Anda di halaman 1dari 33

Case Report Session

BENDA ASING DI HIDUNG

oleh

Ariadi 1110312069

Amatullah Fauziyyah 1210313053

Preseptor:

dr. Effy Huriyati, SpTHT-KL (K)

BAGIAN ILMU PENYAKIT


TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER
RSUP DR. M. DJAMIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang berjudul
“ Benda Asing di Hidung ”. Case Report Session ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Effy Huriyati, SpTHT-KL (K)
selaku preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, 30 Januari 2017

Penulis

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang
dan dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya.1 Septum nasi membagi
cavum nasi menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk cavum
nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares
posterior (koana) yang menghubungkan cavum nasi dan nasofaring. Pada dinding
lateral hidung terdapat tiga konka yaitu konka inferior, media dan superior.
Diantara konka terdapat meatus nasi inferior, meatus nasi media dan meatus nasi
superior.1
Posisi anatomi hidung harus diketahui untuk menentukan kelainan dan
penyakit pada hidung. 1 Adapun kelainan yang sering dijumpai pada rongga
hidung ialah corpus alienum.2 Secara harafiah corpus alienum diartikan sebagai
benda asing baik benda mati atau benda hidup, berarti corpus alienum hidung
merupakan benda asing di dalam hidung yang tanpa sengaja ditemukan di dalam
hidung dan biasanya terjadi pada anak-anak karena ketidaktahuan sehingga benda-
benda yang berukuran kecil seperti kapas, mainan, kelereng, baterai dan kancing
baju sering dimasukan ke dalam rongga hidung.2
Kondisi ini membuat ketidaknyamanan pada hidung yang akan
mengakibatkan tersumbatnya aliran udara, perdarahan bahkan sampai infeksi yang
disertai dengan bau busuk yang berasal dari infeksi benda asing tersebut dan
merupakan kasus kegawatdaruratan pada anak karena dapat terjadi risiko seperti
penjelasan diatas sehingga, dibutuhkan tindakan segera untuk mengeluarkan
banda asing tersebut.1,2

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah :1

1. Pangkal hidung (bridge).


2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (hip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :1
1. Tulang hidung (os nasal)
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal.

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan
yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :1
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke


belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.1

3
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise). 1

Gambar 1. Anatomi hidung tampak lateral dan medial

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
oleh mukosa hidung.1

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka
suprema ini biasanya rudimenter.1

4
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.1

Batas Rongga Hidung


Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os
maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os
etmoid, tulang ini berlubang-lubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya
serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga hidung dibentuk
oleh os sfenoid.1

Vaskularisasi
Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior
dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis
interna.1
Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris
interna, diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri
sfenopalatina keluar dari foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.1
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a.
etmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus
kiesselbach (little's area).1
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arteri. Vena divestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena
di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.1

5
Gambar 2. Vaskularisasi hidung

Jaringan limfatik
Jaringan limfatik berasal dari mukosa superfisial. Jaringan limfatik
anterior bermuara di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher. Jaringan
limfatik posterior terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok superior bermuara
pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok media menuju ke kelenjar limfe
jugularis. Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di sepanjang pembuluh
jugularis interna.1

Innervasi
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n.
oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik
dari nervus maksilla melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion ini menerima
serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus
superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.

6
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.1
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. 1

Gambar 3. Innervasi hidung1

Fisiologi Hidung
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi
fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah: 1
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan
dan mekanisme imunologik lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara
untuk menampung stimulus penghidu,
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses

7
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas, dan
5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang
dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau
tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.3

2.2 Benda Asing di Hidung

Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang berasal
baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen)tubuh
yang dalam normal tidak ada.Benda asing di hidung merupakan salah satu
kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada
anak-anak. Kebanyakan kasus benda asing asimtomatik dan terdapat sekitar 11%
dari seluruh kedaruratan dibidang telinga hidung dan tenggorok.3

2.2.1 Klasifikasi Benda Asing


Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat terdiri atas zat organik (yang berasal dari tumbuhan seperti kacang-
kacangan dan yang berasal dari kerangka binatang seperti tulang) dan zat
anorganik seprti paku, jarum, peniti, dan batu. Benda asing eksogen cair dibagi
dalam benda asing yang bersifat iritatif dan non-iritatif. Benda asing endogen
berupa secret kental, darah, bekuan darah dan lain-lain. Berikut adalah jenis-jenis
benda asing berdasarkan asalnya:3
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda
cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu
cairan dengan pH 7,4.

8
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.2

Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda
asing hidup.
1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
a. Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung
manusia dan hewandi Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies
Chryssomya bezziana.Chrysomya bezziana adalah serangga yang
termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo
Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna
biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada
toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait
di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa
meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang
hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang
pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.3,7
b. Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas
hirudinae. Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang
belakang yang termasuk dalam filumannelida. Anggota jenis cacing ini
tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini
ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan
hewan pengisap darah. Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua
ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada
saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan
mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak
akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan

9
menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini pipih,
bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.
Lintah menghisap darah pasien sehingga akan memperbesar ukurannya,
itu akan menyebabakan lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami
syok akibat kehilangan darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi
darah.10

Gambar 4. Lintah hidup di hidung


c. Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi
Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk
mendapatkan oksigen yang lebih banyak.

2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing
baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen
yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus
diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera,
karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa
hidung.3

10
Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior
Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan
benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-
lain.1

2.2.2 Etiologi3
a. Faktor Personal : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal: keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsy
c. Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologic
d. Ukuran dna bentuk benda asing
e. Faktor kecerobohan

2.2.3 Epidemiologi

Sebesar lima puluh persen kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada anak
yang berumur kurang dari 4 tahun. Bayi di bawah 1 tahun yang gawat napas
karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian. Kacang atau
biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur 2-4 tahun karena
belum memiliki gigi molar yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan
dengan baik. Benda asing pada hidung lebihs erring terjadi pada anak-anak yang
berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan
benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut,

11
atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang berusia 1-3 tahun belum
terjadi koordinasi menelan dan penutuoan glottis yang sempurna.3,4
Pada anak-anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior
kavum nasi hingga ke bawah konka inferior dan medial. Kavum nasi kanan lebih
sering terkena pada anak-anak, hal ini disebabkan oleh karena bnyak anak yang
lebih dominan memakai tangan kanan.7

2.2.4 Patogenesis
Benda asing mati (inanimate foreign body) pada hidung dapat menyebabkan
edema dan inflamasi mukosa hidung sehingga dapat terjadi ulserasi, epistaksis,
jaringan granulasi, dan dapat berlanjut menjadi sinusitis.
Sedangkan benda asing hidup (animate foreign bodies) dapat
menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat yang bervariasi, dari infeksi lokal
sampai destruksi massif tulang rawan dan tuang hidung dengan membentuk
daerah supurasi yang dalam dan bau. Cacing askariasis dapat menimbulkan iritasi
pada hidung karena gerakannya.3

2.2.5 Manifestasi Kilinis


Gejala sering tidak ada sehingga luput dari perhatian orang tua dan bertahan untuk
waktu yang lama. Dapat timbul rinolith disekitar benda asing. Gejala yang paling
sering adalah:3
- Hidung tersumbat
- Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau
- Nyeri
- Demam
- Epistaksis
- Bersin
Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau
busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang terjadi di
sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel yang mati, sel-sel
leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula akibat benda asing
yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi sekunder.

12
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis
adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa tercekik), gejala,
tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik
sebagai pemeriksaan penunjang.2 Benda asing di hidung pada anak sering luput
dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu lama.
Gejala paling sering muncul adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan
cairan kental dan berbau. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan
setelah dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat benda asing di kavum nasi.
Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi jika dengan
rinoskopi anterior sulit dinilai lokasi benda asing tersebut. 3,7
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda
asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Dalam satu
penelitian, presentasi pasien datang lebih dari 48 jam setelah memasukkan benda
asing di hidung menyumbang 14% dari semua kasus. Anamnesis dengan pasien,
orangtua, dan pegasuh haruslah menyeluruh agar jelas dalam mengidentifikasi
jenis benda asing dan memudahkan dalam penatalaksanaan nantinya.7
Secara klinis yang paling umum adalah penyumbatan hidung unilateral.
Dokter harus memikirkan diagnosis benda asing pada semua pasien dengan iritasi
hidung, epistaksis, bersin, mendengkur, sinusitis, stridor, mengi, atau demam.
Beberapa penulis bahkan telah melaporkan menemukan benda asing sebagai
etiologi pasien dengan klinis tidak biasa, seperti mudah marah, halitosis (bau
napas yang tidak menyenangkan), atau bromhidrosis umum (malodor tubuh).
Untuk menghindari komplikasi dan pengobatan tertunda, dokter harus
mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis ini.8
Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien
datang dengan usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral
kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala
yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan bernapas melalui mulut.
Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan
kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan

13
bersin. Benda asing, seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang
berbau busuk.3,7
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien
harus dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu
terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik. Kadang-kadang,
bukti trauma lokal mungkin ada, dengan eritema, edema, perdarahan, atau
keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung,
biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau
busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral dan dapat terjadi ulserasi.3,7

Gambar 5. Cara fiksasi Anak pada saat pemeriksaan THT

14
Gambar 6. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hidung

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan


pemeriksaan penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing
berjenis metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.3

2.2.7 Tatalaksana
Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena
biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh
ketakutan anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka
akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung
sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan.1
Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk
mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi
duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya
sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah
kemungkinan terjadinya aspirasi.5,6
Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung,
seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian
atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu
pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan.Dapat pula menggunakan forsep
aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat,

15
maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.1 Berikut ini beberapa
teknik mengeluarkan benda asing di hidung.

1. Persiapan sebelum melakukan Teknik


Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang
berpengalaman jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa
tidaknya ekstraksi, harus dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan
tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba berulang kali dapat
mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda asing
ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing
tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.7
Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak
kooperatif. Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus
dicoba pada pasien ini.7
Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya
karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat
menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting
untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain
itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan
oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.7
Peralatan yang digunakan meliputi:7
- Lampu kepala
- Vasokonstriktor topical
- Spekulum hidung
- Bag-valve mask
- Forseps alligator
- Probe hooked
- Balon kateter
- Kuret
- Peralatan suction
Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak
muncul pada pasien selama pengangkatan. 5Namun, vasokonstriksi farmakologis

16
dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari
benda asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan
memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa epinefrin) dan 0,5%
phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan
benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan
anestesinya yaitu lidokain.5 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari
1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari
laporan kasus epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di
hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran
pernafasan aman.7
Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian
sedasi harus dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Satu penelitian
melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang
rendah dengan penggunaan sedasi.Penelitian lain berpendapat bawa pada pasien
yang memiliki benda asing di hidung dan tidak koperatif sebaiknya tidak di
berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan komplikasi dengan
mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.1,7
Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung
sebaiknya posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan
kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat
terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut.7
Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode
tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan
dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat,
kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit
terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung,
pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing
yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.7
Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat
kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat
mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.7

17
Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung
selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan
lokasi dan bentuk benda asing tersebut.10

2. Jenis-jenisTeknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung


- Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat, benda
asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator.
Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini;
benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah
ke posterior.7
Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat
tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut
kemudian ditarik ke depan. Satu peneliti melaporkan menggunakan endoskopi
fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian menggunakannya sebagai
pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut sebagai "hook-scope",
teknik ini berguna jika pasien kooperatif.7
Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi
instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang
benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.7

- Kateter balon
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang tidak
mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan
yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz
Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga merupakan
pilihan.7
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah
sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly.
Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda
asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml
pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah
dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik.7Teknik

18
dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di
bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.8

Gambar 7. Pengunaan Forgarty Catheter

- Tekanan positif
Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat
dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan
menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang
mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh
orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve
digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi
udara.Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan komplikasi
seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital.Tekanan positif juga
memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau
membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara
paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum
dilaporkan.2,11
- Tekanan Negatif (Suction)
Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana
benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan
pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.11
- Lem atau Perekat

19
Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit diambil
dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil haruslah yang
kering dan terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar benda asing
dihidung minimal.11
Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan
tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel
benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung
dapat dengan mudah terluka oleh lem tempatnya.8

- Instrumen yang dibuat sendiri


Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini dapat
dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena komplikasi pada
teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.8

- Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan


Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya
apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis.
Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep
alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan
memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop
dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara
umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum.
Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke
dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor
atau massa.7,8

20
Gambar8. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah
nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda
asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang
menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.1
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.1

2.2.8 Komplikasi
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini
hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda
asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi hingga
menyebabkan hidung mengeluarkan sekret yang muko purulen dan mengalami
obstruksi. Benda asing juga dapat menyebabkan infeksi pada mukosa hidung.
Tidak jarang pasien datang dengan sudah adanya perforasi septum.9
Pada pasien dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan
mencetuskan terjadinya rinolit. Rinolit terjadi karena adanya benda asing yang
telah lama tinggal dalam hidung (misalnya sejak kecil), kemudian terbungkus oleh
endapan garam-garam kalsium atau magnesium sebagai ikatan fosfat atau
karbonat yang berasal dari lacrima. Kalsifikasi benda asing di hidung dulunya
dikenal dengan rinolit palsu (false rhinoliths) atau rinolit benar (true rhinoliths).
Saat ini, istilah-istilah ini telah digantikan oleh eksogen dan endogen, tergantung
apakah ada atau tidak ada inti. Rinolit dapat terbentuk dari bahan di luar tubuh
manusia yang masuk ke dalam hidung dan yang tersisa di dalam rongga hidung

21
seperti batu berbentuk cherry, batu, nasal swab yang tertinggal, atau benda
semacam ini yang disebut eksogen. Rinolit endogen adalah bahan-bahan yang
dikembangkan yang berasal di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di
sinus maksilaris, disekap tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung,
dan lendir mengeras. Sekitar 20% dari rinolit berasal dari materi endogen.10,11

22
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. P.B

Umur : 3 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : By Pass

MR : 968897

2.2 Anamnesis

Seorang pasien perempuan, berusia 3 tahun datang diantar oleh


keluarganya ke IGD RSUP Dr. M. djamil Padang pada tanggal 28 Januari 2017
dengan:

Keluhan Utama

Masuk serpihan bungkus permen ke lubang hidung kanan sejak 1 jam


sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

- Masuk serpihan bungkus permen ke lubang hidung kanan sejak 1 jam


yang lalu. Awalnya pasien sedang bermain sendirian sambil makan
permen, lalu tiba-tiba pasien memasukkan serpihan bungkus permen ke
lubang hidung kanan. Pasien melaporkan pada ibunya bahwa bungkus
permen tidak bisa keluar. Pasien langsung dibawa ke RS swasta dan
dirujuk ke RSUP M. Djamil dikarenakan tidak tersedianya alat.
- Keluar darah dari hidung tidak ada
- Keluar ingus bercampur darah tidak ada

23
- Riwayat mencoba mengeluarkan benda asing ada
- Riwayat memasukkan benda asing ketelinga, dan tenggorok sebelumnya
tidak ada.
- Riwayat tersedak, terbatuk batuk hebat tidak ada
- Riwayat sesak nafas tidak ada.
- Demam dan batuk sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak ada riwayat keluhan telinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya.

Riwayat penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

Pasien adalah seorang anak yang tinggal bersama keluarganya

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : komposmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,50C
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Kelenjar getah bening : tidak ditemukan pembesaran
Kepala : bulat, simetris
Rambut : hitam, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : gerak dinding dada simetris kiri dan kanan, stridor -/-,
wheezing -/-, retraksi intercosta tidak ada

24
Status lokalis THT:
1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Dinding liang
Sempit
telinga
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Sekret /
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Serumen
Jenis Tidak ada Tidak ada
Membran Timpani
Warna bening Bening
Refleks cahaya + +
Utuh Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Perforasi
Kuadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Mastoid
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan Tidakdilakukan
Tes Garpu tala
Weber Tidak dilakukan
512 Hz
Kesimpulan Tidak ada
Audiometri Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Hidung luar
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada

25
Trauma Tidak Ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

4. Rinoskopi Anterior

Vestibulum Vibrise Ada Ada


Radang Tidak ada Tidak ada

Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang


Sempit
Lapang
Lokasi Tidak Ada Tidak Ada
Sekret Jenis Tidak Ada Tidak Ada
Jumlah Tidak Ada Tidak Ada
Bau Tidak Ada Tidak Ada
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Ada Tidak ada
Konka media Ukuran Sulit dinilai Eutrofi
Warna Sulit dinilai Merah muda
Permukaan Sulit dinilai Licin
Edema Sulit dinilai Tidak ada
Cukup lurus/deviasi Tidak ada deviasi
Permukaan Licin Licin
Septum
Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

26
Permukaan Tidak ada Tidak ada

Warna Tidak ada Tidak ada

Konsistensi Tidak ada Tidak ada

Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada

Pengaruh Tidak ada Tidak ada


vasokonstriktor

5. Rinoskopi Posterior :Sulitdilakukan

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Cukup lapang (N)
Koana Sempit
Lapang
Warna
Mukosa Edem
Jaringan granulasi
Ukuran
Konka inferior Warna
Permukaan
Edem
Adenoid Ada/tidak
Muara tuba Tertutup secret
eustachius Edem mukosa
Lokasi
Ukuran
Massa Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada/tidak
Jenis

6. Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Palatum mole + Simetris/tidak Simetris Simetris
Arkus faring Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T1

27
Warna Merah muda Merah Muda
Permukaan Licin Licin
Kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan Tidak ada Tidak ada
dengan pilar
Peritonsil Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi
Bentuk
Ukuran Tidak ada
Permukaan
Konsistensi
Karies/radiks Ada Ada
Gigi
Kesan Hygiene mulut kurang
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada

7. Laringoskopi Indirek :Sulit dinilai

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Bentuk
Warna
Epiglotis Edema
Pinggir rata/tidak
Massa
Warna
Ariteniod Edema
Massa
Gerakan
Warna
Ventrikular band Edema
Massa
Warna
Plica vokalis Gerakan
Pingir medial
Massa
Subglotis/trakea Massa
Sekret
Sinus piriformis Massa

28
Sekret
Valekula Massa
Sekret ( jenisnya )

8.Nasoendoscopy: tampak benda asing antara inferior konka media dengan


dinding lateral hidung.

IV. Diagnosis
Korpus alienum et cavum nasi dextra

VI. Tatalaksana
- Ekstraksi korpus alienum

VII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam

29
DISKUSI

Telah dilaporkan pasien anak berumur 3 tahun datng ke IGD RSUP M.


DJAMIL diantar oleh keluarga dengan keluhan utama masuk serpihan bungkus
permen ke lubang hidung kanan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.

Berdasarkan anamnesa didapatkan pasien memasukan serpihan bungkus


permen ke lubang hidung kanan sejak 1 jam yang lalu. Awalnya pasien sedang
bermain sendirian sambil makan permen, lalu tiba-tiba pasien memasukkan
serpihan bungkus permen ke lubang hidung kanan.Pasien melaporkan pada ibunya
bahwa bungkus permen tidak bisa keluar.Pasien langsung dibawa ke RS swasta
dan dirujuk ke RSUP M. Djamil dikarenakan tidak tersedianya alat.Keluar darah
dari hidung tidak ada.Keluar ingus bercampur darah tidak ada.Riwayat mencoba
mengeluarkan benda asing ada.Riwayat memasukkan benda asing ketelinga, dan
tenggorok sebelumnya tidak ada.Riwayat tersedak, terbatuk batuk hebat tidak
ada.Riwayat sesak nafas tidak ada.Demam dan batuk sebelumnya tidak ada.

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan hidung kanan: cavum nasi


kanan lapang, namun tidak tampak benda asing dengan rhinoscopy anterior.Benda
asing baru ditemukan dengan bantuan nasoendoscopy.Pada pemeriksaan THT
lainnya tidak ditemukan kelainan.

Berdasarkan literatur, benda asing biasanya lebih banyak ditemukan pada


anak berumur kisaran 2-5 tahun dikarenakan pada fase umur tersebut, anak sedang
aktif-aktifnya dan dengan diikuti rasa ingin tahu yang tinggi. Benda asing lebih
banyak di temukan di kavum nasi dekstra, dikarenakan oleh dominannya
pemakaian tangan kanan. Benda asing hidung dengan letak lebih dalam biasanya
disebabkan oleh adanya usaha untuk mengeluarkan benda asing yang tidak
terarah.

Pada pasien ini dilakukan ekstraksi benda asing dengan panduan dari
nasoendoscopy dikarenakan letaknya yang lebih dalam sehingga benda asing
berupa serpihan bungkus permen dapat dikeluarkan. Pasien dipulangkan dengan
edukasi untuk segera kontrol ke poliklinik THT jika ada keluhan.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. FKUI. Jakarta:2007. 118-122
2. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology and
Paranasal Sinuses. Thompson Learning. 1-22
3. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam BUku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265.
4. Novialdi, Rahman S. Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Bagian Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Padang.2006.http://repository.unand.ac.id/18139/1/Benda%20Asing%20Batu
%20Kerikil%20di%20Bronkus.pdf . Diunduh pada tanggal 30 Januari 2017.
5. Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures.
Postgrad Med. 2000.
6. Davies PH, Benge JR. Foreign Body. The Nose and Ear: A Review
Techniques for Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg Med;
17. 2000. Pg. 91-94.
7. Fischer JI.2013. Nasal Foreign Body,
http//emedicine.medscape.com/article/763767-overview. Diakses 30 Januari
2017.
8. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body. The Ear, Nose, and Throat. Virginia.
Am Fam Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.
9. Gregori,Dario, Lorenzo Salerni, Cecilia Scarinzi. Foreign Body in the nose
causing complications and requiring hospitalization in children 0-14 age.
University of Torino. ENT Department.2008 vol 46: 28-33.

10. Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths.


Available from :http://www.ijdr.in/article.asp?issn=0970-
9290;year=2009;volume=20;issue=1;spage=114;epage=116;aulast=Patil.
Diakses 30 Januari 2017.

31
11. Detlef B, Randolf R. The Rhinolith—A Possible Differential Diagnosis of a
Unilateral Nasal Obstruction. Hindawi Publishing Coorporation. 2010.

32

Anda mungkin juga menyukai