Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARMAKOTERAPI II

RESUME FARMAKOTERAPI PENYAKIT

SINUSITIS DAN FARINGITIS

OLEH :

NAMA : SELLY PUTRI SALIKIN


NIM : 17.01.441
KELAS : TRANSFER D

PROGRAM STRATA SATU FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2018
Faringitis

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan


oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain
(Kemenkes RI, 2013). Faringitis, atau sakit tenggorokan, adalah
manifestasi infeksi Streptococcus pyogenes yang paling umum. Sakit
tenggorokan adalah keluhan yang sering diajukan untuk kunjungan medis
rawat jalan, dan infeksi S. pyogenes didiagnosis pada 20 sampai 40%
kasus faringitis pada anak-anak dan 5 sampai 15% pada orang dewasa
(Shaikh et al, 2010).

Kejadian tertinggi faringitis S. pyogenes terjadi pada anak-anak


berusia 5 sampai 15 tahun. Infeksi lebih sering terjadi pada musim dingin
dan musim semi di daerah beriklim sedang. Wabah dapat terjadi di rumah
tangga, sekolah, fasilitas militer, dan tempat lain di mana terdapat kontak
manusia-ke-manusia yang dekat. Penularan diperkirakan terjadi terutama
oleh tetesan besar dari sekresi pernapasan, Susu yang tidak
dipasteurisasi dan makanan yang terkontaminasi juga menjadi sumber
beberapa wabah S. pyogenes yang terdokumentasi dengan baik (Kemble
et al, 2013).

Gejala klinik dari faringitis ditandai dengan demam (seringkali lebih


besar dari 39 ° C), malaise, dan sakit tenggorokan. Nyeri saat menelan,
edema amandel dan faring posterior, yang dapat ditutupi eksudat putih
atau kekuning-kuningan. Sakit perut dan muntah sering terjadi, terutama
pada anak yang lebih muda. Tanpa pengobatan, sakit tenggorokan
biasanya sembuh dalam 3 sampai 6 hari, dan demam akan hilang dalam
waktu 1 minggu. Meskipun resolusi gejala, kultur tenggorokan sering tetap
positif selama beberapa minggu karena tidak adanya pengobatan
antibiotik (Wessels, 2016).

Penisilin telah menjadi pengobatan utama untuk faringitis S.


pyogenes selama bertahun-tahun. Penisilin terus direkomendasikan
sebagai pengobatan lini pertama dalam pedoman praktik klinis karena
catatan keamanan dan khasiatnya, spektrum sempit, dan biaya yang
rendah.Dosis amoksisilin yang diberikan yaitu 50 mg/Kg sekali sehari (
max = 1000 mg) atau 25 mg/Kg dua kali sehari (max = 500mg) selama 10
hari. Sefalosporin dapat digunakan pada pasien dengan riwayat alergi
terhadap penisilin atau amoksisilin yang bukan tipe hipersensitivitas
langsung. Antibiotik Macrolide adalah alternatif tambahan, namun
resistensi terhadap ini relatif umum (Wessels, 2016). Selain antibiotik juga
diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis
karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan
berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama tiga hari dan pada
anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi tiga kali pemberian selama tiga hari
(Kemenkes RI,2014).
Sinusitis

Sinusitis (rhinosinusitis) adalah peradangan lapisan membran dari


satu atau lebih sinus. Sinusitis juga disebut sebagai rhinosinusitis karena
radang mukosa hidung umumnya menyertai sinusitis .Penyakit ini
umumnya terjadi pada lebih dari 14% orang dewasa dan anak-anak dan
kecenderungan tinggi untuk menjadi kronis (Sukhbir K. Shahid, 2012).
Sinusitis diklasifikasikan menjadi sinusitis akut apabila infeksi yang
berlangsung selama 7-30 hari, sinusitis subakut apabila terjadi
peradangan yang berlangsung selama 4-12 minggu, sinusitis kronis
apabila gejala bertahan> 90 hari (ini mungkin disebabkan oleh perubahan
ireversibel pada lapisan mukosa sinus), dengan atau tanpa eksaserbasi
akut (Henderson R, 2014).

Rhinosinusitis biasanya dimulai dengan infeksi saluran napas


bagian atas akut yang bertahan lebih dari 7-10 hari dengan gejala demam,
malaise, iritabilitas, nyeri atau tekanan pada wajah, sakit kepala, batuk,
rinorrhea, nasal stuffiness , dan pengurangan atau hilangnya sensasi
penciuman (Sukhbir K. Shahid, 2012).

Terapi sinusitis akut (Henderson R, 2014) :

1. Mengurangi atau menghilangkan gejala meliputi:


 Paracetamol/ibuprofen untuk nyeri/demam
 Dekongestan intranasal (oral tidak disarankan untuk
sinusitis) maksimal seminggu.
 Irigasi hidung dengan larutan garam hangat.
 Warm face packs, yang dapat mengurangi rasa sakit.
 Cairan dan istirahat yang cukup.
2. Antibiotik digunakan untuk infeksi berat atau berkepanjangan (> 5
hari). Jika menggunakan antibiotik, ada beberapa panduan yang
tersedia untuk diikuti:
 Lini pertama: Amoksisilin (500 mg tiga kali sehari, selama
tujuh hari) atau 1 g tiga kali sehari jika berat. Alternatifnya
adalah doksisiklin ( 100mg dua kali sehari, selama tujuh hari
- tidak pada anak-anak berusia <12 tahun atau wanita hamil)
atau klaritromisin (250 mg- 500 mg dua kali sehari, selama
tujuh hari), atau eritromisin.
 Lini kedua: Co-amoxiclav (500/125 mg tiga kali sehari,
selama tujuh hari) atau azitromisin selama tiga hari (jika
alergi penisilin).
Terapi sinusitis kronik (Henderson, 2015) :

1. Steroid diaplikasikan pada lapisan hidung dengan semprotan


(seperti semprotan nasal beclometason) atau tetes dianjurkan
untuk semua jenis sinusitis kronis karena membantu mengurangi
peradangan.
2. Prolonged antibiotik (3-4 minggu) terkadang membantu namun
paling baik diresepkan setelah pemeriksaan penuh oleh spesialis
Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
3. Obat antijamur diperlukan jika terdapat infeksi jamur sinus (jarang).
Daftar pustaka

Sukhbir K. Sahid. 2012. Rhinosinusitis in Children. ISRN Otolaryngology .


Vol 2012 . DOI : 10.5402/2012/85131.

Henderson, R. 2014. Sinusitis . Available at :


https://patient.info/doctor/sinusitis-pro

Henderson, R. 2015. Chronic sinusiis. Available at :


https://patient.info/health/chronic-sinusitis

Michael Wessel. 2016. Pharyngitis and Scarlet Fever. Streptococcus


pyogenes : Basic Biology to Clinical Manifestations. Available at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK333418/

Kemble S. K., Westbrook A., Lynfield R., Bogard A., Koktavy N., Lappi V.,
et al. Foodborne outbreak of group a streptococcus pharyngitis
associated with a high school dance team banquet--Minnesota,
2012. Clinical Infectious Diseases. 2013;57(5):648–654

Shaikh N., Leonard E., Martin J. M. Prevalence of streptococcal


pharyngitis and streptococcal carriage in children: a meta-
analysis. Pediatrics. 2010;126(3):e557–e564

Anda mungkin juga menyukai