Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Nurhayati 1010313096
Preseptor :
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
- Nama : Tn. A
- Usia : 64 tahun
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Agama : Islam
Anamnesa
Seorang pasien laki – laki berusia 64 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Dr M
Keluhan Utama :
- Penglihatan mata kiri kabur dan tidak disertai rasa nyeri sejak 2 bulan
yang lalu.
mata untuk kontrol mata kanan sekaligus memeriksakan mata kiri pasien.
STATUS OFTALMIKUS OD OS
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (+)↓, Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-), folikel
folikel (-), sikatrik (-) (-), sikatrik (-)
epitelisasi
mm
- Media Keruh
Diagnosis Kerja :
Definisi
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu
katarak insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak
insipient merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan
gangguan visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian
lensa sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian
lensa. Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Kekeruhan pada
katarak imatur utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa.
Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan
dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,2
Epidemiologi Katarak senilis
Menurut WHO, katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan
dan kebutaan di seluruh dunia. Gangguan penglihatan dan katarak terkait usia
telah menjadi faktor risiko independen terhadap peningkatan mortalitas pada
orang tua. Pada 2002, WHO memperkirakan katarak telah mengakibatkan lebih
dari 17 juta (47,8%) kebutaan di seluruh dunia, dan diperkirakan akan mencapai
40 juta pada 2020.3
Katarak Senilis dilaporkan telah diderita lebih dari 90% individu berusia 70
tahun. Penelitian The Beaver Dam Eye melaporkan 38,8% laki-laki dan 45,9%
perempuan berusia lebih dari 74 tahun telah menderita katarak. Katarak biasanya
menyerang kedua mata, nammun hampir pada semua kasus satu mata lebih dahulu
terkena dibanding mata lainnya.3,4
Katarak nuklear3
Penyebaran sinar yang berlebihan dan penguningan lensa disebut sebagai
katarak nuclear, yang menyebabkan opasitas sentral. Dokter spesialis mata dapat
menilai derajat peningkatan warna dan kekeruhan menggunakan biomikroskop slit
lamp dan menilai reflek merah dengan dilatasi pupil.
Progresivitas katarak nuclear biasanya berjalan lambat. Katarak nuclear
menyebabkan gangguan yang lebih parah pada penglihatan jauh daripada dekat.
Pada tahap awal, pengerasan pada nukleus lensa menyebabkan peningkatan
indeks refraksi lensa sehingga terjadi keadaan myopia. Pada mata yang
hipermetrop, perubahan myopia menyebabkan indvidu yang presbyopia dapat
membaca tanpa kacamata, suatu kondisi yang siebut sebagai second sight.
Kadang-kadang, perubahan secara tiba-tiba indeks refraksi antara nukelus
sklerotik (atau kekeruhan lensa) dan korteks lensa dapat menyebabkan diplopia
monocular. Pada kasus yang lanjut, nukleus menjadi opak dan coklat, disebut
katarak nuclear brunescent.
Gambar 2.3 A. katarak nuclear dilihat dengan diffuse illumination (A) dan dilihat
dengan slitlamp (B), C. Skema katarak nuklear
Katarak kortikal3
Berbeda dengan katarak nuclear, katarak kortikal dikaitkan dengan
gangguan lokal pada struktur sel serat lensa. Saat integritas membran terganggu,
metabolit penting hilang dari sel yang terkena. Kehilangan ini menyebabkan
oksidasi dan presipitasi protein yang berlebihan. Katarak kortikal biasannya
bilateral tapi sering juga asimetris. Efek pada fungsi penglihatn sangat bervariasi
tergantung pada lokasi kekeruhan yang mempengaruhi aksis visual. Gejala yang
sering pada katarak kortikal adalah silau saat melihat cahaya yang terang, seperti
lampu mobil. Diplopia monocular juga dapat terjadi. Katarak kortikal sangat
bervariasi dalam kecepatan progresivitasnya, beberapa kekeruhan kortikal tidak
berubah dalam waktu lama dan lainnya dapat berubah dengan cepat.
Tanda pertama terbentuknya katarak kortikal terlihat dengan biomkroskop
slit lamp berupa vakuola dan air pada korteks anterior atau posterior. Lamela
korteks dapat dipisahkan oleh cairan. Wedge-shape opasiti (sering disebut cortical
spokes atau cuneiform opacities) terbentuk di dekat perifer lensa, dengan ujung
opasitas mengarah ke tengah. Karena kekeruhan perifer terjadi pada sel serat yang
meluas dari sutura posterior atau anterior, hal ini hanya mempengaruhi region
ekuator sel serat.
Pada tahap awal katarak, sel yang terkena tetap jernih pada ujung anterior
dan posterior. Jari-jari kortikal muncul sebagai kekeruhan putih ketika dilihat
dengan biomikroskop slit lamp dan terlihat sebagai bayangan hitam saat diamati
dengan retroiluminasi. Opasitas wedge-shaped dapat menyebar ke sel serat yang
berdekatan dan sepanjang serat yang terkena, menyebabkan derajat kekeruhan
bertambah dan meluas ke aksis visual. Saat seluruh kortek dari kapsul hingga
nukleus manjadi putih dan opak, katarak menjadi matur. Pada opasitas yang
matur, lensa menyerap air dan bengkak menjadi suatu katarak kortikal yang
intumescent.
Saat material yang berdegenerasi dari korteks bocor melalui kapsul lensa,
kapsul yang ditinggalkan menjadi berkerut dan menyusut, katarak menjadi
hipermatur. Ketika pencairan lebih lanjut kortek membuat pergerakan nukleus
dengan bebas pada kantong kapsular, disebut sebagai katarak morgagnian.
Secara histologi, katarak kortikal dicirikan dengan pembengkakan lokal dan
gangguan pada sel serat lensa. Percikan dari material yang eosinofilik (globula
morgagnian) diamati pada slit lamp sperti ruang antara serat.
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
matur, dan hipermatur.
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.
Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium
ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang
lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan,
mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada
pemeriksaan uji bayangan iris atau sahdow test, maka akan terlihat bayangan iris
pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil
disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
5. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang
terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji
bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang
keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena
di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan
glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-
sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan
bola mata.
Gambar 2.5 A. Katarak kortikal matur, B. Skema Katarak kortikal matur4
Gambar 2.6 A. Katarak kortikal hipermatur, B. Skema katarak hipermatur
Manifestasi Klinis3
1. Penurunan ketajaman visual
Keluhan ini adalah keluhan katarak senilisyang paling umum. Tipe katarak
yang berbeda memiliki efek yang berbeda terhadap ketajaman penglihatan,
tergantung oleh jumlah cahaya yang masuk, ukuran pupil, dan derajat miopia.
Pada katarak subkapsular posterior, ketajaman penglihatan jarak dekat bisa sangat
terganggu akan tetapi penglihatan jarak jauh tidak mengalami gangguan. Akan
tetapi, pada katarak “oil droplet” yang terjadi myopic shift, penglihatan jarak jauh
jadi memburuk sementara penglihatan jarak dekat tetap baik. Gangguan
penglihatan warna juga bisa dirasakan oleh pasien, terutama jika lensa berubah
warna jadi kekuningan atau kecokelatan.
Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis harus ditanyakan manifestasi klinis, apakah simtomatis atau
tidak. Gejala-gejala umum dari katarak adalah: glare atau intoleransi terhadap
cahaya terang, poliopia uniokuler, halo berwarna, spot hitam di depan mata,
pandangan kabur atau berawan, dan kehilangan penglihatan.4 Penyakit intraokuler
lain yang dapat menyebabkan katarak juga harus ditanya untuk menentukan
katarak sekunder atau tidak.2 Perlu juga ditanyakan penyakit sistemik untuk
menentukan etiologi dari katarak seperti diabetes mellitus, galaktosemia,
hemodialisa, distrofi miotonik, riwayat trauma, dan penggunaan obat-obatan
tertentu yang dapat menyebabkan katarak toksik seperti steroid, klorpromazin,
agen miotik, dan lain-lain.6
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit katarak adalah
pemeriksaan visus, pemeriksaan glare dan contrast sensitivity test untuk
mengukur derajat gangguan penglihatan, pemeriksaan slit lamp, dan pengukuran
kekuatan intraocular lens (IOL).
Tatalaksana
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Tatalaksana
nonsurgikal dapat diberikan pada pasien yang tidak mau dioperasi atau ketika
pembedahan tidak bisa dilakukan. Tatalaksana nonsurgikal yang diberikan adalah
pembuatan kacamata untuk membantu penglihatan. Sementara, agen farmakologi
untuk mengatasi katarak masih dalam penelitian. Belum ada pengobatan yang
dapat menghentikan progresifitas atau mengembalikan lensa seperti semula pada
manusia. Aldose reduktase inhibitor melihatkan efek yang baik pada hewan coba,
akan tetapi tidak berefek pada manusia.3
Indikasi untuk pembedahan adalah keinginan pasien untuk memperbaiki
penglihatan guma meningkatkan kualitas hidup, glaukoma fagolitik, glaukoma
fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa ke anterior chamber.
Indikasi lain untuk pembedahan adalah katarak mengganggu pemeriksaan fundus
sehingga menghambat diagnosis dan tatalaksana penyakit mata lain seperti
retinopati diabetik, degenerasi makula, atau glaukoma. Indikasi operasi untuk
pasien dengan katarak monokuler adalah hilangnya stereopsis, penurunan
penglihatan perifer, glare, dan anisometropia simtomatik. Pada pasien dengan
katarak bilateral, operasi dilakukan pertama pada mata dengan katarak yang lebih
berat.3
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik
yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.2
1. Intracapsular cataract extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan subluksasio lensa dan dislokasi.
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama popular.2 Kontraindikasi absolut untuk tindakan ini
adalah anak-anak dan dewasa muda dan ruptur kapsular traumatika.
Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindroma Marfan, katarak hipermatur,
dan adanya vitreous di bilik depan mata.3
2. Extracapsular cataract extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan ECCE adalah pembuangan nukleus dan korteks lensa
melalui pembukaan kapsul anteriorlensa, dengan “capsular bag” yang tetap
tersisa di dalam lensa. Teknik ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan
ICCE oleh karena insisi lebih kecil, trauma ke endotel kornea lebih minimal,
astigmatisma lebih jarang teradi, insisi lebih aman dan stabil, dan karena kapsula
posterior tetap intak, risiko vitreous loss intraoperatif lebih kecil. ECCE juga
menjadi barrier antara aqueous dan vitreous, dapat meletakkan posisi IOL lebih
anatomis, dan menurunkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.3
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi adalah teknik yang menggunakan ultrasound untuk
memecah nukleus katarak dan mengemulsifikasi fragmen-fragmen ini.
Komplikasi lebih jarang terjadi, penyembuhan lebih cepat, dan rehabilitasi
penglihatan lebih baik dibandingkan yang membutuhkan insisi yang lebih besar.3
Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih
dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat.2
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS).
SICS adalah teknik ECCE yang dapat digunakan dengan menggunakan
insisi yang kecil. Teknik ini sering digunakan pada negara berkembang.
5. Implantasi Intraocular Lens (IOL).
Sebelum tahun 1949, pembedahan katarak menyebabkan afakia pada
pasien.3 Pada hampir semua ekstraksi katarak, selalu dilakukan implantasi IOL.
Mata dengan lensa dibuatan disebut dengan pseudophakia. Beberapa jenis dari
IOL adalah IOL monofokal, multifokal, Toric IOL, dan IOL akomodatif.6
Komplikasi
1. Komplikasi Preoperatif4
Komplikasi preoperatif yang sering terjadi pada pasien adalah ansietas,
nausea dan gastritis, dan konjungtivitis alergi atau iritasi konjungtiva akibat
antibiotik topikal preoperatif yang diberikan.
2. Komplikasi Intraoperatif
Komplikasi intraoperatif yang dapat terjadi adalah ruptur dari kapsul atau
zonula posteror, vitreous loss, trauma iris atau badan siliar, perdarahan
suprakoroidalis dan perdarahan retrobulbar.3
3. Komplikasi Postoperatif Dini
a. Udem kornea dapat langsung terjadi pada periode postoperatif.
Insidennya terjadi lebih sering pada pasien yang telah memiliki
disfungsi endotel kornea sebelumnya. Etiologi dari udem kornea ini
adalah trauma mekanik dan kimiawi, inflamasi, operasi yang lama atau
peningkatan tekanan intraokuler.3
b. Hifema. Hifema dapat teradi oleh karena trauma okular minor atau
trauma dari bilik depan mata seperti pembuluh darah konjungtiva atau
sklera. Kebanyakan dari kasus ini tidak memerlukan tatalaksana, kecuali
jika hifemanya berukuran besar dan disertai dengan peningkatan tekanan
intraokular.4
c. Prolaps iris dapat terjadi oleh karena penjahitan insisi ICCE yang tidak
adekuat.4
d. Keratopati striata dicirikan dengan udem membran Descemet’s yang
teradi akibat trauma endotel kornea intraoperatif. 4
e. Uveitis anterior dapa terjadi oleh karena trauma dari instrumen selama
operasi atau karena reaksi terhadap zat kimia yang digunkan pada
pasien.4
f. Endoftalmitis bakterialis, terjadi dengan insiden 0,2 – 0,5%, dengan
sumber infeksi yang berasal dari instrumen atau zat kimia yang
terkontaminasi, atau dari flora normal konjungtiva, palpebra, dan bakteri
yang berada di udara. 4
4. Komplikasi Postoperatif Lambat 4
a. Cystoid macular edema (CME) adalah penumpukan cairan dalam bentuk
lokuli sistik pada lapisan Henle makula.
b. Endoftalmitis kronik terjadi pada infeksi dengan etiologi yang memiliki
virulensi yang rendah (seperti bakteri P. acne atau S. epidermidis).
c. Pseudophakic bullous keratopathy (PBK) adalah udem kornea oleh
karena trauma mekanik atau kimia selama operasi.
d. Retinal detachment
e. Katarak sekunder atau “After Cataract” dapat terjadi setelah teknik
ECCE dilakukan. Hal inidapat terjadi oleh karena adanya residu lensa
yang tertinggal pada saat dilakukannya ECCE.4 Sel yang tertinggal ini
dapa menyebabkan fibrosis atau proses regeneratif pada kapsula
posterior sehingga terbentuk katarak yang baru.6
Prognosis
Dengan terapi pembedahan, kembalinya ketajaman penglihatan memiliki
tingkat kesuksesan yang tinggi. Lebih dari 90% mendapatkan ketajaman
penglihatan postoperatif 20/40 atau lebih tinggi. Pada pasien yang menjalani
terapi pembedahan juga terlihat peningkatan kualitas hidup yang signifikan.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2005.
2. Vaughan DG, Asbury T, Riodan Eva P. Oftalmologi umum. Edisi 17. Jakarta
: EGC, 2013.
3. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2014-2015.
4. Khurana, AK. Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age
International Publisher. 2007. pp 92-101
5. Kanski Jack J. Clinical Ophtalmology. Edisi 6. Saunders Elsevier. British.
2008
6. Lang, G. 2006. Ophthalmology – A Pocket Textbook Atlas 2nd ed. Thieme:
Stuttgart. pp 191-192