Anda di halaman 1dari 22

Perencanaan Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang


permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau
melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali
disebut juga sebagai penampang memanjang jalan.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya
pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan
mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu
banyak mempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai dengan
persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya.
Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tanah asli sehingga
memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di daerah yang datar. Di
daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang
dengan pekerjaan timbunan, sehingga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap
dapat dipertanggung jawabkan. Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh
:
a. Kondisi tanah dasar
b. Keadaan medan
c. Fungsi jalan
d. Muka air banjir
e. Muka air tanah
f. Kelandaian yang masih memungkinkan

Alinyemen vertikal disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri dari
garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki
atau menurun, biasa disebut berlandai. Landai jalan dinyatakan dengan persen.
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan, maka
landai jalan diberi tanda positif uintuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatif
untuk penurunan dari kiri. Pendakian dan penurunan memberi efek yang berarti
terhadap gerak kendaraan.

Dalam perencanaan alinyemen vertikal ini data yang digunakan adalah data berikut
ini:
a) Perhitungan Kelandaian
1. Antara Sta. C dengan PPV1
Data-Data :
 Sta. potongan C = 0 + 000
 Elevasi potongan C = 28,50 m
 Sta. PPV1 = 0 + 150
 Elevasi PPV1 = 27,10 m
Elv.PPV1  Elv.Sta. A
g1 = x100%
Jarak

= 27,10  28,50 x100%  0.93%


150

2. Antara PPV1 dengan PPV2


Data-Data :
 Sta. PPV1 = 0 + 150
 Elevasi PPv1 = 27,10 m
 Sta. PPv2 = 0 + 450
 Elevasi PPV2 = 33 m
Elv.PPV2  Elv.PPV1
g2 = x100%
Jarak
33  27,10
= x100%  1,96%
300

3. Antara PPV2 dengan PPV3


Data-Data :
 Sta. PPV2 = 0 + 450
 Elevasi PPv2 = 33 m
 Sta. PPv3 = 0 + 650
 Elevasi PPV3 = 30 m

Elv.PPV3  Elv.PPV2
g3 = x100%
Jarak
30  33
= x100%  1,5%
200
4. Antara PPV3 dengan PPV4
Data-Data :
 Sta PPV3 = 0 + 650
 Elevasi PPv3 = 30 m
 Sta PPV4 = 0 + 800
 Elevasi PPv4 = 30 m

g4 = Elv.PPV4  Elv.PPV3 x100%


Jarak

= 30  30 x100%  0%
150

5. Antara PPV4 dengan Sta. E


Data-Data :
 Sta PPV4 = 0 + 800
 Elevasi PPv4 = 30 m
 Sta. E = 0 + 900
 Elevasi Sta. E = 32,30 m

g5 = Elv.Sta.E  Elv.PPV4 x100%


Jarak
32,30  30
= x100%  2.3%
100

b) Perencanaan Lengkung Vertikal


Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan
dengan mempergunakan lengkung vertikal. lengkung vertikal tersebut
direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan
drainase.

1) Lengkung Vertikal Cekung


Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.
Panjang lengkung vertikal cekung juga harus ditentukan dengan
memperhatikan :
o Jarak penyinaran lampu kendaraan
o Jarak pandangan bebas dibawah bangunan
o Persyaratan drainase
o Kenyamanan mengemudi
o Keluwesan bentuk

Yang termasuk dalam lengkung vertikal cekung adalah :


a. Lengkung PPV1

Data-data :
Sta. PPV1 = 0 + 150 Sta. PPV2 = 0 + 450
Elv. PPV1 = 27,10 m
A = ‫׀‬g1 - g2‫׀‬
= -0,93 % - (1,96 %)
= 2,89% (lengkung cekung)
Jarak pandang henti dengan kecepatan rencana 80 km/jam adalah 115
m. (DEPARTEMEN PU, 1997)
 Lv berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal
cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. (Sukirman 1999)
Dalam Perencanaan, tinggi lampu depan biasanya diambil
setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran 10 . Dalam hal ini, penulis
menggunakan tinggi lampu depan setinggi 75 cm. Letak penyinaran
lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2 keadaan, yaitu :
1) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L
2) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan > L

S<L
AS 2
Lv =
120  3,5.S

2,89.(115) 2
=
120  3,5.115
= 73,14 m (tidak memenuhi syarat)

S>L
120  3,5.S
Lv = 2S 
A

= 2.115  120  3,5.115


2,89

= 49,21 m (memenuhi syarat)

 Lv berdasarkan jarak pandang bebas di bawah bangunan


Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang
melintasi bangunan-bangunan lain seperti jalan lain, jembatan
penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalangi oleh bagian
bawah bangunan tersebut.
Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan
berdasarkan jarak pandangan henti minimum dengan mengambil tinggi
mata pengemudi truk yaitu 1,80 m dan tinggi objek 0,50 m (tinggi
lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m,
disarankan mengambil lebih besar untuk perencanaan yaitu ± 5,5 m,
untuk memberi kemungkinan adanya lapisan tambahan dikemudian
hari. (Sukirman, 1999)

S<L

AS 2
Lv =
3480
2,89.(115) 2

3480
= 10.98 m (tidak memenuhi syarat)

S>L
3480
Lv = 2 S 
A

= 2.115  3480
2,89

= 105,85 m (memenuhi syarat)

 Lv berdasarkan bentuk visual


Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal
cekung menimbulkan rasa tidak nyaman kepada pengemudi, yang akan
menyebabkan percepatan sentripetal. Panjang lengkung vertikal
cekung minimum yang memenuhi syarat kenyamanan ditentukan oleh
percepatan sentripetal yang tidak melebihi 0,3 m/det2, yaitu:

AV 2
Lv 
380
dimana : V = kecepatan rencana, km/jam
A = perbedaan aljabar landai.
L = Panjang lengkung vertikal cekung.
(sukirman 1999)

AV 2 2,89.(80) 2
Lv =  = 48,67 m
380 380
 Lv berdasarkan persyaratan drainase
Persyaratan panjang lengkung vertikal cekung sehubungan dengan
drainase (Sukirman 1999) :
Lv = 50. A
= 50. 2,89
= 144,5 m (Lv yang digunakan)

 Lv berdasarkan kenyamanan pengemudi


Panjang lengkung vertikal cekung dengan mempergunakan persamaan
AL
Ev 
800 pendek jika perbedaan kelandaian kecil. Hal ini akan
mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung. Untuk
munghindari hal itu, panjang lengkung vertikal cekung diambil ≥ 3
detik perjalan.(Sukirman, 1999):

Lv = V.t
1000
= 80. x3
3600
= 66,67 m

Panjang lengkung vertikal (Lv) dari titik PPV ke bagian lengkung


(Ev) (hal.161. Silvia Sukirman):
A.Lv
Ev =
800
2,89 x144,5
=
800
 0,52 m
Data-data lengkung PPV1 :
 Sta. PPV1 = 0 + 150
 Elevasi PPV1 = 27,10 m
 Lv = 144,5 m
 Ev = 0,52 m

 Perhitungan Stationing dan Elevasi


 Sta. PLV1 = Sta. PPV2 – Lv/2
= 0 + 150 – 144,5/2
= 0 + 77,75

 Elv. PLV1 = Elv. PPV1 – g1. Lv/2


= 27,10 – (-0,93% . 144,5/2)
= 27,77 m
 Sta. PPV1’ = Sta. PPV1
= 0 + 150

 Elv. PPV1’ = Elv. PPV2 + Ev


= 33 + 0,52
= 33,52 m

 Sta. PTV1 = Sta. PPV1 + Lv/2


= 0 + 150 + 144,5/2
= 0 + 222,25

 Elv. PTV1 = Elv. PPV2 + g2. Lv/2


= 27,10+ (1,96%. 144,5/2)
= 28,51 m
b. Lengkung PPV3

Data-data :
Sta. PPV3 = 0 + 650
Elv. PPV3 = 30 m
A = ‫׀‬g3 – g4‫׀‬
= -1,5% - 0%
= 1,5% (lengkung cekung)
Jarak pandang henti dengan kecepatan rencana 80 km/jam adalah 115
m. (DEPARTEMEN PU, 1997)

 Lv berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan


Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal
cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. (Sukirman 1999)
Dalam Perencanaan, tinggi lampu depan biasanya diambil
setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran 10 . Dalam hal ini, penulis
menggunakan tinggi lampu depan setinggi 60 cm. Letak penyinaran
lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2 keadaan, yaitu :
3) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L
4) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan > L

S<L
AS 2
Lv =
120  3,5.S

1,5.(115) 2
=
120  3,5.115
= 68,97 m (tidak memenuhi syarat)

S>L
120  3,5.S
Lv = 2S 
A

= 2.115  120  3,5.115


1,5
= -118,33 (memenuhi syarat)

 Lv berdasarkan jarak pandang bebas di bawah bangunan


Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang
melintasi bangunan-bangunan lain seperti jalan lain, jembatan
penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalangi oleh bagian
bawah bangunan tersebut.
Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan
berdasarkan jarak pandangan henti minimum dengan mengambil tinggi
mata pengemudi truk yaitu 1,80 m dan tinggi objek 0,50 m (tinggi
lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m,
disarankan mengambil lebih besar untuk perencanaan yaitu ± 5,5 m,
untuk memberi kemungkinan adanya lapisan tambahan dikemudian
hari. (Sukirman, 1999)
S<L

AS 2
Lv =
3480
1,5.(115) 2

3480
= 5,7 m (tidak memenuhi syarat)

S>L
3480
Lv = 2 S 
A
3480
= 2.115 
1,5
= -2090m (memenuhi syarat)

 Lv berdasarkan bentuk visual


Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal
cekung menimbulkan rasa tidak nyaman kepada pengemudi, yang akan
menyebabkan percepatan sentripetal. Panjang lengkung vertikal
cekung minimum yang memenuhi syarat kenyamanan ditentukan oleh
percepatan sentripetal yang tidak melebihi 0,3 m/det2, yaitu:

AV 2
Lv 
380
dimana : V = kecepatan rencana, km/jam
A = perbedaan aljabar landai.
L = Panjang lengkung vertikal cekung.
(sukirman 1999)

AV 2 1,5.(80) 2
Lv =  = 25,26 m
380 380
 Lv berdasarkan persyaratan drainase
Persyaratan panjang lengkung vertikal cekung sehubungan dengan
drainase (Sukirman 1999) :

Lv = 50. A
= 50. 1,5
= 75 m (Lv yang digunakan)

 Lv berdasarkan kenyamanan pengemudi


Panjang lengkung vertikal cekung dengan mempergunakan persamaan
AL
Ev 
800 pendek jika perbedaan kelandaian kecil. Hal ini akan
mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung. Untuk
munghindari hal itu, panjang lengkung vertikal cekung diambil ≥ 3
detik perjalan.(Sukirman, 1999):

Lv = V.t
1000
= 80. x3
3600
= 66,67 m

Panjang lengkung vertikal (Lv) dari titik PPV ke bagian lengkung


(Ev) (hal.161. Silvia Sukirman):
A.Lv
Ev =
800
1,5 x 75
=
800
 0,14 m
Data-data lengkung PPV3 :
 Sta. PPV3 = 0 + 650
 Elevasi PPV3 = 30 m
 Lv = 75 m
 Ev = 0,14 m

 Perhitungan Stationing dan Elevasi


 Sta. PLV3 = Sta. PPV3 – Lv/2
= 0 + 650 – 75/2
= 0 + 612,5

 Elv. PLV3 = Elv. PPV3 – g3. Lv/2


= 30 – (-1,5% . 75/2)
= 30,56 m

 Sta. PPV3’ = Sta. PPV3


= 0 + 650

 Elv. PPV3’ = Elv. PPV3 + Ev


= 30 + 0,14
= 30,14 m

 Sta. PTV3 = Sta. PPV3 + Lv/2


= 0 + 650 + 75/2
= 0 + 687,5

 Elv. PTV3 = Elv. PPV3+ g4. Lv/2


= 30 + (0%. 75/2)
= 30 m
C.Lengkung PPV4

Data-data :
Sta. PPV4 = 0 + 800
Elv. PPV4 = 30 m
A = ‫׀‬g4 – g5‫׀‬
= 0% - 2,3%
= 2,3% (lengkung cekung)
Jarak pandang henti dengan kecepatan rencana 80 km/jam adalah 115
m. (DEPARTEMEN PU, 1997)

 Lv berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan


Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal
cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. (Sukirman 1999)
Dalam Perencanaan, tinggi lampu depan biasanya diambil
setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran 10 . Dalam hal ini, penulis
menggunakan tinggi lampu depan setinggi 60 cm. Letak penyinaran
lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2 keadaan, yaitu :
5) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L
6) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan > L

S<L
AS 2
Lv =
120  3,5.S

2,3.(115) 2
=
120  3,5.115
= 58,21 m (tidak memenuhi syarat)

S>L

Lv = 2S  120  3,5.S
A

= 2.115  120  3,5.115


2,3
= 2,9 (memenuhi syarat)

 Lv berdasarkan jarak pandang bebas di bawah bangunan


Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang
melintasi bangunan-bangunan lain seperti jalan lain, jembatan
penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalangi oleh bagian
bawah bangunan tersebut.
Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan
berdasarkan jarak pandangan henti minimum dengan mengambil tinggi
mata pengemudi truk yaitu 1,80 m dan tinggi objek 0,50 m (tinggi
lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m,
disarankan mengambil lebih besar untuk perencanaan yaitu ± 5,5 m,
untuk memberi kemungkinan adanya lapisan tambahan dikemudian
hari. (Sukirman, 1999)
S<L

AS 2
Lv =
3480
2,3.(115) 2

3480
= 8,74 m (tidak memenuhi syarat)

S>L
3480
Lv = 2 S 
A
3480
= 2.115 
2,3
= -1283 m (memenuhi syarat)

 Lv berdasarkan bentuk visual


Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal
cekung menimbulkan rasa tidak nyaman kepada pengemudi, yang akan
menyebabkan percepatan sentripetal. Panjang lengkung vertikal
cekung minimum yang memenuhi syarat kenyamanan ditentukan oleh
percepatan sentripetal yang tidak melebihi 0,3 m/det2, yaitu:

AV 2
Lv 
380
dimana : V = kecepatan rencana, km/jam
A = perbedaan aljabar landai.
L = Panjang lengkung vertikal cekung.
(sukirman 1999)

AV 2 2,3.(80) 2
Lv =  = 38,7 m
380 380

 Lv berdasarkan persyaratan drainase


Persyaratan panjang lengkung vertikal cekung sehubungan dengan
drainase (Sukirman 1999) :

Lv = 50. A
= 50. 2,3
= 115 m (Lv yang digunakan)

 Lv berdasarkan kenyamanan pengemudi


Panjang lengkung vertikal cekung dengan mempergunakan persamaan
AL
Ev 
800 pendek jika perbedaan kelandaian kecil. Hal ini akan
mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung. Untuk
munghindari hal itu, panjang lengkung vertikal cekung diambil ≥ 3
detik perjalan.(Sukirman, 1999):

Lv = V.t

= 80. 1000 x3
3600
= 66,67 m

Panjang lengkung vertikal (Lv) dari titik PPV ke bagian lengkung


(Ev) (hal.161. Silvia Sukirman):
A.Lv
Ev =
800
2,3 x115
=
800
 0,33 m
Data-data lengkung PPV3 :
 Sta. PPV4 = 0 + 800
 Elevasi PPV4 = 30 m
 Lv = 115 m
 Ev = 0,33 m

 Perhitungan Stationing dan Elevasi


 Sta. PLV4 = Sta. PPV4 – Lv/2
= 0 + 800 – 115/2
= 0 + 742,5

 Elv. PLV4 = Elv. PPV4 – g4. Lv/2


= 30 – (0% . 115/2)
= 30 m

 Sta. PPV4’ = Sta. PPV4


= 0 + 800

 Elv. PPV4’ = Elv. PPV4 + Ev


= 30 + 0,33
= 30,33 m

 Sta. PTV4 = Sta. PPV4 + Lv/2


= 0 + 800 + 115/2
= 0 + 857,5

 Elv. PTV4 = Elv. PPV4+ g5. Lv/2


= 30 + (2,3%. 115/2)
= 31,32 m
2. Lengkung Vertikal Cembung
Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak
pandangan dapat dibedakan atas 2 keadaan yaitu :
1. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L).
2. Jarak pandangan berada di luar dan di dalam daerah lengkung (S>L).
Selain itu panjang lengkung vertikal cembung juga ditentukan
berdasarkan kebutuhan akan drainase dan kenyamanan perjalanan
(Sukirman, 1999).

Yang termasuk lengkung vertikal cembung adalah :


a. Lengkung PPV2

Data-data :
Sta. PPV2 = 0 + 450
Elv. PPV2 = 33 m
A = ‫׀‬g2 – g3‫ = ׀‬1,96% - (-1,5%) = 3,46% (lengkung cembung)
Dari tabel II.10 dan tabel II.11 Departemen PU,1997 dengan
kecepatan rencana 80 Km/Jam didapat :
 Jarak pandangan henti = 75 m
 Jarak pandangan menyiap = 520 m

 Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L)


 Berdasarkan jarak pandangan henti (Sukirman, 1999)

A.S 2
Lv =
399
3,46.(115) 2

399
= 114,68 m (memenuhi syarat)

 Berdasarkan jarak pandangan menyiap (Sukirman, 1999)

A.S 2
Lv =
960
3,46(520) 2
=
960
= 974,56 m (tidak memenuhi syarat)

 Jarak pandang berada di luar dan di dalam daerah lengkung (S>L)


 Berdasarkan jarak pandangan henti (Sukirman, 1999)

399
Lv = 2S 
A

399
= 2.115 
3,46
= 114,7 m (tidak memenuhi syarat)

 Berdasarkan jarak pandangan menyiap (Sukirman, 1999)


Lv = 2 S  960
A

960
= 2.520 
3,46
= 762,55 m (tidak memenuhi syarat)

 Berdasarkan kebutuhan akan drainase


Pada jalan yang tidak menggunakan kerb, bagian mendatar pada
puncak lengkung tidak menyebabkan masalah karena drainase
terjamin kelancarannya. Namun, untuk jalan yang menggunakan
kerb, berhubung landai minimum untuk keperluan drainase adalah
0,5 %, apabila kelandaian tersebut diberikan pada jarak 20 m dari
puncak lereng sudah cukup memadai. Syarat panjang maksimum
adalah sebagai berikut.
Lv = 50.A
= 50. 3,46
= 173 m (Lv yang digunakan)

 Berdasarkan kenyamanan perjalanan


Panjang lengkung vertikal cembung juga harus baik dilihat secara
visual. Jika perbedaan aljabar landai kecil, maka panjang lengkung
vertikal yang dibutuhkan pendek, sehingga alinyemen vertikal
tampak melengkung. Oleh karena itu disyaratkan panjang lengkung
yang diambil untuk perencanaan tidak kurang dari 3 detik
perjalanan (Sukirman, 1999)
1000
Lv = V.t = 80 x x 3  66,67 m
3600

Jadi, nilai Lv untuk PPV2 = 173 m

 Perhitungan pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian


lengkung (Ev)
Ev = A.Lv  3,46 x173  0,74 m
800 800

Data-data Lengkung PPV2


Sta. PPV2 = 0 + 450
Elv. PPV2 = 33 m
Lv = 173 m
Ev = 0,74 m

 Perhitungan Stationing dan Elevasi :


o Sta. PLV2 = Sta. PPV2 – Lv/2
= 0 + 450 – 173/2
= 0 + 363,5

o Elv. PLV2 = Elv. PPV2 – g2.Lv/2


= 33 – (1,96% . 173/2)
= 31,30 m

o Sta. PPV2’ = Sta PPV2


= 0 + 450

o Elv. PPV2’ = Elv PPV2 – Ev


= 33 – 0,74
= 32,26 m

o Sta. PTV2 = Sta PPV2+ Lv/2


= 0 + 450 + 173/2
= 0 + 536,5

o Elv. PTV2 = Elv PPV2 + g3.Lv/2


= 33 + (-1,5% . 173/2)
= 31,70 m

Anda mungkin juga menyukai