PENDAHULUAN
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara,
terutama pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tunanetra hidup disana, demikian
dikatakan oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan akan berdampak
secara sosial dan ekonomi. Sebenarnya, 75% kebutaan di dunia ini dapat dicegah atau diobati.
Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak.
Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu kekeruhan lensa
yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan,
tetapi banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik,
obat-obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas
70 tahun. Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50%
pada orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar
umumnya menyebabkan penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamta).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentang kondisi
kebutaan di dunia khususnya di negara berkembang. Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta
penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang.
Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan
sebesar 1,47%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris,
lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut
menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul
lensa. Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun
dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi
lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagin paling tebal
kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis
berada di bagian tengah kutub posterior.
Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit mineral. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.Tepat dibelakang kapsul
anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein
dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu
berdiferensiasi menjadi serat lensa. Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan
terbentuk dan akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
2
Fisiologi Lensa
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang Nervus Occulomotorius. Obat-obat
parasimpatomimetik (pilocarpin) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropin)
memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot ciliar disebut cyclopegik.
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm
permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri
dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas
dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel
bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang kososng.Pada stadium ini, kapsul
hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah
ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke
belakang di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis,
yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan
lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk substansi lensa,
yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder
berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar
lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh
proses sklerosis.
Definisi Katarak
4
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti
tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Klasifikasi Katarak
A. Morfologi
a. Katarak Nuklear
b. Katarak Kortikal
c. Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan
biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat terganggu saat
5
membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam
hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan subcapsularis
anterior. Pada subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM,
Myotonic Dystrophy dan penggunaan steroid. Sedangkan pada
subcapsularis anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup
akut, toksisitas amiodaron, miotic, dan Wilson disease.
d. Katarak Capsularis
a) Anterior Capsular
b) Posterior Capsular
B. Maturitas
a. Katarak Insipiens
b. Katarak Intumesen
6
Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air sehingga menjadi
cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
c. Katarak Immatur
Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif.
d. Katarak Matur
e. Katarak Hipermatur
f. Katarak Morgagni
7
Insipien Imatur Matur Hipermatur
C. Age of Onset
a. Katarak Congenital
Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak, tetapi orang tua
kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya sudah 3 bulan.
Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat
biasanya ambliopia dan tidak maksimum. Katarak kongenital sebaiknya
dioperasi sebelum usia 2 bulan.
b. Katarak Infantil
c. Katarak Juvenile
8
Terjadi pada usai di bawah 9 tahun dan biasanya kelanjutan dari
katarak congenital
d. Katarak Presenile
e. Katarak Senile
Terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan katarak yang kita
jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.
9
F. Ukuran kacamata sering berubah
Diagnosis Katarak
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan
retina dapat menilai gangguan penglihatan.
Penatalaksanaan Katarak
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
10
menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah
ekstraksi lensa. Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir
bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi,
material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada
2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler
cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.
D. SICS
E. YAG Laser
12
digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata
secara ultrasonik dan kelengkungan kornea.
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak
dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.
KATARAK KONGENITAL
13
Definisi
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan
pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Epidemiologi
Etiologi
Pada umumnya katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya. 23 % dari katarak
kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan secara autosomal dominan.
Penyakit yang menyertai katarak kongenital yang merupakan penyakit herediter adalah
mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, lensa ektopik, displasia retina dan
megalo kornea. Selain itu katarak kongenital dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox, cytomegalo virus, herpes
simplek, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, Epstein-Barr syphilis dan toxoplasmosis saat
kehamilan terutama pada trimester I. Sementara yang behubungan dengan penyakit metabolic
adalah galaktosemia, homosisteinuria, diabetes mellitus dan hipoparatiroidisme.
14
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita homosisteinuri, diabetes melitus hipoparatiroidism, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik, dan histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo-kornea.
Patogenesis
Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa – nukleus fetal atau
nukleus embrional, tergantung pada waktu stimulus karaktogenik – atau di kutub anterior atau
posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.
Pada katarak developmental, kekeruhan pada lensa timbul pada saat lensa dibentuk.
Jadi lensa belum pernah mencapai keadaan normal. Hal ini merupakan kelainan kongenital.
Kekeruhan lensa, sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Kekeruhan pada katarak kongenital
jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhannya, tergantung saat
terjadinya gangguan pada kehidupan janin, sesuai dengan perkembangan embriologik lensa.
Bentuk katarak kongenital memberikan kesan tentang perkembangan embriologik lensa, juga
saat terjadinya gangguan pada perkembangan tersebut.
Kekeruhan lensa kongenital sering dijumpai dan sering secara visual tidak
bermakna.Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar sumbu penglihatan – atau tidak cukup
padat untuk mengganggu transmisi cahaya – tidak memerlukan terapi selain pengamatan
untuk menilai perkembangannya.Katarak kongenital sentral yang padat memerlukan tindakan
bedah.
Katarak kongenital yang menyebabkan penurunan penglihatan yang bermakna harus
dideteksi secara dini – sebaiknya di ruang bayi baru lahir oleh dokter anak atau dokter
keluarga.Katarak putih yang dan besar dapat tampak sebagai leukokoria yang dapat dilihat
oleh orangtua. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di tengah, dan garis tengahnya
lebih besar dari 2 mm akan menimbulkan ambliopia deprivasi permanen apabila tidak
diterapi dalam masa 2 bulan pertama kehidupan sehingga mungkin memerlukan tindakan
bedah segera. Katarak bilateral simetrik memerlukan penatalaksanaan yang tidak terlalu
segera, tetapi apabila penanganannya ditunda tanpa alasan yang jelas, dapat terjadi ambliopia
deprivasi bilateral.
Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan
gambaran morfologik. Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
15
bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih
teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.Pemeriksaan leukokoria dilakukan
dengan melebarkan pupil.Bila fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan
oftalmoskopi indirek, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Jika pada katarak kongenital ini kekeruhannya hanya kecil saja sehingga tidak
menutupi pupil, maka penglihatannya bisa baik dengan cara memfokuskan penglihatan di
sekitar kekeruhan. Jika lubang pupil tertutup katarak seluruhnya maka penglihatannya tidak
akan normal dan fiksasi yang buruk akan mengakibatkan terjadinya nistagmus dan ambliopia.
Pernah dilaporkan katarak monokular dan binokular yang telah dioperasi secara dini
penglihatannya baik setelah diberi koreksi afakia.Katarak kongenital merupakan indikasi
untuk dirujuk segera ke dokter ahli mata.
Klasifikasi
Katarak anak-anak dibagi menjadi dua kelompok: katarak kongenital (infantilis), yang
terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya dan katarak didapat, yang timbul belakangan dan
biasanya berkaitan dengan sebab-sebab spesifik. Kedua tipe katarak ini dapat bersifat
unilateral atau bilateral dan parsial atau total. Banyak katarak kongenital tidak diketahui
penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik atau berkaitan dengan bermacam-macam sindrom. Dapat dilakukan
penelitian untuk mencari penyebab, tetapi pada sebagian besar kasus tidak ditemukan
penyebabnya.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
A. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak polaris.
B. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus lensa.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer
atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum. Kekeruhan pada katarak
kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk:
16
sehingga pada keadaan normal, pada waktu lahir sudah tak tampak lagi.Kadang-
kadang penyerapan tak berlangsung sempurna sehingga masih tertinggal sebagai
bercak putih di belakang lensa, berbentuk ekor yang mulai di posterior
lensa.Gangguan terhadap visus tak banyak.Visus biasanya masih 5/5, kekeruhannya
stasioner, sehingga tak memerlukan tindakan.
B. Katarak polaris anterior (katarak piramidalis anterior)
Kekeruhan di bagian depan lensa mata persis di tengah. Terjadi karena tidak
sempurnanya pelepasan kornea terhadap lensa. Bentuk kekeruhannya seperti piramid
dengan tepi masih jernih, sehingga pupil midriasis akan menaikkan tajam penglihatan.
Tipe ini biasanya tidak progresif. Mungkin terjadi akibat uveitis anterior intrauterin.
Letaknya terbatas pada polaris anterior. Berbentuk piramid, yang mempunyai dasar
dan puncak, karena itu disebut juga katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat ke
dalam atau ke luar.Keluhan tidak berat, stasioner, terutama mengenai penglihatan
yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar
terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu
mengganggu, karena pada saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak
cahaya yang dapat masuk.Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan, stasioner,
sehingga tidakmemerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian midriatika, seperti
sulfas atropin 1 % atau homatropin 2 %, dapat memperbaiki visus, karena pupil
menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kerapuhan dari Mm. siliaris, sehingga tidak
dapat berakomodasi. Bila gangguan visus hebat, dapat dipertimbangkaniridektomi
optis yang dapat dilakukan pada daerah lensa yang masih jernih., bila setelah
pemberian midriatika, visus menjadi lebih baik.
D. Katarak aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis lensa. Keluhan dan tindakan sama dengan
katarak polaris anterior.
E. Katarak zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat,
tersusun sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders,
merupakan tanda khas untuk katarak zonularis.Katarak ini paling sering didapatkan
pada anak-anak.Kadang-kadang bersifat herediter dan sering disertai dengan hasil
anamnesa kejang-kejang.Kekeruhannya berupa cakram (discus), mengelilingi bagian
tengah yang jernih, sedang korteks di luarnya jernih juga.Bisanya progresif, namun
lambat.Kadang-kadang keluhan sangat ringan, tetapi kekeruhannya dapat pula
menjadi padat, sehingga visus sangat terganggu dan anak tidak dapat lagi sekolah dan
membaca, karena hanya dapat menghitung jari.
Kekeruhan lensa pada katarak zonularis terdapat pada zona tertentu :
18
a. Kekeruhan nuklearis
Katarak ini jarang ditemukan. Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan pada
3 bulan pertama. Kekeruhan biasanya pada nucleus lensa, biasanya berdiameter 3
mm, dengan densitas yang bervariasi.Kepadatan biasanya bersifat stabil tetapi
dapat juga bersifat progresif dan menjadi lebih besar dalam ukurannya.Dapat
unilateral atau bilateral.Kelainan ini biasanya disertai oleh mikrokornea, terutama
pada kasus yang unilateral.
b. Katarak lamelaris
Kekeruhan terdapat pada lamella yang mengelilingi area calon nukleus yang
masih jernih. Bagian di luar kekeruhan masih jernih.Gambarannya seperti cakram,
dengan jari-jari radier. Faktor penyebabnya diduga faktor herediter dengan
autosomal dominan.Juga dapat akibat infeksi rubela, hipoglikemia, hipokalsemia,
dan radiasi.
19
F. Katarak stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa
bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di depan, dan huruf Y yang terbalik di
belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus sehingga tidak memerlukan
pengobatan
G. Katarak totalis
Bila oleh suatu sebab, terjadi kerusakan dari kapsula lensa, sehingga substansi
lensa dapat keluar dan diserap, maka lensa semakin menjadi tipis dan akhirnya timbul
kekeruhan seperti membran.
H. Katarak kongenital membranasea
Katarak kongenital totalis, disebabkan gangguan pertumbuhan atau akibat
peradangan intrauterin.Katarak juvenilis totalis, mungkin herediter atau timbul tanpa
dikeahui sebabnya.Pada beberapa kasus ada hubungannya dengan kejang-kejang.
Katarak totalis ini dapat terlihat pada mata sehat atau merupakan katarak komplikata
dengan disertai kelainan-kelainan pada jaringan lain seperti koroid, retina, dsb.
Lensanya tampak putih, rata, keabu-abuan, seperti mutiara.Biasanya cair atau lunak.
Gambaran Klinis
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak congenital adalah bila pupil atau
bulatan hitam pada mata terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukoria,
pada setiap leukoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis
banding lainnya.Walaupun 60 % pasien dengan leukoria adalah katarak congenital.Leukoria
juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain.
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi hádala makula lutea yang
tidak cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada saraf mata sangat penting
bagi penglihatan bayi pada masa mendatang, karena bila terdapat gangguan masuknya sinar
setelah 2 bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan menjadi malas dan berkurang
fungsinya. Makula tidak akan berkembang sempurna hinggá walaupun dilakukan ekstraksi
katarak maka biasanya visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris.
Selain itu katarak kongenital dapat menimbulkan gejala nistagmus, strabismus dan
fotofobia. Apabila katarak dibiarkan maka bayi akan mencari-cari sinar melalui lubang pupil
yang gelap dan akhirnya bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak
ditemukan.
20
Katarak kongenital sering terdapat bersamaan dengan nistagmus, displasia ovea, dan
strabismus.9 Atau ada pula yang menyertai kelainan pada mata sendiri, yang juga merupakan
kelainan bawaan seperti heterokromia iris.
Diagnosis
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor. Pemeriksaan laboratorium
pada katarak kongenital bilateral sangat diperlukan untuk menegakkan
etiologinya.Pemerikasaan laboratorium yang diperlukan : Laboratorium rutin, TORCH titer,
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) test, Urine Reduksi, Red cell galactokinase.
Pada pasien ini pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan rutin,
pemeriksaan TORCH dimana hasilnya untuk kasus 1 dan ke2 pemeriksaan Toxoplasma IgG
hasilnya (+), pemeriksaan Citomegalovirus IgG hasilnya (+) dan pemeriksaan VDRL
hasilnya negatif.Jadi pada kasus 1dan kasus 2 telah terjadi suatu infeksi oleh Toxoplasma dan
Citomegalovirus. Pada pemerisaan kimia darah galaktosa hasilnya normal.
KATARAK JUVENIL
Definisi
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital.
Etiologi
A. Katarak metabolik
a. Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b. Katarak hipokalsemik (tetanik)
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
21
e. Penyakit Wilson
f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
B. Katarak traumatik
Seperti telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik terjadi akibat adanya
kontusi terhadap bola mata atau paparan radiasi inframerah yang berulang dalam waktu
lama.Katarak traumatik ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari
kecelakaan olahraga.Insidennya lebih sering pada pria dari pada wanita karena faktor
pekerjaan ini.
C. Katarak komplikata
c. Katarak anoksik
f. Katarak radiasi
22
KATARAK SENILIS
Definisi
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak
senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun.
Epidemiologi
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di
dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan
penyebab utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan
dapat dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia
penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun
menderita katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60
tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pama pemeriksaan slitlamp. Di
negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain
kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi
kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan
meningkat 1,47%.
23
Etiologi
Sejalan dengan usia, lensa bertambah berat, padat dan daya akomodasinya menurun.
Dengan terbentuknya lapisan baru dari serat kortikal nucleus lensa menjadi terkompresi dan
memadat (nuclear sklerosis). Modifikasi kimia dan proteolisis dari kristalin (protein lensa)
menghasilkan formasi agregat protein berat molekul besar. Agregat ini cukup besar untuk
menyebabkan terjadinya fluktuasi mendadak dalam indeks refraktif lokal lensa sehingga
menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi.
Modifikasi kimia dari protein nuclear lensa juga meningkatkan pigmentasi, seperti
lensa menjadi kuning atau kecoklatan sejalan dengan pertambahan usia. Hubungan dengan
usia lainnya adalah menurunnya konsentrasi dari glutation dan kalium dan meningkatnya
konsentrasi natrium dan kalsium dalam sitoplasma sel lensa. Penyebab paling sering
gangguan penglihatan pada orang tua adalah katarak senilis, patogenesisnya multifaktorial
dan belum sepenuhnya dimengerti.
Faktor resiko terjadinya katarak senilis adalah :
A. Herediter
Herediter memiliki peran yang perlu dipertimbagkan, usia mulai timbulnya
katarak berbeda pada keluarga yang berbeda.
B. Paparan Ultraviolet
Berdasarkan studi epidemiologi, paparan sinar UV yang berlebihan dapat
menyebabkan timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi yang lebih
cepat pada katarak senilis.
C. Faktor diet
Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino, vitamin
(riboflavin, vit E, Vit C) dan elemen-elemen esensial berperan dalam terjadinya dan
matangnya katarak pada usia yang lebih awal.
D. Krisis dehidrasi
Ditemukan juga hubungan cepatnya usia kemunculan dan kematangan katarak
dengan krisis dehirasi yang terjadi pada seorang individu (seperti: diare, kolera, dan
lain-lain).
E. Merokok
Merokok telah dilaporkan memeiliki beberapa efek terhadap usia munculnya
katarak. Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3 hydroxykynurinine
dan chompores yang menyebabkan kekuningan.Sianat pada rokok meyebabkan
carbamylation dan denaturasi protein.
Patofisiologi
24
Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2005) sebagai berikut :
A. Teori putaran biologik “A biologic clock”
B. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian menjadi mati.
C. Imunologis, dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel.
D. Teori mutasi spontan.
E. Teori ”A free radical”
a. Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.
b. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.
c. Free radical dapat dinetrralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
A. Katarak Nuklear
Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal pada
pasien dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya
mempengaruhi fungsi visual secara minimal.Penghambuaran cahaya dan kekuningan
yang parah disebut sebagai katarak nuklear, yang menyebabkan opasiti
sentral.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih
menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan
progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi.Meskipun biasanya bilateral, namun biasanya asimetris.Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik yang disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir pada
malam hari.Perubahan kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada lensa
menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya terhadap spectrum warna
biru sehingga penderita mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna
biru dan ungu.
B. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya
mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak kortikal
biasanya bilateral tetapi sering asimetris.Terdapat wedge-shape opacities/cortical
25
spokes atau gambaran seperti ruji.Banyak pada penderita DM.Keluhan yang biasa
terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis
posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan
katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
cepat. Pada keadaan awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu dari tipe
utama katarak yang berhubungan dengan penuaan.Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi
sebagai akibat dari trauma, penggunaan kortikosteroid jangka panjang (sistemik,
topical, atau intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme.Katarak ini
menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien, imatur,
matur dan hipermatur.
A. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks.Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
B. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Jika mengambil
air lensa akan menjadi intumesen. Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa
disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
26
hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.
C. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa
lensa.Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
D. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul
lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
Manifestasi Klinis
Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa bulan
atau tahun merupakan gejala utama dari katarak.Beberapa orang hanya merasakan
penglihatan redup pada satu mata.Dapat saja keluhan ini seakan-akan melihat melalui film
(tabir) yang menutupi mata, keluhan berupa silau ditempat terang, atau penglihatan kurang
bila mengendarai kendaraan menghadapi sinar yang datang dimalam hari.Mata tidak
merasakan sakit, gatal.Atau merah sedikitpun.
Secara umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut :
A. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
B. Perubahan daya lihat warna.
C. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata.
D. Lampu dan matahari sangat mengganggu.
27
E. Sering minta ganti resep kaca mata.
F. Melihat ganda
G. Bias melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetrop)
Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses screening pra operasi untuk
mendeteksi penyakit yang menyertai, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
jantung. Penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan perdarahan
perioperatif.Dengan demikian deteksi dini harus dilakukan sebelum operasi.
Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan MRI diperlukan jika
dicurigai terdapat kelainan pada bagian posteriordan penglihatan yang kabur akibat
katarak.Hal ini bermanfaat dalam pengelolaan pembedahan dan untuk memberikan prognosis
pemulihan penglihatan pasien pasca operasi.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, kornea,
iris, pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa
keruh. Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada
penyakit katarak senilis.
28
BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit
mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak juga dapat berhubungan dengan penyakit vascular lanilla.
DAFTAR PUSTAKA
29
1. American Academy of Ophtalmology. 2008-2009. Lens and Cataract. San Fransisco :
AAO
2. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand MG. 2001. “Surgery of Cataract” in Lens and
Cataract. Section 11. USA. The Foundation of The American Academy of
Ophthalmology. 96-99.
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika,
2000.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2005.
5. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta,
1993 : 190-196.
6. American Academy of Opthalmology . Pediatric and Strabismus, Basic and Clinical
Science Course, Section 6. The Foundation of The AAO . San Francisco. 2004 : 21-
32, 96-37, 153-154 , 282
30