Anda di halaman 1dari 3

Keterbatasan Riskesdes

Keterbatasan riskesdes 2007 mencakup berbagai permasalahan nonrendem error.


Banyaknya sampel blok sensus, simple rumah tangga, sampel anggota rumah
tangga serta luasnya cakupan wilaya merupakan faktor penting dalam pelaksanaan
pengumpulan data riskesdes 2007. Pengorganisasian riskesdes 2007 melibatkan
berbagai unsure badan penelitian dan pengembangan kesehatan, pusat-pusat
penelitian, balai/balai besar, loka, serta perguruan tinggi setempat. Proses
pengadaan logistic untuk kegiatan riskesdes 2007 terkait erat dengan ketersediaan
biaya. Perubahan kebijakan pembiayaan dalam tahun anggaran 2007 dan prosedur
administrasi yang panjang dalam proses pengadaan barang menyebabkan
keterlambatan dalam kegiatan pengumpulan data.

Jumlah blok sensus (BS) menurut Susenas dan Riskesdas


Provinsi Jumlah BS- Jumlah BS-Riskesdas Jumlah BS yang tidak
Susenas ada
Lampung 438 424 14
Indonesia 17357 17150 207

Jumlah sampel rumah tangga menurut Susenas dan Riskesdas


Provinsi Jumlah sampel Jumlah sampel RT- % Sampel RT
RT-Susenas Riskesdas Riskesdes/Susenas
Lampung 7008 6490 92,6
Indonesia 277,630 258,284 93,0

Jumlah sampel anggota rumah tangga (ART) Susenas dan Riskesdas


Provinsi Jumlah sampel Jumlah sampel ART- % Sampel ART
ART-Susenas Riskesdas Riskesdes/Susenas
Lampung 28637 23833 83,2
Indonesia 1,148,418 986,532 85,9

2.1 Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, Penyakit Keturunan dan Faktor
Resiko Penyakit Tidak Menular

Data penyakit tidak menular yang disajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke,
jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker, gangguan jiwa berat, buta warna,
glaucoma, bibir sumbing, dermatitis, rhinitis, talasemia dan hmofilia dianalisis
berdasarkan jawaban responden “pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan”
(notasi D pada tabel) atau “mempunyai gejala klinis PTM”. Prevalensi PTM
adalah gabungan kasus PTM yang pernah didagnosis nakes dan kasus yang
mempunyai riwayat gejala PTM (dinotasikan sebagai DG pada tabel). Cakupan
atau jangkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM dimasyarakat
dihitung dari presentase setiap kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan dibagi dengan presentase masing-masing kasus PTM yang ditemukan,
baik berdasarkan diagnosis maupun gejala (D dibagi DG).

Penyakit sendi, hipertensi dan stroke ditanyakan kepada responden umur 15 tahun
keatas, sedangkan PTM lainnya ditanyakan kepada semua responden. Riwayat
penyakit sendi, hipertensi, stroke dan asma ditanyakan dalam kurun waktu 12
bulan terakhir, dan untuk jenis PTM lainnya kurun waktu riwayat PTM adalah
selama hidupnya.

2.2 Persentase pravelensi penyakit tidak menular di Provinsi Lampung

Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan meliputi penyakit sendi,
asma, stroke, jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker, gangguan jiwa berat,
buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasemiaaa, dan
hemofiliaaa dianalisis berdasarkan jawaban responden “pernah didiagnosis
oleh tenaga kesehatan” (notasi D pada tabel) atau “mempunyai gejala klinis
PTM”. Prevalensi PTM adalah gabungan kasus PTM yang pernah
didiagnosis nakes dan kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM
(dinotasikan sebagai DG pada tabel). Cakupan atau jangkauan pelayanan
tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di masyarakat dihitung dari
persentase setiap kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan
dibagi dengan persentase masing-masing kasus PTM yang ditemukan, baik
berdasarkan diagnosis maupun gejala (D dibagi DG).

Penyakit sendi, hipertensi dan stroke ditanyakan kepada responden umur


15 tahun ke atas, sedangkan PTM lainnya ditanyakan kepada semua
responden. Riwayat penyakit sendi, hipertensi, stroke dan asma ditanyakan
dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, dan untuk jenis PTM lainnya kurun
waktu riwayat PTM adalah selama hidupnya.

Untuk kasus penyakit jantung, riwayat pernah mengalami gejala penyakit


jantung dinilai dari 5 pertanyaan dan disimpulkan menjadi 4 gejala yang
mengarah ke penyakit jantung, yaitu penyakit jantung kongenital, angina,
aritmia, dan dekompensasi kordis. Responden dikatakan memiliki gejala
jantung jika pernah mengalami salah satu dari 4 gejala termaksud.

Data hipertensi didapat dengan metode wawancara dan pengukuran.


Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan tekanan darah/tensi,
ditetapkan menggunakan alat pengukur tensimeter digital. Tensimeter digital
divalidasi dengan menggunakan standar baku pengukuran tekanan darah
(spigmomanometer air raksa manual). Pengukuran tensi dilakukan pada
responden umur 15 tahun ke atas. Setiap responden diukur tensinya minimal
2 kali, jika hasil pengukuran ke dua berbeda lebih dari 10 mmHg dibanding
pengukuran pertama, maka dilakukan pengukuran ke tiga. Dua data
pengukuran dengan selisih terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur
tensi. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk
pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.

Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk usia 18 tahun keatas, maka
prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tensi dihitung hanya pada
penduduk umur 18 tahun ke atas. Mengingat pengukuran tekanan darah
dilakukan pada penduduk 15 tahun ke atas maka temuan kasus hipertensi
pada usia 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan secara
garis besar sebagai tambahan informasi. Selain pengukuran tekanan darah,
responden juga diwawancarai tentang riwayat didiagnosis oleh nakes atau
riwayat meminum obat anti-hipertensi. Dalam penulisan tabel, kasus
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran diberi inisial U, kasus hipertensi
berdasarkan diagnosis nakes diberi inisial D, dan gabungan kasus hipertensi
berdasarkan diagnosis nakes dengan kasus hipertensi berdasarkan riwayat
minum obat hipertensi diberi istilah diagnosis/minum obat dengan inisial DO.

2.3 Persentase mortalitas penyakit tidak menular di Provinsi Lampung ?


2.4 Pembiayaan penyakit tidak menular di Provinsi Lampung ?

Anda mungkin juga menyukai