Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

KIMIA MEDISINAL

“ GLIPIZIDE “

DISUSUN OLEH :

NAMA : ISNAIRA

STAMBUK : G 701 15 241

KELAS :D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018
1. Definisi

Glipizide memiliki gugus sulfonil yang berikatan dengan gugus NH dan gugus
aromatik. Pada senyawa glipizide memiliki cincin pirazina yang pada rantai ke-
empatnya mengikat gugus CH3.

Struktur kimia :

Rumus kimia : C21H27N5O4S

BM : 445,54 gram/mol

Konstanta Disosiasi : pKa 5.9

Koefisien Partisi : Log P 1.9

Waktu Puncak Plasma : 1.6 jam

Volume Distribusi : 0.2 L/kg

Ikatan Protein Plasma : 98%

Waktu Paruh : 2-4 jam

a. Absorbsi

Glipizide sangat mudah diabsorpsi melalui saluran cerna sehingga baik diberikan
secara peroral. Bioavailabilitas glipizide dalam saluruan cerna 100%, hal ini
menunjukkan bahwa glipizide terserap sempurna dalam saluram cerna hal ini karena
sifat kenonpolaran glipizide. Glipizide sangat baik diabsorpsi di usus hal ini
dikarenakan senyawa ini bersifat basa lemah yang ditunjukkan dengan adanya gugus
NH, adanya cincin pirazine dan ditinjau dari nilai pKa.
b. Distribusi

Glipizide terdistribusi merata didalam tubuh dengan volume distribusi sebesar 0,2
L/Kg dan memiliki waktu paruh berkisar antara 2 hingga 4 jam. Waktu paruh
glipizide tergolong pendek hal ini dikarenakan glipizide memiliki cincin pirazina yang
mengikat gugus CH3 sangat mudah dipecah dan termetabolisme. Glipizide 98%
terikat dengan protein plasma terutama dengan albumin. Ikatan protein plasma yang
sangat besar ini menyebabkan jumlah glipizide terdistribusi dalam sistemik sangat
banyak. Semakin non polar suatu senyawa maka volume distribusinya akan semakin
besar sebab obat akan lebih mudah terdistribusi ke dalam jaringan. Akibat sifatnya
yang lipofilik, senyawa nonpolar akan mudah masuk ke lapisan transmembran, yang
selanjutnya akan masuk ke dalam jaringan target untuk berikatan dengan reseptor dan
akhirnya menimbulkan efek farmakologis. Semakin cepat suatu obat didistribusikan,
maka semakin cepat obat tersebut dapat menimbulkan aktivitas biologis karena akan
lebih cepat membentuk kompleks obat – reseptor.

c. Metabolisme

Semua golongan soulfonylurea mengalami metabolisme di hepar. Tujuan


metabolisme adalah mengubah obat yang besifat nonpolar menjadi polar agar bisa
diekskresi melalui ginjal atau empedu. Kecepatan metabolisme dapat menentukan
intensitas dan masa kerja obat. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan
intensitas dan memperpanjang masa kerja obat, demikian pula sebaliknya. Glipizide
dimetabolisme dihati oleh isoenzim sitokrom P450 khususnya CYP 2C9 dan juga
dimetabolisme oleh enzim hidroksilasi menjadi bentuk inaktiv 4-trans-
hydroxycyclohexyl, 3-cishydroxycyclohexyl dan dan N-(2-asetil-amino-etil-fenil-
sulfonil) N-cyclohexylurea (DCAA).. Metabolisme oleh CYP2C9 glipizide yang
bersifat non polar menjadi bentuk metabolit yang lebih polar sehingga akan lebih
mudah untuk diekskresikan keluar tubuh

d. Ekskresi

Penurunan kadar obat dalam plasma terutama disebabkan oleh proses metabolisme
dan ekskresi. Kecepatan eliminasi suatu obat dinyatakan dengan parameter waktu
paruh eliminasi. Obat yang mengalami metabolisme dengan cepat, akan memiliki
waktu paruh yang pendek, sehingga ekskresinya dari dalam tubuh juga akan
berlangsung dengan cepat dan demikian pula sebaliknya. Glipizide diekskresikan
melalui urin sebesar 65 % - 85% dengan sekitar 3% - 10% berada dalam bentuk tidak
berubah, sekitar 80% metabolit hydroksilat, dan 1 % - 2 % dalam bentuk
metabolit N-acetamido. Sekitar 11% melalui feses.

Penggantian gugus dapat mempengaruhi sifat keelektronegatifan dari senyawa


sehingga berpengaruh terhadap afinitas obat-reseptor dan dapat berpengaruh juga
terhadap sifat intrinsik obat tersebut. Semakin elektronegatif , maka senyawa akan
semakin terikat dengan reseptor. Afinitas dipengaruhi oleh perubahan konformasi atau
perubahan gugus fungsional. Senyawa dengan afinitas yang tinggi akan dapat
berikatan dengan sisi aktif reseptor dengan lebih kuat daripada senyawa dengan
afinitas yang lebih rendah. Obat dengan afinitas yang tinggi akan memberikan efek
farmakologis yang lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai