Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang,


sehingga lingkungan banyak berperan dalam membentuk kepribadian dan karakter
seseorang. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan ini yang
mempengaruhi perkembangan anak, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat.
Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-
orang terdekat. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya, dalam hal ini
yang berbeda misalnya cara didik keluarga, keadaan ekonomi keluarga. Setiap keluarga
memiliki sejarah perjuangan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang turun temurun yang secara
tidak sadar akan akan membentuk karakter anak.
Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak.
Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang
penuh dengan konflik atau tidak bahagia. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan
fungsi keluarga mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah
adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja
tercukupi lahir dan bathinnya.

Dari beberapa paparan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pendidikan


dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena pertama kalinya mereka
mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga dan dididik oleh orang tua.
Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor yang sangat penting bagi
perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam tindakan sehari-hari akan
menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial,
religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan
kreativitas anak. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa peran kelurga sangat
besar sebagai penentu terbentuknya moral manusia-manusia yang dilahirkan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Pendidikan Karakter pada Keluarga yang tergolong


sukses?
2. Bagaimana implementasi Pendidikan Karakter pada Keluarga yang tergolong
cukup?
3. Bagaimana implementasi Pendidikan Karakter pada Keluarga yang tergolong
kurang mampu?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter pada keluarga yang


tergolong sukses.
2. Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Karakter pada keluarga yang
tergolong cukup.
3. Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Karakter pada keluarga yang
tergolong kurang mampu.

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Implementasi Pendidikan Karakter pada Keluarga yang tergolong Sukses

Dalam penelitian mengenai implementasi pendidikan karakter di lingkungan


keluarga, narasumber kami yang pertama adalah keluarga bapak H. Kuswantoro
(Mantan lurah Desa Jerukseger) dan ibu Hj Nanik yang bertempat tinggal di desa
Jeruk Seger RT. 02 RW. 06 Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto,yang memiliki
latar belakang keluarga terpandang (suskses). Keluarga bapak Kuswantoro dan ibu
Nanik memiliki dua orang anak yang telah berkeluarga dan bertempat tinggal
secara terpisah dari kedua orangtuanya. Anak yang pertama perempuan bernama
Rista (1987) telah sukses menjadi seorang Dosen Ilmu Keperawatan di perguruan
tinggi negeri di Surabaya, bersama suaminya Herley (1984) seorang Dokter
spesialis paru telah dikaruniai dua orang putra. Sedangkan anak yang kedua dari
keluarga Bapak H. Kuswantoro berjenis kelamin laki-laki yang bernama Denis
(1990) yang kini juga telah sukses menjadi seorang Supervisor di sebuah pabrik
Cargiil di daerah Gresik, juga telah berkeluarga dan dikaruniai seorang putri.

Dengan background keluarga yang telah memiliki pengalaman kesuksesan.


Ternyata keluarga ini memiliki kisah inspiratif dan karakter yang unggul
didalamnya. Dalam sesi wawancara yang telah kami lakukan, berulang kali
narasumber kami yaitu Ibu Hj Nanik menekankan suatu pesan moral bahwasannya
kunci kesuksesan adalah 3K yaitu Keimanan-Kejujuran- Kedisiplinan. Dalam
mewujudkan pembentukan karakter yang baik maka peran utama dalam keluarga
bapak Kuswantoro adalah seorang ibu, yakni ibu Hj Nanik sendiri. Ibu Hj Nanik
mengatakan bahwasannya cara beliau dalam menanamkan karakter yang baik
adalah dengan mencontohkan secara langsung misalnya membiasakan bangun pagi
untuk sholat shubuh, membiasakan sholat tepat waktu dan jujur dalam menjalankan
suatu perintah semisal dalam mengambil uang maka harus sesuai dengan
perintahnya.

Begitu pula dengan peran seorang ayah bagi putra dan putrinya, H Kuswantoro
juga mencontohkan kepada putranya agar tidak menjadi perokok maka beliau pun
juga tidak merokok. Sehingga dengan mencontohkan secara langsung akan mudah
diterima oleh seorang anak dalam pembentukan karakter yang baik. Namun apabila

3
orangtua mengajarkan kepada anak tanpa mencontohkannya tidak aka nada
hasilnya atau sama saja. Semisal orang tua menyuruh anak untuk tidak merokok
tapi orang tuanya sendiri merokok, nah hal itu tidak sinkron atau tidak sesuai
dengan rencana yang diharapkan. Sebab ada pepatah yang menyatakan “Buah Jatuh
tak jauh dari pohonnya” artinya perilaku anak tidak akan jauh berbeda dengan
orang tuanya. Oleh karena itu ibu Hj Nanik sebagai ibu yang baik harus dapat
mengontrol perilaku anak agar menjadi anak yang senantiasa menerapkan 3K agar
dapat bermanfaat dalam menjalankan hidupnya.

Berikut Hasil Tanya Jawab dari Keluarga Bapak Kuswantoro melalui


Narasumber Ibu Hj. Nanik

1. Mengapa perlu adanya pendidikan karakter di lingkungan keluarga ?


Pendidikan karakter di lingkungan keluarga merupakan suatu hal yang
penting dimana pembentukan watak dan sikap dicerminkan melalui didikan
dari kedua orangtua. Dalam hal ini orangtua bertindak sebagai contoh
sekaligus teladan bagi anak-anaknya. Kebiasaan yang ditanamkan orangtua
di dalam kehidupan keluarga akan membentuk sebuah kepribadian bagi
anak-anaknya yang akan terbawa hingga anak-anaknya tumbuh menjadi
orang dewasa. Kepribadian yang diterapkan orangtua seperti yang
diterapkan dalam keluarga Bapak H. Kuswantoro dan Ibu Hj. Nanik
merupakan suatu hal yang patut dicontoh, dimana sikap yang ditanamkan
kepada anak-anaknya yang meliputi disiplin, jujur dalam berbagai hal, serta
pembiasaan untuk bangun pagi merupakan landasan dasar dimana anak
dididik untuk memiliki karakter yang baik, yang diharapkan orangtua akan
terbawa hingga anak-anaknya dewasa.

2. Tugas siapa yang seharusnya menanamkan pendidikan karakter di


dalam lingkungan keluarga ?
Seseorang yang paling berperan dalam melakukan pendidikan karakter di
lingkungan keluarga adalah ibu. Ibu merupakan sosok yang lebih cenderung
mengawasi kebiasaan serta tingkah laku anaknya di rumah. Ibu pula yang
dominan bertindak sebagai penasihat bagi anak-anaknya. Terkadang ibu
mendidik anaknya dengan caranya tersendiri, seperti yang dilakukan oleh

4
Ibu Hj. Nanik yang cenderung cerewet dalam menasehati anak-anaknya.
Namun dibalik sikapnya yang cerewet tersebut bertujuan mendidik anak-
anaknya agar terbiasa disiplin dan mandiri. Ibu Nanik membiasakan anak-
anaknya untuk disiplin dan menghargai waktu, jadi segala sesuatunya harus
dilakukan sesuai dengan apa yang diajarkan ibunya. Sikap Ibu Nanik yang
cerewet tersebut ternyata dapat membawa anak-anaknya kepada kesuksesan
yang terbukti saat ini dimana masa depan kedua anaknya berhasil menjadi
orang-orang yang sukses baik dalam hal karir dan studinya.
3. Bagaimana metode pengajaran pendidikan karakter di dalam
lingkungan keluarga ?
Metode pengajaran pendidikan karakter yang diterapkan dalam keluarga Ibu
Nanik dan Bapak Kuswantoro adalah suatu hal yang sangat baik. Dalam
didikan karakter yang ditanamkan pada anak-anaknya, baik Bapak
Kuswantoro dan Ibu Nanik tidak pernah menggunakan metode kekerasan
seperti memukul anak, menampar anak dan sebagainya. Menurut pendapat
mereka bahwasanya anak yang dididik dengan kekerasan justru akan
memberontak dan tidak menutup kemungkinan anak akan berbuat hal-hal
yang tidak diinginkan. Jadi metode pengajaran pendidikan karakter yang
baik yakni dengan cara mengajak serta mencontohkan hal-hal yang
bermanfaat bagi anak. Oleh karenanya orangtua bukan hanya bertindak
sebagai orang yang menyuruh anak-anaknya tanpa melakukannya
juga.Orangtua pun harus mencontohkan hal tersebut sehingga anak yang
diajak merasa yakin bahwa apa yang dicontohkan orantua adalah suatu hal
yang baik dan bermanfaat bagi dirinya.
4. Dimanakah letak keberhasilan pendidikan karakter tersebut terhadap
perkembangan anak ?
Letak keberhasilan pendidikan karakter terhadap perkembangan anak
menurut keluarga Ibu Nanik yakni dimana anak dapat menerapkan sikap
yang telah diajarkan oleh kedua orangtuanya dalam hal apapun, seperti
perilaku jujur yang harus diterapkan baik dalam hal pekerjaan, wirausaha
dan sebagainya. Yang terpenting adalah anak harus bersikap jujur kepada
siapa saja agar orang-orang yang berada di sekitarnya tidak merasa kecewa.
Kemudian letak keberhasilan yang kedua adalah keimanan yang merupakan
landasan dalam kehidupan. Anak yang sudah dibentengi dengan keimanan

5
otomatis setiap tindak perbuatan yang dilakukan akan mengarah pada hal-
hal yang baik.
5. Apa saja harapan orangtua dengan adanya pendidikan karakter di dalam
lingkungan keluarga tersebut ?
Harapan orangtua terkait pendidikan karakter di lingkungan keluarga
tentunya berharap yang terbaik untuk anak-anaknya. Ibu Nanik dan Bapak
Kuswantoro selaku orangtua berharap anak-anaknya menjadi orang yang
jujur, disiplin dan selalu memegang teguh keimanan kepada Tuhan. Mereka
berharap karakter yang telah ditanamkan di dalam keluarga dapat
menjadikan kedua anaknya menjadi orang yang kelak dapat menjadi teladan
bagi keturunannya. Ibu Nanik tidak mengharapkan sesuatu yang terlalu
ambisius kepada kedua anaknya. Baginya anaknya dapat memegang
keimanan, jujur serta disiplin merupakan suatu hal yang menggembirakan
untuknya.
6. Bagaimana peran orang tua sebagai teladan bagi anak menanamkan
nilai-nilai agama/ karakter kepada anaknya agar tidak terjerumus
pergaulan bebas yang sekarang ini marak terjadi?
Peran orang tua sebagai teladan adalah membentengi dengan iman. Seperti
senantiasa mengingatkan untuk sholat lima waktu maupun menghimbau
untuk puasa sunnah senin-kamis. Menurut narasumber kami agar seorang
anak tidak sampai terjerumus dalam pergaulan bebas maka orang tua wajib
mendoakan setiap waktu begitupun pula anaknya. Berdoa tidak
mengaharapkan sesuatu yang muluk-muluk namun berdoa agar senantiasa
diberikan iman dan kesehatan bagi anak-anaknya. Karena menurut
pandangan ibu Hj Nanik ini seseorang apabila memiliki iman yang kuat
maka kekayaan, kesuksesan akan mengalir dengan sendirinya. Namun,
apabila tidak ditanamkan hal-hal tersebut sejak dini, maka anak mudah
terjerumus dalam pergaulan yang bebas.
7. Jelaskan peran orang tua sebagai peletak dasar pengembangan
pendidikan karakter di dalam lingkungan keluarga?
Peran orang tua sebagai peletak dasar pengembangan pendidikan karakter
menurut narasumber kami adalah senantiasa mengajarkan kesederhanaan.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya yang terbaik, namun harus senantiasa
diajarkan kesederhanaan tidak berhura-hura dan selalu menerima apa

6
adanya. Beliau bercerita bahwa anak anaknya semasa SMP dengan jarak
sejauh 10 km itu ditempuh dengan menggunakan sepeda. Bahkan hal itu
terbawa sampai anak yang pertama kuliah di Universitas Airlangga saat
pergi ke kampus pun menggunakan sepeda. Walaupun background
keluarganya adalah Kepala Desa namun keluarga ini mampu memberikan
teladan dalam kesederhanaannya.
8. Bagaimana sikap orang tua menghadapi anaknya jika anaknya sudah
terjerumus kedalam pergaulan bebas?
Menurut pendapat narasumber kami sebelum anak terjerumus dalam
pergaulan bebas hendaknya harus sering-sering dinasehati, diberikan
pemahaman mengenai hal yang benar hal yang salah. Dan semisal sudah
terjerumus maka keluarga ini mengambil jalan untuk tidak menghukumnya
sebab dihukum akan menimbulkan frustasi dan anak yang terjerumus pada
pergaulan bebas akan semakin menjadi. Cara yang dilakukan keluarga ini
adalah dengan menasehati dan mendo’akan serta sebaiknya anaknya segera
di rehabilitasi di sadarkan kembali agar kembali kejalan yang benar.
9. Seandainya anak berpacara melebihi batas, bagaimana upaya orang
tua mengatasi gaya berpacaran anak yang melebihi batas tersebut?
Dalam hal ini saat anak masih duduk dibangku sekolah atau masih dalam
proses menuntut ilmu jangan diperbolehkan untuk berpacaran sebelum
selesai studi nya tepat waktu. Boleh saja berpacaran namun tidak usah
dibawa-bawa ke orang tua sebab belum tentu nanti akan berlanjut menjadi
istrinya atau suaminya. Jadi intinya kalau berpacaran harus tau batasannya,
tidak aneh-aneh dalam berpacaran. Dan sebagai orang tua harus senantiasa
menjaga komunikasi dengan anak dimanapun anak berada.
10. Bagaimana upaya orang tua menghadapi karakter anak yang bandel,
suka merokok, tidak disiplin dan tidak sopan terhadap orang tua?
Kembali lagi seperti jawaban sebelumnya, bahwa apapun watak/ karakter
seorang anak orang tua memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab penuh
atas anak. Menghadapi karakter anak yang bandel bukanlah hal yang mudah
namun harus tetap diberi kasih saying jangan malah dibentak atau diberi
hukuman agar anak tersebut tidak semakin menjadi-jadi. Kasih sayang yang
dapat diberikan untuk kriteria anak yang seperti dalam pertanyaan diatas
adalah dengan memberikan dampingan baik dinasehati, diberikan contoh

7
maupun di ajak untuk menyibukkan diri pada hal yang lebih positif. Dan
pastinya tidak menggunakan kekerasan.

Gambar.1 Proses wawancara dengan Ibu Hj Nanik Gambar.2 Berfoto dengan Ibu Hj Nanik

Gambar.3 Foto Keluarga Bapak HKuswantoro & Ibu Hj. Nanik Beserta Putri Sulungnya (Rista)

8
2.2 Implementasi Pendidikan Karakter pada Keluarga yang tergolong Cukup

Keluarga Bapak Filipus Paul Suwardi dan Ibu Dwi Ariani yang menjadi subjek
dalam Gambar.4
penelitianFoto
ini berasal dari latar
Putra Bungsu belakang
Bapak keluarga menengah.
Hj Kuswantoro (Denis) keluarga Bapak
dan Ibu ini bertempat tinggal di Jalan Ketintang PTT Timur 5b No. 15. Ibu dan
Bapak Suwardi merupakan tamatan SMA. Bapak Suwardi bekerja di percetakan
sedangkan Ibu Dwi sendiri bekerja sebagai penjual nasi rumahan. Dari hasil
pernikahan tersebut dikaruniaitiga (3) anak laki-laki. Anak pertamanya bernama Rio
yang sekarang sedang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya,
anak keduanya bernama Nicko yang sekarang sedang duduk di kelas 2 SMA,
sedangkan anak bungsunya bernama Rama yang sekarang sedang duduk di bangku
Sekolah Dasar. Keluarga tersebut merupakan keluarga yang harmonis sehingga anak-
anaknya pun tidak ada yang melakukan perbuatan yang menyimpang. unsur utama
penentu karakter dibentuk sejak dalam keluarga. Oleh karena itu, penanaman nilai-
nilai yang baik dan pembentukan kebiasaan yang baik sangat penting dilakukan sejak
dini agar seseorang memiliki karakter yang baik di masa depan. Tempat yang paling
tepat untuk memulai hal ini adalah keluarga. Alasannya, keluarga adalah unit
sosialisasi pertama dan terkecil yang dimiliki oleh seseorang setelah lahir. Seorang
anak tentu diajarkan oleh orang tua dan para kerabatnya tentang apa yang baik dan
benar. Kebanyakan orang tua juga sering menerapkan sistem reward and punishment,
yaitu memberi hukuman ketika anak salah dan memberi hadiah bila anak
berkelakuan baik. Dengan demikian, nilai tentang salah dan benarnya suatu hal juga
akan semakin melekat dalam diri anak.

9
Berdasarkan penelitian yang kami dapatkan pendidikan karakter menurut
keluarga Bapak Suwardi ini adalah suatu cara terbaik untuk menjamin anak untuk
memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya. Pendidikan karakter ini
penting diterapkan orang tua sebagai panutan untuk anak-anaknya. Setiap orang tua
memiliki kewajiban untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak-anaknya
yang tujuannya agar anak-anaknya tumhuh dan berkembang sebagai anak yang
berkarakter. Dalam keluarga Bapak Suwardi tersebut yang lebih berperan
menanamkan pendidikan karakter kepada ketiga anak laki-lakinya adalah Ibu Dwi
Ariani sendiri.

Seperti kata beliau hal itu dilakukannya karena beliaulah yang lebih sering di
rumah dan lebih dekat dengan anak-anaknya dibandingkan Bapaknya yang lebih
sering kerja di luar rumah. Walaupun demikian keluarga ini selalu berusaha bersama-
sama mendidik ketiga anaknya terutama jika itu berkaitan dengan pendidikan
karakter anaknya. Menurut keluarga yang tergolong dalam keluarga menengah ini,
pendidikan karakter itu tidak bisa diterapkan jika hanya dengan ucapan, nasihat
maupun teguran. Keluarga ini selalu mengedepankan keteladanan, jadi peran orang
tua disini tidak hanya memberi pengarahan maupun nasihat melainkan dengan
dicontohkan secara langsung kepada anak-anaknya. Menurutnya itu akan lebih
terkesan dan lebih memberikan pelajaran yang tidak mudah dilupakan oleh ketiga
anaknya. Terkadang memang benar jika seorang anak itu tidak bisa jika hanya diberi
masukan-masukan tanpa sebuah contoh, jadi peran orang tua dan anggota keluarga
lah yang harus mencontohkan perbuatan-perbuatan baik kepada anak-anaknya.

Seperti yang sudah dipaparkan diatas, cara keluarga ini untuk menanamkan
pendidikan karakter kepada anak-anaknya yaitu dengan pencontohan. Jadi dalam hal
ini sang anak bisa mencontoh kebiasaan-kebiasaan baik orang tuanya, dengan
konsekuensi orang tua harus berperilaku baik di depan anak-anaknya. Orang tua
harus menyembunyikan perselisihannya di depan anak-anaknya walaupun itu
perselisihan kecil sehingga sang anak bisa merasakan keharmonisan keluarganya dan
bisa tumbuh dengan nyaman di dalam keluarganya. Kebiasaan- kebiasaan baik atau
nilai-nilai karakter selalu diajarkan oleh keluarga ini dengan melibatkan anak secara
lansung dalam sebuah proses atau kegiatan. Misalnya saja, karena anak-anak dalam

10
keluarga ini laki-laki semua, sang Bapak mempunyai kebiasaan mengajak anak-
anaknya memancing. Menurut Bapak memancing dapat mengajarkan kesabaran dan
sikap pantang menyerah. Jika anak-anaknya mengeluh karena tidak kunjung-kunjung
mendapat ikan, beliau bicara kepada anak-anaknya jika melakukan sesuatu harus
dengan sabar pasti hasilnya nanti akan baik. Dengan begitu ketiga anaknya akan
mencoba sabar demi mendapatkan ikan. Jika anaknya tersebut mendapat ikan sebagai
hasil kesabarannya tadi, bapak selalu bicara lagi kepada anak-anaknya jika buah dari
kesabaran itu akan indah hasilnya.

Pada intinya dari kegiatan memancing tersebut seorang bapak mengajarkan


nilai-nilai karakter yang baik kepada anaknya bahwa dalam kehidupan ini diperlukan
kesabaran dan usaha serta doa agar mencapai keberhasilan karena sesungguhnya
usaha dan doa itu tidak akan menghianati hasil.

Dengan pendidikan karakter yang seperti itu, harapan orang tua sangatlah besar.
Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sukses dan
berkarakter. Pendidikan karakter yang diterapkan orang tua bisa dikatakan berhasil
jika anak-anaknya mampu menerapkan kepribadian yang baik dimanapun ia berada.
Dengan begitu anak-anaknya memiliki kepribadian serta martabat yang baik di masa
depan dan mampu menjaga nama baik keluarga dimanapun ia berada kelak. Selain
itu terdapat kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan dalam keluarga ini misalnya:

1. Melakukan Sholat berjamaah di musola

Karena dalam keluarga ini beragama islam, maka anak-anak mereka diajarkan
untuk menjalankan kewajibannya dalam melakukan sholat berjamaah. Karena
pendidikan agama ini sangatlah penting dalam mendidik anak agar memiliki
kepribadian yang baik. Dan pendidikan agama ini dijadikan sebagai benteng bagi diri
setiap individu agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang bebas. Jika anak tersebut
dapat menjalankan kewajibannya dalam beragama maka kemungkinan besar anak ini
akan terhindar dari pergaulan yang bebas. Karena pada dasarnya dalam agama ini
terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap individu.

2. Bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua

11
Sikap sopan ini harus ditanamkan pada diri anak sejak usia dini. Karena dengan
menanamkan sikap ini, anak akan lebih menghargai orang yang disekitarnya. Selain
itu sikap sopan ini mampu menjadikan anak memiliki karakter yang baik. Dalam hal
ini orang tua tidak hanya menyuruh anaknya untuk bersikap sopan kepada orang lain,
akan tetapi orang tua disini harus mencontohkan sikap tersebut. Karena pada
dasarnya pendidikan pertama anak terletak pada keluarga. Oleh karena itu orang tua
disini harus memiliki kepribadian yang baik, sikap yang baik dan juga memiliki
karakter yang baik pula. Agar anak tersebut dapat mencontoh kepribadian yang
dimiliki orang tua mereka.

3. Diajarkan mandiri dalam melakukan segala hal

Sikap mandiri ini haruslah ditanamkan kepada setiap anak. Agar anak tersebut
dapat bertumbuh menjadi orang yang pemberani, tidak bergantung kepada orang
lain, dan tidak takut dalam menghadapi setiap masalah. Karena pada dasarnya kita
tidak selamanya bergantung kepada orang lain. Ada saatnya kita harus hidup mandiri
dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Maka perlulah adanya sikap mandiri ini
untuk ditanamkan dalam diri setiap anak agar mereka dapat melakukan
kewajibannya sendiri, bertanggung jawab atas kewajibannya dan lain sebagainya.

Jadi, Keluarga dari Bapak Suwardi ini terbilang berhasil dalam mengajarkan
pendidikan karakter kepada anak-anaknya. Sebelum menikah Bapak Suwardi sendiri
beragama kristen dan pada akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi muallaf.
Walaupun sempat berbeda keyakinan namun keluarga tersebut mampu menanamkan
pendidikan karakter kepada anak-anaknya. Dan hal ini terbukti dengan pendidikan
karakter yang telah diterapkan oleh orang tuanya tersebut kepada ketiga anak-
anaknya. Sehingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter, baik di
dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Jawaban dari Mas rio

1. karena merupakan cara terbaik untuk menjamin anak untuk memiliki kepribadian
yang baik dalam kehidupannya.

2. Orang tua.

12
3. a. Mengajarkan.

b. Keteladanan.

c. Menentukan prioritas

4. ketika anak berhasil menerapkan kepribadian yang baik dimanapun tempat


berada .

5. harapannya anak bisa memiliki kepribadian serta martabat yang baik di masa
depan dan bisa menjaga nama baik keluarga .
Gambar.5 Foto Bersama Keluarga Bapak Suwardi & Ibu Dwi Ariani

2.3

Implementasi Pendidikan Karakter pada Keluarga yang tergolong kurang mampu

Mewawancarai Ibu Fatimatus Zuhriya sebagai seorang ibu rumah tangga, beralamat RT
1 RW 1,Tambak sumur, Waru-Sidoarjo, yang memiliki anak 1 perempuan bernama
Silvia Rahmadina dan seorang suami yang bekerja sebagai buruh bangunan.

1. Pentingnya pendidikan karakter di dalam lingkungan keluarga menurut Ibu


Fatimatus adalah menanamkan pendidikan karakter kepada anaknua agar anak
tersebut bisa menjadi anak yang berguna bangi nusa dan bangsa dan anaknya tidak

13
terjerukus ke dlaam pergaulan bebas, di tengah era globalisasi ini. Menjadikan
putrinya berakhlakul karimah.
2. Dalam keluarga Ibu tersebut yang bertugas menanamkan pendidikan karakter
dalam keluarganya yaitu tugas dari seorang ibu. Mendidik karakter anaknya lebih
intens dilakukan oleh ibu karena ibu tersebut tidak bekerja dan hanya sebagai ibu
rumah tangga sehingga yang lebih aktif mendidik anak adalah ibu karena bapaknya
bekerja. Mungkin jika bapaknya lebih banyak memiliki waktu juga akan lebih aktif
menanamkan karakter kepada putrinya
3. Metode pengajaran dalam keluarga ibu Fatimatis yaitu menasehati dengan lembut,
menasehati secara lisan dan tidak pernah memukul. Cara saya ya menasehati saja,
memberi tahu saja kepada anak saya mana yang baik mana yang buruk. Kalau
memukul itu tidak pernah, karena bapaknya bilang kalau anak itu dipukul maka
akan selalu diingat saat dewasanya kelak, menurut ibu fatimatus. Sehingga ibu
tersebut selalu mengingatkan kepada anaknya agar menuruti apa yang telah
diajarkan.
4. Letak keberhasilan mendidik anak ialah ketika anaknya menuruti segala kebaikan
yang diperintahkan kepada anaknya. Anaknya selqlu melakukan kebiasaan baik
yang selalu diajarkan oleh obunya meski tanpa disuruh lagi menurut Ibu Fatimatus.
5. Harapan orang tua dengan menanamkan pendidikan karakter kepada anaknya yaitu
anaknya menjadi anak yang solekhah, cerdas serta ilmu yang bermanfaat. Kalau
bisa ya anak saya mau untuk masuk pondok supaya pintar ngaji dan menjadi anak
solekhah,kqta Ibu Fatimatus.
6. Ibu Fatimus memberikan teladan kepada anaknya dengan mencontohkan sholat
lima waktu sebagai sikap taat kepada agama dan mengajal anaknya untuknsholat
shubuh meskipun anaknya susah untuk menjalankannya. Menjaga anaknya tidak
berkomunikasi lewat media sosial oleh karena itu anaknya jarang diperbolehkan
menggunakan HP. Dengan alasan karena maraknya kasus yang berbahaya dari
media sosial seperti facebook. Dan menurut Ibu Fatimatus tidak mengizinkan
anaknya untuk bergaul secara bebas dengan teman-tannya, dan tidak mengijinkan
anaknya berpacaran selama masih sekolah dan sampai dia bekerja.
7. Orang tua sebagai panutan anaknya pertama kali sejak anak usia dini sampai
dewasa. Ibu Fatimatus akan selalu memberikan nasehat agar anaknya tidak
terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
8. Sebagai ibu yang baik, ibu Fatimatus sudah memberikan pendidikan moral sebaik
mungkin dari sejak dini. Usaha dan upaya telah dilakukan sebaik mungkin, tetapi
jika itu memang terjadi beliau tetap akan menerima anaknya dalam keluarga.
9. Ibu Fatimatus akan menegur dengan bijak dan sebisa mungkin memberikan
pengertian akan sebab dan akibat krpada anaknya. Drngan demikian maka dapat
terjalin keterbukaan antara orang tua dan anak.
10. Upaya yang dilakukan Ibu Fatimatus jika anaknya bandel susah sholat shubuh
membiarkan anaknya karena anaknya masih kecil dan tidak pernah menggunakan
kekerasan karena akan selalu diingat anaknya dan tidak baik untuk psikisnya.

14
Gambar.6 Foto Kondisi rumah Ibu Fatimatus Zuhriya

Gambar.7 Foto bersama narasumber Ibu Fatimatus Zuhriya

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari peran keluarga dalam mensukseskan pendidikan adalah


keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dari anak. Dimana anak mendapatkan
pendidikan sejak dalam kandungan sampai dengan mendapatkan pendidikan formal.
Dalam mensukseskan pendidikan, keluarga berperan dalam memberikan
pendampingan dan memberikan pilihan kepada anaknya untuk masalah pendidikan
yang tepat sesuai dengan karakteristik dari anak. Di samping itu, penciptaan suasana
yang nyaman dan aman dari keluarga kepada anaknya akan memberikan motivasi
keluarga kepada anak dalam menempuh pendidikannya.

3.2 Saran

Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu sebaiknya orang tua
dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus membuka diri
terhadap perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran
yang kritis terhadap sesuatu yang baru. Bila orang tua tidak membuka diri terhadap
perkembangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari
anak. Pada akhirnya berbuah kebohongan dan secara tidak langsung menanamkannya
pada anak.

16

Anda mungkin juga menyukai