Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

DEFINISI

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern.
Pemberian tepat transfusi darah dan komponen darah dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 18 tahun 1980, bahwa usaha
transfusi darah adalah merupakan bagian dari tugas Pemerintah di bidang pelayanan
kesehatan rakyat dan merupakan suatu bentuk pertolongan yang sangat berharga kepada
umat manusia .

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darahatau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis
seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.( A. Harryanto Reksodiputro,1994). Transfusi
Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit
(respien).

WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia
berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman, sedangkan
80% populasi dunia yang berada di negara perkembangan hanya 20% memakai darah donor
yang aman.
WHO telah mengembangkan strategi untuk transfusi darah yang aman dan
meminimalkan resiko transfusi. Starategi tersebut terdiri dari pelayanan transfusi darah yang
terkoordinasi secara nasional; pengumpulan darah hanya dari donor sukarela dari populasi
resiko rendah, pelaksanaan skrining terhadap semua donor darah penyebab infeksi, antara
laian HIV, virus Hepatitis, sifilis dan lain-lain, serta pelayanan laboratorium yang baik
disemua aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibilitas, persiapan komponen,
penyimpanan dan transportasi darah/komponen darah, mengurangi transfusi darah yang tidak
perlu dengan penentuan indikasi transfusi darah dan komponen darah yang tepat dan indikasi
cara alternatif transfusi.

1
BAB 2

RUANG LINGKUP

2.1 Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan transfusi darah berupaya memenuhi kebutuhan darah yang bermutu, aman
dan mencukupi. Fokus pelayanan tidak hanya kepada pengguna darah saja tetapi kepada
pendonor darah, sehingga perlu dilakukan beberapa macam pemeriksaan darah untuk
menghindari adanya penyakit menular seperti pemeriksaan serologi golongan darah, uji
saring (blood screening), dan uji cocok serasi (cross match).

A. Administrasi
Langakah-langkah administrasi pelayanan transfusi darah di Rumah Sakit
Medika Mulia (RSMM) meliputi instruksi dokter untuk tansfusi, surat persetujuan atau
inform consent keluarga, pengambilan sampel darah, dan pengambilan darah ke PMI.
Instruksi dokter untuk transfusi mulai dari jenis transfusi yang didapat, jumlah
yang diperlukan, dan terapi yang diberikan sebelum dan setelah transfusi. Instruksi dokter
adalah salah satu syarat yang paling penting untuk dilakukan transfusi.
Surat persetujuan atau inform consent dilakuakan agar tindakan yang akan
dilakukan diketahui oleh keluarga, dan keluarga berhak memberi keputusan setuju atau
tidaknya dilakukan tindakan transfusi darah.
Langkah selanjutnya adalah pegambilan sampel darah untuk dicocokan dengan
darah pendonor yang akan dipakai untuk transfusi darah. Pengambilan darah di PMI
dilaukan oleh petugas RSMM yang bertugas mengurus permintaan darah untuk transfusi.

B. Melayani permintaan darah


Pengambilan darah di PMI dilakukan oleh petugas RSMM yang bertugas
mengurus permintaan darah untuk transfusi.

2
C. Menyimpan persediaan darah
Penyimpanan darah yang akan digunakan untuk transfusi sementara akan di
simpan di lemari pendingin dengan suhu 2-4oC selama kurun waktu 24 jam.

D. Uji cocok serasi (cross match)


Pemeriksaan uji cocok serasi ini dilakukan di PMI yang memiliki darah sesuai
permintaan darah yang dibutuhkan. Pemeriksaan uji cocok serasi merupakan bagian
penting dalam memberikan darah yang aman, tepat dan cepat kepada pasien. Secara
ilmiah uji cocok serasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya Anti-Body donor atau pasien yang bersifat IgM dan IgG yang dapat bereaksi
denga Anti-Gen donor atau pasien. Dengan demikian pemeriksaan uji cocok serasi
mutlak harus dilakukan agar darah yang ditransfusikan kepada pasien bermanfaat dan
berfungsi secara klinis dan tidak menyebabkan reaksi transfusi langsung atau delay
reaction transfution.

E. Pemeriksaan serologi golongan darah (blood typing)


Pemeriksaan serologi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui golongan dan
rhesus darah pasien yang membutuhkan darah sehingga dapat dicocokkan dengan darah
donor yang akan digunakan untuk transfusi. Pemeriksaan ini dapat mencegah terjadinya
kesalahan pemberian golongan darah kepada pasien yang membutuhkan transfusi.

F. Uji saring (blood screening)


Uji saring (blood screening) merupakan salah satu tahap di dalam pengelolaan
darah yang dilakukan untuk mendapatkan darah yang betul-betul aman bagi pengguna
darah (pasien). Saat ini tiap Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) telah melakukan uji
saring terhadap 4 penyakit menular berbahaya yaitu Syphilis, hepatitis B & C, dan
HIV/AIDS.

3
2.2 Batasan Operasional
Tranfusi darah yang dilakukan di RS Medika Mulia adalah pemberian produk darah
atau komponen darah yang sudah dikemas dalam kantong dan sudah dilakukan uji saring
oleh Unit Tranfusi Darah Cabang.

2.3 Landasan Hukum


1. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Darah.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 478/1990 tentang upaya kesehatan di bidang Transfusi
Darah.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan HIV pada
donor darah.
6. Undang-undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

4
BAB 3

TATA LAKSANA

Teknis penyimpanan meliputi wadah atau tempat, suhu penyimpanan,


lama penyimpanan, identitas lengkap pasien yang mendapat transfusi dan waktu
kadaluwarsa. Fasilitas yang dibutuhkan dalam penyimpanan darah yaitu lemari
pendingin, freezer, platelet incubator, dan thermometer
Darah yang datang dari PMI langsung di persiapakan untuk langsung
ditrasfusikan kepada pasien yang membutuhkan transfusi, dan bila ada sisa darah dapat
disimpan dalam lemari pendingin, freezer atau platelet incubator dan sesuai suhu yang
telah ditentukan tergantung jenis darah yang didapatkan.
1. Penyimpanan Darah Lengkap atau Whole Blood (WB) dan Packet Red Cell
(PRC), disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4oC ± 2oC diberi label
identitas dan waktu kadaluwarsa.
2. Penyimpanan Trombocyte Concentrate (TC), penyimpanan TC dalam platelet
incubator dengan suhu 20oC ± 2oC dengan rotator dan pencatatan suhu
platelet incubator setiap pergantian dinas (pagi, sore, malam). Diberi label
identitas dan waktu kadaluwarsa. Penyusunan TC menurut golongan darah
dan tanggal pembuatan.
3. Penyimpanan Fresh Frozen Plasma (FFP), penyimpanan FFP dalam freezer
dengan suhu -18oC atau lebih diberi label identitas dan waktu kadaluwarsa.
4. Penyimpanan Liquid Plasma (LP), penyimpanan LP dalam lemari pendingin
dengan suhu 4oC ± 2oC diberi label identitas dan waktu kadaluwarsa.

Tata Laksana pemberian transfuse darah:

1. Memberikan penjelasan kepada pasien hasil pemeriksaan yang mengarah pada sebab
pemberian transfuse darah.
2. Memberikan blanko persetujuan tindakan transfuse darah jika pasien setuju untuk
dilakukan tindakan transfuse darah.
3. Mengambil contoh darah pada pasien yang akan dilakukan transfuse darah.
4. Menghubungi petugas yang akan mengurus darah di PMI.

5
5. Contoh darah dan surat pengantar dibawa petugas untuk mengurus darah.
6. Jika darah tersedia di PMI, darah akan dibawa petugas untuk diserahkan kepada perawat.
7. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien yang akan dilakukan tindakan
transfuse darah.
8. Mencocokkan etiket di kantong darah dengan identitas pasien, dan menanyakan golongan
darah pada pasien jika pasien tahu golongan darahnya.
9. Menjelaskan kepada pasien jika terjadi gatal atau alergi dan badan panas pada pemberian
transfuse darah maka segera lapor kepada perawat
10. Memasukkan darah pada pasien dan mengobservasi tetesan setiap 30 menit sekali.
11. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada saat transfuse berlangsung.
12. Darah habis diganti dengan cairan NS dan kantong darah dibuang di sampah medis.
13. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada akhir transfuse dan mengecek ada alergi
atau tidak di bagian anggota tubuh pasien.
14. Jika pasien mengalami alergi ketika pemberian tranfusi berlangsung,maka segera
hentikan tranfusi lalu kirim label darah yang mengakibatkan alergi ke PMI
15. Memberikan pertolongan pertama sesuaidengan kondisi yang terjadi pada pasien
16. Melaporkan pada DPJP atau dokter jaga IGD
17. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi DPJP atau dokter jaga
18. Mengobservasi keadan umum pasien
19. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan ”
20. Buang sisa darah ke spol hock dan kantong darah dibuang ke sampah medis
21. Melengkapi blanko observasi pemberian transfuse darah.

6
BAB 4

DOKUMENTASI

Untuk menjaga kualitas mutu darah yang akan di gunakan transfusi Rumah Sakit Medika
Mulia menjamin kualitas darah dengan menggunakan darah yang telah melalui pengecekan uji
cross match, uji saring dan blood typing di PMI. Agar kualitas darah tetap terjaga saat dalam
perjalanan dari PMI ke Rumah Sakit, darah di bawa dengan menggunakan tas khusus untuk
menjaga suhu darah tetap dingin dan tidak merusak komponen darah. Penyimpanan darah untuk
persediaan yang akan digunakan pasien dilakuakan oleh perawat atau bidan yang berada di
ruangan sesuai dengan standar penyimpanan darah dan komponen darah yang telah ditetapkan.
Untuk sisa darah yang masih utuh akan dikembalikan ke PMI sesuai dengan persetujuan
keluarga pasien yang mendapatkan transfusi darah.
Identifikasi selalu dilakukan pada saat akan memasukkan transfusi, dengan pengecekan
identitas nama, nomor rekam medis, golongan darah, dan jenis darah yang akan ditransfusikan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan persiapan transfusi dilakukan 15 menit sebelum memulai
transfusi. Selama transfusi berlangsung perawat/bidan selalu memantau keadaan pasien untuk
mencegah terjadinnya reaksi hemolitik. Bila terjadi reaksi hemolitik transfusi akan segera
dihentikan dan dilaporkan kepada dokter yang merawat untuk mendapatkan penanganan
selanjutnya.
Penanganan limbah transfusi seperti sisa darah, kantong darah, dan blood set telah
disedikan untuk pengelolaan limbahnya yaitu tergolong sampah medis.

7
BAB 7
PENUTUP

Penyusunan panduan pelayanan transfusi darah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan di Rumah Sakit Medika Mulia (RSMM) ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan kritik dan saran untuk dapat menyempurnakan panduan transfusi dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai