Anda di halaman 1dari 7

Journal Of Marine Research.

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 127-133


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap


Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty

Ardiawan Pandu Romenda , Rini Pramesti, AB Susanto

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email:ard_pandu@yahoo.com

Abstrak
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies
tertentu kelas Rhodophyceae (alga merah). Bahan baku ini digunakan dalam berbagai bidang industri
baik pangan maupun non pangan. Proses pembuatan SRC dilakukan menggunakan jenis alkali basa kuat
KOH dan NaOH dengan konsentrasi 4%, 6% dan 8%. Analisa yang diukur adalah kekuatan gel dan
viskositas dari tiap jenis dan konsentrasi. Nilai perlakuan alkali KOH 4, 6 dan 8% terhadap kekuatan gel
adalah 192,00 ± 1,12 g/m²; 630,71 ± 10,32 g/m²; 385,85 ± 3,70 g/m²; NaOH 4, 6 dan 8% terhadap
kekuatan gel adalah 184,63 ± 4,48 g/m²; 321,26 ± 46,12 ; 452,24 ± 125,45 g/m². Nilai perlakuan alkali
KOH 4, 6 dan 8% terhadap viskositas adalah 22,24 ± 0,20 cPs; 24,61 ± 0,3 cPs; 20,00 ± 0,15 cPs;
NaOH 4, 6 dan 8% terhadap viskositas adalah 22,58 ± 0,26 cPs; 25,07 ± 0,17 cPs; 25,07 ± 0,17 cPs.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kekuatan gel tertinggi pada KOH 6% dan viskositas
tertinggi pada NaOH 6%.

Kata Kunci: Karaginan, Jenis dan Konsentrasi Alkali, Kekuatan Gel dan Viskositas

Abstract
Carrageenan is a seaweed sap extracted by water or alkali solution from certain species Rhodophyceae
class (red algae). The raw materials are used in various food and non-food industrial. The process of
making SRC performed by using alkali type strong base KOH and NaOH with 4%, 6% and 8%
concentration. Analysis is measured gel strength and viscosity of each type and concentration. KOH alkali
treatment values are 4, 6 and 8% of the gel strength is 192.00 ± 1.12 g/m²; 630.71 ± 10.32 g/m²;
385.85 ± 3.70 g/m². NaOH 4, 6 and 8% of the gel strength is 184,63 ± 4,48 g/m²; 321,26 ± 46,12
g/m²; 452,24 ± 125,45 g/m². KOH alkali treatment values are 4, 6 and 8% of the viscosity was 22.24 ±
0.20 cPs; 24.61 ± 0.3 cPs; 20.00 ± 0.15 cPs; NaOH 4, 6 and 8% of the viscosity is cPs 22.58 ± 0.26;
25.07 ± 0.17 cPs; 25.07 ± 0.17 cPs. Based on the results of the study the highest gel strength is at 6%
KOH and highest viscosity at 6% NaOH.

Key words: Carrageenan, Type and concentration alkali, Gel Strength and Viscosity

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan rumput laut pertama kali sebagai obat
dengan panjang garis pantai 81.000 km tradisional, kemudian dalam industri kimia
merupakan kawasan pesisir dan lautan digunakan sebagai bahan yodium.
yang memiliki sumberdaya hayati yang Pemanfaatannya berkembang di berbagai
besar dan beragam. Sumberdaya hayati bidang industri makanan, farmasi,
tersebut merupakan potensi pembangunan kosmetik, fotografi, tekstil perkayuan dan
yang sangat penting sebagai sumber pestisida. Nilai ekonomis terdiri dari
pertumbuhan ekonomi baru (Dahuri, 2002). kandungan bahan koloid pada setiap jenis.
Rumput laut dengan nama ilmiah Yaitu: agar-agar, karaginan dan algin
adalah algae. Dalam dunia perdagangan (Chapman and Chapman, 1980). Rumput
disebut dengan agar-agar. Pemanfaatan laut jenis algae merah paling banyak
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 128

diminati di dunia ini terbukti dari dipakai untuk meningkatkan kekuatan gel
permintaan pasar dunia yang rerata dan viskositas karaginan. Tujuan dari
mencapai 18.000 – 20.000 ton/tahun, penelitian ini adalah untuk mengetahui
sebanyak 4000 ton berasal dari jenis jenis larutan alkali dan konsentrasi yang
Eucheuma sp. yang tumbuh di wilayah dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan
perairan Indonesia (Winarno, 1996). gel dan viskositas yang maksimal.
Karaginan merupakan getah rumput
laut yang diekstraksi dengan air atau Materi dan Metode
larutan alkali dari spesies tertentu dari Metode penelitian yang dipakai
kelas Rhodophyceae (alga merah). adalah metode metode eksperimental
Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid laboratoris, menurut Nazir (1988) metode
yang terdiri dari ester kalium, natrium, ini adalah observasi dibawah kondisi buatan
magnesium, dan kalium sulfat, dengan (artificial condition) dimana kondisi tersebut
galaktosa dan 3,6-anhydro-galaktosa dibuat dan diatur oleh si peneliti.
(Winarno, 1996). Menurut Hellebust dan Penelitian ini menggunakan prosedur
Cragie (1987), karaginan terdapat dalam pembuatan SRC (semi refined carrageenan)
dinding sel rumput laut atau matriks menurut Basmal et al. (2002) yang telah
intrasellulernya dan karaginan merupakan dimodifikasi. Rumput laut dicuci dengan air
bagian penyusun yang besar dari berat bersih sampai semua kotorannya hilang lalu
kering rumput laut. Produk karaginan yang dipotong dengan ukuran 1-2 cm dan
digunakan kurang lebih 80% untuk industri dipanaskan dalam larutan alkali yang sudah
dan pangan, beberapa produk yang ditetapkan yaitu, KOH 4%, 6%, 8% dan
menggunakan karaginan adalah jelli, saus, NaOH 4%, 6%, 8% pada suhu 60-70°C
sirup, dodol, nugget dan produk susu selama 1 jam. Setelah dipanaskan
sedangkan sisanya 20% dimanfaatkan kemudian disaring dan dicuci dengan air
dalam industri non pangan, farmasi dan sampai pH 9, kemudian direndam dengan
kosmetik. Dalam industri pangan karaginan kaporit. Setelah itu direndam kembali
berfungsi sebagai pensuspensi, stabilizer, dengan air tawar selama 30 menit dan
pembentuk gel, pencegah sineresis, dikeringkan dibawah sinar matahari, lalu
emulsifier, thickener dan bodying agent dihaluskan. Tepung yang diperoleh diayak
(Anggadiredja et al., 2006). dengan ayakan yang berukuran 80 mesh
Kebutuhan karaginan di dunia kemudian dianalisa untuk menguji
industri tiap tahunnya meningkat sekitar 5- kekuatan gel dan viskositas karaginannya.
7% dan produksi karaginan di Indonesia
masih belum memenuhi kebutuhan industri HASIL DAN PEMBAHASAN
di dunia ini terkendala oleh produksi yang Hasil
sebagian besar masih berskala rumah Hasil penelitian untuk analisa
tangga sehingga kualitas karaginan kekuatan gel menunjukan pada KOH hasil
menjadi rendah selain itu biaya produksi tertinggi terjadi dengan menggunakan
juga tinggi oleh karena itu karaginan di konsentrasi 6% sebesar 630,71 ± 10,32
Indonesia sebagian besar masih impor. g/m² dan terendah pada konsentrasi 4%
Kekuatan gel dan viskositas merupakan dengan 192,00 ± 1,12 g/m². Sedangkan
salah satu kualitas karaginan yang banyak pada larutan NaOH kekuatan gel tertinggi
dibutuhkan dalam dunia industri. Dalam pada konsentrasi 8% sebesar 452,24 ±
proses pembuatan karaginan masih banyak 125,45 g/m² dan terendah pada
yang menggunakan jenis larutan alkali konsentrasi 4% sebesar 184,63 ± 4,48
panas yang berbeda seperti KOH dan NaOH g/m² (Gambar 1).
tetapi masih belum ditemukan mana yang Hasil penelitian untuk analisa
lebih efektif sebagai pelarutnya selain itu viskositas menunjukan pada KOH hasil
konsentrasi yang dipakai juga masih belum tertinggi terjadi dengan menggunakan
ditemukan berapa persen yang harus konsentras 6% sebesar 24,61 ± 0,33 cPs
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 129

dan terendah pada konsentrasi 8% sebesar diperoleh oleh konsentrasi 6% dengan


20,00 ± 0,15 cPs. Sedangkan pada NaOH 13,72 ± 0,06% dan terendah pada
viskositas tertinggi terjadi dengan konsentrasi 4% dengan 12,86 ± 0,50%
menggunakan konsentrasi 8% sebesar (Gambar 4).
25,07 ± 0,17 cPs dan terendah pada
konsentrasi 4% sebesar 22,58 ± 0,26 cPs Kadar Sulfat
(Gambar 2). Hasil penelitian menunjukan pada
NaOH kandungan sulfat tertinggi diperoleh
oleh konsentrasi 6% dengan 7,85 ± 0,04%
dan terendah pada konsentrasi 4% dengan
3,84 ± 0,25%. Sedangkan pada KOH 4%
menjadi yang tertinggi dengan 7,00 ±
0,51% dan terendah pada konsentrasi 6%
dengan 3,06 ± 0,02% (Gambar 5).

Gambar 1. Kekuatan Gel pada KOH dan


NaOH dengan 4%, 6%, 8%

Gambar 3. Kadar Air pada KOH dan


NaOH dengan 4%, 6%, 8%
Gambar 2. Viskositas pada KOH dan
NaOH dengan 4%, 6%, 8%

Faktor yang mempengaruhi:


Kadar Air
Hasil penelitian menunjukan pada
NaOH kadar air tertinggi diperoleh oleh
konsentrasi 8% sebesar 25,45 ± 0,75%
dan terendah pada konsentrasi 6% sebesar
21,49 ± 1,36%. Sedangkan pada KOH nilai
tertinggi terjadi pada konsentrasi 4%
dengan 25,75 ± 0,73% dan terendah 8%
dengan 22,12 ± 0,20% (Gambar 3).

Kadar Abu Gambar 4. Kadar Abu pada KOH dan


NaOH dengan 4%, 6%, 8%
Hasil penelitian menunjukan pada
NaOH kadar abu tertinggi diperoleh oleh
konsentrasi 6% dengan 14,00 ± 0,04% dan
terendah konsentrasi 4% dengan 13,00 ±
0,06%. Sedangkan pada KOH nilai tertinggi
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 130

menambahkan, karaginan membutuhkan


kation tertentu seperti K+, Rb+, Cs+ dan
NH+ dalam menambah pembentukan gel.
Hasil yang diperoleh masih sedikit lebih
rendah dari penelitian yang dilakukan oleh
Lestari (2004), yaitu sebesar 482.300 g/m²
dengan konsentrasi 1%. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa larutan alkali dan
konsentrasi pada NaOH berpengaruh nyata
terhadap kekuatan gel karaginan (P<0,01).
Gambar 5. Kadar Sulfat pada KOH dan
Kekuatan gel pada KOH 4% paling rendah
NaOH dengan 4%, 6%, 8%
dengan 192,00 ± 1,12 g/m², lalu
Pembahasan meningkat pada konsentrasi 6% dengan
Kekuatan gel terendah yang rerata 630,71 ± 10,32 g/m². Analisis
dihasilkan NaOH terdapat pada konsentrasi statistik menunjukan bahwa pada larutan
4% dengan 184,63 ± 4,48 g/m² dan yang KOH berpengaruh nyata terhadap kekuatan
tertinggi pada konsentrasi 8% dengan gel karaginan (P<0,01), tetapi terjadi
452,24 ± 125,45 g/m², hal ini diduga fenomena dimana kekuatan gel tertinggi
semakin pekatnya konsentrasi alkali, akan terjadi pada larutan KOH dengan
menyebabkan peningkatan pH sehingga konsentrasi 6% bukan 8% yang turun
kemampuan NaOH semakin besar dalam kekuatan gelnya. Menurunnya kekuatan gel
mengekstraksi polisakarida menjadi pada konsentrasi KOH 8% ini diduga oleh
sempurna sehingga meningkatkan miningkatnya kadar sulfat dalam karaginan.
kekuatan gel, Rey dan Labuza (1981) Kekuatan gel akan meningkat seiring
menyatakan bahwa peningkatan kekuatan dengan menurunnya kadar sulfat pada
gel pada karaginan disebabkan oleh adanya karaginan. Hal ini diperkuat dengan
daya tarik ionic antara elektro negatif ester pernyataan Basmal et al. (2002)
sulfat dengan kation tertentu, Towle (1973) kandungan sulfat dalam kappa karaginan
menambahkan, mekanisme kerja larutan sangat berperan dalam pembentukan 3,6
NaOH dapat mempermudah keluarnya anhidro-galaktosa, sulfat yang rendah akan
gugus 6-sulfat dari polimernya menjadi meningkatkan kandungan 3,6 anhidro-
3,6-anhidro-galaktosa yang dapat galaktosa dan sebagai akibatnya kekuatan
meningkatkan kekuatan gel karaginan. Dari gel kappa karaginan akan meningkat.
histogram (Gambar 5), kadar sulfat dimana Kekuatan gel dalam penelitian ini lebih
yang tertinggi terjadi pada konsentrasi 4% besar dari pada penelitian yang dilakukan
lebih tinggi dari pada dua konsentrasi yang Lestari (2004), yaitu sebesar 539.000 g/m²
lain, ini yang menyebabkan kekuatan gel dengan konsentrasi KOH 1%.
pada konsentrasi 4% paling rendah, begitu Viskositas merupakan faktor mutu
pula yang terjadi pada konsentrasi 6% yang penting untuk zat cair dan semi cair
pada konsentrasi ini kadar sulfat yg (kental) atau produk murni, hal ini
dihasilkan lebih rendah dari pada dua merupakan ukuran dan kontrol untuk
konsentrasi yang lain sehingga kekuatan mengetahui mutu dari produk akhir
gel yang dihasilkan menjadi yang tertinggi, (Lestari, 2004). Hasil analisis viskositas
ini diperkuat dengan pernyataan Basmal et tertinggi yang dihasilkan NaOH terdapat
al. (2002) kandungan sulfat dalam kappa pada konsentrasi 8% dengan 25,07 ± 0,17
karaginan sangat berperan dalam cPs dan yang terendah pada 4% dengan
pembentukan 3,6 anhidro-galaktosa, sulfat 22,48 ± 0,26 cPs. Semakin tinggi
yang rendah akan meningkatkan konsentrasinya semakin tinggi pula
kandungan 3,6 anhidro-galaktosa dan viskositas yang didapat. Viskositas pada
sebagai akibatnya kekuatan gel kappa larutan KOH tertinggi pada konsentrasi 6%
karaginan akan meningkat. Towle (1973) sebesar 24,60 ± 0,32 cPs dan terendah
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 131

pada konsentrasi 8% sebesar 20 ± 0,15 tertinggi terjadi pada konsentrasi 4%


cPs. Penurunan ini diduga garam yang dengan 25,75 ± 0,73% dan yang terendah
terlarut dalam karaginan ini akan pada konsentrasi 8% dengan 22,12 ±
menurunkan muatan bersih sepanjang 0,20%. Hasil analisis statistik menunjukkan
rantai polimer, jadi garam-garam ini kadar air yang diperoleh tidak berpengaruh
sebagai pengotor karaginan yang diperoleh nyata dengan larutan alkali dan konsentrasi
masih belum murni karena masih terdapat alkali (P>0,01). Kadar air terendah terjadi
garam-garam mineral. Menurut Towle pada larutan alkali NaOH dengan
(1973) penurunan muatan bersih karaginan konsentrasi 6% dan tertinggi pada larutan
menyebabkan penurunan gaya tolakan alkali KOH dengan konsentrasi 4% hal ini
antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat diduga kandungan sulfat pada larutan alkali
hidrofilik polimer semakin melemah dan KOH 4% hal ini lebih rendah sehingga tidak
kekentalan semakin menurun kadar sulfat banyak mengikat air pada saat ekstraksi
yang terdapat dalam karaginan. Kekentalan dari pada larutan alkali yang lain, ini
larutan karaginan disebabkan oleh sifat berkaitan dengan kekuatan gel yang akan
karaginan sebagai polielektrolit. Gaya diperoleh. Kadar air yang diperoleh dalam
tolakan antar muatan-muatan negatif penelitian ini masih cukup tinggi bila
sepanjang rantai polimer yaitu gugus sulfat, dibandingkan dengan syarat yang
mengakibatkan rantai molekul menegang, dikeluarkan oleh FAO yaitu sebesar 12%.
karena sifat hidrofoliknya polimer tersebut Dalam penelitian ini proses penjemuran
dikelilingi oleh molekul-molekul air yang karaginan yang dilakukan selama 1 sampai
termobilisasi sehingga menyebabkan 2 hari dengan panas terik yang cukup.
larutan karaginan bersifat kental (Guiseley Sepertinya penjemuran yang dilakukan
et al., 1980). Ditambahkan oleh Towel belum cukup mengeringkan karaginan
(1973) kekentalan larutan dipengaruhi oleh sehingga kadar air yang diperoleh cukup
temperatur, jenis karaginan, berat molekul tinggi. Faktor yang mempengaruhi
dan logam berat yang terkandung dalam kandungan kadar air pada karaginan antara
karaginan tersebut. Hasil analisis statistik lain sistem pengeringan, sifat bawaan
terdapat pengaruh dari viskositas dengan produk seperti adanya ion yang bersifat
larutan dan konsentrasi alkali (P<0,01). higroskopis dan adanya faktor perlakuan
Hasil penelitian ini telah memenuhi standar dalam proses ATC (Basmal et al., 2009).
yang ditetapkan FAO yaitu minimal 5 cPs Kadar abu pada larutan NaOH
dan nilai ini masih dibawah dari penelitian terendah dengan konsentrasi 4%; 13,00%
Nuswantari (1997) yaitu 62,7 cPs. Data ± 0,06 dan tertinggi pada konsentrasi 6%;
yang diperoleh dari hasil penelitian ini 14,00% ± 0,04 sedangkan pada larutan
menunjukkan hubungan korelasi antara alkali KOH nilai tertinggi dengan
kadar air, kadar abu dan kadar sulfat konsentrasi 6%; 13,72% ± 0,06 dan
dengan viskositas, dimana kadar abu terendah pada konsentrasi 4%; 12,86% ±
berpengaruh besar terhadap tinggi 0,50. Hasil analisis statistik menunjukan
rendahnya viskositas yang didapat diantara kadar abu yang diperoleh dari penelitian ini
analisis yang lain. berpengaruh nyata terhadap larutan dan
Pengujian karaginan dengan konsentrasi alkali (P<0,01). Larutan alkali
menganalisis kadar air bertujuan untuk NaOH dengan konsentrasi 6% lebih tinggi
mengetahui seberapa besar kandungan air dari pada konsentrasi yang lain dan larutan
yang masih tertinggal karena ini berkaitan alkali KOH dengan konsentrasi 4% lebih
dengan mutu dari karaginan tersebut. Hasil rendah dari pada yang lain. Tinggi
penelitian menunjukan kadar air tertinggi rendahnya kadar abu dipengaruhi adanya
yang diperoleh oleh larutan NaOH terjadi garam mineral lain yang menempel pada
pada konsentrasi 8% dengan nilai 25,45 ± rumput laut seperti natrium dan kalsium
0,75% dan yang terendah pada 6% dengan (Winarno, 1990). Kandungan abu
21,49 ± 1,36% ,pada larutan KOH kadar air menunjukkan besarnya kandungan mineral
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 132

pada rumput laut yang tidak terbakar pada begitupula sebaliknya (Guiseley et al.,
saat pengabuan (Bidwel, 1974). Hasil ini 1980). Ini akan mempengaruhi kekuatan
berpengaruh pada kekuatan gel pada gel dan viskositas karaginan. Kandungan
karaginan. Semakin besar kadar abu yang sulfat dipengaruhi oleh tipe karaginan,
dihasilkan semakin besar pula kadar sulfat konsentrasi, kadar air, jenis dan umur
yang didapat, hal ini dikarenakan pada saat panen (Pamungkas 1987 dalam
proses pengabuan beberapa sulfat akan Suryaningrum 1988).
menguap menjadi SO΍ dan lainnya akan
menjadi mineral atau oksida yang tidak Kesimpulan
menguap selama pengabuan (Anonymous, Jenis dan konsentrasi alkali
1978). Kadar abu yang dihasilkan dalam memberikan pengaruh terhadap kekuatan
penelitian ini berkisar antara 12,86 – gel dan viskositas karaginan. Larutan KOH
14,00% hasil ini masih jauh dibawah 6% memberikan pengaruh tertinggi pada
standar maksimum yang diisyaratkan oleh kekuatan gel sebesar 630,71 ± 10,32 g/m²
FAO adalah sebesar 14 – 40% jika dibandingkan dengan jenis dan
Rumput laut penghasil agar maupun konsentras lain, sedangkan untuk viskositas
penghasil karaginan mengandung gugus yang memberikan pengaruh tertinggi
sulfat dan merupakan salah satu faktor terjadi pada NaOH 8% dengan 25,07 ±
penentu kualitas produk rumput laut 0,17 cPs.
(Basmal et al., 2002). Kappa karaginan dari
alga laut terbentuk dari μ-karaginan UCAPAN TERIMAKASIH
dengan cara menghilangkan sulfat pada Penulis mengucapkan banyak terima
atom C-6 dalam galaktosa 6-sulfat dengan kasih kepada dosen pembimbing utama
ikatan atom C 1,4 dan membentuk 3,6- saya yaitu Bapak Dr. AB Susanto, M.Sc
anhidro-galaktosa (Glicksman, 1983). serta Ibu Dra. Rini Pramesti, M.Si selaku
Sulfat yang terdapat dalam μ-karaginan dosen pembimbing anggota yang selalu
dapat dihilangkan dengan menggunakan memberikan saran dan masukan dalam
borohidrida dalam kondisi alkali (Moriano, pembuatan jurnal ilmiah ini.
1977). Hasil penelitian menunjukan Terima kasih kepada kemendikbud
kandungan sulfat pada larutan NaOH yang telah memberikan beasiswa unggulan
tertinggi dengan konsentrasi 6%; 7,85% ± melalui program P3SWOT.
0,04 dan terendah 4% dengan 3,84% ± Penulis juga menyampaikan
0,25 sedangkan pada larutan KOH nilai terimakasih kepada semua pihak yang
tertinggi pada konsentrasi 4% dengan membantu untuk pembuatan artikel ini.
7,00% ± 0,51 dan terendah pada 6%
dengan 3,06% ± 0,02. Dilihat dari analisis DAFTAR PUSTAKA
statistik kadar abu yang diperoleh Anggadireja, J., T.A. Zatnika dan S.
berpengaruh nyata terhadap larutan dan Prayugo. 2006. Rumput Laut.
konsentrasi alkali (P<0,01). Larutan alkali Penebar Swadaya, Jakarta, 148
NaOH 6% menjadi yang tertinggi dari pada hlm.
larutan alkali dan konsentrasi yang lain, Anonymous. 1978. Reactivity With Potasic
sedangkan kadar sulfat yang terendah Chloride. MA-03.E01. Ceamsa,
terdapat pada larutan alkali KOH 6%. Hasil Pontevedra.
ini masih jauh dibawah dari penelitian Basmal, J., N. Aji, B. Gunawan dan B.
Suryaningrum et al. (2003) yaitu 13,65%- Purdiwoto. 2002. Sifat – Sifat
14,19%. Ini juga masih dibawah standar Fisika Kimia Rumput Laut
yang ditetapkan oleh FAO yaitu berkisar Penghasil Agar, Alginat, dan
15% sampai 40%.Tinggi rendahnya kadar Karaginan. Pusat Riset Pengolahan
sulfat dipengaruhi oleh kadar abu dalam Produk dan Sosial Ekonomi
karaginan, semakin tinggi kadar abu Kelautan dan Perikanan, Jakarta,
semakin tinggi pula kadar sulfatnya, 76 hlm.
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 133

Basmal, J., B.S. Bandol Utomo dan B.B. Nuswantari, W.S. 1997. Pengaruh Letak
Sedayu. 2009. Mutu Semi Refineed dan Ukuran Rakit Terhadap Laju
Carrageenan (SRC) yang Diproses Pertumbuhan Kualitas Budidaya
Menggunakan Air Limbah E.alvarezii Doty. Fakultas Biologi.
Pengolahan SRC yang Didaur Universitas Nasional. Jakarta. 90
Ulang. Jurnal Pascapanen dan halaman.
Bioteknologi Kelautan dan Pamungkas, K.T. 1987. Mempelajari
Perikanan Vol. 4 No. 1, Jakarta, hlm Hubungan Antara Umur Panen
7. dengan Kandungan Karagenan dan
Bidwel, R.G.S.L. 1974. Plant Physiology. Senyawa-senyawa Lainnya pada
Mac Millan Publishing, Co., Inc., Eucheuma cottonii dan Eucheuma
London, 643 p. spinosum. Bogor: Jurusan
Chapman, V.J. and D.J. Chapman. 1980. Pengolahan Hasil Perikanan.
Seaweeds and Their Uses. 3th ed., Fakultas Perikanan. IPB. 66 hlm.
Chapman and Hall, 333 p. Rey, D.K. dan Labuza, T.P. 1981.
Dahuri, R. 2002. Paradigma Baru Characterization of the Effect of
Pembangunan Indonesia Berbasis Solution on the Water-binding and
Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Gel strength Properties of
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Carrageenan. J. Food Sci. 46: p.
dan Kelautan. Institut Pertanian 786–789.
Bogor. 233 hlm. Suryaningrum, Th.D. 1988. Kajian Sifat –
Glicksman, M. 1983. Red Seaweed Extracts Sifat Mutu Komoditi Rumput Laut
(Agar, Carageenans, Fulcelleran) in Budidaya Jenis Eucheuma cottonii
Food Hydrocolloid Baton Raton, dan Eucheuma spinosum. [Tesis].
Florida, CRC Pres.pp : 73-113. Program Pascasarjana, Fakultas
E.cottonii. Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB,
Guiseley, K.B., Stanley, N.F., and Bogor, 55 hlm.
Whitehouse, P.A. 1980. Suryaningrum, Th.D., Murdinah dan Erlina,
Carrageenan. In: Davis, R.L. M.D. 2003. Pengaruh Perlakuan
(editor). Handbook of Water Alkali dan Volume Larutan
Soluble Gums and Resins. London, Pengekstrak Terhadap Mutu
Mc Graw Hill Book Company, Karagenan dari Rumput Laut
New York, Toronto, pp. 125-142. Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian
Hellebust, J.A., and Cragie, J.S. 1987. Perikanan Indonesia. 9(5) 65-76.
Handbook of Phycological Methods. Towle, G.A. 1973. Carrageenan. In:
Cambridge University Press, Whistler RL (editor). Industrial
London, pp. 54-66. Gums. 2nd ed., Academik Press New
Lestari, H. 2004. Pengaruh Penambahan York, 83 – 114 p.
Alkali dan Natrium Disulfit Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan
Terhadap Mutu Karagenan dari Rumput Laut. Pustaka Sinar
Eucheuma cottonii. Fakultas Harapan. Jakarta, 150 hlm.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Moirano, A.L. 1977. Sulphated Seaweed
Polysaccharides In Food Colloids.
Graham M.D. (editor). The AVI
Publishing Company Inc. Westpoint
Connecticut, pp. 347-381.
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia, Jakarta, 622 hlm.

Anda mungkin juga menyukai