Anda di halaman 1dari 2

Thaharah (bersuci)

Fadly

Senin, 24 Juli 2006 11:57:09

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah
muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh)
kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).

Hukum Thaharah

1. Dalil Normatif Thaharah

Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Alquran dan sunah. Allah Taala berfirman (yang
artinya), “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian,
dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).

Allah juga berfirman, “Dan, pakaianmu bersihkanlah.” (Al-Mudatstsir: 4).

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri.” (Al-Baqarah: 222).

Rasulullah bersabda (yang artinya), “Kunci salat adalah bersuci.” Dan sabdanya, “Salat
tanpa wudu tidak diterima.” (HR Muslim). Rasulullah saw. Bersabda, “Kesucian adalah
setengah iman.” (HR Muslim).

2. Penjelasan tentang Thaharah

Thaharah itu terbagi menjadi dua bagian: lahir dan batin. Thaharah batin adalah
membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat dengan bertobat dengan
sebenar-benarnya dari semua dosa dan maksiat, dan membersihkan hati dari kotoran syirik,
ragu-ragu, dengki, khianat, sombong, ujub, riya, dan sum’ah dengan ikhlas, yakin, cinta
kebaikan, lemah lembut, benar, tawadu, dan mengharapkan keridaan Allah SWT dengan
semua niat dan amal saleh.

Adapun thaharah lahir adalah bersuci dari najis dan dari hadats (kotoran yang bisa
dihilangkan dengan wudu, mandi, atau tayammum).

Thaharah dari najis adalah menghilangkan najis dengan air yang suci, baik dari pakaian orang
yang hendak salat, badan, ataupun tempat salatnya. Thaharah dari hadats adalah dengan
wudu, mandi, atau tayamum.

Alat Thaharah
Thaharah bisa dilakukan dengan dua hal.

1. Air mutlak, yaitu air asli yang tidak tercampuri oleh sesuatu apa pun dari najis, seperti air
sumur, air mata air, air lembah, air sungai, air salju, dan air laut, berdasarkan dalil-dalil
berikut. “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci.” (Al-Furqan: 48). Rasulullah
saw. bersabda,”Air itu suci, kecuali bila sudah berubah aromanya, rasanya, atau warnanya
karena kotoran yang masuk padanya.” (HR Al-Baihaqi. Hadis ini daif, namun mempunyai
sumber yang sahih).

2. Tanah yang suci, atau pasir, atau batu, atau tanah berair. Rasulullah saw. bersabda,
“Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci bagiku.” (HR Ahmad). Tanah dijadikan sebagai
alat thaharah jika tidak ada air, atau tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan Karena
sebab lain. Allah berfirman, “…kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka
bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci.” (An-Nisa: 43).

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya tanah yang baik (bersih) adalah alat bersuci
seorang muslim, kendati ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Jika ia
mendapatkan air, maka hendaklah ia menyentuhkannya ke kulitnya.” (HR Tirmizi, dan ia
menghasankannya).

“Rasulullah saw. mengizinkan Amr bin Ash r.a. bertayammum dari jinabat pada malam yang
sangat dingin, karena ia menghawatirkan keselamatan dirinya jika ia mandi dengan air yang
dingin.” (HR Bukhari).

Penjelasan tentang Hal yang Najis

Hal-hal yang najis adalah setiap yang keluar dari dua lubang manusia, berupa tinja dan air
kencing, atau mazi (lendir yang keluar dari kemaluan karena syahwat), atau wadi (cairan
putih yang keluar selepas kencing), atau mani, air kencing, dan kotoran hewan yang
dagingnya tidak boleh dimakan, darah, nanah, air muntahan yang telah berubah, bangkai dan
organ tubuhnya kecuali kulitnya, karena jika disamak kulitnya menjadi suci. Rasulullah saw.
bersabda, “Setiap kulit yang sudah disamak, maka menjadi suci.” (HR Muslim).

Sumber: Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi

Anda mungkin juga menyukai