Anda di halaman 1dari 20

I.

Judul Percobaan : Kekuatan Medan Ligan


II. Hari, Tanggal Percobaan :
 Mulai : Selasa, 4 Nopember 2014 Pukul 13.00 WIB
 Selesai : Selasa, 4 Nopember 2014 Pukul 16.00 WIB
III. Tujuan Percobaan :
- Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air
- Mengenal cara mncari panjang gelombang pada absorbansi maksimum
- Mengenal variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum
IV. Dasar Teori
Ion unsur transisi dapat mengikat molekul-molekul atau ion-ion yang
memiliki pasangan elektron tak berikatan (ligan) dengan ikatan kovalen koordinasi
yang membentuk ion kompleks. Ion kompleks adalah gabungan ion (atom pusat)
dengan ion atau molekul lain (ligan) membentuk ion baru.
Berdasarkan ligan yang diikat oleh atom pusat dalam ion kompleks, maka
ada dua macam ion kompleks:
1. Ion kompleks positif : terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat)
berikatan dengan ligan yang merupakan molekul netral, sehingga ion
kompleks yang terbentuk bermuatan positif.
2. Ion kompleks negatif : terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat)
berikatan dengan ligan yang merupakan ion negatif.

Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT,
adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam
transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil
menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel
senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan
ikatan kimia. CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans Bethe dan John
Hasbrouck van Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan
teori orbital molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan
menjelaskan proses ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi (Utama,
2009).
Bentuk koordinasi ikatan π yang lain adalah ikatan ligan ke logam. Hal ini
terjadi apabila orbital simetri- π p atau orbital π pada ligan terisi. Ia bergabung
dengan orbital dxy, dxz dan dyz logam, dan mendonasikan elektron-elektronnya,
sehingga menghasilkan ikatan simetri-π antara ligan dengan logam. Ikatan logam-
ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital molekul anti-ikatan dari ikatan ligan
ke logam tidak setinggi orbital molekul anti-ikatan dari ikatan σ. Ia terisi dengan
elektron yang berasal dari orbital d logam dan menjadi Homo kompleks tersebut.
Oleh karena itu, ΔO menurun ketika ikatan ligan ke logam terjadi (Admin, 2009).
Didalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai
energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity
yang maksimal. Teori medan kristal terutama membicarakan pengaruh dari ligand
yang tersusun secara berbeda-beda disekitar ion pusat terhadap energi dari orbital d.
Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg (dj) dan orbital t2g (de)
mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligand terhadap orbital-orbital tersebut
Pemisahan energy orbital d, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- Sifat-sifat ion logam: Keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar
menyebabkan pemisahan yang lebih besar
- Susunan ligan disekitar ion logam: Sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam.
Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar
antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. (Rian, S.,
2008)
Kelima orbital d (dx2-y2, dz2, dxy, dyz dan dxz) dalam ion logam bentuk gas
mempunyai tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan
kemungkinan yang sama untuk mendapatkan elektron dalam kelima orbital
tersebut.. Gambar 1 menunjukkan pendekatan teori medan kristal tentang
perubahan yang terjadi pada ion logam karena suatu ligan mendekati ion logam
untuk membentuk suatu ion kompleks.
Energi

Gambar 1. Pemisahan tingkat energi elektron orbital d oleh medan kristal oktahedral

Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang


bermuatan. Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion
logam akan menaikkan energi semua orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki
energi yang sama. Elektron-elektron dalam orbital dz2 dan dx2-y2 akan mengalami
interaksi yang lebih besar dengan muatan-muatan ligan yang mendekatinya
daripada elektron-elektron dalam orbital dxy, dxz, dyz. Pertimbangan simetri juga
menghasilkan kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya
Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion kompleks yang
terkoordinasi secara oktahedral. Δo (didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan
perbedaan energi antara tiga orbital setingkat dxy, dyz, dxz dengan dua orbital
setingkat dx2-y2, dz2.
Spektrum oktahedral [Ti(H2O)6]3+ dengan elektron d tunggal dapat
ditemukan dalam salah satu orbital dxy, dyz, dxz. Pada absorpsi suatu photon
ekivalen energi dengan Δo, elektron dalam salah satu orbital d dengan energi lebih
rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih tinggi dx 2-y2 atau dz2. Suatu
harga yang khas untuk Δo, perbedaan energi antara dua tingkat energi dalam
gambar 1 adalah 5,8 x 104 kalori/mol (frekuensi 20.300 cm-1)
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
20.300 𝑐𝑚−1 = = 58,04 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
349,75 𝑐𝑚−1
Ini sesuai dengan radiasi sebesar 6,1 x 1014 Hz atau panjang gelombang 490
nm. Besarnya 10 Dq tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi
dan ligan yang terlibat. Transisi elektrinik dari tingkat energi pertama ke tingkat
energi yang lain jatuh pada daerah sinar tampak atau spektrum elektromagnetik.
Warna yang nampak adalah komplemen warna cahaya yang diserap, sebagai contoh
kompleks [Ti(H2O)6]3+ berwarna violet berarti warna yang diserap adalah
komplemen warna violet yaitu hijau kekuningan. Hubungan antara daerah panjang
gelombang yang diabsorbsi dan warna yang nampak
Ligan yang berbeda berinteraksi secara berbeda dengan orbital-orbital d ion
logam pusat. Δo , merupakan ukuran interaksi yang dapat membedakan komplek-
komplek yang berbeda dari ion logam. Sebagai contoh, telah diteliti bahwa Δo
umumnya bertambah menurut urutan Cl- < H2O < NH3 < CN- , ini merupakan
ukuran spektrokimia sejumlah ligan. Jika Δo bertambah, absorpsi maksimum akan
memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. sesuai dengan bertambahnya
energi orbital dxy, dyz atau dxz untuk menaikkannya ke orbital dx2-y2 atau dz2.
Makin pendek absorpsi maksimum panjang gelombang, makin besar perbedaan
energi antara tingkat energi awal dan akhir.
Harga 10 dq dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya.
1. Muatan ion logam
Makin banyak muatan ion,makin besar pula harga 10 Dq nya,karena makin banyak
muatan ion logam maka makin besar pula untuk menarik ligan lebih dekat.
Akibatnya pengaruh ligan makin kuat sehingga pembelahan orbital makin besar.
2. Jenis Ion pusat
Logam logam yang terletak pada satu periode, harga 10 Dq nya tidak terlalu
berbeda. Untuk satu golongan, Semakin kebawah, harganya akan semakin besar.
Mn2+< Ni2+< Co2+< Fe2+< V2+< Fe3+< Co3+< Mn3+< Co3+< Rh3+< Ru3+< Pd4+< Ir3+<
Pt4+
3. Ligan
Berikut adalah deret spektrokimia.
I-< Br-< SCN-~ Cl-< F-< OH-~ NO-< C2O42-< H2O<CS-< EDTA4-< NH3~ pyr~ en<
phen < CN- ~ CO
Semakin kuat ligannya, maka 10 dq juga akan semakin besar. Jika 10 dq kecil,
maka ligannya adalah ligan lemah. Ligan yang kuat dapat menggantikan ligan yang
lebih lemah.
Berdasarkan banyaknya pasangan elektron yang didonorkan, ligan dapat
dikelompokkan menjadi,

a. Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang
elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion
halida, H2O dan NH3.
b. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu
memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan koordinasi, ligan
bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya (sering disebut
cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti diamin, difosfin,
disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).
c. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor. Ligan
ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah atom
donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya
untuk membentuk ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat
mungkin hanya menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan
stereokimia kompleks.
Teori medan kristal ini hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya
digunakan dalam bidang fisika zat padat. Teori medan kristal digunakan pada pakar
fisika zat padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam
transisi terhidrat,khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan
orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektro seperti CuSO4.5H2O. Baru pada
tahun 1950an. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi menerapkan
teori medan Kristal (Sukardjo, 1992).
Kebanyakan senyawaan CuI cukup mudah teroksidasi menjadi CuII, namun
oksidasi selanjutnya menjadi CuIII adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang
dikenal baik, dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan, banyak
diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks (Syabatini,
2009).
Reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat dirumuskan sebagai berikut :

M + nL MLn

dimana,

M = ion logam

L = ligan yang mempunyai pasangan elektron bebas

n = bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk (biasanya 2, 4, dan


6).

Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak
(380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman dalam
Fitriani, 2012 ). Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan
visibel tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visibel
dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan
tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet atau terlihat
sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara
orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak
jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari
pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital yang bersangkutan. Spektrum ultraviolet
adalah gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan
(transmitasi atau absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau
tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan
molar, Emax atau log Emax (Sastrohamidjojo dalam Fitriani, 2012).
Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia
yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi
elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan
dengan transisi dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak
oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a) Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan electron anti ikatan
b) Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks.
c) Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan
oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda.Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = log ( Io / It ) = a b c
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban

Gambar 1. Pasangan warna komplementer dari warna yang tampak dilihat oleh mata.
V. Alat dan Bahan

1. Alat-alat
- Labu ukur 10 mL
- Pipet gondok 5 mL
- Pipet gondok 2 mL
- Gelas ukur 5 mL
- Gelas kimia 100 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Spektrofotometer UV-VIS
- Alat-alat gelas yang lain

2. Bahan-bahan
- Larutan Ammonium 1 M
- Larutan ion Cu2+

VI. Prosedur Kerja

1. Aquadest/blanko
10 mL
- Diamati serapannya pada λ 400-600
nm menggunakan spektrofotometer
UV-VIS
- Dicatat absorbansi maksimum

Absorbansi Maksimum
Labu ukur 10 mL I
2. (2 mL larutan Cu2+
0,1 M)
- Diencerkan aquadest sampai tanda
batas
Larutan Cu2+ 0,02 M

- Diamati serapannya pada λ 600-900


nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1

Absorbansi maksimum

3.
Labu ukur 10 mL II
(2 mL larutan Cu2+
0,1 M)
- Diencerkan dengan 5 mL larutan
ammonium 1 M
- Ditambahkan aquadest sampai tanda
batas

Larutan Cu2+ 0,02 M

- Diamati serapannya pada λ 350-700


nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1
Absorbansi maksimum
4.
Labu ukur 10 mL
III (2 mL larutan
Cu2+ 0,1 M)
- Diencerkan dengan 2,5 mL larutan
ammonium 1 M
- Ditambahkan aquadest sampai tanda
batas

Larutan Cu2+ 0,02


M
- Diamati serapannya pada λ 350-700
nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1
Absorbansi maksimum

5. Abs. I Abs. II Abs. III

- Dibuat grafik masing-masing larutan


- Ditentukan panjang gelombang pada
absorbansi maksimum
Hasil
VII. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


1 - Aquadest tidak berwarna Absorbansi larutan blanko
Aquadest/blanko
10 mL - Absorbansi = 0 adalah 0

- Diamati serapannya pada λ 400-600


nm menggunakan spektrofotometer
UV-VIS
- Dicatat absorbansi maksimum

Absorbansi Maksimum

2 - Larutan CuSO4.5H2O berwarna Cu2+(aq) + 6H2O(aq)  λmaks larutan [Cu(H2O)6]2+


Labu ukur 10 mL I [Cu(H2O)6]2+ (aq)
biru adalah 813,4 nm
(2 mL larutan Cu2+
0,1 M) - Setelah diencerkan berwarna biru Dq = 35,1394 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
- Diencerkan aquadest sampai tanda muda (+)
batas - λmaks = 813,4 nm
Larutan Cu2+ 0,02 M - Absorbansi = 0,207

- Diamati serapannya pada λ 700-850


nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1

Absorbansi maksimum
3. - Larutan CuSO4.5H2O berwarna Cu2+(aq) + 6H2O(aq)  λmaks larutan [Cu(H2O)3
Labu ukur 10 mL II
(2 mL larutan Cu2+ biru [Cu(H2O)6]2+(aq) (NH3)2]2+ adalah 608,8 nm
0,1 M) - Larutan ammonia tidak berwarna [Cu(H2O)6]2+(aq)+ 3NH3(aq) Dq = 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
- Diencerkan dengan 5 mL larutan - Larutan Cu + ammonium berwarna
[Cu(H2O)3 (NH3)3]2+ (aq)
ammonium 1 M biru (++)
- Ditambahkan aquadest sampai tanda - Diencerkan dengan dengan
batas aquadest berwarna biru (+)
- λmaks = 608,8 nm
Larutan Cu2+ 0,02 M
- Absorbansi = 0,959
- Diamati serapannya pada λ 350-700
nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1
Absorbansi maksimum
4 - Larutan CuSO4.5H2O berwarna Cu2+(aq) + 6H2O(aq)  λmaks larutan [Cu(H2O)3
Labu ukur 10 mL
III (2 mL larutan biru [Cu(H2O)6]2+(aq) (NH3)2]2+ adalah 612,4 nm
Cu2+ 0,1 M) - Larutan ammonia tidak berwarna [Cu(H2O)6]2+(aq)+ 2NH3(aq)
- Diencerkan dengan 2,5 mL larutan - Larutan Cu + ammonium berwarna
[Cu(H2O)4 (NH3)2]2+ (aq) Dq = 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
ammonium 1 M biru (++)
- Ditambahkan aquadest sampai tanda - Diencerkan dengan dengan
batas aquadest berwarna biru (+)

Larutan Cu2+ 0,02 - λmaks = 612,4 nm


M - Absorbansi = 0,912
- Diamati serapannya pada λ 350-700
nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1
Absorbansi maksimum

5 No. Semakin banyak mengandung


Abs. I Abs. II Abs. III λmaks absorbansi
tabung ligan NH3 maka λ maks
1 813,4 nm 0,207 semakin kecil.
- Dibuat grafik masing-masing larutan
2 608,8 nm 0,959
- Ditentukan panjang gelombang pada
3 612,4 nm 0,912
absorbansi maksimum

Hasil
VIII. Analisis dan Pembahasan

Percobaan yang telah kami lakukan berjudul kekuatan medan ligan yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air,
mengetahui panjang gelombang pada absorbansi maksimum serta mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum.

Pada percobaan ini digunakan 3 larutan yang akan diukur absorbansinya pada
spektrofotometer UV-Vis. Ammonium dan air bertindak sebagai ligan sedangkan Cu
bertindak sebagai atom pusat. Absorbansi pada panjang glombang maksimum akan
dipengaruhi oleh banyaknya ligan yang disubtitusi serta kekuatan medan ligan yang
ditimbulkan oleh ligan tersebut. Pengukuran pada panjang gelombang yang berbeda-bda
sesuai warna yang dibentuk dengan warna komplemennya. Pengamatan terhadap serapan
kompleks dapat digunakan untuk menentukan harga 10 Dq. Nilai maksimum yang didapat
disubstitusikan ke dalam persamaan:

1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1

Menurut teori medan kristal, orbital d yang terurai oleh ligan disebut splitting.
Dengan perbedaan tingkat energi sebesar 10 Dq. Adanya perbedaan tingkat energi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan warna kompleks.

Semakin kuat ligannya maka 10 Dq juga akan semakin besar. Ligan yang kuat
dapat mnggantikan ligan yang lemah. Kekuatan ligan digambarkan dalam deret
spektrokimia dimana ammonium lebih kuat dibanding air, sehinggan akan diperoleh 10 Dq
yang lebih besar.
Larutan blanko yaitu akuades yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang
400-600 nm. Didapatkan absorbansi maksimumnya adalah 0 karena merupakan larutan
pembanding.

Larutan pertama yang digunakan adalah larutan Cu2+ 0,02 M. Sebanyak 2 ml


larutan Cu2+ berwarna biru dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan
akuades sampai tanda batas menjadi larutan berwarna biru. Volume akuades yang
digunakan dalam proses pengnceran berkaitan dengan banyaknya ligan yang akan
disubtitusi oleh logam Cu. Larutan yang terbentuk adalah senyawa kompleks [Cu(H2O)6]2+
sesuai persamaan reaksi berikut:

Cu2+(aq) + 6H2O(aq)  [Cu(H2O)6]2+(aq)

Logam Cu bertindak sebagai atom pusat dan air sebagai ligan. Hibridaisasi senyawa
kompleks tersebut menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 6 ligan H2O adalah sp3d2.

Larutan ini diamati serapannya pada panjang gelombang 600-900. Panjang


gelombang ini ada pada rentang warna radiasi elektromagnetik yang diserap yaitu merah.
Didapatkan panjang gelombang maksimum pada 813,4 nm dengan absorbansi 0,207. Hasil
ini sesuai dengan teori dimana komplemen warna biru-hijau ada pada panjang gelombang
610-800 nm. Harga 10 Dq yang didapatkan adalah 35,1394 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙. Dalam deret
spektokimia H2O termasuk ligan yang lebih lemah dibanding NH3 sehingga menghasilkan
10 Dq yang kecil.

Larutan kedua berisi 2 ml larutan Cu2+ ditambahkan 5 ml larutan ammonium 1M


berwarna biru (++) kemudian ditambahkan air sampai tanda batas pada labu ukur 100 ml
menjadi berwarna biru (+). Perbandingan volume ini berkaitan dengan banyaknya ligan
yang disubtitusi oleh logam Cu. Larutan yang terbentuk larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+.
Dimana Cu bertindak sebagai atom pusat sedangkan NH3 dan H2O bertindak sebagai ligan.
Persamaan reaksi yang terjadi:

[Cu(H2O)6]2+(aq)+ 3NH3(aq) [Cu(H2O)3 (NH3)3]2+ (aq)

Hibridaisasi senyawa kompleks tersebut menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 6
ligan H2O adalah sp3d2.

Larutan ini diamati serapannya pada panjang gelombang 500-800. Panjang


gelombang ini sesuai dengan warna radiasi elektromagnetik yang diserap yaitu jingga.
Didapatkan panjang gelombang maksimum pada 608,8 nm dengan absorbansi 0,959. Hasil
ini sesuai dengan teori komplemen warna biru kehijauan ada pada panjang gelombang 595-
650 nm. Harga 10 Dq yang didapatkan adalah. 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙 . Harga 10 Dq yang
didapatkan lebih besar dibandingkan larutan pertama karena adanya penambahan NH3.
Dimana NH3 adalah ligan yang lebih kuat dibandingkan air sehingga ia mampu
menggantikan H2O. Splitting yang terjadi akan lebih lebar karena pengaruh NH3.

Larutan ketiga berisi 2 ml larutan Cu2+ ditambahkan 2,5 ml larutan ammonium 1M


berwarna biru (++) kemudian ditambahkan air sampai tanda batas pada labu ukur 100 ml
menjadi berwarna biru (+). Perbandingan volume ini berkaitan dengan banyaknya ligan
yang disubtitusi oleh logam Cu. Larutan yang terbentuk larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+.
Dimana Cu bertindak sebagai atom pusat sedangkan NH3 dan H2O bertindak sebagai ligan.
Persamaan reaksi yang terjadi:

[Cu(H2O)6]2+(aq)+ 2NH3(aq) [Cu(H2O)4 (NH3)2]2+ (aq)

Hibridaisasi senyawa kompleks tersebut menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 6
ligan H2O adalah sp3d2.

Larutan ini diamati serapannya pada panjang gelombang 500-800. Panjang


gelombang ini sesuai dengan warna radiasi elektromagnetik yang diserap yaitu jingga.
Didapatkan panjang gelombang maksimum pada 612,4 nm dengan absorbansi 0,912. Hasil
ini sesuai dengan teori komplemen warna biru kehijauan ada pada panjang gelombang 595-
650 nm. Harga 10 Dq yang didapatkan adalah. 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙 . Harga 10 Dq yang
didapatkan lebih besar dibandingkan larutan kedua karena adanya perbedaan penambahan
NH3.
Dimana semakin banyak NH3 yang ditambahkan maka panjang gelombangnya
semakin kecil. Karena panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi.
Penambahan NH3 menyebabkan larutan berwarna biru (++) sehingga frekuensinya
semakin besar yang akan mempengaruhi harga Dq. Harga Dq pada larutan ketiga juga
lebih kecil karena penambahan NH3 yang lebih sedikit sehingga banyaknya NH3 yang
menggantikan posisi ligan air lebih sedikit dibanding larutan 2.
Pada percobaan diatas harga Dq paling besar adalah pada larutan 2 > larutan 3 >
larutan 1. Perbedaan harga Dq ini berkaitan dengan penambahan NH3. Penambahan NH3
menyebabkan larutan berwarna biru yang berarti penyerapan panjang gelombangnya
berada pada panjang gelombang lebih rendah. Karena menyerap warna komplemennya.
NH3 merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan H2O.

IX. Kesimpulan

Berdasarkan prcobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

 Kekuatan medan ligan yang ditimbulkan ligan NH3 lebih kuat dibandingkan H2O.
Hal ini dibuktikan dengan harga Dq yang lebih besar pada larutan 2 dan 3
dibandingkan larutan 1 yang hanya mengandung ligan H2O.
 Panjang gelombang maksimum pada larutan 1 sebesar 813,4, larutan 2 sebesar
608,8, larutan 3 sebesar 612,4.
 Panjang gelombang maksimum yang didapatkan pada larutan 1, 2, dan 3
dipengaruhi oleh kekuatan ligan dan banyaknya ligan yang disubstitusikan.

X. Daftar Pustaka

Anas, dkk. 2013. Spektrofotometer Ultraviolet-Visible.


https://www.academia.edu/5501159/UV-Vis. (diakses pada 9 november 2014)

Anonim. Tanpa Tahun. CHM401.


http://bilbo.chm.uri.edu/CHM401/CrystalFieldTheory.html. (diakses pada 9
november 2014)

Fitriana. 2012. Bab II Tinjauan Pustaka.


http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/14/jhptump-a-fitriyani-662-2-babii.pdf.
(diakses pada 9 november 2014)
Hanif. 2012. Kekuatan Ligan Amonia dan Air pada Kompleks Ni(II) dan Cu(II).
http://hanifkimia.files.wordpress.com/2012/04/modul-p-anor.pdf. (diakses pada
7 november 2014).
Wahyuni, Endang Tri, 2007, Handout Analisis Instrumental I, “Spectrophotometer
UV-Vis”.

Tim Dosen Kimia Anorganik.2012.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik II.


Surabaya : Jurusan Kimia Unesa.

Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jilid 2, Cetakan
ke 2. Jakarta: Kalman Media Pusaka.

XI. Jawaban Pertanyaan

Pertanyaan dan Jawaban

1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air!
Jawab:
Ligan air memiliki energi 40,85 kkal/mol yang lebih rendah daripada amonia, yaitu
46,87 kkal/mol. Hal ini disebabkan oleh ligan H2O yang bersifat sebagai ligan
lemah. Ligan lemah dalam kompleks menyebabkan elektron memiliki spin tinggi
(high spin) pada tingkat energi eg, karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih
mudah ditempatkan pada arah energi orbital yang lebih tinggi sebagai elektron
sunyi (tidak berpasangan) daripada ditempatkan pada kamar orbital yang sama,
namun sebagai elektron berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi
gaya tolak menolak antara dua elektron jika akan berpasangan. Oleh karena energi
untuk tolak menolak (P) lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi
tingkat energi atas dengan energi bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi
lebih pendek sehingga energi 10 Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi dalam percobaan tersebut
Jawab:

[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 [Cu(H2O)3(NH3)3] 2+ + H2O

[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ + H2O


3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi!
Jawab:
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat
dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks
berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika
molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang
berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih
rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang
tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan
yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan
berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-
gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki
energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan
memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap).
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan
kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna
yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan
membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya
dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan
yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih
pendek, dan meningkatkan ν

4. Gambarlah grafik panjang gelombang terhadap absorbansi dari masing-masing


pengamatan anda!
Jawab:

absorbansi Vs panjang gelombang


1.2
1
absorbansi

0.8
0.6
0.4
y = -0.0036x + 3.1304
0.2
R² = 0.9984
0
0 200 400 600 800 1000
panjang gelombang
5. Hitunglah besar energi 10 Dq ketiga larutan tersebut (gunakan persamaan 1,
lihatlah contoh perhitungan energi kompleks Ti)!
Besarnya energy 10Dq:
1. Labu ukur I larutan Cu2+ 0,02 M

1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
813,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,220. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 35,1394 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
2. Labu ukur II larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
608,8. 10 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
−7

1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6426. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

3. Labu ukur III larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+

1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
612,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6329. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

6. Dari hasil percobaan, apa yang dapat anda simpulkan?

Jawab

 Kekuatan medan ligan yang ditimbulkan ligan NH3 lebih kuat dibandingkan H2O.
Hal ini dibuktikan dengan harga Dq yang lebih besar pada larutan 2 dan 3
dibandingkan larutan 1 yang hanya mengandung ligan NH3.
 Panjang gelombang maksimum pada larutan 1 sebesar 813,4, larutan 2 sebesar
608,8, larutan 3 sebesar 612,4.
 Panjang gelombang maksimum yang didapatkan pada larutan 1, 2, dan 3
dipngaruhi oleh kkuatan ligan dan banyaknya ligan yang disubstitusikan.
XII. Perhitungan
Besarnya energy 10Dq:
4. Labu ukur I larutan Cu2+ 0,02 M

1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
813,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,220. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 35,1394 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
5. Labu ukur II larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
608,8. 10 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
−7

1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6426. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

6. Labu ukur III larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+

1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
612,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6329. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

Anda mungkin juga menyukai