Laporan Resmi Alp
Laporan Resmi Alp
PENDAHULUAN
1
2
b. Minyak.
Lumpur dengan komponen minyak dikembangkan untuk
menanggulangi sifat-sifat lumpur dasar air (water base mud) yang
tidak diinginkan. Untuk itu digunakan lumpur dasar minyak (oil
base mud) yang mempunyai keuntungan antara lain : mempunyai
sifat lubrikasi / meleburkan / menghancurkan yang baik, stabilitas
temperatur yang tahan sampai 500oF, corrosion resistance,
meminimalisasi kerusakan formasi, dan mencegah terjadinya shale
problem.
c. Emulsi Minyak dan Air.
Invert emulsion adalah pencampuran minyak dengan air dan
mempunyai komposisi minyak 50 – 70 % volume (sebagai
komponen yang kontinyu) dan air sebanyak 30 – 50 % volume
(sebagai komponen diskontinyu).Emulsi terdiri dari dua macam,
yaitu :
1. Oil In Water Emulsion.
Disini air merupakan komponen yang kontinyu dan minyak
sebagai komponen teremulsi. Air bisa mencapai sekitar 70 %
volume, sedangkan minyak sekitar 30 % volume.
2. Water In Oil Emulsion.
Disini yang merupakan komponen kontinyu adalah minyak,
sedangkan komponen yang teremulsi adalah air. Minyak bisa
mencapai sekitar 50 – 70 %, sedangkan air 30 – 50 %.
2. Fraksi Padatan.
a. ReactiveSolid (Clay, Bentonite, Attapulgite).
Reactive solid adalah padatan yang apabila bereaksi dengan fasa
cair akan membentuk sifat koloidal pada lumpur. Salah satu dari
material ini adalah bentonite, dimana bila bentonite dicampur
dengan air akan menyebar (terdispersi) karena muatan negatif pada
permukaan plat-plat materialnya akan saling tolak - menolak dan
4
3. Fraksi Additive.
a. Material pemberat.
b. Filtration loss reduce agent.
c. Viscosifier.
d. Thinner.
e. pH adjuster (pengontrol).
f. Shale stabilitator agent.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan juga dalam pemboran selain hal-hal
diatas, yaitu tentang mekanika batuan yang merupakan gaya yang bekerja pada
batuan dalam proses pemboran. Ada beberapa macam mekanika batuan antara
lain :
1. Compressive Strength
Compressive strenght merupakan kekuatan batuan untuk menerima
beban kompresif sebelum batuan itu pecah. Compressive Strengthini
8
dinding lubang terbentuk lapisan padatan yang disebut dengan mud cake yang
juga akan menahan dinding lubang supaya tidak runtuh.
Fungsi lumpur pemboran di atas ditentukan oleh komposisi kimia dan sifat
fisik lumpur. Kesalahan dalam mengontrol sifat fisik lumpur akan menyebabkan
kegagalan dari fungsi lumpur yang pada gilirannya dapat menimbulkan masalah
pemboran dan akhirnya menimbulkan kerugian besar.
Karena sifat fisik lumpur harus selalu dikontrol, maka jika terjadi
perubahan pada sifat fisiknya harus segera diatasi, karena itu perlu diketahui
dasar-dasar operasi pemboran khususnya mengenai lumpur pemboran.
Untuk menunjang hal itu maka diadakan beberapa praktikum mengenai
lumpur pemboran,diantaranya:
1. Densitas, sand content, dan pengukuran kadar minyak dalam lumpur
pemboran.
2. Pengukuran viskositas dan gel strength.
3. Filtrasi dan mud cake.
4. Analisa kimia lumpur pemboran.
5. Kontaminasi lumpur pemboran.
6. Pengukuran MBT (Methylene Blue Test).
BAB II
DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN
KADAR MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN
14
15
𝑉𝑠 + 𝑉𝑚𝑙 = 𝑉𝑚𝑏
Keterangan :
Vs =Volume solid, gallon
Vml = Volume lumpur lama, gallon
Vmb = Volume lumpur baru, gallon
ρs = Densitas solid, ppg
ρml = Densitas lumpur lama, ppg
ρmb = Densitas lumpur baru, ppg
(ρmb- ρml)Vml
Vs =
ρs-ρmb
Ws = Vs x ρs
(ρmb- ρml)Vml
Ws= x ρs
ρs-ρmb
16
(%)volumesolid :
Vs (ρmb- ρml)
x 100%= x 100%
Vmb ρs- ρml
ρs x Vs (ρmb- ρml)ρs
x 100%= x 100%
ρmb x Vmb (ρs- ρml)ρml
(ρmb- ρml)
Ws = 684 x
(35.8- ρmb)
Keterangan :
Ws = Berat solid zat pemberat, kg barite/bbl lumpur.
(ρmb- ρml)
Ws = 398
(20.825- ρmb)
Keterangan :
Ws = Kg bentonite/bbl lumpur lama.
17
b. Degassser
Berfungsi membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
dalam lumpur pemboran. Peralatan ini sangat berfungsi pada saat
pemboran menembus zona permeable, yang ditandai dengan
pemboran menjadi lebih cepat, densitas lumpur berkurang dan
volume lumpur pada mud pit bertambah.
c. Desander
Berfungsi membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan
yang berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.
d. Desilter
Berfungsi sepertidesander,namundesiltermembersihkan lumpur
dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.Selain dapat
menggunakan penyaringan dengan screen terkecil, penyaringan
denganmenggunakan mud cleaner,karenadapatlebih murahdan
lebih praktis.Penggunaan desilter dan mud cleaner harus
dioptimalisasi oleh beberapa faktor, seperti berat lumpur, nilai fasa
cair, komposisi solid dalam lumpur, biaya logistik yang
berhubungan dengan bahan kimia dan lain-lain. Normalnya berat
lumpur yang dikehendaki sekitar 10.8.
Vs
n= x 100%
Vm
Keterangan :
n = Kandungan pasir.
Vs = Volume pasir dalam lumpur.
Vm = Volume lumpur.
20
21
22
2.3.2. Bahan
1. Barite
2. Bentonite
3. Air Tawar (Aquades)
24
2.6. Pembahasan
2.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini membahas tentang densitas, sand content, dan
pengukuran kadar minyak lumpur pemboran. Suatu lumpur memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan suatu operasi
28
beban pompa sirkulasi lumpur dan dapat terjadi proses abrasi atau
pengikisan pada peralatan pemboran. Penambahan additive dalam
percobaan adalah untuk menaikkan densitas lumpur, dan apabila berdasar
efisiensi maka saya memilih menggunakan barite karena dengan gram
yang sedikit mampu menaikkan harga densitas secara signifikan dan
menstabilkan harga sand content, berbeda dengan carbonate. Sehingga
barite dapat dikatakan sebagai additive yang berfungsi menambah densitas
dari lumpur dan secara langsung mempengaruhi tekanan hidrostatik dari
lumpur yang dinyatakan dengan persamaan :
Ph = 0.052 x x h
Keterangan :
Ph = Tekanan hidrostatik, psi/ft.
= Densitas lumpur, ppg.
h = Kedalaman, ft.
Jawab: Jika saya bekerja sebagai mud engineer pada suatu operasi
pemboran maka yang akan saya gunakan dari dua material
pemberat diatas adalah Barit. Karena jika barite di tambahkan
kedalam lumpur pemboran maka tidak akan menaikkan sand
content(kandungan pasir)dibanding dengan menggunakan
CaCO3 sehingga lebih ekonomis untuk meningkatkan
densitas lumpur.
𝑉𝑠 (𝜌𝑚𝑏 −𝜌𝑚𝑙 )
𝑥100% = 𝑥 100%
𝑉𝑚𝑏 𝜌𝑆 −𝜌𝑚𝑙
𝜌𝑠
𝑆𝐺𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 = 𝜌𝑚𝑙
34.986 𝑝𝑝𝑔
𝑆𝐺𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 = = 𝟒. 𝟐
8.33 𝑝𝑝𝑔
31
5. Dari tabel diatas terlihat bahwa selain densitas, juga diukur kadar
pasir. Jelaskan secara singkat mengapa perlu dilakukan pengukuran
kadar pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam
operasi pemboran!
Jawab: Pengukuran kadar pasir perlu dilakukan karena kadar pasir
dapat mempengaruhi karakteristik lumpur (menambah berat
jenis lumpur) yang berarti akan memperbesar kerja pompa
sirkulasi. Cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan
conditioning equipment yang berfungsi untuk menghilangkan
partikel-partikel yang masuk kedalam lumpur selama
sirkulasi dan terdiri dari :
Shale Shaker : untuk cutting yang berukuran besar.
Desander : untuk cutting yang berukuran pasir.
Desiter : untuk cutting yang berukuran lebih keci dari pasir.
6. Pada saat ini selain Barite dapat juga digunakan Hematite (Fe2O3) dan
Ilmenite (FeO.TiO2) sebagai density control additive. Hematite
mempunyai harga SG antara 4.2 – 5.3. Sedangkan ilmenite dari 4.5 –
5.11 dengan kekerasan masing-masing 2 kali lebih dari barite. Dari
data tersebut, buatlah analisa kelebihan dan kekurangan kedua
additive tersebut jika dibandingkan dengan barite!
32
Jawab : a. Kelebihan :
1. Lebih mudah mengontrol tekanan statik ion.
2. Cocok untuk pemboran yang dangkal.
3. Lebih mudah mencegah lost circulation.
b. Kekurangan :
1. Sukar larut dan bercampur dengan luimpur yang lama.
2. Tidak ekonomis apabila ingin menaikkan densitas.
3. Tidak sesuai dengan pemboran pada tekanan formasi
cukup tinggi.
8. Suatu saat saudara berada dilokasi pemboran. Pada saat itu bit
mencapai kedalaman 1600 ft. Saudara diharuskan menaikkan densitas
200 bbl lumpur 11 ppg menjadi 11.5 ppg dengan menggunakan barite
33
(𝜌𝑚𝑏 − 𝜌𝑚𝑙 )
𝑊𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 = 𝑥𝑉𝑚𝑙 𝑥𝜌𝑠
𝜌𝑠 − 𝜌𝑚𝑏
(11.5 𝑝𝑝𝑔 − 11 𝑝𝑝𝑔)
𝑊𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 = 𝑥8400 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛𝑥34.986 𝑝𝑝𝑔
34.986 𝑝𝑝𝑔 − 11.5 𝑝𝑝𝑔
0.5
𝑊𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 = 𝑥 8400 𝑥 34.986
23.486
𝑊𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 = 𝟔𝟐𝟓𝟔, 𝟓𝟒𝟒𝒍𝒃
2.7. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Material yang ditambahkan untuk merawat lumpur agar sesuai sifat
yang dibutuhkan.
2. Kadar minyak yang ideal didalam lumpur pemboran berkisar 15-20%
3. Densitas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lost
circulation,densitas yang terlalu rendah dapat menyebabkan kick
4. Peningkatan harga sand content mempengaruhi nilai densitas lumpur
5. Cara mengatasinya yaitu dengan proses pembersihan menggunakan
conditioning equipment seperti shale shaker,degasser,desander, dan
desilter.
35
BAB III
PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH
3.1. TujuanPercobaan
power law. Bingham plastic merupakan model sederhana untuk fluida non
newtonian.
Fluida non –newtonian adalah fluida yang mempunyai viskositas
tidak konstan, bergantung pada besarnya geseran (shear rate) yang terjadi.
Pada setiap shear rate tertentu fluida mempunyai viskositas yang disebut
apparent viscosity dari fluida pada shear rate tersebut. Contoh dari fluida
non –newtonian adalah minyak.
Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viskositas yang
konstan, fluida non– newtonian memperlihatkan suatu yield stress suatu
jumlah tertentu dari tahapan dalam yang harus diberikan agar fluida
mengalir seluruhnya. Contoh dari fluida newtonian adalah air.
lumpur berhenti, Akan tetapi kalau gel strength terlalu tinggi, maka akan
menyebabkan kerja mud pump saat memulai kembali mensirkulasi lumpur
pemboran menjadi lebih berat dari sebelumnya dan akan menimbulkan
pecahnya formasi apabila formasi tidak kuat menerimanya. Sehingga
diperlukan break circulation setelah lumpur diam atau tidak bersirkulasi.
Pada umumnya viskositas yang tinggi berhubungan dengan gel
strength yang tinggi pula, hal ini dikarenakan karena sifat viskositas
maupun gel strength dengan sifat tarik menarik plate-plate pada clay.
Karena itu nilai viskositas dan gel strength dijaga agar tetap stabil (tidak
terlalu kecil atau terlalu besar).
Τ = 5.007 x C
γ = 1.704 x RPM
Keterangan :
τ =Shear stress, dyne/cm2.
γ =Shear rate, detik-1.
C =Dial reading, derajat( o).
RPM =Rotationper minute dari rotor.
(300 xC)
a x100
RPM
41
a x100
(300 xC)
a x100
RPM
600 300
p
600 300
Dengan memasukkan persamaan (1) dan (2) kedalam persamaan
(5) didapat :
µp = C600 – C300
γb = C300 – µp
Keterangan :
µp =Plastic Viscosity, cp.
γb =Yield Point Bingham, lb/100 ft.
C600 =Dial reading pada 600 RPM, derajat.
C300 =Dial reading pada 300 RPM, derajat.
3.3.2. Bahan
1. Bentonite
2. Air tawar (aquades)
3. Bahan-bahan pengencer (Thinner)
45
3 LD + 2.6 gr dexrtid - 11 27 18 72
4 LD + 3 gr bentonite 50 2 3.4 7 20
5 LD + 9 gr bentonite - 12 50 24 104
48
3.6 Pembahasan
3.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini membahas tentang pengukuran viskositas dan
gel strength. Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok
dalam sifat-sifat rheologi fluida pemboran. Viskositas didefinisikan
sebagai kemampuan lumpur untuk mengalir dalam suatu media. Serta gel
strength adalah lumpur akan mengagar atau menjadi gel apabila tidak
terjadi sirkulasi, hal ini disebabkan oleh gaya tarik-menarik antara partikel-
partikel padatan lumpur.
Pengukuran sifat-sifat rheologi fluida pemboran penting mengingat
efektivitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung dari
viskositas. Sifat gel pada lumpur juga penting pada saat round trip
sehingga dapat mencegah cutting mengendap didasar sumur yang dapat
menyebabkan masalah pemboran selanjutnya. Viskositas dan gel strength
merupakan sebagian dari indikator baik tidaknya suatu lumpur.
Pada praktikum perhitungan viskositas dan gel strength, yang
ditentukan dalam perhitungan adalah viskositas, yield point, dan gel
strength selama 10 detik dan 10 menit. Pada hasil percobaan di peroleh
lumpur dasar dengan viskositas relatif sebesar 52 cp, plastic viscocity
sebesar 3.5 cp, yield point sebesar 21.5, dan gel strength pada 10 detik
sebesar 3 dan pada 10 menit sebesar 10.
Pada pengukuran ini juga dilakukan penambahan additive dextrid
dan bentonite. Pada saat ditambahkan dextrid terjadi perubahan pada nilai
plastic viscocity, yield point serta gel strength yang dimana nilai dari
ketiganya menjadi lebih besar dibandingkan dengan keadaan pada lumpur
awal. Apabila ditambahkan 2 gr dextrid maka viskositas relatif menjadi 61
cp, plastic viscocity menjadi 6 cp, yield point sebesar 24, dan gel strength
pada 10 detik sebesar 5 dan pada 10 menit sebesar 14. Dan apabila
ditambahkan 2.6 gr dextrid maka plastic viscocity menjadi 11 cp, yield
point sebesar 27, dan gel strength pada 10 detik sebesar 18 dan pada 10
menit sebesar 72. Hal ini terjadi pula pada bentonite, apabila ditambahkan
49
4. Dari data diatas terlihat bahwa harga GS 10 menit selalu lebih besar
dari GS 10 detik, jelaskan!
Jawab : Karena gel strength adalah pembentuk padatan akibat gaya
tarik-menarik antara ploly-plot clay. Jikaa dalam keadaan
statis, dimana clay dapat mengatur sendiri. Oleh karena itu,
nilai Gel Strength (GS) akan semakin bertambah seiring
bertambahnya waktu. Sehinggagel strength 10 menit akan
lebih besar dibanding gel strength 10 detik.
- 𝛾𝑏 = C300– 𝜇𝑝
= 130 – 25
𝑳𝒃
= 105
𝟏𝟎𝟎𝑭𝒕𝟐
52
3.7 Kesimpulan
1. Dextrid dan bentonite ditambahkan untuk menaikkan nilai viscositas dan
gel strength.
2. Nilai viscositas, yield point dan gel strength lumpur pemboran dapat
dinaikkan dengan ditambahkannya dextrid sedangkan penambahan
bentonite lebih terlihat pada perubahan nilai gel strength lumpur yang
signifikan.
3. Nilai gel strength pada saat 10 menit selalu lebih besar daripada saat 10
detik. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai gel strength berbanding
lurus dengan waktu.
4. Sirkulasi dari lumpur pemboran dapat sulit bila nilai dari gel strength besar
dan juga akan menambah beban dari pompa sirkulasinya dan juga akan
mempersulit pemisahan cutting karena akan sulit dilepas dari lumpur
pemboran
5. Efek dari ditambahkannya thinner agar lumpur pemboran dapat diencerkan
dan lumpur pemboran.dapat dikentalkan dengan menggunakan thickener.
BAB IV
FILTRASI DAN MUD CAKE
53
54
0.5
Cc
2k Cm 1
PT
Vf = A
Keterangan :
A =Filtration area.
K = Permeabilitas cake.
Cc =Volume fraksi solid dalam mud cake.
Cm = Volume fraksi solid dalam lumpur pemboran.
P = Tekanan filtrasi.
T = Waktu filtrasi = Viskositas filtrat.
0 .5
t2
Q 2 Q1x
t1
Keterangan :
Q1 =Fluid filtration loss pada waktu t1.
Q2 = Fluid filtration loss pada waktu t2
56
Alat untuk mengukur filtration loss dan mud cake yang umum
adalah standar filtration press, terdiri dari :
1. Mud cup.
2. Gelas akur.
3. Tabung sumber tekanan.
4. Kertas saringan.
serat-serat filter cake sehingga filtrat yang dihasilkan hanya berupa minyak
saja. Jenis-jenisfiltrate loss reducer,
antara lain :
1. Koloid(bentonite).
2. Starch, CMC – Driscose.
3. Minyak (berdampak buruk terhadap dynamic loss).
4. Q – Broxin (berdampak baik terhadapdynamic loss maupun
static loss).
𝑅𝑥𝑇
Tekanan Osmose =
𝑉
Keterangan :
R = Konstanta gas ideal.
T = Temperatur.
V = Volume filtrat lumpur yang masuk.
4.3.2. Bahan
1. Bentonite
2. Aquades
62
Gambar 4.9.Aquades
3. Mencatat volume filtrat sebagai fungsi dari waktu dengan stop watch.
Interval pengamatan setiap 2 menit pada 20 menit pertama, kemudian
setiap 5 menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volumefiltrat pada
menit ke 7.
4. Menghentikan penekanan udara, membuang tekanan udara dalam
silinder (bleed off) dan sisa lumpur dalam silinder dituangkan kembali
ke dalam breaker.
5. Tentukan tebal mud cake yang terjadi dan ukur pH-nya.
4.6. Pembahasan
4.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini adalah untuk menentukan filtrasi dan mud cake.
Awal dari proses filtrasi ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran
dengan batuan poros, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang
memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang
hilang kedalam batuan disebut filtrat. Karena terjadi proses filtrasi maka
dapat terbentuk mud cake. Mud cake adalah padatan lumpur yang
64
menempel pada dinding lubang bor. Mud cake yang tipis akan merupakan
bantalan yang baik antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud
cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diputar dan
diangkat.
Pada proses awal praktikum, lumpur terlebih dahulu dibuat
kemudian diperoleh lumpur dasar denganV 2 (ml)3.25, V 7.5 (ml) 6.5, V
30 (ml) 12.8,pH 9.83 dan mud cake1.93. Additive yang digunakan dalam
percobaan adalah dextrid, bentonite, dan quebracho. Pada saat lumpur
dasar ditambahkan 2 gram dextrid didapat data V 2 (ml)2.3, V 7.5 (ml)
4.25, V 30 (ml) 8, pH lumpur mengalami peningkatan nilai menjadi 9.84.
Akan tetapi, pada ketebalan mudcake terjadi penurunan menjadi 1.47.
Selanjutnya lumpur dasar diberi 2.6 gram dextrid didapat data V 2 (ml)1.8,
V 7.5 (ml) 3.8, V 30 (ml) 8.2, pH lumpur mengalami peningkatan nilai
menjadi 10.2. Ketebalan mud cake terjadi kenaikan menjadi 2.98.
Setelah itu lumpur dasar diberi9 gr bentonite, didapat hasil V 2
(ml)4, V 7.5 (ml) 7.5, V 30 (ml) 11.5. Kemudian terjadi penurunan pH
menjadi 9.81 lalu diiringi dengan kenaikan tebal mudcake menjadi 2.4.
Pada penambahan zatadditive terakhir yaitu quebracho 1.5 grke lumpur
dasar, didapat hasil V 2 (ml)3.5, V 7.5 (ml) 7, V 30 (ml)
12.5.Penambahanzatadditivequebrachomenyebabkan penurunan pH yang
semakin kecil menjadi 8.26, namum ketebalan mud cake berkurang
menjadi 2.1.
Dari hasil data didapat harga terbesar untukV 2 (ml)3.5 padaLD +
1.5 gr quebracho, V 7.5 (ml) 7.5pada LD + 9 grbentonite, V 30 (ml)
12.8padaLD itu sendiri, pH 9.84pada LD + 2 gr dextrid, mud cake2.98
pada LD + 2.6 gr dextrid. Dari hasil data diatas didapat pula harga terkecil
untukV 2 (ml)1.8danV 7.5 (ml) 3.8 pada LD + 2.6 grdextrid, V 30 (ml)
8padaLD + 2 gr dextrid, pH 8.26dan mud cake2.1pada LD + 1.5 gr
quebracho.
65
4.7. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Filtrasi pass merupakan alat yang digunakan dalam mencatat volume
filtrate lumpur dengan mengalirkan udara bertekanan 100 psi
2. Volume filtrate lumpur merupakan volume yang tertampung pada gelas
ukur dengan cubic centrimeter pada pengamatan selama 30 menit
3. Filtrasi dan mud cake saling berkaitan filtration loss yang terlalu besar
berpengaruh terhadap pembentukan mudcake yang semakin tebal
4. Penambahan additive mempengaruhi ketebalan mud cake
5. Additive Pembentukan mud cake yang mempunyai ketebalan relatif
dibutuhkan karena dapat mengurangi filtration loss dan juga dapat
menjadi bantalan bagi drill string.
BAB V
ANALISA KIMIA LUMPUR PEMBORAN
67
68
5.3.2. Bahan
1. NaHCO3, NaOH, CaCO3, Serbuk MgO, Kalium Khromat, Bentonite,
Gypsum, Aquades, Quebracho.
2. Larutan H2SO4 0.02 N, Larutan EDTA 0.01 M, Larutan AgNO3,
Larutan KmnO40.1 N.
3. Indikator EBT, Phenolpthalein, Methyl Jingga, Murexid, HCL
Konsentrat, Hidrogen Periode 3%, Larutan Indikator Besi, Larutan
Buffer Besi.
Perhitungan :
1. Total Alkalinity
2
2. CO3 Alkalinity
Jika ada OH
Jika tidak ada OH
3. OH Alkalinity :
4. HCO3 Alkalinity :
Mg 2 H 2Y 2 MgY 2 2H
Perhitungan kesadahan total :
mlEDTAxMEDTAx1000
epm(Ca 2 Mg 2 )
mlFiltrat
Kesadahan Ca :
mlEDTAxMEDTAx1000
epm Ca =
mlFiltrat
ppm Ca 2 = epm Ca 2 x BA Ca
Kesadahan Mg 2 :
mlAgNO3 xMAgNOx1000
epm Cl 1 = xBACl 1
mlFiltrat
Alkalinitas Vol.Filtrat = 3 ml
N H2SO4 = 0.02 N
Vol H2SO4 P = 0.05 ml
M = 3.4 ml
Kesadahan Total Vol. Filtrat = 3ml
M EDTA = 0.02 M
Vol EDTA = 0.05 ml
Kesadahan Ca2+ dan Mg2+ Vol. Filtrat = 3 ml
M EDTA = 0.01 M
Vol EDTA = 8 ml
Kandungan Klorida Vol.Filtrat = 3 ml
N AgNO3 = 0.02 N
Vol AgNO3 = 1 ml
Kandungan Ion Besi (I) Vol. Filtrat = 5 ml
N KmnO4 = 0.01 N
Vol KmnO4 = 7 ml
Kandungan Ion Besi (II) Vol.Filtrat = 10ml
N K2Cr2O7 = 0.01 N
Vol K2Cr2O7 = 10 ml
5.6. Pembahasan
5.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini dilakukannya analisa pada lumpur pemboran.
Karena dalam operasi pemboran, pengontrol kualitas lumpur pemboran
harus terus menerus dilakukan sehingga lumpur pemboran tetap berfungsi
dengan kondisi yang ada. Perubahan kandungan ion–ion tertentu dalam
lumpur pemboran akan berpengaruh terhadap sifat–sifat fisik lumpur
pemboran, oleh karena itu kita perlu melakukan analisa kimia untuk
mengontrol kandungan ion–ion tersebut untuk kemudian dilakukan
tindakan–tindakan yang perlu dalam penanggulangannya. Dalam
percobaan ini akan dilakukan analisa kimia pada lumpur pemboran dan
filtratnya, yaitu : analisis kimia alkalinitas, analisis kesadahan total,
analisis kandungan ion chlor, ion kalsium, ion besi serta pH lumpur bor
(dalam hal ini filtratnya).
Analisa kimia pada lumpur pemboran di lakukan untuk mengetahui
alkalinitas, kesadahan total, kandungan ion chlor, kandungan ion besi, dan
kandungan ion kalsium dan magnesium. Setelah dilakukan percobaan,
diperoleh data alkalinitas H2SO4 sebesar 22.67 epm, kesadahan total
sebesar 0.33 epm, lalu perhitungan kesadahan Ca2+ dan Mg2+ masing –
masing sebesar 1066.8 ppm dan 640.08 ppm.
Setelah itu pada perhitungan kandungan ion klorida didapatkan
hasil 236.785 ppm, dan pada perhitungan kandungan ion besi dengan
metode I diperoleh hasil 784 ppm, sedangkan pada metode II diperoleh
hasil 560 ppm.
Data–data yang perlu diketahui meliputi tingkat alkalinitas,
kesadahan total, kandungan ion Cl, ion Ca, ion Fe, serta pH lumpur bor.
Dalam hal ini yang dianalisa hanyalah filtrat lumpurnya, dengan demikian
kita dapat menginterpretasikan kondisi reservoir yang sebenarnya dengan
konsentrasi zat additive tertentu.
Reaksi kimia dipengaruhi oleh lingkungannya, yang pada
prinsipnya reaksi kimia ini dipengaruhi oleh karakteristik pH
84
5.6.2. PembahasanSoal
1. Dari data diatas, tentukan :
a. Total Alkalinitas.
b. Kesadahan Total.
c. Kesadahan Ca2+ dan Mg2+.
d. Kesadahan Klorida.
e. Konsentrasi Ion Besi (I).
f. Konsentrasi Ion Besi (II).
Jawab :
a. Total Alkalinitas
M×NH2 SO4 ×1000 3.4 ml×0.02 N ×1000
= = 22.67 epm
ml Filtrat 3ml
b. Kesadahan Total
ml EDTA ×M EDTA ×1000 0.05 ml×0.02 M×1000
= = 𝟎. 𝟑𝟑𝒆𝒑𝒎
ml Fitrat 3 ml
Kesadahan Ca2+ dan Mg2+.
ml EDTA ×M EDTA ×1000 8 ml×0.01 M×1000
=
ml Fitrat 3 ml
= 𝟐𝟔. 𝟔𝟕 𝒆𝒑𝒎
c. Konsentrasi Klorida.
ml AgNO3 ×N AgNO3 ×1000
= ×(BACl- )
ml fitrat
1×0.02×1000
= ×(35.5)=236.67 ppm
3 ml
5.7. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Analisa sifat kimia lumpur pemboran dilakukan untuk menganalisa
dampak yang terjadi pada lumpur pemboran dilihat dari sisi kimiawi
dan relasinya
2. Diketahuinya sumber alkalinitas, maka dapat diketahui sifat – sifat
kimia lumpur bor tersebut.
3. Metode titrasi yaitu dengan membandingkan larutan sampel dengan
larutan yang rendah
4. Perubahan ion-ion tertentu pada lumpur pemboran serta tindak
lanjutnya dalam pengontrolan ion-ion dapat diketahui dengan analisa
lumpur pemboran.
5. Semakin cepatnya terjadi korosif pada drill string diakibatkan oleh
kandungan ion besi yang tinggi.
BAB VI
KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN
88
89
1. Erosi
Karena kecepatan lumpur annulus yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan gesekanterlalu kuat dengan dinding formasi
(sumur) sehingga dapat menyebabkan runtuhnya dinding lumpur
lubang pemboran.
2. Gesekan Pipa Pemboran Terhadap Dinding Lubang Pemboran
Hal ini juga dapat menyebabkan dinding lubang pemboran yang
getas dan rentan akan runtuh karena seringnya rangkaian pipa
bor menggesek lubang pemboran.
3. Adanya Penekanan (Pressure Surge) atau Penyedotan
(Swabbing)
Peristiwa ini terjadi pada saat keluar masuknya rangkaian pipa
bor dapat menyebabkan terjadinya sloughing karena adanya
perbedaan tekanan secara tiba-tiba saat dilakukan penekanan
dan penarikan rangkaian pipa pemboran.
4. Tekanan Batuan Formasi
Hal ini berhubungan dengan tekanan abnormal dimana tekanan
hidrostatis lumpur pemboran lebih kecil dari tekanan formasi.
5. Air Filtrat atau Lumpur Memasuki Pori-Pori Formasi Batuan
Peristiwa tersebut menyebabkan batuan mengembang dan terjadi
swelling yang akan melemahkan ikatan antar batuan dimana
akhirnya dapat menyebabkan terjadinyasloughing.
92
6.3.2. Bahan
1. Aquades
2. Bentonite
3. NaCl
4. Gypsum
5. Semen
6. Soda Ash
7. Monosodium Phosphate
8. Caustic Soda
9. EDTAStandart
10. Murexid
11. Asam Sulfat
12. Indikator Phenolphtalin
13. Indikator Methyl Jingga
6.4.2. KontaminasiGypsum
1. Buat lumpur standar : Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
2. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 0.225 gr
Gypsum. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud
cake.
3. Lakukan langkah b dengan penambahan gypsum masing-masing 0.5 gr,
1 gr dan 1.5 gr. Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 1.5 gr
Gypsum + 0.2 gr Monosodium Phosphate. Ukur pH, viskositas,gel
strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
5. Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr soda ash.
103
6.4.3. KontaminasiSemen
1. Buat lumpur standar : Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
2. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 0.225 gr
semen. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud
cake.
3. Lakukan langkah b dengan penambahan semen masing-masing 0.5 gr, 1
gr dan 1.5 gr. Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 1.5 gr
semen + 0.2 gr Monosodium Phosphate. Ukur pH, viskositas,gel
strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
5. Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr Monosodium Phosphate
6.5. Data dan Hasil Percobaan
Dari percobaan di peroleh hasil sebagai berikut :
6.6. Pembahasan
6.6.1. PembahasanPraktikum
Pada praktikum kontaminasi lumpur pemboran akan dijelaskan
bahwa kontaminasi adalah salah satu penyebab berubahnya sifat fisik
lumpur pemboran karena adanya material-material yang tidak diinginkan
(kontaminan) yang masuk kedalam lumpur pada saat operasi pemboran
sedang berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut
:Kontaminasi sodium clorida, kontaminasi gypsum, kontaminasi semen,
kontaminasi hard water atau kontaminasiair sadah, kontaminasi carbon
dioxide, kontaminasi hydrogen sulfide, kontaminasi oxygen.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan percobaan kontaminasi
lumpur pemboran menggunakan komposisi lumpur seperti Lumpur Dasar;
LD + 7.5 gr NaCl; LD + 17.5 gr NaCL; LD + 7.5 gr NaCl + 0.5 NaOH;
LD + 0.9 gr gypsum; LD + 1.5 gr gypsum; LD + 15 gr gypsum + soda ash;
LD + 1 gr semen; LD + 1.5 gr semen; LD + 1.5 gr semen + NH(H2PO4).
Dari data tersebut kita dapat mengetahui nilai dari dial reading 600
maupun 300, gel strength 10’ dan 10”, filtrationlossV0, V7.5,V20, V25,
105
V30, tabel mud cake (mm), volume H2SO4, dan volume EDTA (ml). Pada
setiap proses pemboran, hampir selalu terjadi kontaminasi-kontaminasi
pada lumpur pemboran. Hal itu dapat mempengaruhi sifat fisik lumpur
pemboran tersebut.Parameter-parameter yang berubah antara lain
viskositas, gel strength, pH, dan ketebalan mud cake. Kontaminasi yang
umumnya selalu terjadi adalah NaCl, gypsum, dan semen. Hasil percobaan
diperoleh setelah lumpur dasar diberi kontaminan. Pada percobaan
pertama ditambahkan NaCl, percobaan kedua diberikan gypsum, dan
percobaan terakhir diberikan semen. Untuk lebih mudah menjelaskan hasil
percobaan, maka dari data tabel diberi contoh grafik hanya pada perubahan
gel strength 10”, filtration loss V30, dan mud cake di percobaan ketiga
setelah diberikan masing-masing kontaminan.
50
41
40 32 30
25 26 Gel strength 10''
30
Filtration loss V30
20 13
mud cake percobaan ke-3
10 4.2 4.6
1.7
0
Lumpur dasar LD + 7,5 gr LD + 7,5 gr
NaCl NaCl + 0.5
NaOH
Dari grafik terlihat lumpur dasar dengan gel strength 10” sebesar
32, filtration loss V30 sebesar 13, dan mud cake di percobaan 3 sebesar
1.7.Setelah diberikan 7.5 gr NaCl sebagai kontaminan, terjadi kontaminasi
pada lumpur. Pada lumpur pemboran terjadi penurunan gel strength dari
32 ke 25, akan tetapi terjadi peningkatan filtration loss dari 13 menjadi 30
dan peningkatan tebal mudcake dari 1.7 menjadi 4.2. Setelah itu, setelah
ditambahkan 0.5 gr NaOH, terjadi peningkatan gel strength menjadi26,
106
120
120
92
100
80
60 Gel strength 10''
32 32
40 Filtration loss V30
13 18
20 1.7 1.5 2.5 mud cake percobaan ke-3
0
Lumpur dasar LD + 0,9 gr LD + 0,9 gr
gypsum gypsum + soda
ash
200 178
150
50 32 Filtration loss
13 19 18
1.7 3.5 3 V30
0 mud cake
Lumpur dasar LD + 1,5 gr LD + 1,5 gr percobaan ke-3
semen semen +
NH(H2PO4)
Lumpur dasar dengan gel strength 10” sebesar 32, filtration loss
V30 sebesar 13, dan mud cake pada percobaan ketiga sebesar 1.7.
Kemudian diberikan kontaminan semen sebesar 1.5 gram, hasilnya terjadi
kontaminasi lumpur yang ditandai dengan peningkatan gel strength secara
signifikan menjadi178, filtration loss menjadi 19, dan mud cake menjadi
3.5. Pada saat ditambahkan monosodium phosphate sebagai additive,
terjadi penurunan gel strength dari 178menjadi 73, filtration lossV30 dari
19 menjadi18, dan tebal mud cakedari 3.5menjadi 3.
Dalam operasi pemboran kontaminasi semen, dapat menyebabkan
rheologi lumpur (plastic viscosity, gel strength, filtration
loss,pembentukan mud cake) berubah sehingga perlu ditambahkan zat
additive seperti NH(H2PO4) untuk menanggulanginya.
108
6.7. Kesimpulan
112
113
Li+<Na+<H+<K+<NH4+Mg2+<Ca2+<Al3+
1. Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silika alumina, akan
menimbulkan muatan yang tidak seimbang sehingga agar seimbang
kembali (harus bervalensi rendah) diperlukan penyerapan kation.
2. Adanya subtitusi alumina bervalensi tiga didalam kristal untuk silika
equivalen serta ion-ion bervalensi terutama magnesium didalam
struktur tetrahedral.
3. Penggantian hydrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang
muncul oleh kation-kation yang dapat ditukar-tukarkan (exchangeable).
Untuk fakta ini masih disangsikan kemungkinannya karena tidak
mungkin terjadi pertukaran hydrogen secara normal.
114
Tabel 7.1. Kapasitas Tukar Kation dari Beberapa Jenis Mineral Clay
Kaolinite 3-15
Halloysite.2H2O 5-10
Halloysite.4H2O 10-40
Montmorillonite 80-150
Lllite 10-40
Vermiculite 100-150
Chlorite 10-40
Spiolite-Attapulgite 20-30
disebabkan oleh rotasi drill string dan aliran fluida pemboran di annulus
yang akan menggerus dinding lubang bor sehingga akan mengganggu
kestabilan lubang bor.
Imbibisi air suatu hal yang paling umum dan hal ini terjadi karena
dua hal yaitu : Crystalin hydrational force dan osmotic hydrational force.
Crystalin hydrational force adalah gaya-gaya yang berasal dari substitusi
elemen di lapisan tengah clay. Gaya ini sangat sulit diatasi, karena air di
ekstrasikan ke permukaanplate yang sama besarnya dengan arah ke sisi
plate. Osmotic hydrational force terjadi bila adanya perbedaan konsentrasi
ion antara formasi dengan fluida pemboran, dimana air akan tertarik dari
lumpur ke dalam formasi.
Operasi pemboran yang menembus lapisan shale akan mempunyai
permasalahan tersendiri. Permasalahan tersebut meliputi penjagaan agar
shale tetap stabil, tidak longsor atau runtuh. Beberapa akibat yang dapat
ditimbulkan dengan runtuhnya shale tersebut didalam lubang bor
diantaranya adalah :
1. Terjadinya pembesaran pada lubang bor.
2. Terjadinya permasalahan pada proses pembersihan lubang bor.
3. Rangkaian pipa bor akan terjepit.
4. Kebutuhan terhadap lumpur akan menjadi bertambah, sehingga
bernilai tidak ekonomis.
5. Kesulitan dalam pelaksanaan logging, bridges dan fill up.
Gambar 7.1.Timbangan
118
7.3.2. Bahan
1. Bentonite
2. Aquades
3. H2SO4 5 N
4. Methylene Blue
7.6. Pembahasan
7.6.1. PembahasanPraktikum
Pada praktikum pengukuran MBT(Methylene Blue Test) membahas
harga cation exchange capacity (CEC) atau kapasitas tukar kation (KTK)
adalah kemampuan yang dimiliki mineral clay. Pertukaran kation tersebut
tergantung dari jenis dan kristal salinitas mineral, pH larutan, jenis kation
yang diperlukan dan konsentrasi kandungan mineral yang terdapat didalam
clay.
Berdasarkan data percobaan, ada dua jenis bentonite yang
digunakan yaitu bentonite indobent dan bentonite baroid.Nilai tukar kation
dari bentonite indobent adalah 75 meq/100 gr dan bentonite baroid adalah
48 meq/100 gr.
Pengaruh baik serta buruknya dari kedua nilai kapasitas tukar
kation (KTK)bentonite di atas tergantung dari kepentingan. Apabila
dibutuhkan untuk menyerap air atau bereaksi dengan lingkungan ion
sekelilingya, makamenggunakan bentonite indobent. Tetapi normalnya
dalam operasi pemborandibutuhkan yang tidak terlalu reaktif,
makamenggunakanbentonite barid.
124
7.7. Kesimpulan
1. Cation Exchange Capacity atau kapasitas tukar kation merupakan
kemampuan atau total kapasitas pertukaran kation dari suatu system clay.
2. Swelling adalah peristiwa pengembangan volume clay karena adanya
kontak dengan air.
3. Dari kedua bentonite diatas, bentonite indobent dan bentonite baroid,
bentonite baroid lebih bagus karena memiliki nilai tukar kation yang lebih
kecil sehingga kemungkinan terjadinya swelling lebih kecil (clay berada
pada formasi).
4. Kapasitas tukar kation akan berbanding lurus dengan peristiwa clay
swelling
5. Harga MBT dipakai untuk mengukur total kapasitas pertukaran kation dari
suatu sistem clay dan dari nilai tukar kation tersebut dapat diprediksikan
terjadinya swelling
125
BAB VII
PEMBAHASAN UMUM
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh gaya yang
bekerja pada batuandalam proses pemboran. Ada beberapa macam mekanika
batuan, yaitu Compressive Strengthmerupakan kekuatan batuan untuk menerima
beban kompresif sebelum batuan itu pecah, Rock Drill Abbilitymerupakan
kemudahan batuan untuk di bor, Hardnestmerupakan ketahanan batuan terhadap
gaya gores yang diperhitungkan dengan skala Mohs, Abrasiveness merupakan
sifat mengikis dari batuan, Elasticity merupakan gaya yang diberikan pada batuan
dan tidak merubah bentuk bantuan tersebut dimana diperhitungkan pada lapisan
shale. Karena shale yang memiliki elasticity di banding dengan lapisan lainnya.
Semakin besar elasticity nya maka akan sulit untuk melakukan fracturing pada
lapisan tersebut, dan Bailing tendency merupakan kecendrungan cutting untuk
menempel pada bit di perhitungkan untuk memilih jenis bit.
Lumpur pemboran adalahfluida yang digunakan untuk membantu proses
pemboran.Dalam komposisi pembuatannya lumpur terdapat 3 (tiga) fraksi, antara
lain fraksi cairan, fraksi padatan, dan fraksi additive. Adapun macam-macam
fungsi lumpur pemboran, antara lainmengangkat cutting ke permukaan,
mengontrol tekanan formasi, mendinginkan dan melumasi bit dan drillstring,
membersihkan dasar lubang bor, membantu stabilitas formasi, melindungi formasi
produktif, membantu dalam evaluasi formasi.
Lumpur memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan suatu operasi pemboran sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari
lumpur tersebut seperti densitas, viskositas, gel strength ataupun filtration loss.
Densitas lumpur berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
penahan tekanan formasi. Dengan densitas lumpur pemboran yang terlalu besar
akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedangkan apabila
densitas lumpur pemboran terlalu kecil akan menyebabkan kick (masuknya fluida
formasi ke dalam lubang sumur).
126
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat-
sifat rheologi fluida pemboran. Viskositas lumpuradalah kemampuan lumpur
untuk mengalir dalam suatu media.Sifat gel pada lumpur juga penting pada saat
round trip sehingga dapat mencegah cutting mengendap didasar sumur yang dapat
menyebabkan masalah pemboran selanjutnya.. Gel strength merupakan salah satu
indikator baik atau tidaknya lumpur pemboran. Gel strength merupakan ukuran
gaya tarik menarik partikel lumpur yang statik.Viskositas dan gel strength
merupakan sebagian dari indikator baik tidaknya suatu lumpur.
lubang bor. Mud cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit
diputar dan diangkat. Filtrat yang terlalu banyak menyusup ke pori-pori batuan
dapat menimbulkan kerusakan pada formasi. Peralatan untuk mendiagnosis
filtration loss dan mud cake adalah HPHT (High Pressure High Temperature)
.
Dalam operasi pemboran, pengontrol kualitas lumpur pemboran harus
terus menerus dilakukan sehingga lumpur pemboran tetap berfungsi dengan
kondisi yang ada.Perubahan kandungan ion–ion tertentu dalam lumpur pemboran
akan berpengaruh terhadap sifat–sifat fisik lumpur pemboran, oleh karena itu kita
perlu melakukan analisa kimia untuk mengontrol kandungan (analisis kimia
alkalinitas, analisis kesadahan total, analisis kandungan ion chlor, ion kalsium, ion
besi serta pH lumpur bor (dalam hal ini filtratnya).ion–ion tersebut untuk
kemudian dilakukan tindakan–tindakan yang perlu dalam penanggulangannya.
1. Mekanika batuan adalah seluruh gaya yang bekerja pada batuan dalam proses
pemboran.
2. Hubungan antara CS (Compressive Strength), ROP (Rate Of Penetration),
RPM (Rotation Per Minute), WOB (Weigth On Bit) pada formasi soft adalah
CS rendah, ROP tinggi, RPM tinggi, dan WOB rendah.
3. Formasi hard memiliki CS tinggi, ROP rendah, RPM rendah, WOB tinggi.
4. Kadar minyak ideal pada lumpur pemboran berkisar antara 15 – 20%.
5. Pada data praktikum, zat additive barite lebih efektif dan ekonomis dalam
meningkatkan densitas dibandingkan CaCO3.
6. Lost circulation disebabkan karena besarnya harga densitas, namun kick
disebabkan karena kecilnya harga densitas.
7. Pengertian material additive adalah material yang ditambahkan untuk
merawat sifat lumpur sesuai dengan yang dibutuhkan.
8. Apabila dua zat additive yang berbeda ditambahkan dengan jumlah yang
sama pada lumpur berbeda maka densitas lumpur lebih besar dinaikkan oleh
barite dibandingkan kalsium karbonat.
9. Rheologi lumpur pemboran yaitu yield point dan plasticviscocity.
10. Viskositas terlalu tinggi menyebabkan lumpur terlalu berat dan mengganggu
siklus pemboran, dan viskositas terlalu rendah maka serpihan bor (cuttings)
kembali mengendap di dasar sumur.
11. Sifat rheologi lumpur pemboran dapat berubah jika mengalami tekanan dan
temperatur yang tinggi.
12. Viskositas memiliki hubungan yang setara dengan gel strength, densitas dan
tekanan hidrostatis lumpur pemboran.
13. Dextrid dan bentonite ditambahkan pada percobaan tersebut untuk menaikkan
nilai viskositas dan gel strength pada lumpur pemboran.
14. Ukuran partikel, temperatur, tekanan dan kedalaman dapat mempengaruhi
lumpur pemboran terhadap filtration loss dan mud cake.
129
130
27. Kontaminasi lumpur pemboran dapat merubah rheologi lumpur, pH, plastic
viscosity, gel strength, filtration loss, dan tebal mud cake.
28. Zat-zat kontaminan antara lain NaCl, gypsum, semen, Ca2+ dan Mg2+, carbon
dioxide , oxygen, dan hydrogen sulfide.
29. Methylene blue test(MBT)digunakanuntuk mencari nilai dari kapasitas tukar
kation (KTK).
30. Kapasitas tukar kation (KTK) pada clay adalah total kapasitas kation suatu
sistem clay.
31. Swelling adalah peristiwa pengembangan volume clay karena terjadi kontak
terhadap air.
32. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) berbanding lurus dengan peristiwa
swelling pada clay. Apabila nilai kapasitas tukar kation (KTK) besar maka
semakin besar kemungkinan tejadinya peristiwa swelling pada clay. Begitu
pula sebaliknya, Apabila nilai kapasitas tukar kation (KTK) rendah maka
semakin rendah kemungkinan tejadinya peristiwa swelling pada clay.
33. Methylene blue test(MBT) dipakai untuk mengukur total kapasitas pertukaran
kation dari suatu sistem clay dan dari nilai tukar kation tersebut dapat
diprediksikan terjadinya swelling.
DAFTAR PUSTAKA
http://icalestar.blogspot.com/2011/06/teknik-pemboran.html
http://migasnet04badruz777.blogspot.com/2011/06/sifat-fisik-lumpur.html
http://migasnet04-uum8035.blogspot.com/2010/01/lumpur-pemboran-fungsi-sifat-
sifat.html
Waruni K., S.T., M.T., Mayda, 2009. Buku Petunjuk Praktikum Analisa Lumpur
Pemboran. STT-MIGAS Balikpapan : Balikpapan.
132