Anda di halaman 1dari 5

Perilaku seksual pra-nikah

Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiousity). Remaja
cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum
pernah dialaminya. Selain didorong juga oleh keinginan menjadi seperti orang dewasa menyebabkan
remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan orang dewasa termasuk yang berkaitan
dengan masalah seksualitas (Azwar A, 2000).
Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi, memaksa remaja
mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Majalah, buku dan film pornografi dan pornoaksi
memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab dan risiko yang harus
dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga mempelajari seks dari internet. Hasilnya, re-
maja yang beberapa generasi lalu masih malu-malu kini sudah melakukan hubungan seks di usia dini,
yakni 13-15 tahun (Depsos RI, 2008).

Perkembangan jaman saat ini, ikut mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran remaja. Hal ini
misalnya dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan oleh remaja pada beberapa tahun yang lalu,
seperti berciuman dan bercumbu kini telah dibenarkan oleh remaja sekarang. Bahkan ada sebagian
kecil dari mereka setuju dengan free sex. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat
perilaku tersebut dapat menyebabkan Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang selanjutnya
memicu praktik aborsi yang tidak aman, penularan PMS dan HIV/AIDS, bahkan kematian
(DeLamater, 2007).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Unnes Sex Care Community (USeCC) suatu orga-nisasi
mahasiswa peduli kesehatan reproduksi remaja pada tahun 2009, menyebutkan bahwa kebiasaan
pacaran mahasiswa UNNES dilakukan dengan aktivitas yaitu kissing 43%, necking 17%, petting 15%,
dan sebanyak 5% mengaku pernah melakukan intercourse (hubungan seksual) pranikah (Ningrum,
dkk, 2008).
Fakta-fakta di atas disebabkan oleh ba-nyak faktor, antara lain masih rendahnya pengetahuan yang
dimiliki remaja mengenai seksualitas. Selain itu, meskipun banyak remaja mengetahui tentang seks
akan tetapi faktor budaya yang melarang membicarakan mengenai seksualitas di depan umum karena
dianggap tabu, akhirnya akan dapat menyebabkan pengetahuan remaja tentang seks tidak lengkap, di
mana para remaja hanya mengetahui cara dalam melakukan hubungan seks tetapi tidak mengetahui
dampak yang akan muncul akibat perilaku seks tersebut.
Semakin banyaknya kasus kehamilan di luar nikah yang dialami remaja telah menyebabkan
hancurnya masa depan remaja tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui perilaku seksual pranikah berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan
serta faktor yang mempengaruhinya.

Tingkat religiusitas, pengetahuan, sikap, persepsi peran gender, akses media, sikap orangtua,
sikap teman dan perilaku seksual teman dekat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12,1% responden menyatakan bahwa pernah melakukan
intercourse. Hal ini menandakan bahwa perilaku seksual mereka berisiko terhadap KTD.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Berisiko terhadap Kehamilan
Tidak Diinginkan
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan metode enter,
diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 di atas diketahui bahwa variabel yang dominan mempengaruhi perilaku seksual
pranikah responden adalah perilaku seksual teman dekat, religiusitas, sikap seperti yang terlihat dalam
tabel 3. Ketiga variabel independen tersebut menjadi prediktor terhadap perilaku seksual pranikah,
yaitu sebagai berikut :
(1) Responden yang teman dekatnya melakukan perilaku seksual berisiko memiliki kecenderungan 8
kali lebih besar untuk juga melakukan perilaku seksual berisiko KTD dibandingkan dengan
responden yang teman dekatnya melakukan perilaku seksual tidak berisiko.
(2) Responden yang sikapnya terhadap seksualitas lebih permisif memiliki resiko atau kecenderungan
4 kali lebih besar untuk melakukan perilaku seksual berisiko KTD dibandingkan dengan
responden yang kurang permisif.
(3) Responden yang tidak memiliki resiko atau kecenderungan 3 kali lebih besar untuk melakukan
perilaku seksual berisiko KTD dibandingkan dengan responden yang yang religius.

Religiusitas
Dari hasil uji statistik diperoleh p value 0,0001 pada taraf signifikansi (α=0,05) terlihat ada
pengaruh yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pranikah berisiko KTD.
Hasil penelitian ini sesuai de-ngan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pranikah (artinya semakin tinggi
religiusitas maka akan semakin rendah intensi perilaku seksual pranikah dan sebaliknya) (Suryoputro,
2006).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ada hubungan
negatif antara keagamaan dengan hubungan seks pranikah seperti halnya pada perilaku
penyimpang. Agama membentuk se-perangkat moral dan keyakinan tertentu pada diri seseorang.
Melalui agama seseorang belajar mengenai perilaku bermoral yang menuntun mereka menjadi
anggota masyarakat yang baik. Seseorang yang menghayati agamanya dengan baik cenderung akan
berperilaku sesuai dengan norma.

Hal ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor predisposisi dalam hal ini religiusitas
yang diwujudkan dalam bentuk praktik menjalankan aktivitas keagamaan berhubungan dengan
perilaku seseorang.
Sikap terhadap Seksualitas
Dari hasil uji statistik diperoleh p value 0,0001 pada taraf signifikansi (α=0,05) disimpulkan
ada pengaruh yang signifikan antara sikap dengan perilaku seksual pranikah berisiko KTD. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari BKKBN yang menyatakan bahwa dalam sikap permisif 40% tidak
keberatan pacaran dengan saling rangkulan, 30% tidak keberatan pacaran dengan saling pelukan, 20%
tidak keberatan pacaran dengan saling ciuman, 35% remaja pria tidak perlu mempertahankan
keperjakaannya, 10% remaja wanita tidak perlu mempertahankan keperawanannya dan ngobrol saja
adalah gaya pacaran lama 95%. Sedangkan dalam sikap tidak permisif 60% keberatan dengan gaya
pacaran saling berpegangan (Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2011).
Kesesuaian hasil penelitian-penelitian ini mengindikasikan bahwa sikap merupakan predisposisi
(penentu) yang memunculkan adanya perilaku yang sesuai dengan sikapnya. Sikap tumbuh diawali
dari pengetahuan yang dipersepsikan sebagai suatu hal yang baik (positif) maupun tidak baik
(negatif), kemudian diinternalisasikan ke dalam dirinya (Dalimunthe, dkk, 2012). Ini juga sesuai
dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa faktor predisposisi dalam hal ini sikap berhubungan
dengan perilaku seseorang.
Apa yang dimaksud dengan KTD (Kehamilan Tidak
Diinginkan)
Secara konseptual, istilah KTD juga bisa diartikan sebagai Kehamilan Tidak
Dikehendaki (Unintended Pregnancy). Kehamilan yang tidak dikehendaki adalah
kehamilan yang terjadi baik karena alasan waktu yang tidak tepat (mistimed) atau
karena kehamilan tersebut tidak diinginkan (unwanted).

Bisa juga ketika suatu kehamilan harus dialami oleh seorang perempuan, namun pada
suatu kondisi dimana perempuan tersebut belum melakukan suatu ikatan yang sah
menurut norma-norma yang ada (baik norma agama maupun norma hukum yang
berlaku), maupun secara psikis belum siap menerima kehamilan yang dialaminya.
Kejadian semacam ini sering kita dengar atau jumpai baik di kalangan Mahasiwi atau
kalangan Pelajar sekolah.

Faktor yang menyebabkan KTD


 Psikis perempuan yang belum siap untuk mengalami kehamilan.
 Kegagalan alat kontrasepsi
 Pada Remaja, disebabkan karena Remaja kurang informasi (masih banyak mitos seksual
yang beredar di kalangan remaja, informasi yang disebarkan media cenderung permisif,
kurang proporsional dalam menjelaskan seksualitas).
 Tidak diberikannya hak informasi dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada
remaja sehingga mereka tidak memiliki ketrampilan dalam pengambilan keputusan yang
tepat dan aman dari risiko seksual dan reproduksi
Kehamilan Tidak Diinginkan
Apa yang terjadi jika remaja sampai mengalami KTD
Dalam hal ini, pihak yang banyak dirugikan adalah pihak perempuan.

 Adalah beban berat ketika seorang perempuan harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya
mengalami kehamilan sebelum waktunya. Bagaimana ia harus berusaha menyembunyikan
kehamilannya dari orang lain, belum lagi ketika nanti bayinya telah lahir, akan menjadi
beban baru baginya.
 Resiko kehamilan pada remaja, rentan bagi diri remaja dan kandungannya. Sistem
reproduksi pada remaja masih sangat labil untuk mengalami kehamilan, masih sangat rentan
organ reproduksinya.
 Besar kemungkinan dikeluarkan dari sekolahnya.
 Mendapat Sangsi sosial.
Apa yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
kehamilan diluar nikah?
 Memberikan banyak informasi seputar permasalahan seksualitas kepada remaja, diharapkan
dapat mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Jelaskan akibat yang akan
terjadi jika melakukan hubungan seksual pranikah. Sebaiknya berikan juga penjelasan
sejelas-jelasnya seputar mitos-mitos yang banyak berkembang di masyarakat dan fakta-fakta
yang harus diketahui, dengan harapan mereka mengetahui apa yang selama ini diyakini
sebenarnya belum tentu benar.
 Juga sangat diperlukan adanya suatu kontrol diri dari remaja, dengan memunculkan self
esteem dalam diri remaja, melatih asertif terhadap apa yang diinginkan, membekali diri
remaja dengan kemampuan komunikasi.
 Peran orang tua untuk menjadi teman diskusi bukan sebagai polisi bagi remaja.
Jika mengalami KTD, apa yang dilakukan?
 Sebaiknya beritahukan kehamilan yang terjadi kepada orang yang dipercaya, terutama
kepada keluarga (orangtua) kedua belah pihak. Jelaskan apa yang telah terjadi, walaupun hal
ini tidak mudah dilakukan. Dengan memberitahukan kepada keluarga, selanjutnya akan
dipikirkan jalan apa yang akan diambil guna menyelesaikan permasalahan ini. Tapi ingat,
bahwa keputusan yang terbaik akan tetap berada di tanganmu. Masukan dan nasehat orang
lain hanyalah pertimbangan.
 Dua kemungkinan yang mungkin dilakukan, tetap mempertahankan kehamilan yang terjadi,
atau tidak meneruskan kehamilan tersebut, dengan kata lain melakukan aborsi atas bayi yang
dikandung. Sebaiknya, mengetahui dengan jelas baik buruknya dan segala kemungkinan
yang nantinya akan terjadi atas kedua kemungkinan jalan keluar yang akan dipilih.
Konsekuensi apa yang mungkin timbul jika tetap mempertahankan kehamilan tersebut, juga
kemungkinan yang terjadi ketika memilih melakukan aborsi atas kehamilannya. Sebelum
memutuskan jalan yang terbaik, pertimbangkan segala kemungkinan dengan matang untuk
menghindari penyesalan yang mungkin akan timbul dikemudian hari. Keputusan yang
diambil tetap diserahkan kepada perempuan yang hamil.
Bagaimana Jika ada teman atau saudaramu yang mengalami
KTD ?
Jika kita sebagai pihak luar mendapati orang yang dekat dengan kita mengalami kasus
“Kehamilan Tidak Diinginkan”, jangan tambah beban yang harus ditanggung. Letakkan
semua permasalahan secara proporsional, sebagai suatu permasalahan yang bisa
terjadi pada siapa saja, dengan tidak melihat hal tersebut secara “Hitam dan Putih” yaitu
dengan berusaha mencari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam permasalahan
ini. Hindari situasi dimana kita ikut menghakimi atas kejadian yang telah terjadi.

Gejala Utama Kehamilan yang Tidak Diinginkan


Wanita yang sebelumnya pernah hamil akan dapat mengetahui tanda-tanda kehamilan.
Namun, gejala kehamilan yang dialami setiap wanita akan berbeda, oleh karena itu
beberapa wanita mungkin akan mengalami gejala kehamilan sedangkan wanita lainnya
tidak akan mengalami gejala atau mengalami gejala yang berbeda. Selain itu, banyak gejala
kehamilan dini yang mirip dengan menstruasi. Beberapa wanita mungkin mengira gejala
kehamilan sebagai menstruasi dan tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil.

Harus diingat bahwa walaupun berikut ini adalah gejala kehamilan yang umum, namun
gejala-gejala berikut tidak memastikan kehamilan. Kehamilan dapat dipastikan melalui tes
kehamilan.

Tanda dan gejala kehamilan biasanya terjadi ketika sel telur yang subur telah melekat pada
rahim.

 Kram pada vagina dan pendarahan vagina di selang menstruasi – Salah satu pertanda
awal dari kehamilan adalah kram pada vagina, yang sangat mirip dengan kram yang dialami
wanita sebelum menstruasi. Sedangkan pendarahan vagina di selang menstruasi, yang juga
dikenal sebagai pendarahan implantasi, akan terjadi setelah sel telur sudah dibuahi. Selain
bercak darah, wanita juga kemungkinan akan menyadari adanya cairan vagina yang putih
dan tebal atau keputihan.
 Payudara yang bertambah besar – Wanita hamil akan mengalami perubahan hormon
selama kehamilan. Salah satu efek dari perubahan hormon adalah pembesaran payudara,
terutama di bagian hitam di sekitar puting payudara, yang bernama areola.
 Morning sickness – Wanita hamil biasanya akan mengalami morning sickness, yaitu
pusing, mual, muntah yang biasanya terjadi pada pagi hari. Namun morning sickness tidak
dialami oleh semua wanita. Banyak yang percaya bahwa kondisi ini disebabkan oleh
perubahan hormon, namun penyebab pastinya belum diketahui.
 Tidak menstruasi – Biasanya wanita hamil akan melewatkan satu siklus menstruasi
setelah kehamilan. Namun, menstruasi yang terlambat bukan berarti seorang wanita pasti
hamil. Keterlambatan menstruasi dapat disebabkan oleh banyak faktor dan gangguan
kesehatan, seperti sindrom ovarium poliklistik.
 Sering ingin buang air kecil – Walaupun kondisi ini bukanlah salah satu pertanda awal
dari kehamilan, kondisi ini nantinya akan terjadi. Penyebab utama dari kondisi ini adalah
perubahan hormon yang dialami wanita saat kehamilan.
 Pusing dan Kelelahan – Dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam tubuh wanita
saat kehamilan, biasanya mereka akan merasa lemas.
https://www.docdoc.com/id/info/condition/kehamilan-tidak-direncanakan

Anda mungkin juga menyukai