p e m e r i n t a h a n KartaNegara.3 . D a e r a h - d a e r a h y a n g b e r a d a d i b a w a h
b a n ya k N e g a r a a s i n g . D a l a m pertumbuhannya, Majapahit
Madura yang menghadiahkan daerah Tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
Wisnu dan Siwadi Chandi camping dan candiBudha di Antaphura, kota Majapahit.
Nambi,L a s e m , d a n S e m i . A y i n g p a l i n g b e r b a h a y a a d a l a h p e m b e r o n t a k a n
Kutid e n g a n p e r i s t i w a B a d a n d e r n y a y a n g h a m p i r m e r u n t u h k a n
tahtak e r a j a a n d i g a n t i k a n o l e h a d i k p e r e m p u a n n y a , T r i b u a n a
sehinggad i a b e r j a y a m e n c a p a i k e m u n c a k k e j a y a a n . M e n u r u t
dikuasai HayamW u r u k p a d a m a s a p e m e r i n t a h a n n y a s a n g a t l u a s , y a i t u
Palapa dan dengan dibantu oleh Mpu Naladan Adityawarman, ia menaklukkan satu
Majapahit runtuh maka berkambanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama
dengan itu maka berkambang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak. Selain itu,
menjadi praktek penjajahan. Adanya penjajahan membuat perlawanan dari rakyat Indonesia di
berbagai wilayah Nusantara, namun karena tidak adanya kesatuan& persatuan di antara mereka
Kebangkitan Nasional
Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri.
Jepang menjanjikan kemardekaan tanpa syarat kapada bangsa Indonesia. Bahkan untuk
mendapatkan simpati & dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut
maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia {BPUPKI}.
Kesimpulan
Nilai-nilai Pancasila diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara, dijadikan
sebagai dasar negara RI. Proses cara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, bidang panitia 9, sidang BPUPKI kadua, serta akhirnya di sah kan secara yuridis
sebagai dasar negara RI.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya dengan
jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan.
Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
A. Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Nilai–nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelumbangsa
Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang
cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV
sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada
pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana
Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit
semasa jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian
Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah telah terdapat
istilah “Pancasila”. Empu tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita
jumpai seloka persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya
“Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda , namun satu jua
adanya sebab tidak ada agama yang memiliki tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu dan menteri-
menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhentui berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung,
Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan” (Yamin, 1960 :
60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti Rakryan I
Hino , I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-
nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit
a. Kebangkitan Nasional
Dengan kebangkitan dunia timur pada abad XX di panggung politik internasional tumbuh
kesadaran akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang dipelopori Joze Rizal,
kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun Indonesia diawali dengan berdirinya
Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo pada 20 Mei 1908. Kemudian
berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan
oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Sejak itu perjuangan nasional
Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan nasional diteruskan
dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu
bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia.
b. Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan
belaka, sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10
Maret 1940. Kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang
pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan
dengan ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia, janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa
Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati
dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang
bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi
Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman
Widyodiningrat, yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada siding BPUPKI adalah
membahas tentang dasar negara.
c. Kronologi Perumusan Pancasila, Naskah Proklamasi dan Pembacaan
Teks Proklamasi
_ Tanggal Peristiwa 29 Mei 1945 Perumusan materi Pancasila oleh Mr. M. Yamin
(sidang I BPUPKI)
_ 31 Mei 1945 (sidang I BPUPKI)
_ 1 Juni 1945 (sidang I BPUPKI)
_ 22 Juni 1945 10 - 16 Juni 1945 (sidang II PUPKI) 16 Agustus 1945 Jam 04.30
Perumusan materi Pancasila oleh Mr. Supomo Ir. Soekarno pertama kali
mengusulkan nama/istilah Pancasila untuk dasar Negara Indonesia. Beliau
mengatakan bahwa nama Pancasila itu atas petunjuk teman kita ahli bahasa.
Piagam Jakarta disusun oleh Panitia Kecil yang terdiri 9 orang yaitu : M.Hatta,
A.Soebardjo, A.A.Maramis, Soekarno, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasjim,
Abikusno Tjokrosujoso, A.Salim, M. Yamin.
_ Dibentuk Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Soekarno dan
beranggotakan 19 orang yaitu: Soekarno, AA. Maramis, Otto Iskandardinata,
Purbojo, A. Salim, A. Soebardjo, Soepomo, Maria Ulfah Santoso, Wachid
Hasjim, Parada Harahap, J.Latuharary, Susanto Tirtoprodjo, Sartono,
BAB II Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan | 12
Wongsonegoro, Wuryaningrat, RP. Singgih, Tan Eng Hoat, Hoesein
Djajadiningrat, Sukiman.
_ Panitia Perancang UUD kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD
yang beranggotakan 7 orang yaitu : Soepomo, Wongsonegoro, Soebardjo, AA.
Maramis, RP.Singgih, A.Salim, Sukiman.
_ Dibentuk Panitia Penghalus Bahasa, terdiri dari Soepomo dan Hosein
Djajadiningrat.
_ Perumusan terakhir materi Pancasila disahkan Jam 18.00 Jam 23.30 17
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai
bagian dari Pembukaan UUD 1945.
_ Pengamanan (“penculikan”) Ir. Soekarno dan Drs.Moh.
Hatta ke Rengasdengklok oleh tokoh-tokoh pemuda dengan tujuan
menghindari pengaruh dan siasat Jepang dan mendesak bangsa Indonesia
harus segera merdeka. Tokoh pemuda terdiri : Sukarni, Winoto Danu Asmoro,
Abdulrochman dan Yusuf Kunto. Rombongan yang terdiri dari Mr.
A.Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto tiba di Rengasdengklok dengan tujuan
untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
Rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta langsung menuju rumah
Laksamana Maeda di jln. Imam Bonjol no. 1. Di tempat ini tokoh-tokoh bangsa
Indonesia berkumpul untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Teks versi terakhir proklamasi yang telah diketik ditandatangani
oleh Ir. Soekarno dan Drs.Moh Hatta.
Pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56
(sekarang gedung Pola). Sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan
keputusan sebagai berikut :
a. mengesahkan berlakunya UUD 1945
b. memilih Presiden dan Wakil Presiden
c. menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai
badan musyawarah darurat. Pembentukan KNIP dalam masa transisi dari
pemerintah jajahan kepada pemerintah nasional seperti yang diatur dalam
pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945
Era BPUPKI
Badan yang diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945 ini ditugaskan untuk mempelajari hal-hal
yang dibutuhkan oleh negara yang baru merdeka. Badan ini semula terdiri atas 63 anggota, di
Ketuai oleh Dr. Radjiman Wediodinigrat, Wakil Ketua I: Ichibangase (warga negera Jepang) dan
Wakil Ketua II: R. Pandji Suroso. sidang
Ir. Soekarno BPUPKI yang pertama, 29 Mei sampai 1 Juni 1945,
Pada hari terakhir di sidang yang pertama itu, Dr. Radjiman Wediodiningrat membentuk
panitia delapan untuk memeriksa semua usulan lisan dan tertulis. Panitia delapan diketuai oleh
Ir. Soekarno. Panitia ini bekerja ketika BPUPKI sedang reses. Lalu, ketua panitia delapan, Ir.
Soekarno mengumpulkan 38 orang anggota BPUPKI untuk membicarakan berbagai masalah
mengenai dasar negara tersebut.
Pada sidang BPUPKI kedua, 10 sampai 17 Juli 1945, panitia sembilan dan ketigapuluh
delapan anggota lainnya memberikan hasil kegiatannya selama masa reses. Ketika itu
dibentuklah Panitia Perancang Undang-undang Dasar tanggal 10 Juli 1945, dan Ir.Soekarno
ditugaskan menjadi pemimpinnya. Panitia Perancang UUD ini bermusyawarah dan
menghasilkan persetujuan tentang isi rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
diambil dari Piagam Jakarta. Akhirnya pada tanggal 7 Agustus 1945, tugas BPUPKI disepakati
selesai. Badan ini pun dibubarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang. BPUPKI digantikan
dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Era PPKI
PPKI beranggotakan 24 orang yang dianggap mewakili seluruh lapisan masyarakat
Indonesia di zaman itu. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Mohammad Hatta
sebagai wakilnya. Ketika itu Marsekal Terauchi, seorang panglima Tentara Jepang, adalah orang
yang mengesahkan PPKI di Dalat Vietnam, pada tanggal 9 Agustus 1945.
Lalu, pada tanggal 18 Agustus 1945 diadakan pembahasan untuk menentukan dasar
negara Republik Indonesia. Sidang yang diadakan oleh PPKI itu menyepakati bahwa Pancasila
dan Undangundang Dasar 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia. Pancasila hasil
pengesahan ini telah mengalami perubahan seperti pada sila pertama yang tadinya berbunyi
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.[2]
Selain Pancasila, dasar negara Republik Indonesia adalah Undang-undang Dasar 1945
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah dasar hukum di Indonesia. UUD 1945 memiliki
dua bagian, Pembukaan dan Batang Tubuh. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum perumusan
Pancasila. Sedangkan pada Batang Tubuh terdiri dari 37 pasal, 1 aturan peralihan yang terdiri
atas 4 pasal, dan 1 aturan tambahan yang terdiri atas 2 pasal.
Menurut UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1 bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk Republik. Sistem pemerintahan pada negara yang berbentuk republik dijalankan oleh
Presiden. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi setelah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Lembaga negara ini memiliki kekuasaan tertinggi yaitu
mengangkat Presiden dan Wakilnya. Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan
dipilih dari dan oleh rakyat melalui Pemilihan Langsung.
Bangsa Indonesia telah menempuh perjuangan panjang untuk meraih kemerdekaannya.
350 tahun penjajahan Belanda dan 3,5 tahun dijajah Jepang memberikan banyak pelajaran
berharga akan arti pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Politik adu domba Belanda yang dipergunakan untuk memecah belah bangsa Indonesia
mampu mematahkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Belanda selalu berhasil membungkam
perlawanan para pejuang di berbagai wilayah Indonesia karena ketika itu kita belum bersatu.
Perjuangan kemerdekaan masih bersifat kedaerahan.Ketika perjuangan itu diwujudkan dengan
saling bersatu padu dan terorganisir maka kemerdekaan bukan sebuah impian belaka. Kesadaran
akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa mampu mewujudkan lahirnya negara merdeka
yang telah lama dicita-citakan ini. Oleh karena itulah negara kita yang terdiri dari lautan dan
kepulauan serta beragam suku bangsa ini menjadi negara kesatuan.
Indonesia baru merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Hari kemerdekaan itu juga
menandakan hari lahirnya bangsa dan negara Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno, beliau pun lalu menjadi presiden pertama Republik
Indonesia, dan ditandatangani pula oleh Drs. Moh. Hatta, sang wakil presiden kemudian. Naskah
proklamasi diketik oleh Sayuti Malik. Pembacaan teks proklamasi tersebut bertempat di
kediaman Ir. Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta.[3]
Proklamasi Kemerdekaan
Sumber: google/images
Sejarah bangsa ini pun dapat menjadi acuan untuk segenap bangsa Indonesia agar
senantiasa menjaga keutuhan negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dengan
Bhinneka Tunggal Ika (Berbedabeda tetapi satu jua), Sumpah Pemuda dan budaya rakyat
Indonesia yang memiliki toleransi tinggi dapat menjadi contoh agar bangsa Indonesia tetap
bersatu.Meski pun sudah menjadi tanggung jawab pemerintah dan aparat negara untuk
mengamankan keutuhan negara Republik Indonesia, namun sebagai warga negara kita juga
bertanggung jawab menjaga keutuhan negara tercinta ini.
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan.