Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT,
adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam
transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil
menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel
senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan
ikatan kimia. CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans Bethe dan John
Hasbrouck van Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan
teori orbital molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan
menjelaskan proses ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi (Utama,
2009).
Bentuk koordinasi ikatan π yang lain adalah ikatan ligan ke logam. Hal ini
terjadi apabila orbital simetri- π p atau orbital π pada ligan terisi. Ia bergabung
dengan orbital dxy, dxz dan dyz logam, dan mendonasikan elektron-elektronnya,
sehingga menghasilkan ikatan simetri-π antara ligan dengan logam. Ikatan logam-
ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital molekul anti-ikatan dari ikatan ligan
ke logam tidak setinggi orbital molekul anti-ikatan dari ikatan σ. Ia terisi dengan
elektron yang berasal dari orbital d logam dan menjadi Homo kompleks tersebut.
Oleh karena itu, ΔO menurun ketika ikatan ligan ke logam terjadi (Admin, 2009).
Didalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai
energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity
yang maksimal. Teori medan kristal terutama membicarakan pengaruh dari ligand
yang tersusun secara berbeda-beda disekitar ion pusat terhadap energi dari orbital d.
Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg (dj) dan orbital t2g (de)
mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligand terhadap orbital-orbital tersebut
Pemisahan energy orbital d, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- Sifat-sifat ion logam: Keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar
menyebabkan pemisahan yang lebih besar
- Susunan ligan disekitar ion logam: Sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam.
Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar
antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. (Rian, S.,
2008)
Kelima orbital d (dx2-y2, dz2, dxy, dyz dan dxz) dalam ion logam bentuk gas
mempunyai tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan
kemungkinan yang sama untuk mendapatkan elektron dalam kelima orbital
tersebut.. Gambar 1 menunjukkan pendekatan teori medan kristal tentang
perubahan yang terjadi pada ion logam karena suatu ligan mendekati ion logam
untuk membentuk suatu ion kompleks.
Energi
Gambar 1. Pemisahan tingkat energi elektron orbital d oleh medan kristal oktahedral
a. Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang
elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion
halida, H2O dan NH3.
b. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu
memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan koordinasi, ligan
bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya (sering disebut
cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti diamin, difosfin,
disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).
c. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor. Ligan
ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah atom
donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya
untuk membentuk ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat
mungkin hanya menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan
stereokimia kompleks.
Teori medan kristal ini hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya
digunakan dalam bidang fisika zat padat. Teori medan kristal digunakan pada pakar
fisika zat padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam
transisi terhidrat,khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan
orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektro seperti CuSO4.5H2O. Baru pada
tahun 1950an. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi menerapkan
teori medan Kristal (Sukardjo, 1992).
Kebanyakan senyawaan CuI cukup mudah teroksidasi menjadi CuII, namun
oksidasi selanjutnya menjadi CuIII adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang
dikenal baik, dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan, banyak
diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks (Syabatini,
2009).
Reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat dirumuskan sebagai berikut :
M + nL MLn
dimana,
M = ion logam
Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak
(380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman dalam
Fitriani, 2012 ). Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan
visibel tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visibel
dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan
tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet atau terlihat
sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara
orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak
jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari
pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital yang bersangkutan. Spektrum ultraviolet
adalah gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan
(transmitasi atau absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau
tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan
molar, Emax atau log Emax (Sastrohamidjojo dalam Fitriani, 2012).
Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia
yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi
elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan
dengan transisi dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak
oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a) Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan electron anti ikatan
b) Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks.
c) Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan
oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda.Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = log ( Io / It ) = a b c
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
Gambar 1. Pasangan warna komplementer dari warna yang tampak dilihat oleh mata.
V. Alat dan Bahan
1. Alat-alat
- Labu ukur 10 mL
- Pipet gondok 5 mL
- Pipet gondok 2 mL
- Gelas ukur 5 mL
- Gelas kimia 100 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Spektrofotometer UV-VIS
- Alat-alat gelas yang lain
2. Bahan-bahan
- Larutan Ammonium 1 M
- Larutan ion Cu2+
1. Aquadest/blanko
10 mL
- Diamati serapannya pada λ 400-600
nm menggunakan spektrofotometer
UV-VIS
- Dicatat absorbansi maksimum
Absorbansi Maksimum
Labu ukur 10 mL I
2. (2 mL larutan Cu2+
0,1 M)
- Diencerkan aquadest sampai tanda
batas
Larutan Cu2+ 0,02 M
Absorbansi maksimum
3.
Labu ukur 10 mL II
(2 mL larutan Cu2+
0,1 M)
- Diencerkan dengan 5 mL larutan
ammonium 1 M
- Ditambahkan aquadest sampai tanda
batas
Absorbansi Maksimum
Absorbansi maksimum
3. - Larutan CuSO4.5H2O berwarna Cu2+(aq) + 6H2O(aq) λmaks larutan [Cu(H2O)3
Labu ukur 10 mL II
(2 mL larutan Cu2+ biru [Cu(H2O)6]2+(aq) (NH3)2]2+ adalah 608,8 nm
0,1 M) - Larutan ammonia tidak berwarna [Cu(H2O)6]2+(aq)+ 3NH3(aq) Dq = 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
- Diencerkan dengan 5 mL larutan - Larutan Cu + ammonium berwarna
[Cu(H2O)3 (NH3)3]2+ (aq)
ammonium 1 M biru (++)
- Ditambahkan aquadest sampai tanda - Diencerkan dengan dengan
batas aquadest berwarna biru (+)
- λmaks = 608,8 nm
Larutan Cu2+ 0,02 M
- Absorbansi = 0,959
- Diamati serapannya pada λ 350-700
nm
- Jika, absorbansi > 1 dilakukan
pengenceran hingga absorbansi
maksimum 1
Absorbansi maksimum
4 - Larutan CuSO4.5H2O berwarna Cu2+(aq) + 6H2O(aq) λmaks larutan [Cu(H2O)3
Labu ukur 10 mL
III (2 mL larutan biru [Cu(H2O)6]2+(aq) (NH3)2]2+ adalah 612,4 nm
Cu2+ 0,1 M) - Larutan ammonia tidak berwarna [Cu(H2O)6]2+(aq)+ 2NH3(aq)
- Diencerkan dengan 2,5 mL larutan - Larutan Cu + ammonium berwarna
[Cu(H2O)4 (NH3)2]2+ (aq) Dq = 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
ammonium 1 M biru (++)
- Ditambahkan aquadest sampai tanda - Diencerkan dengan dengan
batas aquadest berwarna biru (+)
Hasil
VIII. Analisis dan Pembahasan
Percobaan yang telah kami lakukan berjudul kekuatan medan ligan yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air,
mengetahui panjang gelombang pada absorbansi maksimum serta mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum.
Pada percobaan ini digunakan 3 larutan yang akan diukur absorbansinya pada
spektrofotometer UV-Vis. Ammonium dan air bertindak sebagai ligan sedangkan Cu
bertindak sebagai atom pusat. Absorbansi pada panjang glombang maksimum akan
dipengaruhi oleh banyaknya ligan yang disubtitusi serta kekuatan medan ligan yang
ditimbulkan oleh ligan tersebut. Pengukuran pada panjang gelombang yang berbeda-bda
sesuai warna yang dibentuk dengan warna komplemennya. Pengamatan terhadap serapan
kompleks dapat digunakan untuk menentukan harga 10 Dq. Nilai maksimum yang didapat
disubstitusikan ke dalam persamaan:
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
Menurut teori medan kristal, orbital d yang terurai oleh ligan disebut splitting.
Dengan perbedaan tingkat energi sebesar 10 Dq. Adanya perbedaan tingkat energi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan warna kompleks.
Semakin kuat ligannya maka 10 Dq juga akan semakin besar. Ligan yang kuat
dapat mnggantikan ligan yang lemah. Kekuatan ligan digambarkan dalam deret
spektrokimia dimana ammonium lebih kuat dibanding air, sehinggan akan diperoleh 10 Dq
yang lebih besar.
Larutan blanko yaitu akuades yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang
400-600 nm. Didapatkan absorbansi maksimumnya adalah 0 karena merupakan larutan
pembanding.
Logam Cu bertindak sebagai atom pusat dan air sebagai ligan. Hibridaisasi senyawa
kompleks tersebut menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 6 ligan H2O adalah sp3d2.
Hibridaisasi senyawa kompleks tersebut menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 6
ligan H2O adalah sp3d2.
Hibridaisasi senyawa kompleks tersebut menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 6
ligan H2O adalah sp3d2.
IX. Kesimpulan
Kekuatan medan ligan yang ditimbulkan ligan NH3 lebih kuat dibandingkan H2O.
Hal ini dibuktikan dengan harga Dq yang lebih besar pada larutan 2 dan 3
dibandingkan larutan 1 yang hanya mengandung ligan H2O.
Panjang gelombang maksimum pada larutan 1 sebesar 813,4, larutan 2 sebesar
608,8, larutan 3 sebesar 612,4.
Panjang gelombang maksimum yang didapatkan pada larutan 1, 2, dan 3
dipengaruhi oleh kekuatan ligan dan banyaknya ligan yang disubstitusikan.
X. Daftar Pustaka
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jilid 2, Cetakan
ke 2. Jakarta: Kalman Media Pusaka.
1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air!
Jawab:
Ligan air memiliki energi 40,85 kkal/mol yang lebih rendah daripada amonia, yaitu
46,87 kkal/mol. Hal ini disebabkan oleh ligan H2O yang bersifat sebagai ligan
lemah. Ligan lemah dalam kompleks menyebabkan elektron memiliki spin tinggi
(high spin) pada tingkat energi eg, karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih
mudah ditempatkan pada arah energi orbital yang lebih tinggi sebagai elektron
sunyi (tidak berpasangan) daripada ditempatkan pada kamar orbital yang sama,
namun sebagai elektron berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi
gaya tolak menolak antara dua elektron jika akan berpasangan. Oleh karena energi
untuk tolak menolak (P) lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi
tingkat energi atas dengan energi bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi
lebih pendek sehingga energi 10 Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi dalam percobaan tersebut
Jawab:
0.8
0.6
0.4
y = -0.0036x + 3.1304
0.2
R² = 0.9984
0
0 200 400 600 800 1000
panjang gelombang
5. Hitunglah besar energi 10 Dq ketiga larutan tersebut (gunakan persamaan 1,
lihatlah contoh perhitungan energi kompleks Ti)!
Besarnya energy 10Dq:
1. Labu ukur I larutan Cu2+ 0,02 M
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
813,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,220. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 35,1394 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
2. Labu ukur II larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
608,8. 10 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
−7
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6426. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
612,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6329. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
Jawab
Kekuatan medan ligan yang ditimbulkan ligan NH3 lebih kuat dibandingkan H2O.
Hal ini dibuktikan dengan harga Dq yang lebih besar pada larutan 2 dan 3
dibandingkan larutan 1 yang hanya mengandung ligan NH3.
Panjang gelombang maksimum pada larutan 1 sebesar 813,4, larutan 2 sebesar
608,8, larutan 3 sebesar 612,4.
Panjang gelombang maksimum yang didapatkan pada larutan 1, 2, dan 3
dipngaruhi oleh kkuatan ligan dan banyaknya ligan yang disubstitusikan.
XII. Perhitungan
Besarnya energy 10Dq:
4. Labu ukur I larutan Cu2+ 0,02 M
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
813,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,220. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 35,1394 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
5. Labu ukur II larutan [Cu(H2O)3 (NH3)2]2+
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
608,8. 10 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
−7
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6426. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,965 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 349,75𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥
612,4. 10−7 𝑐𝑚 349,75𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= 1,6329. 104 𝑐𝑚−1 𝑥
349,75𝑐𝑚−1
= 46,6876 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙