Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia sering disebut sebagai Negara Maritim, pengertian maritime
sendiri ialah sebuah wilayah yang berhubungan dengan laut atau pelayaran.
Negara Maritim adalah negara yang memiliki wilayah lautan atau negara yang
berada dikawasan teritorial laut yang sangat luas dan memiliki banyak pulau.
Indonesia disebut negara maritime karena Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia dengan luas daratan 1.910.931,32 km²
(Permendagri No.66 Tahun 2011 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintah), luas lautan 3.544.743,9 km² (UNCLOS 1982) yang terdiri dari :
luas laut teritorial 284.210,90 km², luas zona ekonomi ekslusif 2.981.211,00 km²,
luas laut 279.322,00 km². Selain dikenal dengan sebutan negara maritim,
Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau
terbanyak dan terluas di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.504 pulau
(Depdagri, Rekapitulasi data pulau di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 2004). Semua pulau-pulau itu tersebar di berbagai wilayah
Indonesia mulai dari sabang (ujung barat) sampai Merauke (ujung timur).
Secara geografis Indonesia masuk dalam kategori Negara kepulauan
dengan dua per tiga luas lautan lebih besar dibandingkan luas daratan dengan
panjang garis pantai ± 81.000 km, sehingga menjadikan Indonesia masuk dalam
urutan kedua setelah Kanada sebagai Negara dengan garis pantai terpanjang di
dunia (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Karena memiliki perairan dan
garis pantai yang sangat luas Indonesia memiliki banyak sekali potensi di bidang
kemaritiman dan wisata bahari.
Indonesia memiliki banyak sekali pantai-pantai indah yang sangat
terkenal di dunia, seperti Pantai Kuta di Bali, Pantai Bunaken di Manado, Pantai
Nembrala di pulau Rote dan Pantai Pasir Pink di Manggarai, setiap pantai di
Indonesia memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, yang mampu memikat
setiap pengunjung yang datang.
Pantai Paradiso merupakan salah satu pantai di Indonesia yang
memiliki keindahan tersendiri. Pantai Paradiso sering disebut “Pantai Karang”,

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 1


2

karena hampir sebagian besar pantainya di tumbuhi karang, selain karang


Pantai Paradiso juga banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Pantai Paradiso
terletak di kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Pantai Paradiso menawarkan
panorama alam yang sangat indah saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat,
pancaran cahaya jingga di lautan lepas dan nelayan yang sibuk menangkap
ikan menambah daya tarik tersendiri di pantai ini.
Pantai Paradiso memiliki potensi yang sangat besar untuk di
kembangkan menjadi taman rekreasi bernuasa bahari, karena letaknya sangat
strategis yakni berada di jalur Trans Timor yang berada sekitar 8 km dari pusat
Kota Kupang, akses menuju Pantai Pardiso juga sangat memadai yaitu dapat
menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Infrastruktur berupa jalan
menuju Pantai Paradiso sudah tersedia dengan cukup baik, dan juga pantai ini
dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pembangunan yang tidak
merata, membuat Pantai Paradiso kurang di perhatikan, sehingga pantai yang
memiliki potensi wisata yang sangat tinggi ini mulai di lupakan oleh wisatawan.
Perlunya di lakukan penelitian di Pantai Paradiso ini, karena pantai ini sangat
berpotensi untuk di kembangkan menjadi objek wisata bahari yang indah.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang di angkat adalah :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap masalah-
masalah yang terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso
2. Kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap potensi-
potensi yang terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso.
3. Belum adanya pengembangan terhadap kawasan objek wisata Pantai
Paradiso untuk dijadikan taman rekreasi benuasa bahari.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang di dapat
adalah :
1. Apa saja masalah yang terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso ?
2. Apa saja potensi yang terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso ?

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 2


3

3. Bagaimana peluang pengembanagan terhadap kawasan objek wisata


Pantai Paradiso ?

1.4 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1.4.1 TUJUAN
Tujuan di lakukan penelitian ini adalah :
Melakukan identifikasi masalah, potensi dan peluang
pengembangan kawasan wisata Pantai Paradiso.
1.4.2 SASARAN
Adapun sasaran yang ingin di capai yaitu :
1. Teridentifikasinya masalah yang terdapat pada objek wisata
Pantai Paradiso
2. Teridentifikasinya potensi yang terdapat pada objek wisata
Pantai Paradiso
3. Teridentifikasinya peluang pengembanagan terhadap kawasan
objek wisata Pantai Paradiso
1.4.3 MANFAAT
Adapun manfaat penelitian yaitu :
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka dan menambah
wawasan untuk kalangan mahasiswa, masyarakat, peneliti dan
juga pemerintah serta memperbanyak informasi mengenai
potensi yang terdapat pada daerah pantai dan
pengembangannya menjadi objek wisata taman rekreasi,
khusunya pada Pantai Paradiso.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi kalangan
mahasiswa dan diharapkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangan wacana konseptual bagi
pengembangan kajian teori tentang materi-materi kuliah yang
berkaitan dengan pemukiman dan perancangan kota.

1.5 RUANG LINGKUP / BATASAN


1.5.1 Ruang Lingkup Substansial

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 3


4

Ruang lingkup substansial dalam studi ini adalah mengidentifikasi


secara langsung keadaan objek penelitian, yaitu objek wisata Pantai
Paradiso Oesapa, Kota Kupang. Lingkup pembahasan meliputi :
1. Masalah yang terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso
2. Potensi yang terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso
3. Peluang pengembanagan terhadap kawasan objek wisata Pantai
Paradiso

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial


Ruang lingkup spasial dalam studi ini meliputi objek wisata Pantai
Paradiso, kelurahan Oesapa Barat, kecamatan Kelapa Lima, Kota
Kupang. Pemilihan lokasi ini, karena Pantai Paradiso memiliki potensi
pengembangan objek wisata taman rekreasi yang baik.

1.6 METODOLOGI
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data
primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diambil langsung oleh peneliti.
Untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
1. Observasi (pengamatan lapangan), yaitu :
Melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk
mendapatkan data, antara lain :
- Masalah yang terdapat pada objek wisata pantai Paradiso
- Potensi yang terdapat pada objek wisata pantai Paradiso
- Peluang pengembanagan terhadap kawasan objek wisata
Pantai Paradiso
2. Wawancara
Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara
langsung atau bertatap muka secara langsung pada warga
setempat dan pengunjung yang akan memberikan
keterangan atau data-data yang berkaitan dengan sarana
prasarana serta harapan kedepannya pada objek wisata
Pantai Paradiso.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 4


5

b. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dengan cara


melakukan pengumpulan data-data yang terkait dengan studi
literature atau studi pustaka seperti :
1. Literatur mengenai standarisasi taman rekreasi yang
baik.
2. Internet mengenai materi tentang arsitektur lingkungan
serta contoh desain taman rekreasi bernuasa bahari.

1.6.2 Metode Analisa

Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif dan


komparatif.

a. Metode deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang


tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap/klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan
mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenan dengan
masalah, potensi dan peluang pengembangan kawasan
wisata Pantai Paradiso.
b. Metode komparatif adalah suatu pendekatan mengenai suatu
obyek penelitian atau permasalahan, mencatat persamaan
antara dua atau lebih obyek sebelumnya yang belum pernah
diketahui, dan memahami perbedaan yang muncul antara
obyek wisata Pantai Paradiso dan obyek wisata pantai lainnya.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan laporan penelitian terdiri atas 5 BAB, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN yang meliputi :
Latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran dan
manfaat penelitian, ruang lingkup/batasan, metodologi dan sistematika
penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI berisi tentang :


Materi yang berkaitan dengan pengetahuan arsitektur dan lingkungan
perkotaan, materi yang berkaitan dengan pengetahuan sektor informal (PKL) ,

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 5


6

materi yang berkaitan dengan pengetahuan taman rekreasi dan materi yang
berkaitan dengan upaya dan strategi pengembangan wisata bahari.

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN OBYEK STUDY PANTAI PARADISO


meliputi :
Tinjauan umum wilayah kota kupang berupa : administratif dan geografis,
karakter fisik dasar kota kupang dan ekonomi, sosial budaya kota kupang dan
tinjauan khusus berupa : letak administrai pantai paradiso, fisik dasar obyek
wisata pantai paradiso, masalah kawasan pantai paradiso, potensi kawasan
pantai paradiso dan peluang pengembangan kawasan obyek pantai paradiso

BAB IV ANALISA meliputi :uraian tentang sosial budaya dan dinamika


perkembangan kawasan obyek pantai paradiso, arsitektur dan dinamika
perkembangan mengenai masalah, potensi dan peluang pengembangan
terhadap kawasan wisata pantai paradiso.

BAB V PENUTUP Pada bab ini berisi uraian tentang kesimpulan dan saran
dari hasil penelitian.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 6


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN


2.1.1. Pengertian Arsitektur Lingkungan:
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.
Arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan
tersebut.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi
surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut.
Arsitektur lingkungan adalah ilmu bangun membangun yang
berkaitan dengan perencanaan tata kota, landscape planning, urban
design, interior maupun eksterior yang memperhatikan kondisi fisik
sumber daya alam, yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya,
bunyi dan kelembapan. Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat
dengan arsitektur hijau (green architectur) karena sama – sama
berhubungan dengan sumber daya alam.

2.1.2. Peranan Arsitektur Terhadap Lingkungan

Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur,


ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan. Istilah arsitek
seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang
bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan,
merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya
untuk memandu keputusan yang mempengaruhi aspek bangunan
tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 7


8

tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek


sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan,
lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan
regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai
seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau
lingkungan binaan. Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah
perancang skema atau rencana."Arsitek" berasal dari Latin
architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master
pembangun), arkhi (ketua) +tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping,
atau wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus
mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan
bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar,
arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk mengontrol
pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan
di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan
atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang
disepakati. Namun dalam penerapan pekerjaan arsitektur jarang
yang memperhatikan dampak lingkungan binaan sekitar.

Adapun pengaruh positif pekerjaan arsitek terhadap lingkungan


antara lain:

1. Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu


hubungan antara massa bangunan dengan makhluk hidup yang
ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora
dan faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh
manusia harus mampu menunjang kehidupan dalam
lingkugannya sehingga memberikan timbal balik yang
menguntungkan untuk kedua pihak. Pendekatan ekologis
dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak – dampak
negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa
bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar.
Contoh terapannya yaitu, munculnya trend green design.
2. Memberikan dampak pada estetika bangunan
3. Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak
bangunan atau kota.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 8


9

4. Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai


contoh bila bangunan akan didirikan pada lahan yang memiliki
kemiringam, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan
solusinya seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan
unsur alam pada lingkungan dengan bangunan yang ada
sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.

2.1.3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Arsitektur


Lingkungan memegang bagian penting dari sebuah desain
arsitektur, karena arsitektur adalah ilmu yang merancang lingkungan
binaan, untuk dapat mencapai tujuan utama arsitektur yaitu untuk
merancang lingkungan binaan maka rancangan arsitek harus sesuai
atau senyaman lingkungan dimana manusia tinggal, selain itu juga
harus menjaga lingkungan. Karena semakin hari semakin padatnya
bumi kita ini para arsitek pun mulai berfikir agar tetap menghadirkan
ruang hijau di pemukiman padat ini, dan akhirnya muncul ide – ide
mmebuata taman vertical dan roof garden demi memenuhi
kebutuhan vegetasi di suatu lingkungan binaan. Membangun taman
vertikal atau taman dinding hijau.

2.1.4. Arsitektur Yang Berorientasi Pada Lingkungan (Arsitektur Tropis)


Indonesia merupakan negara yang terletak di 95° BT - 141°BT
garis khatulistiwa, menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis,
sehingga indonesia hanya memiliki 2 musim, musim hujan dan
musim panas, cuaca tersebut mempengaruhi gaya hidup sehari-hari
masyarakat indonesia, termasuk dalam mendesain tempat tinggal
mereka, dengan penyesuaian dari waktu-kewaktu membuat
penduduk indonesia sadar bahwa penerapan arsitektur tropis lah
yang paling tepat di terapkan pada rumah mereka.

Ciri-ciri arsitektur tropis

1. Atap yang sebagian besar berbentuk runcing ke atas, dengan


sudut kemiringan atap 30° - 45°. Bertujuan agar memiliki ruang
isolasi panas, dan dengan kemiringan membuat air hujan mudah
mengalir.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 9


10

2. Memiliki tritisan yang lebar, bertujuan untuk menghindari tempias


dari air hujan, dan masuknya cahaya yang berlebihan.
3. Memiliki banyak bukaan-bukaan, baik jendela atau pintu, untuk
sirkulasi udara.
4. Banyak menggunakan material - material dengan konsep alami,
agar memberikan kesan sejuk
5. Dinding, dan lantai biasanya menggunakan warna alam
6. Tumbuh-tumbuhan, air, dll sedemikian mungkin di desain sesuai
tapak, sehingga membuat sirkulasi udara dari luar ke dalam
bangunan.
7. Ukuran dan tata ruang bangunan di sesuaikan dengan kebutuhan
8. Memaksimalkan sumberdaya alam untuk pencahayaan, dan
penghawaan.

Strategi utama untuk bangunan tropis :

1. Menghalangi radiasi sinar matahari langsung dengan luevers dan


sun shadding (pembayang sinar matahari).
2. Isolasi radiasi panas dengan ruang udara (pada atap dan
pemakaian bahan-bahan bersel dan berpori atau berongga).
3. Jarak bangunan dengan bangunan lain jauh untuk memperlancar
aliran udara
4. Kenyamanan Thermis dicapai dengan aliran udara yang
mengenai tubuh manusia.
5. Menghentikan/isolasi radiasi dengan reflektor kurang sesuai
karena akan menambah panas lingkungan dan megurani
penerapan kelembaban dan penguapan.
6. Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai BJ kecil
(ringan), time lag rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil,
berat sendiri kecil, dapat mengikuti kadar kelembaban udara
sekitar dan konduktivitas panas rendah.
7. Curah hujan tinggi diatasi dengan kemiringan atap curam
8. Kelembaban tinggi, diatasi dengan:
a. Penggunaan dinding porous pada bangunan agar dapat ikut
menyerap uap air di dalam ruangan dan meningkatkan
kenyamanan. Dinding dikeringkan aliran udara yang melewati
celah-celah dinding, mendinginkan permukaan bangunan.
b. Bangunan mempunyai dua jenis jendela, temporal dan tetap.
Jendela temporal digunakan pada siang hari.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 10


11

9. Radiasi sinar langsung, diatasi dengan pemakaian sun shadding.


Agar panas tidak terakumulasi dipakai bahan yang kapasiats
panasnya kecil.
10. Udara lembab, tanah lembab, radiasi panas balik dari tanah
membuat udara jenuh. Keadaaan ini ditanggulangi dengan
mengangkat lantai bangunan untuk memberi kesempatan udara
mengalir di kolong bangunan.
(sumber : https://www.scribd.com/.../Arsitektur-Dan-Lingkungan-
Oleh-Ir-Heinz-Frick-pdf)

2.2. SEKTOR INFORMAL (PKL)


2.2.1. Sektor Informal

Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart


(1971) dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian
angkatan kerja kota yang berada diluar pasar tenaga terorganisasi
(Mulyana, 2011).

Menurut Alma, (2001: 63) memberikan pengertian bahwa, istilah


sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah
kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila
disebutkan perusahaan berskala kecil, karena sektor informal
dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan
kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka yang
memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk
mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh
keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada
umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan
kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah kapitalis
yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan
pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya.

Menurut Sethuraman yang dikutip Muchdarsyah Sinungan


(1988: 22) mendefinisikan sektor informal secara umum terdiri dari
unit usaha beskala kecil yang memproduksi, mendistribusi barang dan
jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan bagi dirinya masing-masing serta dalam ushanya itu
sangat dibatasi oleh faktor modal maupun keterampilan.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 11


12

Menurut Bremen yang dikutip Rusli Ramli (1985: 74)


menyatakan, bahwa sektor informal merupakan suatu pekerjaan yang
umumnya padat karya, kurang memperoleh dukungan dan pengakuan
dari pemerintah juga kurang terorganisir dengan baik.

Sedangkan menurut Hadionoto, (1988: 42) yang menyatakan


bahwa pilihan sektor informal adalah suatu jawaban atas rendahnya
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh anak-anak jalanan.
Investasi yang diperlukan untuk sektor ini relatif rendah serta tidak
memerlukan persyaratan kemampuan atau keterampilan khusus.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat dikatakan


bahwa sektor informal seperti pedagang asongan dan tukang semir
sepatu merupakan pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan,
keterampilan khusus dan modal material yang besar. Adapun salah
satu problema penting yang dihadapi negara-negara dunia Ketiga
adalah merebaknya kontradiksi ekonomi politik evolusi pertumbuhan
perkotaan dinegara-negara tersebut. Pertumbuhan konsentrasi
penduduk dikota-kota besar negara-negara Dunia Ketiga terjadi
dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tetapi, pertumbuhan kota-kota
tersebut ternyata tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding oleh
pertumbuhan industrialisasi. Fenomena ini oleh para ahli disebut
sebagai “urbanisasi berlebih atau over urbanization”. Istilah ini
menggambarkan bahwa tingkat urbanisasi yang terjadi terlalu tinggi
melebihi tingkat industrialisasi yang dicapai oleh evolusi suatu
masyarakat (Mulyana, 2011).

Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya


terserap disektor industri modern dikota, karena keterbatasan sektor
industri modern dan tidak semua migran memiliki skill atau
kemampuan untuk masuk kesektor industri modern tersebut. Hal ini
mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk kesektor industri
modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk
dimasuki. Agar tetap dapat bertahan hidup (survive), para migran
yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang
sah dan tidak sah) sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal
tersebut dilakukan dengan pertimbangan daripada menjadi

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 12


13

pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki


penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.

Menurut Keith Hart (1971), ada dua macam sektor informal


dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1. Sektor Informal yang Sah; terdiri atas:


a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder
Adapun kegiatan-kegiatan primer dan sekunder yaitu seperti
pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor
bangunan, dan lain-lain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar


Adapun usaha tersier tersebut dengan modal yang relatif besar
yaitu seperti perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk
kepentingan umum, dan lain-lain.

c. Distribusi kecil-kecilan
Adapun distribusi kecil-kecilan tersebut yaitu seperti pedagang
kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang
asongan, dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi
Yaitu seperti pinjam-meminjam, pengemis.

e. Jasa yang lain


Seperti :pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang
sampah, dan lain-lain.

2. Sektor Informal yang Tidak sah; terdiri atas :


a. Jasa kegiatan dan perdagangan gelap
Yaitu pada umumnya terbagi atas penadah barang-barang
curian, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran, dan
lain-lain.

b. Transaksi
Yaitu seperti pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar
(perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-
lain.

Adapun ciri-ciri sektor informal menurut Urip Soewarno dan


Hidayat (1979: 38), adalah sebagai berikut :

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 13


14

1. Aktivitas pada sektor ini tidak terorganisir secara baik karena


timbulnya tidak melalui institusi yang ada pada perekonomian
modern.
2. Karena kebijakan pemerintah tidak sampai pada sektor ini, maka
sektor informal tidak memiliki hubungan langsung dengan
pemerintah.
3. Pada umumnya setiap unit usaha tidak memiliki izin usaha dari
pemerintah.
4. Pola kegiatan tidak teratur dengan baik dalam arti tempat dan jam
kerja.
5. Unit usaha pada sektor ini mudah untuk masuk dan keluar dari
sektor ke sektor lain.
6. Karena modal dan peralatan serta perputaran usaha relative kecil,
maka skala operasi unit usaha ini kecil pula.
7. Teknologi yang digunakan termasuk kedalam teknologi yang
sederhana.
8. Untuk mengelola usaha tidak diperlukan tingkat pendidikan
tertentu, serta keahliannya didapat dari sistem pendidikan non
formal dan pengalaman.
9. Unit usaha ini termasuk ke dalam one man enter prise atau kalau
memiliki buruh, maka buruh berasal dari lingkungan keluarga atau
disebut juga family enterprise.
10. Sumber dana untuk modal tetap atau modal kerja kebanyakan
berasal dari tabungan sendiri dan dari sumber keuangan tidak
resmi.
11. Hasil produksi dan jasa dari sektor ini terutama dikonsumir oleh
golongan masyarakat miskin dan kadang-kadang oleh golongan
menengah.
Kajian tentang sektor informal tersebut, ditambahkan lagi oleh
Hidayat (1986) yang menyatakan bahwa dalam “Definisi dan Evaluasi
Sektor Informal”, sektor informal diartikan menjadi tiga hal :

1. Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari


pemerintah seperti perlindungan, tarif terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan, pemberian kredit dengan bunga yang relatif
rendah, pembimbingan teknis, ketatalaksanaan, perlindungan dan

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 14


15

perawatan tenaga kerja, penyediaan teknologi maju asal import


dan hak paten.
2. Sektor yang mungkin mempergunakan bantuan ekonomi
pemerintah meskipun bantuan itu telah tersedia. Jadi kriteria
“accessability” atau penggunaan bantuan yang disediakan
langsung telah dipakai sebagai ukuran bukan telah tersedianya
fasilitas.
3. Sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tetapi bantuan itu belum
sanggup membuat unit usaha tersebut mandiri.
Istilah sektor informal sendiri pertama kali dikenal oleh Keith
Hart pada tahun 1971 dari University of Manchester, Inggris. Sejak
saat itu berkembang berbagai definisi dan pengertian serta batasan
mengenai sektor informal. Para ahli merasa belum puas atas
batasan-batasan yang ada, oleh karena itu lahirlah beberapa batasan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hidayat (1986) dengan
mengutip pandangan Breman (yang termuat dalam Chris Manning
dan Tajuddin Nur Efendi, 1987), membedakan sektor informal
menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok pekerja berusaha sendiri dengan modal kecil dan


memiliki keterampilan
2. Kelompok buruh pada usaha kecil dan usaha sendiri tanpa modal
atau modal kecil.
3. Kelompok pekerja miskin yang kegiatannya cenderung melanggar
hukum dan mirip dengan gelandangan, pemungut puntung rokok.
Friedman dan Sullivan (Hidayah, 1986) membedakan sektor
informal dalam dua kelompok yaitu :

1. Kelompok pengusaha kecil


2. Pekerja usaha sendiri atau buruh tidak tetap
Menurut Gerry dan Bromley (Hidayat, 1986) membagi pekerja
usaha sendiri ke dalam empat kelompok, yaitu :

1. Buruh tidak tetap.


2. Pekerja sub-kontrak atau borongan yang dikerjakan di rumah
tangga atau dalam usaha kecil.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 15


16

3. Pekerja yang tergantung pada bahan/alat/tempat yang disewa


atau diperoleh melalui kredit.
4. Pekerja usaha tidak terikat kepada usaha lain dalam pembelian,
permodalan dan penjualan hasilnya.
Dari beberapa pengertian mengenai sektor informal tersebut
memberikan peluang bagi semua individu untuk memaksimalkan
sumber daya dan tenaga dengan biaya yang minimal. Bambang
Tricahyono dalam buku yang ditulis oleh Martono H.S. dan
Saidihardjo (1983: 62) menyatakan bahwa pekerjaan di sektor
informal memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar.


2. Tidak memiliki keterampilan yang memadai.
3. Biasanya tidak atau sedikit memiliki pendidikan formal atau
sekolah.
4. Biasanya tenaga kerja merangkap produsen dibantu tenaga kerja
keluarga.
Berdasarkan pendapat di atas, pekerjaan di sektor informal bisa juga
disebut sebagai pekerjaan kasar. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri yang
dimiliki oleh para pekerja sektor informal tersebut, seperti pendidikan
formal yang dimiliki rendah, tidak memiliki pengalaman dan
keterampilan yang baik, dan hanya mengandalkan tenaga, serta
modal usaha yang digunakan sedikit atau kecil. Sebagai contoh buruh
kasar, pedagang asongan, dan penyemir sepatu. Mereka banyak
menggunakan tenaga untuk pekerjaannya tersebut dan modal untuk
usahanya pun kecil. Menurut Urip Soewarno dalam bukunya
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1979: 39), penggolongan
jenis-jenis pekerjaan sektor informal ini adalah:

1. Angkutan: penarik becak, delman,dan grobak.


2. Perdagangan: pedagang kaki lima, pedagang asongan, makanan,
minuman,pakaian, barang bekas, alat tulis, dan keperluan rumah
tangga.
3. Industri pengolahan: membuat makanan dan minuman, industri
kayu, dan bahan bangunan.
4. Bangunan: tukang teraso, kayu, besi, dan batu.
5. Jasa-jasa: tukang jahit, semir sepatu, reparasi arloji, dan radio.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 16


17

Dengan demikian, anak-anak yang bekerja sebagai pedagang


asongan dan penyemir sepatu termasuk pekerja di sektor informal
yang hanya memerlukan modal, pengetahuan, dan pendidikan yang
minim, dan hanya mengandalkan tenaga kasar.

(sumber : digilib.unila.ac.id/10581/13/bab%202.pdf)

Berdasarka Sakerna 2015, angkatan kerja Kota Kupang


sebesar 154.876 orang atau 54,03 persen terhadap penduduk Kota
Kupang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 46,33 persen bersetatus
bekerja dan 7,7 persen bersetatus mencari pekerjaan. Tingkat
pengangguran Kota Kupang tahun 2015 tercatat 14,25 dengan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 54,03. Lapangan
usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa
kemasyarakatan, social dan perorangan. Dari 132.811 jiwa usia 15
tahun ke atas yang bekerja, sebanyak 92.389 orang bekerja sebagai
buruh dengan pendidikan SMA. (sumber : BPS Kota Kupang, Kota
Kupang Dalam Angka 2017)

Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa perkembangan


sektor informal di Kota Kupang belum dapat mengakomodasi
Angkatan Kerja yang cukup besar. Sektor Informal di Kota Kupang
sendiri lebih banyak bergerak di bidang perdagangan dan industri
kecil. Jumlah pedagang paling banyak terdapat di kecamata oebobo.
Sarana perdagangan yang paling banyak terdapat di Kota Kupang
adalah kios, dengan jumlah kios pada tahun 2016 menigkat tajam
sebesar 94,15 persen. (sumber : BPS Kota Kupang, Kota Kupang
Dalam Angka 2017).

2.2.2. Pedagang Kaki Lima


Pedagang Kaki Lima menurut Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer (1991), adalah pedagang yang menjual barang
dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan
sarana dan perlengkapan yang mudah dibongkar pasang atau
dipindahkan serta memempergunakan bagian jalan atau trotoar,
tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat untuk berusaha
atau tempat lain yang bukan miliknya.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 17


18

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S


Poerwadarminta, istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap
sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua adalah
lantai (tangga) dimuka pintu atau di tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih
cenderung diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko,
dimana di jaman silam telah terjadi kesepakatan antar perencana kota
bahwa bagian depan (serambi) dari toko lebarnya harus sekitar lima
kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki dapat
melintas. Namun ruang selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi
berfungsi sebagai jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah
berubah fungsi menjadi area tempat jualan barang-barang pedagang
kecil, maka dari situlah istilah pedagang kaki lima dimasyarakatkan.

Pengertian PKL menurut para ahli


a. (Rais dalam Umboh, 1990). pedagang dapat diartikan sebagai
penyalur barang dan jasa-jasa perkotaan.
b. Manning dan Tadjudin Noer Effendi (1985) menyebutkan bahwa
pedagang kaki lima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata
dan penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah dan
Amerika Latin.
c. Menurut Breman (1988), pedagang kaki lima merupakan usaha
kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah
(gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang
ekonomi, pedagang kecil ini termasuk dalam sektor informal, di
mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil
serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum,
hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu.
d. Menurut McGee dan Yeung (1977: 25), PKL mempunyai pengertian
yang sama dengan ”hawkers”, yang didefinisikan sebagai orang-
orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang
merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir
jalan dan trotoar.
Ciri-ciri umum pedagang kaki lima menurut kartono dkk. (1980: 3-
7), yaitu:

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 18


19

a. Merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus berarti


produsen;
b. Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari
tempat satu ketempat yang lain (menggunakan pikulan, kereta
dorong, tempat atau stan yang tidak permanen serta bongkar
pasang);
c. Menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi
lainnya yang tahan lama secara eceran;
d. Umumnya bermodal kecil,kadang hanya merupakan alat bagi
pemilik modal dengan mendapatakan sekedar komisi sebagai
imbalan atas jerih payahnya;
e. Kualitas barang- barang yang diperdagangkan relativ rendah dan
biasanya tidak berstandar;
f. Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli
merupakan pembeli yang berdaya beli rendah;
g. Usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan
anak-anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik langsung
maupun tidak langsung;
h. tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri
yang khas pada usaha pedagang kaki lima;
i. Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang secara penuh,
sebagian lagi melaksanakan setelah kerja atau pada waktu
senggang, dan ada pula yang melaksanakan musiman.

Barang yang dijual pedagang kaki lima :


a. Makanan yang tidak dan belum diproses, termasuk di dalamnya
makanan mentah, seperti daging, buah-buahan dan sayuran.
b. Makanan yang siap saji, seperti nasi dan lauk pauk dan minuman.
c. Barang bukan makanan mulai dari tekstil sampai obat-obatan.
d. Jasa, yang terdiri dari beragam aktivitas misalnya tukang potong
rambut dan sebagainya.

Tempat beroperasi pedagang kaki lima :

Pedagang kaki lima biasanya menjajakan dagangannya di tempat-


tempat umum yang dianggap strategis, antara lain:

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 19


20

a. Trotoar, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trotoar adalah


tepi jalan besar yang sedikit lebih tinggi dari pada jalan tersebut,
tempat orang berjalan kaki. Pedagang kaki lima
biasanya\beraktivitas di trotoar, sehingga trotoar bukan lagi sebagai
tempat yang nyaman untuk pejalan kaki karena sudah beralih
fungsi.
b. Bahu Jalan, yaitu bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kendaraan yang mengalami kerusakan berhenti atau
digunakan oleh kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam
kebakaran, polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan
bantuan kedaruratan dikala jalan sedang mengalami kepadatan
yang tinggi. Dari pengertian di atas, fungsi bahu jalan adalah
tempat berhenti sementara dan pergerakan pejalan kaki, namun
kenyataanya sebagai tepat pedagang kaki lima beraktivitas.
c. Badan Jalan, yaitu lebar jalan yang dipergunakan untuk pergerakan
lalu lintas.

Bentuk sarana perdagangan


Bentuk sarana perdagangan yang digunakan pedagang kaki lima
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Gerobak/kereta dorong, yang biasanya digunakan oleh pedagang
yang berjualan makanan, minuman, atau rokok.
b. Pikulan/keranjang, bentuk saranan ini digunakan oleh pedagang
keliling atau semi permanen. Bentuk ini dimaksudkan agar barang
dagangan mudah dibawa atau berpindah tempat.
c. Warung semi permanen, yaitu berupa gerobak/kereta dorong yang
diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan
meja dan kursi.
d. Kios, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang diatur
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yan mana
pedagang tersebut juga tinggal di dalamnya.
e. Gelaran/alas, pedagang menggunakan alas tikar, kain atau
sejenisnya untuk menjajakan dagangannya.

Pedagang Kaki Lima di Perkotaan

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 20


21

Mencermati fenomena PKL di perkotaan mengubah perspektif


terhadap keberadaan mereka di perkotaan. Mereka bukanlah
kelompok yang gagal masuk dalam sistem ekonomi perkotaan.
Mereka bukanlah komponen ekonomi perkotaan yang menjadi beban
bagi perkembangan perkotaan. PKL adalah salah satu moda dalam
transformasi perkotaan yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi
perkotaan. Lapangan pekerjaan yang mereka lakukan adalah salah
satu moda transformasi dari masyarakat berbasis pertanian ke industri
dan jasa. Mengingat kemudahan untuk memasuki kegiatan ini berikut
dengan minimnya tuntutan keahlian dan modal usaha, penduduk yang
bermigrasi ke kota cenderung memilih kegiatan PKL.
Ketersediaan lapangan kerja sektor formal bukanlah satu-
satunya indikator ketersediaan lapangan kerja. Keberadaan sektor
informal pun adalah wujud tersedianya lapangan kerja. Cukup banyak
studi dinegara Dunia Ketiga yang menunjukkan bahwa tidak semua
pelaku sektor informal berminat pindah ke sektor formal. Bagi mereka
mengembangkan kewirausahaan adalah lebih menarik ketimbang
menjadi pekerja di sektor formal.
Masalah yang muncul berkenaan dengan PKL adalah banyak
disebabkan oleh kurangnya ruang untuk mewadahi kegiatan PKL di
perkotaan. Konsep perencanaan ruang perkotaan yang tidak didasari
oleh pemahaman informalitas perkotaan sebagai bagian yang
menyatu dengan sistem perkotaan akan cenderung mengabaikan
tuntutan ruang untuk sektor informal termasuk PKL. Kegiatan-kegiatan
perkotaan didominasi oleh sektor-sektor formal yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Alokasi ruang untuk sektor-sektor informal
termasuk PKL adalah ruang marjinal. Sektor informal terpinggirkan
dalam rencana tata ruang kota yang tidak didasari pemahaman
informalitas perkotaan.
Pedagang kaki lima (PKL) di beberapa kota besar identik
dengan masalah kemacetan arus lalu lintas, karena PKL
memanfaatkan trotoar sebagai media berdagang.Kelompok ini pun
kerap diusir dan dikejar petugas karena mempergunakan lahan bisnis
tidak sesuai dengan tata ruang perkotaan. Akan tetapi, bagi sebagian
kelompok masyarakat, PKL justru menjadi solusi mereka karena

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 21


22

menyediakan harga lebih murah. Hal ini membuat pembersihan usaha


mikro itu di lokasi-lokasi strategis menjadi kontroversial dilihat dari
kaca mata sosial. Setiap hari mereka berjuang untuk menghidupi
keluarga, sembari kucing-kucingan dengan aparat. Mereka harus
dihargai karena perjuangannya luar biasa, padahal mereka Tidak
pernah menerima bantuan modal dari pemerintah maupun perbankan,
akan tetapi bisa survive.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya Pedagang Kaki Lima.

Fenomena menjamurnya Pedagang Kaki Lima terutama dikota-


kota besar terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi,
seperti :
1. Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada
banyak perusahaan tidak beroperasi lagi seperti sedia kala oleh
karena ketidakmampuan perusahaan menutupi biaya
operasionalnya sehingga timbul kebijakan pemutusan hubungan
kerja (PHK). Hal ini juga memberi kontribusi terhadap peningkatan
jumlah pengangguran yang umumnya bermukim di
wilayah perkotaan. Demi mempertahankan hidup, orang-orang
yang tidak tertampung dalam sektor formal maupun yang terkena
dampak PHK tersebut kemudian masuk ke dalam sektor salah
satunya adalah menjadi pedagang Kaki Lima .
2. Perencanaan ruang tata kota yang hanya terfokus pada ruang-
ruang formal saja yang menampung kegiatan formal. Seiring
dengan berjalannya waktu, keberadaan ruang-ruang fomal kota
tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah
satunya di sektor perdagangan, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL)
sebagai kegiatan pendukung (activity support).
3. Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat di Indonesia lebih
banyak disebabkan adanya arus urbanisasi dan pembengkakan
kota. Keadaan semacam ini menyebabkan kebutuhan lapangan
kerja di perkotaan semakin tinggi. Seiring dengan hal tersebut,
ternyata sektor formal tidak mampu menyerap seluruh
pertambahan angkatan kerja. Akibatnya terjadi kelebihan tenaga

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 22


23

kerja yang tidak tertampung, mengalir dan mempercepat


tumbuhnya sektor informal. Salah satu bentuk perdagangan
informal yang penting adalah Pedagang Kaki Lima.
(sumber:https://www.academia.edu/30156122/pedagang_kaki_lima.d
ocx).
PKL di Kota Kupang sendiri telah di atur dalam Perda nomor 56
tahun 2002 tentang pengaturan tempat usaha dan pembinaan PKL di
Kota Kupang, yang dimaksud dengan pengaturan tempat usaha PKL
adalah untuk mendukung ketertiban kota melalui penataan lingkungan
dengan penyedian prasarana dan sarana usaha PKL pada lokasi
yang dimungkinkan dan sifatnya sementara.

2.3. TAMAN REKREASI


2.3.1. Pengertian Taman Rekreasi
Taman adalah sebuah tempat yang terencana atau sengaja di
rencanakan di buat oleh manusia, biasanya di luar ruangan, dibuat
untuk menampilkan keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk
alami. Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan.
Taman yang sering dijumpai adalah taman rumah tinggal, taman
lingkungan, taman bermain, taman rekreasi dan taman botani.
Taman berasal dari kata Gard yang berarti menjaga dan Eden yang
berarti kesenangan, jadi bisa diartikan bahwa taman adalah sebuah
tempat yang digunakan untuk kesenangan yang dijaga
keberadaannya.
Menurut Poerwadarminta (1991), taman adalah sebuah “kebun”
yang ditanami dengan bunga-bunga sebagainya (tempat bersenang-
senang) tempat yang menyenangkan dan sebagainya”. Secara
etimologis kata "taman" (garden-Ing) berasal dari bahasa Ibrani gan
dan oden atau eden. Gan memiliki arti melindungi atau
mempertahankan, menyatakan secara tak langsung hal pemagaran
atau lahan berpagar, tepatnya suatu kawasan yang memiliki batas-
batas fisik, Oden atau eden berarti kesenangan atau kegembiraan.
Jadi dalam bahasa Inggris, perkataan garden memiliki makna
gabungan dari kedua kata tersebut yang berarti sebidang lahan

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 23


24

dengan batas tertentu yang digunakan untuk suatu kesenangan atau


kegembiraan.

Rekreasi, dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah


berarti 'membuat ulang', adalah kegiatan yang dilakukan untuk
penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah
sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang selain pekerjaan.
Berdasarkan peninjauan secara terminologi keilmuan, “REKREASI”
berasal dari dua kata dasar yaitu RE dan KREASI, secara
keseluruhan berarti kembali menggunakan daya piker manusia
untuk mencapai kesenangan, kepuasan melalui aktifitas kegiatan.
Pengertian rekreasi tersebut memberikan suatu syarat dan batasan
yang terdiri dari:

1. kegiatan rekreasi terjadi pada waktu luang.


2. kegiatan rekreasi bersifat sementara.
3. dalam melakukan kegiatan rekreasi tidak terdapat unsur
paksaan.

Rekreasi Alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian


dari kebutuhan hidup manusia yang khas dipenuhi untuk
memberikan keseimbangan, keserasian, ketenangan dan
kegairahan hidup, serta dimana rekreasi alam atau wisata alam
adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
berlandaskan atas prinsip kelestarian alam.

Secara umum pengertian Taman Rekreasi adalah tempat


rekreasi yang berada di alam terbuka tanpa dibatasi oleh suatu
bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan
berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, hujan,
pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas.

2.3.2. Pengertian Parawisata

Prof. Salah Wahab (1998) mengemukakan bahwa definisi


pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara
sadar, yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara
orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari
kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda-beda dengan apa

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 24


25

yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Pariwisata


adalah salah satu jenis industry biasa, maupun menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan
kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup dan menstimulasi
sektor-sektor produksi lainnya.Selanjutnya sebagai sektor yang
kompleks. Pariwisata terdiri dari tiga unsur yaitu:

1. Manusia yang melakukan aktivitas


2. Ruang tempat melakukan perjalanan
3. Waktu

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa pariwisata adalah


kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara, pengisi waktu
luang, pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan dan sebagai
kebutuhan pemenuh fungsi sosial (fungsi social), hal ini dilakukan
tanpa ada unsur paksa untuk kegiatan berkelompok serta rekreasi
aktif untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

2.3.3. Kriteria Objek Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas
yang berhubungan, dapat menarik minat wisatawan atau
pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.
Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber
daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata,
sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya
tarik Wisata menurut Yoeti (1997:165) dibagi menjadi 3 macam,
yaitu:

1. Objek Wisata Alam

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang


berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik
dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha
budidaya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi
empat kawasan, yaitu:

a. Flora dan fauna.


b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya
ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 25


26

c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air


terjun dan danau.
d. Budidaya sumber daya alam seperti: sawah,
perkebunan, peternakan dan perikanan.
2. Objek Wisata Sosial Budaya

Objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan


dikembangkan sebagai objek daya tarik wisata meliputi
Museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni
pertunjukkan, dan kerajinan.

3. Objek Wisata Minat Khusus

Objek wissata minat khusus merupakan jenis wisata yang


baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih
diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi
khusus dengan demikian, biasanya para wisatawan harus
memiliki keahlian.

2.3.4. Kriteria Penilaian Dan Kelayakan Objek Wisata

Menurut Yoeti (1997), kriteria penilaian obyek dan kelayakan


wisata meliputi empat hal, sebagai Pembangunan suatu objek
wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik
yang dimiliki objek tersebut, dengan mengacu pada keberhasilan
pengembangan meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya
adalah :
1. Kelayakan Finansial

Studi kelayakan menyangkut perhitungan secara komersial dari


pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung atau
ruginya sudah harus diperkirakan dari awal, berapa tenggang
waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal sudah harus
diramalkan atau di rencanakan matang-matang.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi


yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga
yang memiliki dampak social ekonomi, secara regional dapat
menciptakan lapangan kerja atau berusaha, meningkatkan

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 26


27

penerimaan devisameningkatkan penerimaan pada sektor-


sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan,
pertanian, dan lain-lainnya. Dalam kaitannya dengan hal ini,
pertimbangan tidak semata-mata komersial saja, tetapi juga
memperhatikan dampaknya secara lebih luas.

3. Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung


jawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang
sudah ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun
suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut
rendah daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau
bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan
keselamatan wisatawan.

4. Layak Lingkungan

Analisis dampak dari lingkungan dapat dipergunakan sebagai


acuan kegiatan dalam pembangunan suatu objek wisata.
Pembangunan objek wisata mengakibatkan rusaknya
lingkungan harus dihentikan pembangunannya, pembangunan
objek wisata bukanlah sekedar untuk merusak lingkungan,
tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam yang ada
untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas
hidup umat manusia, sehingga menjadi keseimbangan,
keselarasan dan juga keserasian hubungan antara manusia
dengan lingkungan alam serta manusia dengan Tuhannya.

2.3.5. Syarat-Syarat Objek Wisata

Suatu obyek wisata yang dapat menarik perhatian untuk


dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk
pengembangan daerahnya, menurut Maryani (1991:11) syarat-
syarat tersebut adalah :

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 27


28

1. What to see

Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata


yang berbeda dengan yang dimiliki daerah-daerah lain, dengan
kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan
atraksi budaya dapat menjadikan (entertainment) bagi
wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, mulai dari
kegiatan kesenian dan atraksi wisata.

2. What to do

Ditempat tersebut selain banyak dapat dilihat dan disaksikan,


harus disediakan fasilitas-fasilitas rekreasi yang dapat membuat
para wisatawan merasa nyaman menikmatinya terutama pada
saat berdarmawisata.

3. What to buy

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja


terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat, sebagai oleh-
oleh untuk dibawa pulang ketempat asal.

4. What to arrived

Pencapaian dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana


mengunjungi parawisata tersebut, kendaraan yang dapat
digunakan, dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata
tersebut.

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan
atas:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang,


indah, nyaman, damai dan bersih lingkungannya.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para
wisatawan yang hadir.
5. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi, karena
memiliki nilai

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 28


29

khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat, dan nilai


luhur yang terkandung dalam suatu objek sebuah karya
menusia pada masa lampau.

Kriteria Objek Dan Daya Tarik Wisata


Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa
yang dimiliki kawasan tersebut untuk dapat ditawarkan kepada
wisatawan. Hal tersebut, tidak dapat dipisahkan satu sama lain dari
peranan dan para pengelola kawasan wisata. Munurut Yoeti
(1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata
hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung tiga 3A, yaitu
atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas
(amenities).

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu


dapat dilihat, dinikmati dan kesenangan yang termasuk dalam
hal ini, adalah tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional,
upacara adat, dan lain-lain.

Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu


segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung
ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah:

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta,


yang dalam istilah Natural Amenities. Termasuk eklompok
ini adalah Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari,
panas, hujan dan salju. Bentuk tanah pemandangan
contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan
gunungapi. Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam
dan daerah perburuan. Pusat-pusat kesehatan, misalnya:
sumber air mineral, sumber air panas, dan mereka mandi
Lumpur. Tempat tersebut diharapkan menyembuhkan
berbagai macam-macam penyakit.
b. Hasil ciptaan manusia. Kelompok ini dapat dibagi dalam
empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 29


30

penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan


religious (agama). Monumen bersejarah dan sisa
peradaban masa lampau (artifact) museum, gallery,
perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajian tangan. Acara
tradisional, pameran, pestival, upacara naik haji,
pernikahan, khitanan dan lain-lain. Rumah-rumah ibadah,
seperti Masjid, Candi, Gereja dan Kuil.
2. Aksesibilitas (accesibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi


dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan
perjalanan wisata. Unsur terpenting dalam aksesbilitas pada
lokasi mudah diakses transportasi pengguna, kecepatan dimiliki
dapat mengakibatkan jarak jauh seolah-olah menjadi dekat.
Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah
prasarana meliputi jalan raya, jembatan, terminal, stasiun,
pasar, dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk
menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain.
Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju
tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik
akan membuat laju transportasi secara optimal.

3. Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi


perhotelan karena pariwisata tidak akan pernah berkembang
tanpa penginanapan. Fasilitas wisata merupakan penunjang
terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi
suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-sarana penting
yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah antara
lain : akomodasi hotel, restoran air bersih, komunikasi, hiburan,
keamanan.

2.4. UPAYA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA BAHARI


2.4.1. Upaya Pengembangan Wisata Bahari

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 30


31

Pada hakekatnya pengembangan wisata bahari merupakan


respon dari perkembangan demam wisatawan pada skala dunia. Hal
ini disebabkan karena adanya pertumbuhan populasi dunia yang
relatif cukup tinggi serta meningkatnya pendapatan masyarakat
dunia, sehingga berpengaruh terhadap adanya peningkatan jumlah
wisatawan internaional yang cukup besar. Ada 4 masalah utama
yang kurang mendukung pengembangan wisata bahari di Indonesia,
yakni :
1. Belum tersedianya infrastruktur pelabuhan khusus untuk
kapal pasiar
2. Belum adanya tour operator yang khusus menangani wisata
kapal pesiar.
3. Kurangnya promosi obyek wisata bahari dan prosedur
birokrasi yang panjang untuk mendapatkan “Cruising
Approval fir Indonesian Territory-CAIT” (ijin menjelajah di
wilayah indoneia) (political clearance/ijin politik; ecurity
clearance/ijin keamanan; and ailing permit/ijin berlayar).
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
mengembangkan wisata bahari di Indonesia, yakni :
1. Dapat mendatangkan wisatawan dalam jumlah besar, yang
berarti mendatangkan devisa bagi negara.
2. Mempromosikan indonesa dengan memanfaatkan potensi
wisata bahari.
3. Membuka akses ke obyek-obyek wisata lainnya.
4. Dapat mengembangkan potensi ekonomi pulau-pulau kecil.
Khusus, terhadap aspek ekonomi akan dapat meningkatkan
kesempatan kerja; mempercepat pertumbuhan kawasan di
Indonesia, karena memiliki potensi wisata bahari yang
sangat besar dan pada umumnya tidak membutuhkan
infrastruktur pendukung yang kompleks.

2.4.2. Strategi Pengembangan Wisata Bahari

strategi pengembangan wisata bahari di Indonesia patut


dipandang dari 3 dasar pemikiran dan kenyataan yakni :

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 31


32

1. Tidak ada orang yang menyangkal bahwa potensi wisata


bahari indonesia itu besar dan beraneka. Hal ini didukung
oleh kenyataan bahwa indonesia memang berwujud negara
kepulauan.
2. Namun juga tidak ada yang berani mengatakan betapa
besar dan betapa beranekanya kekayaan alam bahari ini
bisa diangkat melalui pengembangan wisata bahari
Indonesia itu secara nyata dan kongkrit ? Hal ini berarti
bahwa penelitian dasar tentang kekayaan hayati dan non
hayati bahari nusantara masih pada tingkat minimum.
3. Pada saat bangsa Indonesia boleh berbesar hati karena
dianugerahi potensi wisata bahari Indonesia yang
berlimpah, hanya memang belum mengkongkritkan
limpahan potensi itu guna mampu menarik manfaatnya
yang nyata bagi bangsa dan negara. Pada saat yang sama,
kenyataan pahit membuktikan pula bahwa pencemaran dan
perusakan lingkungan serta pemborosan sumber daya alam
bahari sudah dan sedang berlangung dalam proporsi yang
telah memprihatinkan. Bahkan kenyataan ini sudah menarik
perhatian dunia secara regional dan global.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka strategi pengembangan


wisata bahari Indonesia harus memuat, yakni :

1. Pra persiapan wisata bahari Indoneia yang sesuai dengan


arahan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan seperti ditetapkan dalam Tap MPR No. II/1993.
Dengan demikian, pengembangan wisata bahari Indonesia
akan mengantisipasi terjadinya dampak lingkungan
hidup/sumber daya alam sejak dini, yang digarap sejak
tahap pra-rencana, sehingga upaya untuk mencegah dan
mengurangi serta mengendalikan dampak lingkungan
hidup/sumber daya alam sebagai bagian dari
pengembangan wisata bahari Indoneia yang tak
terpisahkan.
2. Studi pra-rencana untuk mendukung wisata bahari
Indonesia dalam PBBL (Pengembangan Berkelanjutan yang

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 32


33

Berwawasan Lingkungan) tersebut, sekaligus akan


memberikan data dasar dan masukan yang berharga atas
potensi wisata bahari Indonesia itu sendiri khususnya dan
menambah pengetahuan alam bahari nusantara pada
umumnya yang masih sangat kurang.
3. Pengembanagn wisata bahari indonesia lebih diarahkan
dan dipacu guna menuju upaya pengembangan ekowisata/
wisata ramah lingkungan yang justru berpola pada upaya
pemanfaatan optimal yang sekaligus menyelamatkan
lingkungan daya alam bahari. Pengembanagn wisata bahari
Indonesia tidak ditujukan untuk menambah parah
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan
pemborosan sumber daya alam bahari.
4. Dalam rangka pengendalian dampak soial ekonomi dan
budaya, pengembanagn wisata bahari Indonesia harus
ditujukan pada upaya meningkatkan pemerataan
kesempatan, pendapatan, peran serta tanggung jawab
mayarakat setempat yang terpadu dengan upaya
pemerintah (daerah) dan dunia usaha yang relevan, dalam
mengembangkan wisata bahari Indoneia maupun dalam
pengelolaan lingkungan hidup/sumber daya alam
baharinya.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 33


34

BAB III

TINJAUAN LOKASI

3.1. TINJAUAN UMUM WILAYAH KOTA KUPANG


3.1.1. Administrasi dan Geografis
a. Letak Geografis

Gambar Peta Wilayah Geografis Kota Kupang (sumber : Badan


Pusat Statistik Kota Kupang Tahun 2017)

Kota Kupang merupakan pusat pemerintahan di Provinsi NTT


yang terletak di bagian tenggara Provinsi. Secara astronomis,
Kota Kupang terletak antara:

10º 36’ 14’’ - 10º 39’ 58’’ Lintang Selatan


123º 32’ 23’’ - 123º 37’ 01’’ Bujur Timur

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 34


35

b. Luas dan Batas Wilayah Kota Kupang


Kota Kupang berada pada daerah pantai yang membujur dari
arah utara sebagai batas pantai kearah selatan dan timur kotas
sebagai hinteriandnya. Kota Kupang memiliki luas 180,27Km2
terdiri dari 6 Kecamatan dan 49 Kelurahan, dengan luas wilayah
260,12 Km², terdiri dari matra darat seluas 165,33 Km² dan Matra
laut 94,79 Km². Berdasarkan wilayahnya, batas-batas wilayah
Kota Kupang adalah:
a. Timur : Kecamatan Kupang Tengah dan Tabenu
Kabupaten Kupang
b. Barat : Kecamatan Kupang Barat dan Selat Semau
c. Utara : Teluk Kupang
d. Selatan : Kecamatan Kupang Barat dan Nekamese

Gambar. Peta Administrasi Wilayah Kota Kupang (sumber : Badan


Pusat Statistik Kota Kupang, Tahun 2017).

No Kecamatan Luas (km²) Presentase


1. Alak 86,91 48,21
2. Maulafa 54,80 30,40
3. Oebobo 14,22 7,88

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 35


36

4. Kota Raja 6,10 3,38


5. Kelapa Lima 15,02 8,33
6. Kota Lama 3,22 1,80
Kota Kupang 180,27 100,00
Tabel. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Kupang
(sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kupang, Tahun 2017).

3.1.2. Karakter Fisik Dasar Kota Kupang


a. Topografi

Kota kupang untuk daerah terendah terletak di bagian utara pada


ketinggian antara 0–50 meter dari permukaan laut, sedangkan
daerah tertinggi terletak dibagian Selatan dengan ketinggian antara
100-350 meter dari permukaan air laut (sumber : BPS Kota
Kupang, Tahun 2017).

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 36


37

Gambar. Peta Topografi Kota Kupang. (sumber : Revisi


Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kupang Tahun 2008-
2015).

Berdasarkan peta kondisi topografi wilayahnya, maka dapat


diketahui bahwa rata-rata kemiringan lereng wilayah Kota Kupang
berada pada rentang 0 – 15%. Bila disusun pembagian atau
klasifikasi informasi kemiringan lereng dalam wilayah Kota
Kupang, maka kondisinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Kemiringan lereng 0 – 5%
Wilayah Kota Kupang yang memiliki rentang kemiringan lereng 0
– 5% tersebar pada wilayah-wilayah pesisir pantai bagian barat
dan utara. Dari bagian barat dimulai dari daerah Tenau hingga
Tg. Bululutung, sepanjang pantai utara Kota Kupang dari
Namosain hingga Lasiana. (dan Kearah Selatan), dan sedikit
bagian di wilayah Kota Kupang.
Kemiringan lereng 5 – 10%
Wilayah Kota Kupang dengan rentang kemiringan lereng 5 – 10%
tersebar di wilayah bagian tengah kota.
Kemiringan lereng 10 - 15%
Wilayah Kota Kupang dengan rentang kemiringan lereng 10 –
15% dan > 15% umumnya tersebar di wilayah bagian selatan
kota. (sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kupang
Tahun 2008-2015).

b. Iklim
1. Musim

Kota Kupang hanya mengenal dua musim saja yaitu


musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni
sampai dengan September arus angin berasal dari Australia
dan tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi
musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember - Maret
arus angin yang datang dari benua Asia dan Samudera
Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 37


38

hujan. keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun


setelah melewati masa peralihan Mei - Juni dan November -
Desember.

2. Suhu dan Kelembaban

Rata-rata suhu udara di Kota Kupang berada pada kisaran


22,90° - 32,17°C, temperatur tertinggi sekitar 34,8°C terjadi
pada bulan Nopember dan suhu udara minimum 21,20° C
pada bulan September.
Kelembaban udara rata-rata Kota Kupang dan sekitarnya
adalah sekitar 72,3% dengan variasi 57,1% hingga 91,2%.
Kelembaban udara yang sedemikian ini dipengaruhi oleh
lamanya penyinaran matahari. Lama penyinaran matahari
rata-rata mencapai 9,5 jam/hari.
Rata-rata Temperatur
. Udara
Bulan Average of Temperature

Month
2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Januari/January 27,1 26,7 27,2 27,1 28,8
Februari/February 26,9 27,2 26,2 26,9 28,3
Maret/March 26,2 27,0 29,6 26,6 28,3
April/April 27,2 27,6 27,3 27,5 28,9
Mei/May 26,3 27,4 27,4 26,6 28,3
Juni/June 24,7 26,6 26,5 26,4 28,0
Juli/July 24,9 25,7 25,7 25,5 27,2
Agustus/August 25,4 25,9 25,9 25,4 26,8
Sep
ember/September 26,5 27,0 25,7 26,3 28,1
Oktober/October 29,0 28,8 28,1 27,5 29,4
November/Novemb
er 29,7 28,8 29,1 29,3 29,9
Desember/Decembe
r 28,1 27,8 27,9 28,3 28,5

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 38


39

Tabel : Rata-Rata Suhu Udara Menurut Bulan di Kota


Kupang, 2012-2016. (sumber : BPS Kota Kupang Tahun
2017).
3. Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Kupang berkisar
antara 3.000 sampai 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan
berkisar antan 2,4 - 236 mm dengan waktu curah hujan
minimum terjadi pada bulan Juli sekitar 2,4 mm, sedangkan
curah hujan maksimum terjadi di bulan Desember sekitar
236 mm (Lihat Tabel II.2). Temperatur rata-rata wilayah Kota
Kupang berada pada suhu 22,90° - 32,17°C, temperatur
tertinggi sekitar 34,8°C terjadi pada bulan Nopember dan
suhu udara minimum 21,20° C pada bulan September.
Kecepatan angin rata-rata per tahun adalah 8 – 33 knot.
GEOGRAPHY AND
CLIMATE
Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan
Penyinaran
Matahari Menurut Bulan di Kota
Tabel Kupang, 2016

1.2.2 Average Atmospheric Pressure, Wind


Table VeloMunicipality and
Duration of Sunshine by Month in Kupang
Municipality, 2016

Tekanan Kecepatan Angin Penyinaran


Udara
Bulan Wind Matahari
Atmospheric
Mont VeloMunicipalit
h y Duration of
Pressure (mb)
(knots) Sunshine (%)
(1) (2) (3) (4)

Januari/Janua
ry 1 010,4 6 83
Februari/Febr
uary 1 009,6 4 70
Maret/March 1 009,9 4 83
April/A
pril 1 010,4 6 90

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 39


40

Mei/M
ay 1 010,1 5 90
Juni/Ju
ne 1 011,2 7 87
Juli/July 1 011,4 10 94
Agustus/Augu
st 1 010,9 7 90
September/September 1 010,1 6 91
Oktober/Octo
ber 1011 7 85
November/November 1 009,9 5 91
Desember/December 1 007,9 5 57

Tabel : Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin, dan


Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Kota Kupang.
(sumber : BPS Kota Kupang Tahun 2017).

Bulan Curah Hujan Hari Hujan


Month Precipitation (mm3) Rainy Days

(1) (2) (3)

Januari/January
204 24
Februari/February
107 13
Maret/March
171 15
April/April
0 -
Mei/May
84 7
Juni/June
3 1
Juli/July
16 2
Agustus/August
0 -

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 40


41

September/Septembe
r
33 6
Oktober/October
8 3
November/November
26 6
Desember/December
308 24
https://kupangkota

Tabel : Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut


Bulan di Kota Kupang. (sumber : BPS Kota Kupang Tahun
2017).
c. Geologi

Struktur geologi Kota Kupang adalah struktur Kekar,


lipatan dan sesar mikro. Struktur geologi Kota Kupang tidak
terpisah dengan proses tektonik yang masih berlangsung
hingga saat ini, yaitu sejak Kapur Akhir hingga Holosen. Proses
tektonik tersebut akibat dari penunjaman yang telah terjadi
beberapa kali dari pergerakan lempeng samudera Hindia (alur
subdaksi ke arah utara), mengakibatkan Kepulauan Timor
(lempeng benua) mengalami pengangkatan, perlipatan dan
pensesaran.

Sebagian besar Kota Kupang tersusun atas jenis tanah


jenis Asosiasi Haplusterts Ustorthents. Ada juga tanah jenis
Asosiasi Haplusterts Haplustepts, Asosiasi Haplustolls Haplustepts
dan jenis lainnya yang lebih sedikit.

Berdasarkan pada litologi penyusunnya, batuan di wilayah kajian


dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan tanah/batuan, yaitu dari satuan-
tanah/batuan yang berumur lebih muda ke satuan yang berumur
lebih tua sebagai berikut.

1. Satuan Pasir

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 41


42

Satuan ini berupa endapan aluvial pantai. Terdiri dari pasir


berwarna putih-kuning, berbutir halus-sangat kasar,
bercampur fragmen pecahan koral dan cangkang kerang
dan kuarsa, bersifat lepas/urai (belum mengalami
kompaksi).

2. Satuan Pasir Lanauan

Satuan ini berupa endapan aluvial sungai, terdapat di


daerah muara sungai besar dan dataran limpah banjir.
Terdiri dari pasir lanauan, pasir dan konglomerat, ukuran
butir dari lanau hingga kerikilkerakal, bentuk butir
membulat, bersifat urai (belum terkompaksi) dan sarang,
komposisi butir antara lain kuarsa, serpih, batuan ultra
basa dan batu gamping. Dibeberapa tempat di sekitar
aliran sungai terdapat undak-undak yang terdiri dari
endapan sungai lama (sungai tua), materialnya agak padu
(sudah terkompaksi) dan bersifat agak sarang, ditutupi
tanah pelapukan berupa lempung-lempung lanauan,
berwarna coklat kehitaman, permeabilitas rendah-sedang.

3. Satuan Lempung-Lempung Pasiran

Satuan ini berupa endapan rawa dan endapan pasang


surut air laut dan juga diperkirakan material rombakan
serta material hasil erosi dari Formasi Noele dan Kompleks
Bobonaro. Endapan ini terdiri dari lempung warna abu-abu
kehitaman dan lempung pasiran warna kuning kecoklatan,
mengandung lanau-pasir halus hingga sedikit kerikil,
oksida besi dan kalsit, permeabilitas rendah-sedang,
plastisitas rendah-tinggi, sangat lunak dalam keadaan
basah, keras dan pecah-pecah dalam keadaan kering.

4. Satuan Lempung Berkerikil

Satuan ini merupakan tanah pelapukan (terarosa) maupun


hasil rombakan dari batu gamping koral, berupa lempung
lanauan, berwarna merah-merah kecoklatan dan coklat
kehitaman, plastisitas sedang, lunak-teguh, mengandung

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 42


43

fragmen batu gamping (setempat fragmen berukuran kerikil


hingga kerakal), permeabilitas rendah-sedang, tanah
dalam keadaan kering mudah retak/belah. Ketebalan tanah
antara 1,0 hingga 2,0 meter. Pada bagian lereng yang
agak terjal atau lembah tanah lempung berkerikil ini mudah
tererosi.

5. Satuan Napal

Satuan ini merupakan batuan dari Formasi Noele. Terdiri


dari napal dengan sisipan batu pasir, konglomerat dan tufa
dasit. Napal sebagian mengandung pasiran, berwarna
putih keabu abuan hingga putih kotor (kecoklatan),
komposisi kalsit, oksida besi dan kuarsa, agak padu-padu,
agak keras, setempat mudah hancur/rapuh dalam keadaan
kering dan agak lunak dalam keadaan basah. Pelapukan
berupa lempung-lempung lanauan, warna coklat
kehitaman, permeabilitas rendah, plastisitas sedang-tinggi,
ketebalan tanah rata-rata 0,5 meter. Batu pasir dan
konglomerat, berwarna kuning kecoklatan hingga kelabu
kuning, berbutir pasir-kerakal, bentuk membulat-membulat
tanggung, agak padu, agak keras, sarang, permeabilitas
sedang hingga tinggi. Pelapukan berupa lempung lanauan-
lanau pasiran, warna merah, plastisitas rendah-sedang dan
permeabilitas rendah, ketebalan antara 0,50 hingga 1,0
meter.

6. Satuan Batu Lempung Bersisik

Satuan ini merupakan batuan dari Kompleks Bobonaro,


secara litologi satuan ini terdiri dari dua bagian, yaitu batu
lempung bersisik dan material berukuran pasir hingga
bongkah-bongkah asing yang mempunyai berbagai ukuran
yang tertanam pada masa dasar batu lempung tersebut.
Batu lempung bersisik mempunyai sifat yang seragam,
yaitu menunjukkan cermin sesar (terjadi bidang yang
licin/soapy apabila basah), lunakkeras, kedap air, berwarna
dari merah tua, kehijauan, hijau keabuan, merah

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 43


44

kecoklatan, abu-abu kebiruan dan merah jambu. Terlihat


garis-garis alir terutama apabila lempung ini terdapat di
sekitar batuan yang lebih kompeten (lebih resisters/keras),
seperti halnya apabila terdapat bongkah asing tersebut.
Kadang-kadang bersifat mengembang bila melapuk dan
akibat kadar air dalam lempung meningkat. Pelapukannya
tebal antara 3 hingga 6 meter, plastisitas tinggi, kedap air,
sangat labil (mudah longsor) pada sudut lereng yang agak
terjal. Bongkah-bongkah asing antara lain berupa batu
pasir, rijang, batuan ultra basa, lava dan batu gamping
yang umumnya masih segar dan bersifat keras,
diantaranya telah melapuk menjadi tanah pasir dan
kerakal, bentuk meruncing hingga membulat tanggung,
sangat sarang, dan labil pada sudut lereng yang agak
terjal. (sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Kupang Tahun 2008-2015).

d. Hidrologi

Kota Kupang merupakan wilayah yang kering dimana pada


musim kemarau mengalami krisis air bersih. Kota Kupang hanya
dilalui oleh beberapa aliran sungai yang pada musim hujan baru
tampak aliran airnya yaitu antara lain

1. Kali Dendeng yang bermuara di Pantai LLBK (Teddys Bar).


2. Kali Liliba yang bermuara di Pantai Oesapa.
3. Kali Merdeka yang bermuara di Pantai Oeba.

Sebagian besar daratan Kota Kupang terdiri dari padang rumput,


pohon lontar dan gewang. Sisanya batu karang dan sebagian
kecil tanah ladang dan sawah. Potensi sumber air di Kota Kupang
terdiri dari 5 (lima) kawasan, yaitu:

1. Tenau dengan lingkup Alak dan sekitarnya.


2. Tabun dengan lingkup Fatukoa, Sikumana dan Bello.
3. Bakunase dengan lingkup Labat dan sekitarnya.
4. Penfui dengan lingkup Bandara Eltari, Undana, Lapas, Liliba.
5. Kelapa Lima dengan lingkup Balaikota, Kelapa Lima, Sasando
dan Oesapa.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 44


45

3.1.3. Ekonomi, Sosial Budaya Kota Kupang


1. Ekonomi

Basis Perekonomian Kota Kupang (LQ) didominasi oleh


Sektor Jasa dan Perdagangan (listrik, gas, Air Minum,
pengangkutan, perdagangan, hotel, restoran dan perbankan.
Sektor-sektor Jasa menduduki peringkat pertama dalam struktur
perekonomian Kota Kupang, dimana rata-rata kontribusi sebesar
28,96%, Sektor Jasa-Jasa merupakan sektor yang berpotensi
atau sektor ”surplus” dibandingkan sektor yang sama di Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan
nilai LQ>1. Pertumbuhan Ekonomi (PE) Kota Kupang (base line
RPJMD) mengalami fluktuasi yang tidak stabil. 2007 = 7,76% ►
2008 = 7,45 % ► 2009 = 6,13%, namun tetap terkendali pada
tingkat pertumbuhan berdasarkan asumsi RPJM Kota Kupang
2007-2012. PDRB Kota Kupang sejak 2007 didominasi sektor
Jasa, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dengan kontribusi
74,84%, 2008: 74,99%. 2009: 76,34%. (Sumber : BAPPEDA
Kota Kupang Tahun 2012).

2. Sosial Budaya

Masyarakat Kota Kupang adalah masyarakat majemuk, yang


terdiri dari berbagai suku, dimana seluruh suku yang ada di
Propinsi Nusa Tenggara Timur tersebar diwilayah Kota Kupang.
Suku terbesar yang mendominasi masyarakat Kota Kupang
adalah suku Rote dan Sabu, sedangkan masyarakat suku lainnya
memiliki jumlah yang hampir merata. Selain itu, terdapat pula
beberapa suku di luar masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang
umumnya terdiri dari masyarakat suku Jawa dan masyarakat suku
Bugis-Makassar. Dalam kehidupan sehari-hari terjadi interaksi
sosial antar suku-suku tersebut cukup baik. Adanya saling
toleransi yang cukup tinggi sehingga konflik horisontal dengan
berlatar belakang suku dapat dikatakan tidak ada. Kemajemukan
masyarakat Kota Kupang terlihat pula dari aspek
agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Lebih dari
setengah Penduduk Kota Kupang pemeluk agama Kristen

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 45


46

Protestan, kemudian disusul agama Khatolik, Islam, Hindu dan


Budha. Keragaman agama/kepercayaan terhadap Tuhan YME
bagi masyarakat Kota Kupang bukan merupakan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial masyarakat Kota Kupang
yang beragam agama ini cukup baik dengan tingkat toleransi
yang cukup tinggi, sehingga konflik sosial dengan berlatar
belakang agama dapat dikatakan tidak ada. (Sumber : BPS Kota
Kupang Tahun 2012).

3.1. TINJAUAN KHUSUS LOKASI PENELITIAN

3.1.1. Letak Administrasi Pantai Paradiso

Pantai Paradiso Secara administrasi merupakan salah satu


pantai wisata di Kota Kupang, Pantai Paradiso terletak di jalan Timor
Raya, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamata Kelapa Lima, Kota
Kupang. Pantai Paradiso juga merupakan salah satu pantai yang
terletak di Teluk Kupang yang dipadati oleh rumah-rumah warga
dengan batas batas sebagai berikut :

Utara berbatasan dengan : Teluk Kupang

Timur berbatasan dengan : Kawasan Hutan Mangrove

Selatan berbatasan dengan : Hotel Ima dan Rumah warga

Barat berbatasan dengan : Pantai Kelapa Lima

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 46


47

Gambar: Citra Wilayah Pantai Paradiso

(Sumber : Google Maps)

Gambar : Area Pantai Paradiso

(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 47


48

Lokasi Pantai Paradiso sangat strategis karena berada tidak


jauh dari jalur utama Trans Timor dan berdekatan dengan objek-ebjek
wisata lainnya seperti objek wisata Hutan Manggrove, Pantai Nunsui,
Pantai Batu Nona dll, Pantai Paradiso juga dapat di jangka kurung
lebih 8 km dari pusat kota dengan menggunakan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum dengan fasilitas jalan yang cukup baik.

3.1.2. Fisik Dasar Onjek wisata Pantai Paradiso

Secara garis besar kondis Pantai Paradiso hanya memiliki


sepenggal pantai berpasir putih di bawah rimbunan pohon ketapang
selebihnya, adalah pantai karang dengan struktur tanah berlumpur
yang ditumbuhi pohon bakau (mangrove) sebagai tanaman pelindung
pantai dari kemungkinan terjadinya abrasi dan juga pohon-pohon besar
peneduh lainnya.

Pemanasan global menyebabkan volume air laut meningkat


drastis akibatnya gelombang air laut menjadi bahaya tersendiri bagi
warga di sekitar Pantai Paradiso oleh karena itu, pesisir Pantai
Paradiso telah di pagari tanggul penahan gelombang, hal ini
menyebabkan Pantai Paradiso hanya dapat di nikmati saat air laut
surut.

3.1.3. Sosial Budaya

Penduduk yang berada di sekitar Pantai Paradiso rata-rata


bekerja sebangai nelayan, dari perspektif antropologis, masyarakat
pesisir (terutama nelayan) berbeda dari masyarakat lain, seperti
masyarakat petani, perkotaan atau masyarakat di dataran
tinggi.Perspektif antropologis ini didasarkan pada realitas sosial bahwa
masyarakat nelayan memiliki pola-pola kebudayaan yang berbeda dari
masyarakat lain sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan
berserta sumberdaya yang ada di dalamnya. Pola-pola kebudayaan itu

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 48


49

menjadi referensi perilaku masyarakat nelayan dalam menjalani


kehidupan sehari-hari. Adat budaya masyarakat yang berkembang
merupakan adat budaya dari etnis yang mendiami daerah tersebut.
Keragaman budaya masyarakat pesisir di sekitar Pantai Paradiso
sangat tinggi. Hingga saat ini terdapat 8 suku, yaitu: Rote, Timor,
Sabu, Helong, Flores (suku asli Nusa Tenggara Timur) dan suku
Bugis, Jawa, Bajo (suku dari luar Nusa Tenggara Timur). Etnis Rote
dan Timor mendominasi di wilayah tersebut.

3.1.4. Potensi Kawasan Pantai Paradiso

Pantai Paradiso memilki potensi yang sangat besar untuk di


kembangkan menjadi taman rekreasi bernuasa bahari, karena letaknya
sangat strategis yakni berada di jalur Trans Timor yang berada sekitar
8 km dari pusat Kota Kupang, akses menuju Pantai Pardiso juga
sangat memadai yaitu dapat menggunakan transportasi umum
maupun pribadi. Infrastruktur berupa jalan menuju Pantai Paradiso
sudah tersedia dan juga pantai ini dapat dinikmati oleh semua
kalangan. Potensi-potensi yang terdapat di Pantai Paradiso yang dapat
di kembangkan ialah :
a. Hutan Mangrove

Gambar : Hutan Mangrove Pantai Paradiso

(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 49


50

b. Tempat Olahraga

Gambar : Lapangan Olahraga

(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

c. Wisata Edukasi

Gambar : Area Hutan Mangrove

(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 50


51

d. Lopo

Gambar : Area Pantai Paradiso

(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

e. Taman Bermain dan Wending Party

Gambar : Area Pantai Paradiso

(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 51


52

f. Sunset

Gambar : Sunset Pantai Paradiso


(sumber : http://awalnya.blogspot.co.id/2012/10/matahari-di-
paradiso.html)
g. Tour Bahari

Gambar : Pelbuhan Parawisata

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 52


53

(sumber : https://www.tripadvisor.com/LocationPhotoDirectLink-
g297720-d12871120-i279449224-
Indra_Wisata_Tour_Travel.html).

h. Resto Apung Sederhana

Gambar : bbq donut, Belanda


(sumber : http://www.bbqdonutboat.com)

3.1.5. Sarana dan Prasarana

Menurut warga setempat fasilitas di Pantai Pardiso perna di


bangun berupa pos penjagaan namun karena adanya sengketa lahan
di daerah tersebut menyebabkan fasilitas yang ada di Pantai Paradiso
telah di bongkar, yang tersisa hanyalah papan larangan.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 53


54

Gambar : Papan Himbauan


(sumber : Camera Pribadi, Observasi Lapangan)

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 54


55

BAB IV

ANALISA

SOSIAL BUDAYA

4.1.1 Wisatawan

Kondisi Pantai Paradiso yang tidak di perhatikan pemerintah


membuat tidak adanya pengelolahan terhadap kawasan ini, sehingga
data yang di dapat di lapangan tidak terukur dengan baik dan hanya
berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara dari warga setempat
dan wisatawan yang datang. Berdasarkan hasil wawancara di peroleh
data wisatawan antara lain :
a. Umur
Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Pantai Paradiso di
dominasi oleh kelompok umur 15-19 tahun (±45 %), 20-27
tahun (±30%) dan sisanya kelompok umur di bawah 15 tahun
dan di atas 27 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wisatawan yang datang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki
(±55%) dan berjenis kelamin perempuan (±45%)
c. Daerah Asal Wisatawan
Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke Pantai Paradiso
berasal dari Kota Kupang (±90%), dari luar Kota Kupang (±7%),
dari luar provinsi Nusa Tenggara Timur (±2%) serta dari luar
Indonesia (±1%).
d. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar wisatawan tingkat pendidikan terakhirnya
adalah SMA/SLTA (±55%), sedangkan presentasi terendah
adalah wisatawan dengan Ijazah terakhir SD (±2%).
e. Jenis Pekerjaan
Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Pantai Paradiso di
dominasi oleh pelajar dan mahasiswa (±65%), pegawai (±20%),
sedangkan wisatawan dari kalangan pensiunan (±5%).

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 55


56

f. Jenis Transportasi
Jenis kendaraan yang digunakan wisatawan untuk mencapai
objek wisata Pantai Paradiso sebagian besar memilih
menggunakan kendaraan roda dua (±85%).
g. Sumber Informasi Tempat Wisata
Sumber informasi wisatawan dalam memperoleh informasi
tentang objek wisata Pantai Paradiso seluruhnya (100%)
berasal dari teman dan kerabat dekat.
h. Dengan Siapa Wisatawan Berkunjung
Cukup banyak wisatawan yang datang bersama kekasih
(±65%), sedangkan presentasi terkecil adalah bersama
keluarga (±15%).
i. Jenis Kegiatan Apa Yang Dilakukan Wisatawan
Jenis kegiatanyang banyak dilakukan wisatawan pada objek
wisata Pantai Paradiso adalah bersantai dan melihat panorama
(±75%) dan sisanya berjalan-jalan (±25%).
j. Frekuensi Kunjungan Wisatawan
Hampir seluruh wisatawan yang datang sudah berkunjung lebih
dari 2 kali (±90%).
k. Lama Kunjungan Wisatawan
Sebagian wisatawan (±60%) menghabiskan waktu berkunjung
di objek wisata Pantai Paradiso lebih dari dua jam dan sebagian
menghabiskan waktu kurang dari satu jam.

l. Tanggapan Wisatawan
Kegiatan yang cukup menarik perhatian wisatawan adalah
menikmati suasana pantai (±65%) dan sebagian kecil kegiatan
yang menarik wisatawan adalah berfoto (±20%). Tanggapan
wisatawan tentang kondisi kebersihan di objek wisata Pantai
Paradiso diketahui bahwa hampir semua wisatawan (±95%)
mengatakan kondis objek wisata Pantai Paradiso kotor sisanya
(±5%) mengatakan sangat kotor. Banyak wisatawan (±85%)
menganggap bahwa keadaan di Objek wisata Pantai Paradiso
tergolong aman, sisanya (±25%) menganggap keadaan objek
wisata Pantai Paradiso kurang aman. Seluruh wisatawan

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 56


57

(100%) menyarankan untuk memperbaiki infrastruktur jalan


menuju objek wisata Pantai Paradiso serta mengembangkan
objek wisata Pantai Paradiso menjadi objek wisata yang baik.

4.1.2 Pengelolah

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap warga


setempat diketahui bahwa tidak adanya pengelolah resmi
terhadapat objek wisata Pantai Paradiso, namun adanya partisipasi
dari beberapa komunitas pecinta alam yang turut membantu
melestarikan objek wisata Pantai Paradiso seperti yang perna di
lakukan oleh Komunitas Aksi untuk NTT. Aksi untuk alam
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 4 Maret 2017, berlokasi di
Pantai Paradiso, RT8/RW3 Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan
Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT. Lokasi yang bersihkan sekitar
31,2 km2 yang merupakan wilayah pesisir pantai.
Dalam kegiatan ini, Aksi untuk NTT berkolaborasi dengan
komunitas-komunitas lain di Kota Kupang, diantaranya Taruna
Tanggap Bencana (TAGANA), Beta NTT, 1000 Guru Kupang, Buku
Bagi NTT, Underwater Kupang, Youth Centre Tenggara, Komunitas
Panjat Tebing dan Gunung Kupang/Federasi Panjat Tebing
Indonesia, Inter Club Indonesia Regional Kupang, Let's Talk,
Komunitas One Piece New World Kupang, Khabisat, Forum FKM
UNC, HMI Komisariat Ippertatek, Forum Indonesia Muda, Arsenal
Indonesia Regional Kupang, Ultras Juventus Kupang, Dompet
Dhuafa Volunteer NTT, Real Madrid Regional Kupang, Sahabat
Alam, AIS Kupang, Mahasiswa Psikologi UNDANA, Alumni Ilmu
Hukum Pascasarjana UNDANA, PSPLP (Pengelolaan Sampah dan
Penyehatan Lingkungan Permukiman)-PU, Paguyuban Karya
Salemba Empat (KSE) UNDANA, komunitas Pantang Pulang
Sebelum Tayang, UJI, Saka Wanabakti, dan PMRI. Jumlah peserta
yang turut berkontribusi dalam kegiatan ini mencapai 300
orang.(Sumber:https://www.aksiuntukntt.org/singlepost/2017/03/11/
Aksi-untuk-Alam---Pantai-Paradiso).

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 57


58

4.2 ARSITEKTUR DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN

4.2.1 MASALAH

Berdasakan hasil pengamatan ditemukan beberapa masalah yang


terdapat pada objek wisata Pantai Paradiso, antara lain :
1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap objek wisata Pantai
Paradiso.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap warga setempat
diketahui bahwa pokok permasalahan sebenarnya sehingga
munculnya suatu pandangan bahwa pemerintah seolah tidak
memperhatikan kawasan objek wisata Pantai Paradiso adalah
sengketa lahan yang terjadi di kawasan tersebut. Menurut
warga setempat sebenarnya pemerintah telah mengambil
bagian dalam proses pengembangan objek wisata Pantai
Paradiso dengan mendirikan beberapa pos pengamanan pantai,
papan larangan serta telah memperbaiki infrastruktur berupa
jalan, namun di tengah proses pengerjaan terjadi sengketa
tanah antara pemerintah dengan warga sekitar yang mengklaim
memiliki hak adat atas tanah yang ada di lokasi objek wisata
Pantai Paradiso, setelah dilakukan proses peradilan akhirnya di
putuskan hak atas tanah tersebut dimenangkan oleh warga
bersangkutan, sehingga tidak ada tindakan lanjutan dari
pemerintah untuk mengembangkan objek wisata Pantai
Paradiso sehingga sarana prasarana yang tersisa hanyalah
papan-papan larangan.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 58


59

(sarana-prasarana yang masih tersisah


pada objek wisata Pantai Paradiso
Sumber : hasil observasi)
2. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap potensi
pengembangan objek wisata Pantai Paradiso.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan
ditemukannya bebagai tumpukan sampah yang berserakan, dari
jenis sampah yang ada dilokasi dapat di katakan bahwa sampah
yang ada di kawasan Pantai Paradiso sebagian besar
merupakan sampah rumah tangga dan sebagiannya lagi
merupakan sampah makanan dan minuman pengunjung. Selain
sampah anorganik juga di temukan sampah organik dari kotoran
ternak peliaran warga setempat, pada lokasi ini juga ditemukan
bebrapa pecahan botol minuman keras yang diduga telah di
konsumsi oleh pengunjung maupun warga sekitar, berdasarkan
hasil wawancara dari salah satu warga setempat di katakan
bahwa pada malam hari lokasi Pantai Paradiso sering
digunakan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak muda
untuk mengadakan kegiatan mabuk-mabukan bahkan menurut
warga setempat pernah terjadi kasus pemerasan sampai
pemerkosaan terhadap pengunjung yang datang. Semua hal-hal
tersebut menunjukan bahwa kesadaran masyarakat akan
potensi yang terdapat pada Pantai Paradiso sangat rendah,
semua hal di atas tentunya tidak terlepas dari kurangnya peran
pemerintah dalam mengelolah objek Pantai Paradiso tersebut.

(Ternak yang diikat pada lokasi objek wisata Pantai Paradiso


Sumber : hasil observasi)

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 59


60

(sampah yang berserakan di pinggiran Pantai Paradiso


sumber : hasil observasi)

3. Belum adanya pengembangan terhadap objek wisata Pantai


Paradiso.
Berdasarkan masalah yang terdapat pada poin 1 kita dapat
mengetahui mengapa pemerintah belum bisa mengembangkan
objek wisata Pantai Paradiso, namun setelah ditelusuri lebih
mendalam menurut warga setempat pihak pemerintah perna
melakukan perundingan dengan pemilik tanah agar Pantai
Paradiso dapat dikembangkan, namun hingga kini belum
adanya kesepakatan sehingga belum adanya pengembangan
lebih lanjut terkait objek wisata Pantai Paradiso.

4.2.2. POTENSI
1. Hutan Mangrove.
Kawasan hutan mangrove yang ada di Pantai Paradiso memiliki
potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi kawasan
ekowisata hal ini karena hutan mangrove memiliki
keanekaragaman flora maupun fauna.
2. Tempat Olahraga
Pada objek wisata Pantai Paradiso terdapat sarana olahraga

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 60


61

berupa lapangan sepak bola, lapangan sepak bola ini sangat


berpotensi sebagai pendukung wisata di Pantai Paradiso.
3. Lahan yang Luas
Pantai Paradiso menyediakan lahan kosong yang sangat luas,
hal ini sangat berpotensi untuk di kembangkan menjadi area
lopo, taman bermain serta area resepsi seperti digunakan untuk
acara nikah, acara ulang tahun dll.
4. Sunset yang Indah
Pantai Paradiso juga memiliki pontensi sunset yang baik, karena
Pantai Paradiso berada di teluk kupang serta aktivitas nelayan
pada sore hari di Pantai Paradiso menambah keindahan sunset
yang di hasilkan.
5. Tour Bahari
Letak Pantai Paradiso yang berada di jalur pantai-pantai wisata
seperti Pantai Batu Nona, Pantai Lasiana, Pantai Nunsui dll
membuat Pantai Paradiso berpotensi untuk di kembangkannya
tour bahari.
6. Resto Apung
Kondisi arus dan gelombang di Pantai Paradiso yang
tergologong rendah membuat Pantai Paradiso berpotensi untuk
di kembangkannya resto apung sebagai suatu sarana wisata
kuliner.
Selain potensi-potensi umum di atas Pantai Paradiso juga memiliki
factor yang mendukung pantai ini untuk dikembangkan menjadi
pantai wisata yaitu antara lain :
1. Akses menuju Pantai Paradiso juga sangata muda karena
berjarank kurang lebih 8 km dari pusat Kota Kupang.
2. Infrastruktur jalan menuju Pantai Paradiso juga cukup baik.
3. Taransportasi menuju Pantai Paradiso dapat menggunakan
kendaraan umum maupun kendaraan pribadi
4. Serta Pantai Paradiso juga dapat di nikmati oleh semua
kalangan.

4.2.3. PELUANG PENGEMBANGAN


1. Penataan sarana prasarana dasar objek wisata pantai

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 61


62

Penataan sarana dan prasarana dasar yang dapat dilakukan


pada Pantai Paradiso yaitu :
a. Pembuatan pos jaga
b. Perbaikan infrastruktur jalan
c. Pembuatan gapura
d. Pembuatan sarana kerbersiaan (kotak sampah dan toilet
umum
e. Pembuatan papan informasi
2. Penataan kawasan ekowisata
Kawasan Pantai Paradiso sangat terkenal dengan tumbuhan
mangrove oleh karena itu penataa kawasan hutan mangrove
sangat di butuhkan untuk menghasilkan suatu kawasan wisata
edukasi yang baik. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pembuatan jalur tracking kedalam hutan mangrove
b. Serta pembuatan rumah belajar.
3. Penataan kawasan wisata kuliner
Wisata kuliner menjadi suatu hal yang perlu dikembangkan
terhadap objek wisata Pantai Paradiso, hal perlu dilakukan
untuk mebantu mensejahterahkan masayarakat sekitar. Hal-hal
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pembuatan area kuliner tersendiri baik yang ada di darat
seperti lopo-lopo atau pondok kuliner maupun yang ada di
laut seperti resto apung.
b. Pembuatan pasar ikan serta pasar kuliner khas NTT.
4. Penataan pedagang kaki lima
Penataan pedagang kaki lima sangat di perlukan untuk
menjaga kenyamanan para pengunjung. Padagang kaki lima
yang berjualan di Pantai Paradiso perlu di atur sesuai
ketentuan undang-undang yang berlaku dengan tidak
mengabaikan hajat hidup para PKL. Hal-hal yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Pebuatan aturan tentang PKL di Pantai Paradiso.
b. Penyediaan lahan bagi para PKL.
5. Pengamanan kawasan pantai
Perlunya pengamanan kawasan Pantai Paradiso karna pantai

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 62


63

ini berada di sekitar rumah warga yang rawan terjadi


perselisihan serta lokasi pantai yang sebagian ditumbuhi
karang. Hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pembangunan pos jaga, minimal dua pos jaga, satu untuk
menjaga ketertiban objek wisata yang satu untuk menjaga
keamana pengunjung.
b. Pembangunan papan-papan larangan dan informasi.
6. Penataan sarana olahraga
Sarana olahraga yang tersedian pada Pantai Paradiso perlu
dikembangkan karena sarana tersebut dapat menunjang objek
wisata tersebut. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah
a. Pembuatan tribun sederhana pada lapangan yang ada
b. Pebuatan paga pembatas pada lapangan yang ada.
7. Penataan area hiburan dan area acara
Perlunya di bangun area hiburan dan area acara/respsi
berdasarkan analisa terhadapat jenis pengunjung dan aktivitas
pengunjung yang datang. Hal-hal yang perlu di lakukan atara
lain :
a. Pembuatan taman bermain anak dengan fasilitas yang
memadai.
b. Pembuatan area tempat berlangsungnya acara seperti
acara nikah, ulang tahun dll.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 63


64

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
Pantai Paradiso merupakan salah satu pantai wisata di kota Kupang,
pantai Paradiso terletak di jalan Timur Raya, Kelurahan Oeapa Barat,
kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Pantai Paradiso juga merupakan salah
satu pantai yang terletak di Teluk Kupang yang dipadati oleh rumah-rumah
warga sehingga memiliki letak yang strategi karena berada tidak jauh dari jalur
utama Trans Timur dan berdekatan dengan obyek-obyek wisata lainnya. Pantai
Paradiso juga dapat dijangkau kurang lebih 8 km dari pusat kota dengan
menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan fasilitas
jalan yang cukup baik.
Secara garis besar kondis Pantai Paradiso hanya memiliki sepenggal
pantai berpasir putih di bawah rimbunan pohon ketapang selebihnya, adalah
pantai karang dengan struktur tanah berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau
(mangrove) sebagai tanaman pelindung pantai dari kemungkinan terjadinya
abrasi dan juga pohon-pohon besar peneduh lainnya.
Pemanasan global menyebabkan volume air laut meningkat drastis
sehingga pesisir Pantai Paradiso telah di pagari tanggul penahan gelombang,
hal ini menyebabkan Pantai Paradiso hanya dapat di nikmati saat air laut surut.
Penduduk yang berada di sekitar Pantai Paradiso bekerja sebagai nelayan.
Pantai Paradiso juga memilki potensi yang sangat besar untuk di
kembangkan menjadi taman rekreasi bernuasa bahari, karena infrastruktur
berupa jalan menuju Pantai Paradiso sudah tersedia dan juga pantai ini dapat
dinikmati oleh semua kalangan. Potensi-potensi yang terdapat di Pantai
Paradiso yang dapat di kembangkan ialah : Hutan Mangrov, Tempat Olahraga,
Wisata Edukasi, Lopo, taman Bermain dan Wending Party dan Sunset.
Menurut warga setempat fasilitas di Pantai Pardiso pernah di bangun berupa
pos penjagaan namun karena adanya sengketa lahan di daerah tersebut
menyebabkan fasilitas yang ada di Pantai Paradiso telah di bongkar, yang
tersisa hanyalah papan larangan.

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 64


65

4.2. SARAN
Dari kesimpulan diatas, kami memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk kita semua khususnya masyarakat agar tetap menjaga,
memelihara dan melestarikan keindahan pantai diseluruh Indonesia
khususnya pada Pantai Paradiso.
2. Bagi para peneliti agar tetap terus mengkaji serta meneliti objek wisata
pantai di indonesia
3. Untuk pemerintah agar lebih memperhatikan mempertahankan mesalah
potensi serta peluang pengembanga yang ada pada kawasan wisata
pantai diseluruh Indonesia khusunya pada Pantai Paradiso

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 65


66

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 66


67

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 67


68

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 68


69

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 69


70

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 70


71

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 71


72

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 72


73

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 73


74

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 74


75

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 75


76

Contents
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH ..................................................................................... 2
1.3 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 2
1.4 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT PENELITIAN ....................................... 3
1.4.1 TUJUAN .................................................................................................................. 3
1.4.2 SASARAN .............................................................................................................. 3
1.4.3 MANFAAT .............................................................................................................. 3
1.5 RUANG LINGKUP / BATASAN ............................................................................ 3
1.5.1 Ruang Lingkup Substansial ............................................................................. 3
1.5.2 Ruang Lingkup Spasial .................................................................................... 4
1.6 METODOLOGI.......................................................................................................... 4
1.6.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 4
1.6.2 Metode Analisa ................................................................................................. 5
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN.................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 7
2.1. ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN ........................................... 7
2.1.1. Pengertian Arsitektur Lingkungan: ................................................................. 7
2.1.2. Peranan Arsitektur Terhadap Lingkungan .................................................... 7
2.1.3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Arsitektur .................................................. 9
2.1.4. Arsitektur Yang Berorientasi Pada Lingkungan (Arsitektur Tropis) ........... 9
2.2. SEKTOR INFORMAL (PKL) ................................................................................ 11
2.2.1. Sektor Informal ................................................................................................ 11
2.2.2. Pedagang Kaki Lima....................................................................................... 17
2.3. TAMAN REKREASI ............................................................................................... 23
2.3.1. Pengertian Taman Rekreasi .......................................................................... 23
2.3.2. Pengertian Parawisata ................................................................................... 24
2.3.3. Kriteria Objek Wisata ...................................................................................... 25
2.3.4. Kriteria Penilaian Dan Kelayakan Objek Wisata ........................................ 26
2.3.5. Syarat-Syarat Objek Wisata .......................................................................... 27

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 76


77

2.3.6. Kriteria Objek Dan Daya Tarik Wisata ....................................................... 29


2.4. UPAYA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA BAHARI ................ 30
2.4.1. Upaya Pengembangan Wisata Bahari......................................................... 30
2.4.2. Strategi Pengembangan Wisata Bahari ...................................................... 31
BAB III ..................................................................................................................................... 34
TINJAUAN LOKASI .............................................................................................................. 34
3.1. TINJAUAN UMUM WILAYAH KOTA KUPANG .............................................. 34
3.1.1. Administrasi dan Geografis ........................................................................... 34
3.1.2. Karakter Fisik Dasar Kota Kupang ............................................................... 36
3.1.3. Ekonomi, Sosial Budaya Kota Kupang ....................................................... 45
3.1. TINJAUAN KHUSUS LOKASI PENELITIAN ..................................................... 46
3.1.1. Letak Administrasi Pantai Paradiso............................................................... 46
3.1.2. Fisik Dasar Onjek wisata Pantai Paradiso .................................................. 48
3.1.3. Sosial Budaya .................................................................................................. 48
3.1.4. Potensi Kawasan Pantai Paradiso ............................................................... 49
3.1.5. Sarana dan Prasarana ................................................................................... 53
BAB IV ..................................................................................................................................... 55
ANALISA ................................................................................................................................. 55
4.1 SOSIAL BUDAYA ................................................................................................. 55
4.1.1 Wisatawan ........................................................................................................ 55
4.1.2 Pengelolah........................................................................................................ 57
4.2 ARSITEKTUR DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN ...................................... 58
4.2.1 MASALAH ........................................................................................................ 58
4.2.2. POTENSI .......................................................................................................... 60
4.2.3. PELUANG PENGEMBANGAN ..................................................................... 61
BAB V ..................................................................................................................................... 64
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 64
4.1. KESIMPULAN ........................................................................................................ 64
4.2. SARAN ..................................................................................................................... 65

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 77


78

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 78


79

Penulisan Karya Ilmiah “Pantai Paradiso” Page 79

Anda mungkin juga menyukai