Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Etika yaitu nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika
juga dapat disebut sebagai cabang ilmu tentang apa yang baik dan buruk tentang hak dan
kewajiban moral. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”

Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika
disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan)
manusia.Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma agama, norma moral dan norma
sopan santun.

Fungsi Etika adalalah sebagai sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
berbagai moralitas yang membingungkan, menampilkan ketrampilan intelektual dalam
berargumentasi secara rasional dan kritis dan untuk mengabil sikap yang wajar dalam suasana
pluralism.

Terdapat Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran terhadap etika yaitu, kebutuhan


individu, tidak ada pedoman, perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tak
dikoreksi,lingkungan yang tidak etis dan perilaku dari komunitas. Dan sanksi yang diterima jika
melakukan pelanggaran terhadap etika, sanksi ada dua macam yaitu : Sanksi sosial yang sifatnya
tidak memaksa serta tidak mengikat dan sanksi hukum yang sifatnya mengikat dan memaksa.
Etika ada dua jenis yaitu etika umumdan etika khusus. Etika umum isinya yaitu mengenai moral
dasar dan etika khusus yaitu menegnai terapan-terapanya.Dan Etika khusus dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu etika induvidual dan etika sosial.

Etika juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan
standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah
didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek. Etika merupakan penelaahan standar moral,
proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar
tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan
akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal
untuk dianut. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan
standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika
mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik
dan jahat.

TEORI-TEORI ETIKA

Pandangan tentang Etika dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Dalam sejarah lazimnya
pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 1


yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang melahirkan etika
sosiologis.

- Etika filosofis

Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal
dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta,
dan “sophia” yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang
menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang
diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara
mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam dengan
menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.

- Etika teologis

Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan
ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:

1. Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan atau sesuai dengan kehendak


Tuhan.
2. Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
3. Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.

Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa
agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber
pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.

- Etika sosiologis

Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada
keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika
sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi
etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana seharusnya
seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.

- Etika Diskriptif dan Etika Normatif

Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam
etika, yaitu :

1) Etika Diskriptif

Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan
apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini
berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 2


sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian
etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini
hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.

2) Etika Normatif

Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma
yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif
memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan
menghindari diri dari yang jelek.

- Etika Deontologis

Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini menetapkan
kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah
bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan
baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya
sendiri.

Dari argumen di atas jelas bahwa etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak
yang kuat dari pelaku, lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini
Immanuel kant menegaskan dua hal: Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa
kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa merugikn
kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui bahwa kemauan ini
merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan. Dan Dengan menekankan
kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan
kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi kewajiban. Sejalan dengan itu
semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan
walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.

Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak bisa
menutup mata pada dua keberatan yang ada yaitu:

 Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah atau kewajiban moral dalam
situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa dilaksankan sekaligus, bahkan
keduanya saling meniadakan.
 Sesungguhnya etika deontologist tidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu
tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau buruk.

- Etika Teleologis

Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika teleologis
menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain,

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 3


suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau
akibat yang ditimbulkan baik.

Kegunaan Etika:

1. Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya,
sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
2. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di
dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
3. Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman
kepercayaan sehingga tidak tertutyp dengan perubahan jaman.

PERKEMBANGAN ETIKA KOHLBERG’S


Riset psikologi menunjukkan bahwa, perkembangan moral seseorang dapat berubah ketika
dewasa. Saat anak-anak, kita secara jujur mengatakan apa yang benar dan apa yang salah, dan
patuh untuk menghindari hukuman. Ketika tumbuh menjadi remaja, standar moral konvensional
secara bertahap diinternalisasikan. Standar moral pada tahap ini didasarkan pada pemenuhan
harapan keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Hanya sebagian manusia dewasa yang rasional
dan berpengalaman memiliki kemampuan merefleksikan secara kritis standar moral
konvensional yang diwariskan keluarga, teman, budaya atau agama kita. Yaitu standar moral
yang tidak memihak dan yang lebih memperhatikan kepentingan orang lain, dan secara memadai
menyeimbangkan perhatian terhadap orang lain dengan perhatian terhadap diri sendiri. Menurut
ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun, menyimpulkan, bahwa ada
6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yang teridentifikasi dalam
perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Tahapannya adalah
sebagai berikut :

1) Level satu : Tahap Prakonvensional


Pada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dan dapat
menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah.

Tahap satu : Orientasi Hukuman dan Ketaatan Pada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan
sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk melakukan
yang baik adalah untuk menghindari hukuman atau menghormati kekuatan otoritas fisik yang
lebih besar.

Tahap dua : Orientasi Instrumen dan Relativitas Pada tahap ini, tindakan yang benar adalah
yang dapat berfungsi sebagai instrument untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau
kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu.

2) Level dua : Tahap Konvensional


Pada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitas
terhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasi dari
sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya.

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 4


Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian Interpersonal Pada tahap ini, melakukan apa yang baik
dimotivasi oleh kebutuhan untuk dilihat sebagai pelaku yang baik dalam pandangannya sendiri
dan pandangan orang lain. Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan Keteraturan Benar dan
salah pada tahap konvensional yang lebih dewasa, kini ditentukan oleh loyalitas terhadap negara
atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. Hukum dipatuhi kecuali tidak sesuai dengan
kewajiban sosial lain yang sudah jelas.

3) Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip


Pada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan norma kelompoknya.
Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adil mempertimbangkan
kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yang diadopsi oleh masyarakat
dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moral yang dipilih sendiri yang dapat
dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantas adalah yang sesuai dengan prinsip-
prinsip yang memotivasi orang yang rasional untuk menjalankannya.

Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak Sosial


Tahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapat
personal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensus dengan
kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dan norma bersifat
relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi.

Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang Universal


Tahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yang dipilih
karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untuk melakukan apa
yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moral tersebut dan dia
melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dan tatanan moral yang lain.

Teori Kohlberg membantu kita memahami bagaimana kapasitas moral kita berkembang dan
memperlihatkan bagaimana kita menjadi lebih berpengalaman dan kritis dalam menggunakan
dan memahami standar moral yang kita punyai. Namun tidak semua orang mengalami
perkembangan, dan banyak yang berhenti pada tahap awal sepanjang hidupnya. Bagi mereka
yang tetap tinggal pada tahap prakonvensional, benar atau salah terus menerus didefinisikan
dalam pengertian egosentris untuk menghindari hukuman dan melakukan apa yang dikatakan
oleh figur otoritas yang berkuasa. Bagi mereka yang mencapai tahap konvensional, tetapi tidak
pernah maju lagi, benar atau salah selalu didefinisikan dalam pengertian norma-norma kelompok
sosial mereka atau hukum negara atau masyarakat mereka. Namun demikian, bagi yang
mencapai level postkonvensional dan mengambil pandangan yang reflektif dan kritis terhadap
standar moral yang mereka yakini, benar dan salah secara moral didefinisikan dalam pengertian
prinsip-prinsip moral yang mereka pilih bagi mereka sendiri sebagai yang lebih rasional dan
memadai.

TEORI PIAGET
Dalam bukunya The moral judgement of the Child (1923) Piaget menyatakan bahwa kesadaran
moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang
melatar belakangi pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 5


hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua sudut. Pertama kesadaran akan
peraturan (sejauh mana peraturan dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari
peraturan itu. Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng, suatu permainan yang lazim
dilakukan oleh anak-anak diseluruh dunia dan permainan itu jarang diajarkan secara formal oleh
orang dewasa. Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan yang jarang atau malah
tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa. Dan melalui perkembangan umur maka
orientasi perkembangan itupun berkembang dari sikap heteronom ( bahwasannya peraturan itu
berasal dari diri orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri. Pada tahap heteronom
anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya
merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap
otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan
bersama antara para pemain.

Anak-anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan aktivitas bermain dengan apa
adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang patut untuk mereka patuhi. Mereka adalah motor
activity tanpa dipimpin oleh pikiran. Pada tahap ini mereka belum menyadari adanya peraturan
yang koersif, atau bersifat memaksa dan harus di taati. Dalam pelaksanaannya peraturan
kegiatan anak-anak pada umur itu merupakan motor activiy.

Anak-anak pada umur antara 2 sampai 6 tahun mereka telah mulai memperhatikan dan bahkan
meniru cara bermain anak-anak yang lebih besar dari mereka. Pada tahap ini anak-anak telah
mulai menyadari adanya peraturan dan ketaatan yang telah dibuat dari luar dirinya dan harus
ditaati dan tidak boleh diganggu gugat. Pada tahap ini anak-anak cenderung bersikap egosentris,
mereka akan memandang “sangat salah” apabila aturan yang telah ada di ubah dan dilanggar.
Dan ia meniru apa yang dilihatnya semata-mata demi untuk dirinya sendiri, tidak tahu bahwa
bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan anak-anak lainnya. Sehingga meskipun bermain
dilakukan secara bersama sama namun sebenarnya mereka bermain secara individu, sendiri-
sendiri dengan melakukan pola dan cara yang mereka yakini sendiri. Pelaksanaan yang bersifat
egosentris merupakan tahap peralihan dari tahap yang individualistis murni ke tahap permainan
yang bersifat social.

Anak pada usia 7-10 tahun beralih dari kesenangan yang semata-mata psikomotor kepada
kesenangan yang didapatkan dari persaingan dengan kawan main dengan mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku dan disetujui bersama. Walaupun sebenarnya tidak faham akan peraturan
sampai hal yang paling kecil namun keinginan untuk bekerja sama dengan kawan bermain
amatlah besar. Anak ingin memahami peraturan dan bermain dengan setiap mengikuti peraturan
itu. Pada tahap ini sifat heteronom berangsur menjadi otonom. Pada usia 11 sampai 12 tahun
kemampuan anak untuk berfikir abstrak mulai berkembang. Pada umur umur itu, kodifikasi
( penentuan) peraturan sudah dianggap perlu. Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada
soal-soal peraturan daripada menjalankan permainannya sendiri.

ETIKA DALAM BISNIS


Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu
diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 6


memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang
ada di dalam organisasi.

Kaitan antara Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murn dalam membantu orang
lain. Kejujuran yang ekstrim merupakan kemampuan yang digunakan untuk menganalisa
terhadap batas-batas kompetisi seseorang. Etika dan Kompetisi ini yang harus dikejar tetapi tidak
lupa akan etika profesi tidak boleh lepas. Sebab etika bersangkut pada moral.Apabila moral kita
baik maka bisnis itu akan berjalan seimbang, selaras dan serasi tanpa adanya hambatan yang
merintang.

Dalam menciptakan keadaan tersebut maka diperlukan suatu etika dalam berbisnis yaitu,
penguasaan diri (pengendalian diri), pengembangan tangggung jawab sosial, mempertahankan
diri dari kemajuan zaman, menciptakan persaingan yang sehat, menciptakan konsep
pembangunan yang berkelanjutan, menghindari dari 5 K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi dan Komisi), mampu menyatakan yang benar itu benar, menumbuhkan sikap saling
percaya, kosistensi, menumbuhkan kesadaran akan saling memiliki daripada kesepakatan
bersama, dan penjustifikasian di dalam hukum yang termaktub di dalam peraturan perundang-
undangan.

ETIKA PROFESI AKUNTAN

berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya
perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Pentingnya akan
adanya modal dari investor maka untuk itu perlu dibuatnya laporan keuangan (financial report)
yang mencangkup laporan laba rugi perusahaan, laporan neraca, laporan kas, dan laporan
perubahan modal. Profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan
penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
oleh manajemen perusahaan.

Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa
atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang
meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit,
pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa
atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten
tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk
lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah
jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.

Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 7


Ada tiga tipe auditing yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. Audit
laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut. Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan kepatuhan
entitas yang diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Audit operasional merupakan
review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dengan tujuan untuk;
(1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, (3) membuat
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen, auditor
pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas pokoknya adalah menentukan
apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi
dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang
dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan
menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan
publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia,
kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998.
Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998
diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan
berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu auditing,
atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan publik
yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit
atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk
mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan
publik.

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI)

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 8


Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab
profesionalnya.

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme


tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk
mencapai tujuan terse but terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi: Kredibilitas.
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

- Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh


pemakai jasa.
- Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
- Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
- Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Prinsip Etika, Aturan Etika, dan
Interpretasi Aturan Etika.

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi
seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya
mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan
tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur
bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Prinsip etika profesi IAI


Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan
profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini
memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan
landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen
untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 9


- Prinsip Pertama - Tanggung Jawab Prolesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya
- Prinsip Kedua - Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.

- Prinsip Ketiga – Integritas


Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

- Prinsip Keempat – Obyektivitas


Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

- Prinsip Kelima - Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

- Prinsip Keenam – Kerahasiaan


Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya

- Prinsip Ketujuh - Perilaku Profesional


Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi:

- Prinsip Kedelapan - Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

m.ruslank@yahoo.com |pemahaman etika dan penilaian moral (akuntansi) 10

Anda mungkin juga menyukai