Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN


“PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK (dendrobium sp) DENGAN
METODE KULTUR BIJI ”

Disusun Oleh:

Nama : Syamsuddin B

Nim : 1514141004

Kelas : Biologi

Kelompok : III (Tiga)

Asisten : Yusnaeni Yusuf S.Si, M.Sc

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum genetika dengan judul “Perbanyakan


Tanaman Anggrek (Dendrobium sp) Dengan Metode Kultur biji yang disusun
oleh :
Nama : Syamsuddin B
Nim : 1514141004
Kelas : Biologi
Kelompok : III
telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten dan / Koordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2017


Koordinator Asisten, Asisten,

Yusnaeni Yusuf S.Si, M.Sc Yusnaeni Yusuf S.Si, M.Sc

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Alimuddin Ali, S.Si, M.Si


NIP. 1969 1231 997 02 1001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan metode konvensional dalam
medium tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis
baik lingkungan maupun waktu ebagai contoh perbanyakan tanaman dengan
menggunakan biji memerlukan waktu yang relatif lama dan seringkali
hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga sering muncul
adalah gangguan alam baik yang disebabkan oleh jasad hidup misalnya hama dan
penyakit maupun factor lingkungan yang dapat menggangu keberhasilan
perbanyakan tanaman di lapangan. Kebutuhan akan bibit tanaman dalam jumlah
besar, berkualitas, bebas hama dan penyakit serta harus tersedia dalam
waktu singkat seringkali tidak dapat dipenuhid engan menggunakan metode
konvensional baik secara generatif maupun vegetative.
Pada tahun 1901 yang dijadikan sebagai acuan dalam kultur jaringan yaitu
konsep dari Morgan mengemukakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan
untuk berkembang menjadi suatu jasad hidup yang lengkap melalui proses regener
asi. Kemampuan ini oleh morgan disebut sebagai totipotensi “ totipotency”. Konsep
totipoteni
itersebut mempunyai makna sangat penting dalam bidang kultur jaringan
Istilah kultur jaringan mengacu pada teknik untukmenumbuhkan jasad multi
seluler dalam medium padat maupun air menggunakan jaringan yang diambil dari
jasad tersebut. Teknik kulttur hjaringan tersebut dilakukan sebagai alternative
perbanyakan tanaman menggunakan media tanah melainkan dalam medium buatan
berupa tabung. Teknik kultur jaringan sekarang telah berkembang luas sehingga
bagian tanaman yang digunakan sebagai alat perbanyakan tidak hanya berupa
jaringan melainkan juga dalam bentuk sel sehingga juga dikenal teknik kultur sel.
Anggrek merupakan salah satu anggota family Orchidaceae yang dapat
dijumpai hampir diseluruh belahan dunia terutama daerah tropis mulai dari dataran
rendah hingga tinggi, bahkan sampai ke daerah perbatasan pegunungan bersalju.
Bermacam variasi bentuk, warna, bau, dan ukuran dengan cirri-ciri yang unik
menjadi daya tarik anggrek yang dikenal sebagai tanaman hias berbunga indah.
Contonya adalah Arundina graminifolia, Bulbophylum binnendijkii, Calanthe sp.,
Paphilopedilum sp., dan lain sebagainya. Anggrek merupakan salah satu tanaman
yang mempunyai kecepatan tumbuh lambat dan berbeda-beda. Hal ini sangat
berpengaruh jika yang menjadi tujuan pemeliharaan adalah memproduksi bunga.
Tanaman anggrek mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman
hias lainnya. Pertumbuhan anggrek, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, batang,
daun, dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan primordial bunga, buah,
dan biji) tidak hanya ditentukan oleh faktor genetic, tetapi juga oleh faktor iklim
dan faktor pemeliharaan.
Pada dasarnya tanaman anggrek merupakan tanaman yang sulit untuk
melakukan penyerbukan sendiri, sehingga perkembang biakannya pun cukup sulit.
Selain itu, biji yang kecil, tidak mengandung cadangan makanan dan kulit yang
sangat keras serta tebal membuat tanaman anggrek sulit ditumbuhkan tanpa bantuan
manusia, kecuali anggrek yang tumbuh liar di hutan. Untuk mengatasi hal tersebut
dan menumbuhkan anggrek secara masal, maka tindakan yang bisa dilakukan
adalah dengan mengawinkan anaman anggrek (dapat sekaligus memperoleh
varietas persilangan yang baru). Perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan
dengan cara perkecambahan biji secara in-vitro sehingga hasil yang diperoleh tidak
seragam dan menghasilkan warna bunga yang beragam.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas maka diadakanlah praktikum mengenai
kultur jaringan biji anggrek dengan tujuan untuk mengetahui teknik kultur jaringan
tumbuhan dengan menggunakan kultur biji. Kultur jaringan tanaman merupakan
teknik budidaya "perbanyakan” sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu
lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari
mikroorganisme.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah terhindar dari kontaminasi
sehingga mendapatkan hasil pertumbuhan eksplan yang lebih maksimal.

C. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Rabu/1 November 2017
Selasa/ 31 November 2017
Pukul : 13.00-15.10 WITA
Tempat : Laboratorium Lt. II Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Eksplan adalah bagian dari tanaman induk yang akan diambil dan
ditanamkan kedalam media tanam. Eksplan dapat diambil dari berbagai bagian tari
tubuh tanaman, tetapi sebaiknya dipilih bagian yang mempunyai sifat tumbuh
cukup baik. Eksplan dapat diambil dengan cara dipotong bagian tanaman
tersebut.(Muchroji dan cahyana, 2008).
Menurut (Muchroji dan cahyana,2008), Sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pembuatan bibit yaitu:
1. Autoklaf
Alat ini digunakan untuk melakukan sterelisasi media.
2. Laminar Air Flow
Alat ini digunakan untuk melakukan inokulasi atau penanaman secara
aseptis. Jika alat tersebut tidak tersedia maka dapat digunakan kotak
inokulasi atau inkas.
3. Disecting Ser
Seperangkat alat ini digunakan untuk pekerjaan pembuatan eksplan
yaitu dengan menyayat dan memotong eksplan.
Eksplan yang digunakan untuk kultur jaringan adalah umbi akarnya, dan
lebih baik jika memakai jaringan cambium dan sekitarnya yang diambil dari
lapangan jauh lebih baik daripada yang dibeli dipasar. Penanaman eksplan
dilakukan secara aseptis dengan menggunakan pinset. Potongan-p[optongan kecil
daun dan diletakkan dalam medium MS padat. Selanjutnya botol-botol ditutup
kembali dengan aluminium foil dan dismipan dalam ruang inkubasi dengan
temperature 24 derjat celcius.( Hendaryono dan wijayani, 1994).
Sifat totipotensi merupakan potensi pada setiap sel penyusun jaringan
dewasa untuk mengadakanpembelahan dan membentuk individu baru. Sel-sel
pebyusun jaringan dewasa ( sel somatic) yang berada dibawah ransangan tertentu
memiliki potensi untuk mengadakan pembelahan (embrionik) membentu kalus
((sel-sel hasil pembelahan suatu struktur yang tidak beraturan).(Kamara,2006).
Indonesia mempunyai banyak jenis tumbuhan termasuk tumbuhan epifit.
Salah satunya adalah jenis anggrek yang diperkirakan jumlah anggrek spesies lebih
dari 5000 spesies. Indonesia yang kaya dengan tanaman anggrek sangat
menguntungkan karena ditunjang oleh kecocokan iklim dan banyaknya jenis
anggrek yang potensial. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kekayaan
plasma nutfah anggrek terbesar kedua setelah Brasil. Banyak di antara spesies
anggrek itu yang merupakan anggrek endemic Indonesia.( Isda dan Fatonah, 2014)
Potensi Indonesia dalam tanaman anggrek mempunyai harapan baik, karena
ditunjang oleh kecocokan iklim dan banyaknya jenis anggrek bermutu sudah
terbukti, anggrek Indonesia merupakan bahan induk yang. Anggrek dalam
penggolongan taksonomi termasuk Orchidaceae. Famili ini terdiri dari 800 genus
yang beberapa diantaranya hampir punah. Salah satu anggrek yang hampir punah
adalah dari genus Grammatophyllum. Jenis Grammatophyllum yang ada di
Indonesia termasuk Riau adalah anggrek tebu (G. speciosum), anggrek sendu (G.
stapeliaeflorum), anggrek macan (G. scriptum) dan beberapa varian yang ada di
alam.( Isda dan Fatonah, 2014)
Salah satu jenis anggrek yang banyak diminati adalah jenis Dendrobium,
selain memiliki bentuk unik dan warna yang menarik menurut Widiastoet y, dkk
(2010) anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena
memiliki kesegaran yang relative lama, warna dan bentuk bunganya bervariasi,
tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi.
Perbanyakan anggrek dengan cara vegetative konvensional,seperti melalui
biji,stek,okulasi,dan cangkok memiliki kelemahan berupa terbatasnya bibit
tanaman yang dihasilkan serta membutuhkan waktu yang lama untuk
memperoleh anakan baru (Muslimin dkk , 2012).
Grammatophyllum scriptum merupakan anggrek yang hampir punah dan
langka. G. scriptum menghadapi ancaman serius dari perburuan tanaman anggrek
dan kerusakan habitat. G. scriptum terkenal sebagai anggrek macan. Hal ini
dikarenakan mempunyai warna dasar hijau dengan totol–totol coklat yang mirip
warna macan. Anggrek ini mempunyai keunggulan yaitu habitusnya yang tegap dan
kuat, jumlah bunga yang sangat banyak yaitu 25-50 dan waktu berbunga cukup
lama, bunga tahan lama dan tidak mudah layu (Wijayani et al., 2007). Di antara
varietas dari G. scriptum yang ditemukan adalah G. scriptum var. tigrinum dan G.
scriptum var. citrinum. Pada G. scriptum var. tigrinum mempunyai sepal dan petal
bercakbercak besar dan rapat serta tidak teratur berwarna coklat. G. scriptum var.
citrinum panjang bunga dapat mencapai 22 meter dengan ukuran bunga 5-8 cm
dengan petal dan sepal bewarna hijau. Sampai saat ini di Indonesia termasuk Riau
belum banyak laporan atau penelitian tentang anggrek macan ini terutama
Grammatophyllum scriptum var. citrinum.(Isda dan Fatonah, 2014)
Perbanyakan secara konvensional sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan
bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif cepat. Mungkin hal inilah yang
mendasari spesies anggrek ini menjadi salah satu plasma nutfah
yang dilindungi. Selain itu informasi dan laporan hasil penelitian mengenai spesies
dan varian anggrek Grammatophyllum masih jarang sehingga perlu penelitian lebih
lanjut. Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk
pemecahan masalah itu adalah dengan menggunakan metode kultur in vitro yang
dikenal dengan metode kultur jaringan sehingga pemenuhan kebutuhan bibit
tanaman anggrek akan dapat dihasilkan dengan jumlah banyak.
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam
jumlah banyak, waktu yang relatif singkat, mempunyai sifat fisiologis dan
morfologi sama persis dengan tanaman induknya. Dari teknik in vitro ini
diharapkan dapat diperoleh tanaman baru yang bersifat unggul
(Hendaryono & Wijayani, 1994).
Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan
tanaman anggrek Grammatophyllum scriptum var. citrinum dalam jumlah yang
banyak. Pengakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan
planlet untuk mikropropagasi secara in vitro. Media MS (Murashige and Skoog)
merupakan media yang banyak digunakan dalam kultur in vitro. Tujuan penelitian
ini adalah mempelajari pengaruh NAA dan BAP pada berbagai konsentrasi
terhadap kemampuan induksi akar dari eksplan Grammatophyllum scriptum var.
citrinum.( Isda dan Fatonah, 2014).
Perbanyakan tanaman anggur dapat dilakukan dengan menggunakan organ
batang dan biji. Namun, pada penelitian ini dilakukan kulturdengan cara diinisiasi
kalus dari bagian tanaman anggur hijau (V. vinifera L.) yaitu daun sebagai eksplan.
Tanaman anggur yang digunakan adalah kultivar hijau yang merupakan jenis
anggur buah yang mudah diperoleh di daerah Palu Sulawesi Tengah sehingga
mudah dalam mendapatkan eksplan.Selain itu penelitian tentang kalus dengan
menggunakan daun anggur belum ada yang melakukan sebelumnya. Adapun
penggunaan hormon 2,4-D (asam dikloropenoksi asetat),karenahormon ini
merupakan hormon golongan auksin yang dikenal mampu menginduksi kalus
(Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Metode sterilisasi memberikan pengaruh penting bagi keberhasilan hidup
eksplan secara in vitro. Diduga sterilisasi yang dilakukan pada penelitian ini
tidak mengakibatkan kematian eksplan. Yusnita (2004) menyatakan
pengulangan sterilisasi eksplan dalam larutan Na-hipoklorit dengan konsentrasi
yang lebih rendah dapat mengurangi tingkat kontaminan dari bagian permukaan
eksplan. Larutan hipoklorit (natrium maupun kalsium) terbukti efektif untuk
sterilisasi sebagian tanaman .( Isda dan Fatonah, 2014).
Dwiyani et al. (2009) menyatakan bahwa stadium perkembangan embrio
biji anggrek dibagi menjadi 6 yaitu stadium 1 (embrio dalam biji anggrek sebelum
ditanam), stadium 2 (embrio membengkak/ swollen, masih dengan testa),
stadium 3 (testa terlepas, embrio berkembang menjadi protokorm warna putih
bentuk bulat), stadium 4 (protokorm berubah menjadi warna kuning, bentuk
bulat), stadium 5 (protokorm warna hijau, bentuk bulat), stadium 6 (protokorm
warna hijau, bentuk memanjang, Shoot Apical Meristem/SAM muncul) .
( Isda dan Fatonah, 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Botol kultur 3
buah,Gunting, Bunsen, LAF, Pinset, Botol semprot .

B. Bahan
Bahan yang diguanakan pada praktikum ini adalah Biji anggrek, Alkohol
70%, Sunlight, Wrap, Medium pupuk Growmore 1,5 mg dan Gandasil, Korek,
Tissue, Label.

C. Prosedur Kerja
1. Membersihkan LAF terlebih dahulu dengan menyemprotkan alkohol
didalamnya
2. Menyalakan spritus didalam LAF
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai saat menanam
4. Merendam gunting dan pinset kedalam alkohol 70%
5. Mencuci Anggrek dengan sunlight jika menginginkannya steril bila perlu
disikat
6. Membilas dengan air bersih diluar LAF dan menyisihkannya pada wadah
dengan menyemprotkannya dengan alkohol.
7. Mencelupkan biji anggrek ke dalam Alkohol 70 % di dalam LAF
8. Membakar biji anggrek tersebut diatas api bunsen kurang lebih 30 detik
dan memotongnya melintang diatas capet
9. Memasukkan biji anggrek pada botol medium yang telah disiapkan
10. Memfiksasi mulut botol didekat api bunsen
11. Menutup kembali botol medium menggunakan plastik wrap.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

NO Gambar Keterangan

Hari ke-6 (06/11/2017)


Medium Gandasil 2g
Suhu: 16 OC
1
Terjadi kontaminasi pada
medium

B. Pembahasan
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman
dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam
keadaan steril. Dalam melakukan proses kultur jaringan ada beberapa langkah yang
harus dilakukan diantaranya adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai hal ini
penting karena menyangkut materi yang akan digunakan. Setelah mengetahui
tujuan yang aingin dicapai langkah yang dilakukan berikutnya adalah menentukan
medium yang akan digunakan.
Proses kultur jaringan tidak bisa dilakukan di tempat yang sembarangan,
akan tetapi dilaksanakan pada laboratorium tertentu. Proses penyimpanan eksplan
dilakukan di dalam ruang penabur. Dimana ruang penabur merupakan kunci
keberhasilan budidaya in-vitro. Didalam ruangan ini semua dilakukan dengan steril,
dan pengawasan kesterilan di ruang penabur tersebut sangat ketat.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan pada kultur jaringan,
dimulai dengan sterilisasi alat yang akan digunakan sehari sebelum pelaksanaan
praktikum agar alat steril dan tidak terjadi kontaminasi pada saat melakukan
praktikum kultur jaringan. Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Karena kondisi yang seteril akan menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan
kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak steril, maka akan mudah terkena
kontaminasi sehingga kemampuan ttipotensi sel akan terhambat.
.Pada praktikum kultur biji anggrek ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang bebas dari kontaminasi sehingga kita mendapat kan hasil yang lebih optimal.
Media yang digunakan adalah pupuk daun yaitu pupuk GrowMore dan Gandasil
dalam praktikum ini digunakan sebagai bahan dasar media tanam bagi
pertumbuhan biji anggrek, adapun komposisi yang digunakan dalam medium
tersebut adalah pupuk growmore 2 g dan gandasil , air kelapa 150 ml, sukrosa 6g,
aga-agar. Dimana kandungan bahan organik pada GrowMore cukup baik untuk
induksi pertumbuhan tanaman sedangkan pada pupuk gandasil bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan tunas baru. Pupuk jenis ini cukup berpengaruh pada
jumlah tunas dan jumlah daun suatu tanaman.
Penambahan air kelapa bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap
pertumbuhan biji anggrek itu sendiri . Hal ini dikarenakan di dalam air kelapa
terdapat kandungan bahan organik dan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin.
Selain itu, air kelapa berperan dalam mendorong pertumbuhan tanaman,
pertumbuhan akar, meningkatkan efisiensi penggunaan unsure Nitrogen,
meningkatkan tekanan osmotik dan kapasitas buffer media. GrowMore,Gandasil
dan air kelapa mudah didapat di pasaran dan harganya tergolong murah
sehinggadapat digunakan sebagai media alternatif dalam menghasilkan bibit
tanaman krisan untuk skala produksi dan untuk pengembangan krisan komersial.
Pengamatan pada praktikum ini dilakukan 4 kali pengamatan yaitu hari ke-0,
hari ke-3 dan hari ke-6. Pada hari ke-0, pengamatan pada saat setelah penanaman,
pada botol I dan botol II posisi eksplan tertanaman dengan baik. Dimana kondisi
botol tidak terjadi perubahan. Pada hari ke-3 kedua botol sub kultur belum
mengalami kontaminasi. Dimana kondisi sekitar botol yaitu menunjukkan
mediumnya berair atau basah. Pada hari ke-6, Dimana kondisi sekitar botol terjadi
kontaminasi yang disebabkan oleh Jamur dimana ditandai dengan berlendirnya
medium dan munculnya benang-benang halus yang berwarna putih yang
merupakan miselium jamur. jamur dapat menginfeksi jaringan secara sistematik
sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan jaringan pada eksplan mati. kondisi
tersebut mengakibatkan eksplan tidak dapat diselamatkan dengan cara
memindahkan kemedium baru.
Faktor penyebab terjadinya kontaminasi pada media yaitu bisa disebabkan oleh
beberapa factor baik itu dari kondisi lungkungan sekitar maupu praktikan yang
kurang teliti, kurang bersih dan tidak aseptik, hal-hal tersebut seperti Media steril
yang sudah di autocleove yang di simpan selama beberapa hari, Kondisi tempat
botol yang terbuka dan kurang steril, alat dan bahan yang digunakan kurang steril
serta proses pengerjaan yang masih kurang aseptic.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kultur biji pada anggrek memiliki peluang kontaminasi yang tinggi oleh karena
itu mulai dari tahap sterelisasi sampai penanaman pada medium harus dalam
kondisi aseptic. Brdasarkan pada hasil, tidak ada kultur anggrek yang berhasil
tumbuh dan pada umumnya mulai terkontamisasi paa hari keenam
DAFTAR PUSTAKA

Hendaryono, Daisy dan wijayani Ari . 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta :
Kanisius
Kamara, Oman.2006.Biologi.Bandung:Grafindo Media Pratama
Muchroji dan Cahyana. Y.A.2008. Budidaya Jamur Kuping.Jakarta:Penebar
Swadaya
Isda,Mayta novaliza.,Siti Fatonah. 2014. Induksi Akar Pada Eksplan Tunas
Anggrek Grammatophylum scriptum var. citrinum Secara In Vitro Pada
Media MS Dengan Penambahan NAA DAN BAP.Jurnal Biologi Vol. 7
No. 2
Muslimin.,dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Air Kelapa Dan Berbagai Konsentrasi
Hormon 2,4-D Pada Medium Ms Dalam Menginduksi Kalus Tanaman
Anggur Hijau (Vitis vinifera L.). Jurnal Natural Science.Vol. 1.(1) : 53-62

Anda mungkin juga menyukai