Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

KOMPONEN INTI DALAM KURIKULUM

Disusun Oleh :

Muhammad Fajar 15010104032

FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini tentang
Komponen inti dalam kurikulum

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 24 Maret 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang
mana didalamnya mencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan
dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar
hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,
dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya
melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta
unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Selain harus memperhatikan unsur-unsur di atas, di dalam mengembangkan sebuah
kurikulum juga harus menganut beberapa komponen inti dalam kurikulum dan melakukan
pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat
mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan. Dan mengenai komponen inti dalam
kurikulum dan pendekatan itu akan kami jelaskan selengkapnya dalam bab pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komponen kurikulum
2. Apa saja komponen kurikulum
3. Bagaimana hubungan antar komponen kurikulum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komponen kurikulum
2. Untuk mengetahui macam-macam komponen kurikulum
3. Untuk mengetahui hubungan antar komponen kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komponen

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu system kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pemebentukan system kurikulum. Sebagai sebuah system, kurikulum memepunyai
komponen-komponen. Seperti halnya dalam system manapun, kurikulum harus
mempunyai komponen lengkap dan funsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya
kurikulum tidak dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat komponen yang tidak
lengkap sekarang dipandang kurikulum tidak sempurna. Kurikulum disuatu sekolah
(the curiculum) mungkin mempunyai komponen kurikulum yang berbeda dari
kurikulum di sekolah yang lain karena perbedaan di dalam menafsirkan komponen
kurikulum. Adanya perbedaan-perbedaan yang seperti ini terjadi meskipun harus dapat
dipisahkan mana perbedaan prinsip dan perbedaan yang tidak prinsip. Berangkat dari
perbedaan dalam menetukan komponen kurikulum dapat mengakibatkan komponen
kurikulum menjadi meluas atau tetap pada prinsip pokoknya. Selain itu, sering
didapatkan komponen-komponen kurikulum yang disebutkan di dalam pelaksaannya
tidak sempurna dilaksanakan, karena adanya situasi atau kondisi yang mempengaruhi
kurikulum. Pelaksanaan kurikulum biasanya selalu menuntut penyesuaian antara
komponen dengan implementasinya.

B. Komponen Kurikulum
1. Tujuan kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian
tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapakan dalam undang-undang No.
2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional. Dalam skala yang lebih luas
kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber dsya
manusia yang berkualitas. Tujuan adalah sesuatu yang harus dicapai oleh peserta didik.
Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional
khususnya dan sumber daya manusai yang berkualitas umumnya. Tujuan ini
dikategorikan sebagai tujuan umum kurikulum.
2. Materi/isi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi
jenisjenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi
tersebut. Komponen isi kurikulum berisi mata pelajaran pada proses belajar mengajar,
seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata
pelajaran. Kriteria yang perlu di perhatikan dalam pemilihan isi kurikulum:
a. ) Signifikansi, materi itu harus sahih dan signifikan, artinya harus menggambarkan
pengetahuan mutakhir
b. ) Validitas, materi itu harus akurat dan otentik.
c. )Relevansi sosial, materi itu harus relevan dengan kenyataan sosial dan kultural agar
peserta didik lebih mampu memahami fenomena dunia, termasuk perubahanperubahan
yang terjadi
d. )Utility (daya guna), materi itu harus mengandung keseimbangan antara keluasan dan
kedalaman Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan
e. )Learnability, materi harus sesuai kemampuan dan pengalaman peserta didik.
f. )Minat, materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Isi atau materi disesuaikan dengan dengan jalur dan jenjang pendidikan yang
ada. Adapun isi atau materi pada pendidikan dasar antara lain.
Pemilihan materi pembelajaran erat kaitannya dengan artikulasi kurikulum dan
pemilihan metode pembelajaran. Sekurang-kurangnya terdapat lima kaidah yang perlu
diperhatikan dalm memahami materi pelajaran serta artikulasi vertical dan horizontal.
a. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar (sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama), sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Sementara jenis
pendidikan terdiri dari: pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan,
pendidikan profesi dan pendidikan khusus (UU-RI No. 20 tahun 2003, pasal 14, 15).
Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan jenjang dan jenis pendidikan,
dalam arti penetapan batas-batas cakupan dan kedalaman materi pelajaran yang sesuai
untuk jenjang dan jenis pendidikan.
b. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan (dalam arti jamak) sangat banyak ragam dan jumlahnya serta
dikelompok-kelompokkan dalam sejumlah disiplin ilmu. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa pengetahuan tentang struktur disiplin ilmu diperlukan dalam
pemilihan mata pelajaran yang wajib/layak diberikan dalam bidang studi dan jenjang
pendidikan tertentu.
c. Stuktur ilmu
Pemahaman atas hierarki struktur ilmu diperlukan untuk mengatur urutan pembelajaran
sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) dan pengulangan yang
menyebabkan tidak efisiensinya proses pembelajaran. Pemahaman atas srtuktur ilmu
akan memudahkan pendidik penyiapkan satuan acara pembelajaran (SAP) jika hendak
mengunakan salah satu model-model pembelajaran, misalnya model advance
organizer.
d. Kebermakanaan
Ausubel dan Robinsen (1967: 50-72) mengemukakan bahwa, pemilihan materi
pelajaran tidak boleh dilakukan sembaranagan. Pemilihan materi harus diarahkan pada
terjadinya proses belajar yang bermakna (meaningfull learning). Pemilihan materi
pelajaran harus memilki makna yang logis (logical meaningfullniess) dalam arti
memiliki keterhubungan (relatability) dengan struktur hipotetik dari peserta didik.
Untuk memenuhi syarat berhubungan itu materi pelajaran harus memenuhi dua syarat
mutu, yakni: memilki makna tunggal (substanveness) dan dipilih secara sembarangan
(nonarbitrary). Pemahaman atas struktur ilmu dan syarat kebermakanaan materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan pengetahuan tentang terbentuknya struktur kognitif.
Struktur kognitif terbentuk dari dua sumber, yakni: sumebr formal dan nonformal.
Sumber formal adalah materi pelajaran yang yang berasal dari kurikulum formal,
sedangkan sumber nonformal adalah objek-objek dan informasi yang diperoleh dari
lingkungan hidup, baik melalaui pergaulan maupun tayangan media massa (cetak dan
elektronik). Ausubel dan Robinson (1969: 51) mendefinisikan struktur kognitif sebagai
present knowledge which consist of the fact, concept, proposition, theories, amd row
perceptual data that the learner has available to him at any point in time. Berdasarkan
definisi ini, struktur kognitif peserta didik bisa sesuai atau kurang dari prasyarat yang
ditetapkan untuk mempelajari materi tertentu, tergantung pada proses internalisasi dari
materi pelajaran yang dipelajari sebelumnya dan perolehan dari sumber-sumber diluar
kurikulum formal. Oleh sebab itu, yang digunakan sebagai kriteria adalaah struktur
kognitif hipotetik dari rata-rata kelas.
e. Artikulasi vertikal dan horizontal
Jika seorang pendidik bermaksud meningkatkan koherensi pembelajaran dalam suatu
disiplin ilmu atau mata pelajaran tertentu, berarti ia melakukan artikulasi vertikal dan
apabila pendidik itu bermaksud mengembangkan pemahamaan hubungan antara
bebarapa disiplin ilmu atau mata pelajaran, berarti ia artikulasi horizontal.
Penggabungan artikulasi vertikal dan artikulasi horizontal dalam kurikulum spiral
(Tanner dan Tanner, 1980: 541-542). Dalam kurikulum spiral integrasi vertical berarti
pendalaman (deepening) ilmu, sementara integrasi horizontal memperluas (widening)
wawasan ilmu. Berkaitan dengan konsep kurikulum spiral ini Bruner (1960: 13, 52)
mengemukakan “A curriculum as develops should revisit these basic ideas
repeatedly, building upon them until the student has grasped the full formal
apparatus that goes with them, . . . it is possible to introduce him at an early age to
the ideas and styles that in latter life make an educated man” pembelajaran dengan
konsep kurikulum spiral, menurut Bruner, mengukuhkan penguasaan ilmu dan jika
diterapkan sejak awal pembelajaran. Penguasaan itu dapat dicapai pada umur yang
lebih muda. Hal ini dimungkinkan jika para pendidik dar beberapa mata pelajaran atau
disiplin ilmu secara sadar dan bersama-sama menerapkan konsep kurikulum spiral.
Konsep berbeda yang diungkapkan oleh John Dewey. Menurut Dewey, pertumbuhan
tergantung pada penerapan intelegensi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dialami peserta didik, bukannya dari masalah yang ditimbulkan dari luar. Pada saat
peserta didik melatih (menerapkan) intelegensinya untuk mengatasi suatu kesulitan. Ia
akan mendapatkan gagasan baru dan kemampuan (working power) untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan lain dikemudian hari. Dengan jalan itu, peserta didik sampai pada
pengertian tentang hubungan antar ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan social. Dalam pendekatan pembelajaran konvensional, guru cendrung
menepatkan materi pelajaran sebagai informasi yang harus dialihkan (transperred)
kepada peserta didik dengan pembelajaran verbal atau hafalan (verl or rote learning).
Dalam hubungan inilah Parker dan Rubin (1968)
Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu dengan tujuan kurikulum, yang
meliputi:
1) Teori ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
mengspesifikasi hubungan-hubungan antara variable-variable dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan hal tersebut.
2) Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari
kekhususankekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala
3) Generalissasi adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara bebrapa konsep.
5) Prosedur adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan oleh siswa.
6) Fakta adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminology, orang dan tempat, dan kejadian.
7) Istilah adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
8) Contoh atau ilustrasi ialah salah suatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan
untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/suatu
kata dalam garis besarnya.
10) Preposisi adalah suatu pernyataan atau theorem, atau pendapat yang tak perlu diberi
argumentasi. Aumsi hamper sama dengan paradigm atau paradigm (Oemar Hamalik, h
84-86)

3. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran


dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Dalam hubungan ini, ada tiga alternative
pendekatan yang dapat digunakan, yakni:

a. )Pendekatan yang berpusat pada pelajaran, dimana materi pembelajaran terutama


bersumber dari mata ajaran. Penyampainnaya dilakukan melalui komunikasi antara
guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikasi. Siswa sebagai
penerima pesan. Bahan pelajaran adalah pesan itu sendiri. Dalam rangkaian komunikasi
tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.
b. )Pendekatan yang berpusat pada sisiwa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan itu lebih banyak
digunakan metode dalm rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar mandiri,
belajar amodular, paket belajar dan sebagainya.
c. ) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan
mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah dengan mengandung masyarakat sekolah
atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakaan terdiri dari: karya
wisata, narasumber, kerja pengalaman, survey, proyek pengabdian/ pelayanan
masyrakat, berkemah dan unit.

4. Organisasi kurikulum

Organisasasi kurikulum terdiri dari bebarapa bentuk, masing-masing memiliki ciri


cirinya sendiri:
a. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects)
b. Mata ajaran berkorelasi (korelated)
c. Bidang studi (broadfield)
d. Program yang berpusat pada anak (childecentered program)
e.Core program
Core artinya inti atau pusat. Core program adalah suatu program yang berupa unit
atau masalah.
f. Electric program
Electric program adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara
organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran dan berpusat pada peserta
didik. Caranya ialah memilih unsur-unsur yang dianggap baik yang terdapat pada
kedua organisasi tersebut, kemudian unsur-unsur itu di integrasikan menjadi suatu
program.
Hal yang terkait dengan segala sesuatu dengan yang ada dalam sekolah
seperti: administrasi sekolah, dan yang berkaitan dengan hal yang ada disekolah.

5. Evaluasi
Evalusai merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum ialah
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat di peroleh
informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar
siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria.
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang
berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu
tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui
apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam
menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut.
Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau
mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.

Evaluasi merupakan komponen yang penting untuk melihat keberhasilan pencapaian


tujuan. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan dapat dikelompokkan
kedalam dua jenis yaitu tes dan non tes.
a. Tes
1) Kriteria tes sebagai evaluasi Sebagai alat ukur dalam prosese evaluasi, tes harus
memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan reliabilitas.
2) Jenis-jenis tes Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan
jumlah perserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes
individu. dilihat dari cara penyusunanya, tes juga dapat dibedakan menjadi tes
buatan guru dan tes standar.
b. Non tes, adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkat
laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat
evaluasi, diantanya wawancara observasi, studi kasus, skala penilaian.

C. Hubungan Komponen Kurikulum


Berikut ini adalah keterkaitan antara komponen kurikulum : Program
kurikulum berisi jenis-jenis mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut dan berisi
program dari masing- masing mata pelajaran yang berupa uraian dalam bentuk pokok
bahasan yang dilengkapi dengan mengacu kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dalam mata pelajaran bersangkutan.
Isi dari program-program kurikulum ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah tersebut baik secara keseluruhan
maupun dalam mata pelajaran. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, digunakan
strategi pelaksanaan suatu kurikulum yang tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pembelajaran, cara dalam menilai, dan cara dalam mengatur kegiatan
sekolah secara keseluruhan. Jadi, kesimpulannya isi kurikulum disesuaikan dengan
tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui sekolah tersebut dan untuk mencapai
tujuan tersebut digunakan strategi pelaksanaan suatu kurikulum.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen- komponen yang saling mendukung akan membentuk kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam komponen kurikulum yang perlu diperhatiakan yaitu:
Tujuan, Materi, Strategi mengajar, organisasi kurikulum, evaluasi, penyempurnaan
pengajaran. Dan setiap komponen memiliki peranan-peranan yang sangat penting dan
menentukan agar terciptanya kurikulum yang baik dan benar.
B. Saran
Pembuatan makalah ini untuk menambahkan wawasan tentang komponen-
komponen kurikulum.Kami dapat sarankan bahwa kurikulum adalah sarana untuk
mencapainya sebuah tujuan pendidikan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Bafadal. 2006 Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi
Aksara,
Lias Hasibuan, 2010 Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada,
Oemar Malik, 2007Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,
Oemar Hamalik, 2011 Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Tedjo
Narsoyo Reksoatmodjo, 2010 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan, Bandung: PT Refika Aditama,

Anda mungkin juga menyukai