseroan Terbatas Menurut
biaskan independensi dari Undang-Undang No.40 Tahun
direksi dan komisaris 2007. Jakarta: Rineka Cipta.
V. DAFTAR PUSTAKA Soemitro, Roni Hanitjo, 1982.
A. Peraturan Perundang – Metodologi Penelitian Hukum
Undangan dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Undang – Undang Negara Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Soekanto, Sorejono dan Sri
Tentang Perseroan Terbatas. Mamudji. 2004. Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Keputusan Ketua Badan Pengawas Singkat. Jakarta : PT Raja
Pasar Modal Nomor Kep- Grafindo Persada.
02/PM/2001 Tentang Perubahan
Peraturan Nomor IX.E.2
Tentang Transaksi Material Dan
Perubahan Kegiatan Usaha
Utama.

17

Anda mungkin juga menyukai