DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 15
1. Fathul Rizky (1764100
2. Jelly Renaldi (1764100
3. Sri Mey Pujiningsih (176410046)
4. Try Yuli Anggara (176410052)
5. Umy Naziroh (176410054)
Malang,
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar
keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan
Masalah Utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran”
Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
praktek Keperawatan Jiwa serta memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
2. Kepala Bidang Perawatan RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Beserta Staf
3. Para Dosen dan Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Jiwa Stikes
ICME Jombang
4. Kepala Ruang Cendrawasih RSJdr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
beserta Seluruh Perawat Ruangan
5. Rekan-rekan mahasiswa kelompok 14, 15, 16,17, 18
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat
mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Malang, .............................................
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami
masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan masalah
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Psikotik Ringan.
Psikotik.
Kerusakan Komunikasi
Resiko mencederai diri, orang lain
Bicara, tersenyum, tertawa sendiri dan likgkungan
Konsentrasi mudah berubah, kekacauan
arus pikir
HDR
Koping Maladaptif
Stress Psikologis
Faktro Presipitasi
Factor Predisposisi
Bicara nglantur
Kepribadian Introvet
Melakukan tindakan yang tidak biasa
Pendiam, pemalu
Klien sulit tidur
Merasa dibisiki setan ditelinganya
Klien akan membunuh penjual pisau
M
e
r
a
s
a
d
i
b
i
s
i
k
i
o
l
e
2.7. Proses keperawatan
1) Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi
:
a) Faktor predisposisi
1) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan
melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,
kromosom yang ke beberapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga kromosom schizofrenia ada kromosom gangguan dengan
kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22 (Buchanan dan
Carpenter, 2000)
2) Faktor Biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf
pada pre frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area
ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.
3) Faktor presipitasi Psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan
Pola asuh anak tidak adequate
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
Sosial Budaya
Kemiskinan
Konflik sosial budaya, peperangan, kerusuhan
b) Faktor presipitasi
1) Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.Mekanisme
penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gathing
abnormal)
2) Stress lingkungan
Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku(Stuart dan Laria, 2001 : 416)
c) Gejala-gejala pemicu seperti : kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku
1) Kesehatan Meliputi :
Nutrisi yang kurang
Kurang tidur
Ketidakseimbangan irama sirkardian
Kelelahan
Infeksi
Obat-obat sistem syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
2) Lingkungan meliputi :
Lingkungan yang memusuhi, kritis Misalnya di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup
Perubahan kebiasaan hidup, pola aktifitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isolasi social
Kurangnya dukungan sosial
Tekanan kerja (kurang ketrampilan dalam bekerja)
Stigmasisasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
3) Sikap atau perilaku :
HDR
Tidak PD (Putus Asa)
Merasa gagal
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan >> dengan gejala tersebut
Tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa
malang
Bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasaan
Ketidakadekuatan pengobatan
Ketidakadekuatan penanganan gejala
4) Mekanisme Koping
Mekanisme yang sering digunakan klien dengan halusinasi
meliputi :
Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan klien
Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal
Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
5) Perilaku
Perilaku klien yang mengalami halusinasi tergantung jenis
halusinasinya. Untuk validasi tentang halusinasi diperlukan :
Isi halusinasi yang dialami klien
Waktu dan frekuensi halusinasi
Situasi pencetus halusinasi dan peristiwa sebelum halusinasi
muncul
Respon klien; menentukan sejauh mana halusinasi yang
telah mempengaruhi klien
6) Masalah keperawatan yang mungkin muncul
Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada diri,
orang lain dan lingkungan
Halusinasi dengar atau lihat
Perubahan proses pikir : Waham
Penatalaksanaan regimen terapiutik yang tidak efektif,
ketidak mampuan
2) Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada lingkungan
yang berdasarkan halusinasi pendengaran dan penglihatan.
b) Halusinasi dengar atau lihat yang berdasarkan isolasi sosial
c) Perubahan proses pikir : Waham yang berdasarkan HDR kronis
d) Penatalaksanaan regimen terapiotik yang tidak efektif, ketidak
mampuan yang berdasarkan koping keluarga tidak efektif
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. L
Umur : thn
Alamat : Blitar
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status :Menikah
Pekerjaan : Pensiunan
No.RM : 110261
Tanggal MRS :9 April 2018
Tanggal Pengkajian : 10 April 2018
Keterangan:
: Meninggal : Laki-laki
: Meninggal : Klien
Pola asuh : saat kecil sampai dewasa cara mengasuh klien dengan sabar
dan tidak pernah dimarahi.
Pola komunikasi : keluarga jarang bicara dengan klien sehingga klien
lebih sering diam sendirian didalam kamar.
Pola pengambilan keputusan : bila klien mengalami suatu permasalahan
klien cenderung diam karena keluarga jarang bicara dengan klien
DX Kep : Koping keluarga inefektif
Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai bagiantelinganya karena bisa untuk
mendengar
b. Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang bernama Tn S,
berusia 61 tahun, tinggal di Blitar dan klien mengatakan bangga
menjadi laki-laki.
c. Peran
Peran klien dirumah sebagai anak dan selalu membantu istrinya
bersih-bersih rumah dan cuci piring.
Peran saat dirawat : pasien hanya tidur di kamar pasien
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan jika sudah keluar
rumah sakit jiwa, klien berharap bisa kumpul dengan keluarganya.
e. Harga Diri
Klien tidak pernah merasa minder dengan keadaannya karena
saudara dan teannya mau menerima apa adanya
Diagnosa Keperawatan : -
Hubungan Sosial
a. Orang Klien yang berarti/terdekat : Orang yang paling terdekat dan
paling berarti bagi klien adalah kakaknya. Di RSJ klien
mengatakan tidak mempunyai teman terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan di masyarakat,
seperti karang taruna, pengajian dan arisan.
Saat dirumah sakit klien lebih sering menyendiri
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas berbicara dengan temanya karena malas
dan merasa tidak penting.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Klien beragama islam dan menyakin bahwa
Allah itu satu dan segala hal sudah di atur oleh Allah
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan jarang sholat karena tidak ada
tempet yang khusus
Diagnosa Keperawatan : gangguan pemenuhan spiritual
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: cukup, kooperatif, tenang, pakaian rapi.
2. Tanda Vital:
TD :130/80 mmHg,
Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36,5 ºC.
RR : 20 x/menit.
Aspek pengetahuan
Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang penyakitnya saat ini
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit yang
di derita.
ANALISA DATA
X. DAFTAR MASALAH
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Resikoperilaku kekerasan
3. Isolasi sosial: Menarik diri
4. Respon pasca trauma
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan spiritual
6. Gangguan komunikasi verbal
7. Gangguan proses pikir
TUK 3: 1. Setelah 1x interaksi klien 3.1. Identifikasi bersama klien cara Menentukan tindakan yang
- Klien dapat menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika sesuai bagi klien untuk
mengontrol yang biasanya dilakukan terjadi halusinasi (tidur, marah, mengontrol halusinasinya
halusinasinya untuk mengendalikan menyibukkan diri, dll)
halusinasinya
11/04/2018 Gangguan SP 2:
08.00 WIB persepsi sensori : 1. Mempertahankan hubungan saling percaya S: - Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol jika
Halusinansi dengan klien halusinasinya datang, yaitu dengan berbincang – bincang
pendengaran 2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan temannya.
dengan bercakap – cakap dengan orang lain. - Klien mengatakan mengerti cara bagaimana mengontrol
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain.
bercakap – cakap dengan orang lain, ke dalam O: - klien tersenyum sendiri
kegiatan harian. - Klien berbicara sendiri
4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. - Klien mampu mempraktekan kembali cara mengendalikan
halusinasi.
A : 1. Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan bercakap –
cakap dengan orang lain.
2.Klien mampu memasukkan kegiatan bercakap – cakap dengan
orang lain, ke dalam kegiatan harian.
3. SP 1, 2 tercapai
P perawat :
- Lanjutkan SP 3 ( Melakukan aktivitas terjadwal)
- Evaluasi klien cara mengotrol halusinasi dengan bercakap –
cakap.
P klien :
- Anjurkan latihan mengendalikan halusinasi dengan bercakap –
cakap.
12/04/2018 Gangguan SP 3:
08.00 WIB persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan harian S:- Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol jika
Halusinansi 2. Melatih klien mengendalikan halusinasi halusinasinya datang, dengan melakukan kegiatan seperti
pendengaran dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang merapikan tempat tidur.
biasa di lakukan di rumah). - Klien mengatakan masih mengerti cara bagaimana mengontrol
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain
jadwal kegiatan. O: - Klien mampu mempraktekkan cara menghardik jika
halusinasinya datang
- Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasinya
dengan cara mengobrol dengan orang lain.
P : Perkenalan nama P: memandang klien P: perawat merasa klien K: mengerti dengan Memperkenalkan diri dapat
saya adalah Dwi sambil tersenyum harus diberi pendekatan kedatangan perawat menciptakan rasa percaya pada klien
Nurjanah, biasa dan menjulurkan dan dijelaskan maksud terhadap perawat
dipanggil Dwi, saya tangan kepada klien kedatangan perawat
mahasiswa stikes
icme jombang yanag
praktek di ruangan
camar ini selama 3
minggu dan saya
akan merawat bapak.
K: iya. . .
K: klien mau berjabat
tangan dan menyebut
nama.
P: nama bapak siapa?
Umurnya berapa? P: memandang klien P: perawat ingin tahu nama K: klien bisa menerima Dengan mengenal nama klien dan
Berasal dari mana? sambil tersenyum klien dan merasa klien kedatangan perawat pasien sudah mengenal perawat
K: Saya S, 61 tahun, memulai bisa lebih maka akan memudahkan proses
Blitar K: menyebutkan nama, dekat dengan perawat interaksi
umur dan alamat dan butuh lagi
waktuuntuk lebih
mengenal dan dekat
P:lebih senang dipanggil dengan perawat
apa pak ? P: memandang klien K: sudah mengerti dengan
K : saya S sambil tersenyum P : ingin melanjutkan kedatangan perawat Dapat mengetahui panggilan
K: klien mau komunikasi dan dan merasa mulai kesukaan pasien
memandang perawat interaksi lebih dalam kenal dengan perawat
dan menjawab
pertanyaan perawat
P : bagaimana kabar
bapak pada pagi hari P: memandang klien K : klien menjawab
ini? sambil tersenyum P : mencoba menggali pertanyaan dengan Menunjukkan perhatian sehingga
K: baik K: ekspresi wajah datar kondisi klien dan singkat bisa menjalin rasa percaya
P : apa yang terjadi merasa pertanyaan
sehingga pak dibawa P: memandang klien dijawab dengan benar K : menduga-duga arah
kesini P : mencoba menggali pertanyaan dan mulai Mengetahui kedatangan pasien ke
K : kontrol disuruh penyebab klien dibawa berfikir dan merasa RSJ sehingga memudahkan dalam
ngamar, mendengar K: ekspresi wajah datar ke RSJ lawang dan tidak terganggu oleh merumuskan masalah keperawatan
suara-suara merasa senang dengan perawat
tanggapan klien
P : saya senang bisa
berkenalan dengan P: memandang klien K : mampu menjawab
bapak hari ini, sambil tersenyum P : ingin membantu klien pertanyaan yang Kontrak berikutnya harus mendapat
bagaimana kalau kita mengenal halusinasinya. diberikan perawat persetujuan klien.
berbincang-bincang
untuk lebih saling
mengenal.
K : iya. . .
K : ekspresi wajah datar
dan menatap pasien.
P : apakah bapak
mendengar suara – P : menatap klien K: mampu menjawab
suara tanpa wujud? P : ingin mengetahui isi semua pertanyaan Dapat mengetahui isi halusinasi
K : Kadang – kadang halusinasi perawat.
enggak.. K : menjawab singkat
P : Apa yang dikatakan P : memandang klien
suara itu? P : memandang klien K : merasa pertanyaan Isi halusinasinya merupakan isi
K : menyuruh marah – K : memperhatikan sambil tersenyum. mendapat respon dari yang menyebabkan gangguan jiwa.
marah perawat klien
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan suka menyendiri, mendengar suara- suara,
dan tau cara mengusir suara itu
DO : - Klien terlihat mondar mandir
- Klien bicara sendiri
- Klien tersenyum sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 : Membina hubungan saling percaya
1. Memberikan salam setiap interaksi
2. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat interaksi
3. Menanyakan dan memanggil nama kesukaan klien
4. Membuat kontrak waktu yang jelas
5. Memberikan sikap jujur menerima janji setiap interaksi
6. Menunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
7. Memberikan perhatian kepada klian
8. Memberikan kesempatan klien mengungkapkan perasaan
dengan penuh perhatian
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan belum tau itu halusinasi atau tidak, itu
berwujud seperti diri klien sendiri menjadi 2 dan menyuruh marah-
marah pada istrinya.
DO : - Klien terlihat mondar mandir
- Mata tidak menatap lawan bicara
- Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
4). Kontrak
“besok kita ketemu lagi ya pak. Kita akan mendiskusikan cara lain
untuk mengontrol halusinasi. Maunya jam berapa pak? Bagaimana
kalo 10 menit aja.Baiklah bagaimana kalo kita ketemu disini.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan masih mendengar suara – suara yang
membangunkan pada malam hari
DO : - Klien mondar mandir
- Klien tersenyum sendiri
- Klien Bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
1. Indentifikasi bersama kalien tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
2. Diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
3. Diskusikan cara baru untuk mengontorol halusinasi dengan
melakukan aktivitas
4. Bantu klien memilih cara yang sudah di anjurkan dan latih untuk
mencobanya
5. Pantau pelaksanaan yang di pilih,jika berhasil beri pujian
6. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat
7. Pantau klien saat minum obat
8. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
Keyakinan positif :
Klien memiliki
kemauan untuk sembuh
dan cepat pulang.
Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakinan positif yang dapat
memotivasi klien untuk melakukan usaha untuk sembuh
Mekanisme Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang Mekanisme koping
koping diharapkan pada pengendalian stress, upaya yang di gunakan
penyelesaian masalah secara langsung dan Perawat D adalah
mekanisme pertahanan lain yang digunakan maladaptive.
untuk melindungi diri. Terbukti klien jika ada
masalah tidak mampu
menyelesaikannya,
klien diruangan
menyendiri, bicara
sebndiri, tertawa
sendiri, dan dirumah
berusaha melukai orang
lain (istri) mengikuti
perintah suara yang
tidak ada wujudnya
Mekanisme koping pasien adalah maladaptive
Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien Tn.S dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.
Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat persamaan antara teori dasar gangguan persepsi sensori
halusinasi dengan pasien kelolaan gangguan persepsi sensori
halusinasi baik secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes,
sumber koping, mekanisme koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan persepsi
sensori halusinasi merupakan tindakan utama yang harus dilakukan
oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
3. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara
terus menerus penting dilakukan untuk mengatasi gangguan persepsi
sensori halusinasi
5.2 Saran
Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC