Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN JIWAPADA Tn. “L”DENGAN


“GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI
PENDENGARAN”
DI RUANG CENDRAWASIH
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 15
1. Fathul Rizky (1764100
2. Jelly Renaldi (1764100
3. Sri Mey Pujiningsih (176410046)
4. Try Yuli Anggara (176410052)
5. Umy Naziroh (176410054)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan di buat sebagai bukti bahwa Stikes Insan Cendekia


Medika Jombang, Kelompok 15 yang beranggota :
1. Fathul Rizky (1764100
2. Jelly Renaldi (1764100
3. Sri Mey Pujiningsih (176410046)
4. Try Yuli Anggara (176410052)
5. Umy Naziroh (176410054)

Telah melakukan Presentasi Askep Pada Tn “L” di Ruang Cendrawasih RSJ.


Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang Malang dengan judul Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran.

Malang,

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Kepala Ruang Cendrawasih


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar
keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan
Masalah Utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran”
Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
praktek Keperawatan Jiwa serta memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
2. Kepala Bidang Perawatan RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Beserta Staf
3. Para Dosen dan Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Jiwa Stikes
ICME Jombang
4. Kepala Ruang Cendrawasih RSJdr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
beserta Seluruh Perawat Ruangan
5. Rekan-rekan mahasiswa kelompok 14, 15, 16,17, 18

Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat
mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, .............................................

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogyanya kedudukannya
setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,
namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invalisasi
baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena
tidak produktif dan tidak efesien (Kusumanto Setjionegoro, 1981).
Menurut faham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak
lagi mampu berfungsi secara wajar di lingkungan sosialnya. Salah satu faktor
yang menyebabkan seseorang mengalami ganguan jiwa adalah stressor
psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan
adaptasi secara konstruktif (adaptif) tetapi jarang seseorang tidak mampu
beradapatasi dengan baik (mal adaptif) sehingga timbullah keluhan-keluhan di
bidang kejiwaan berupa gangguan jiwa ringan hingga yang berat.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah
schizofrenia. Schizofrenia berasal dari bahasa yunani yang terdiri atas dua kata
yaitu shizos yang artinya retak atau pecah dan phren yang artinya jiwa. Dengan
demikian seseorang yang mengalami gangguan jiwa schizofrenia adalah orang
yang mengalami keretakan jiwa / kepribadian (splitting of personality). (Eugen
Bleuter dalam Ilmu Kedokteran Jiwa, Marasmis, 1994).
Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25 penduduk yang proyeksi 25
tahun mendatang mencapai 3 / 1000 penduduk (Hawari, 1993). Angka pevalansi
adalah jumlah kasus (penderita) secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu,
dan didaerah tertentu, dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa, sedangkan
angka insiden adalah kasusu (penderita baru) dalam kurun waktu tertentu dan
didaerah ditentu. Di Indonesia angka yang tercatat di Departemen Kesehatan
berdasarkan survei di Rumah Sakit (1983) adalah antara 0,05% sampai 0,15%.
Penelitian mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia. Maju dengan
pesat, demikian pula kemajuan dibidang obat-obatan anti kematian skizofrenia
(psikofarmaka). Telah menjadikan penderita skizofrenia dapat dipulihkan
sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal.
Untuk mengatasi hal itu maka perawat melakukan intervensi antara
klien lain, bina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga,
mengadakan kontak sering dan singkat secara bertahap dengan klien, observasi
tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya karena dampak dari skizofrenia
karena dapat timbul perilaku kekerasan dan adanya gangguan persepsi sensori
(halusinasi).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn “L” yang mengalami Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan tindakan keperawatan.

1.3. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami
masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan masalah
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan


sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 1998).

Sedangkan menurut Wilson de Kneil halusinasi adalah persepsi tentang


objek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Halusinasi
merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh
klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain
yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delirium.

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada


dalam rentang respon Neurobiologi (Stuart dan Laria, 2001). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat,
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan dan perabaan). klien dengan halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran/delusi


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dengan pengalaman Reaksi emosi berlebih Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai atau kurang Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial
Menarik diri

2.2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar
dapat menetapkan masalah halusinasi ,antara lain :
1) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4) Disorientasi
5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6) Cepat berubah pikiran
7) Alur pikir kacau
8) Respon yang tidak sesuai
9) Menarik diri
10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerangorang lain tanpa sebab
11) Sering malamun

2.3. Fase halusinasi menurut Stuart dan Laria, 2001 : 424

FASE HALUSINASI KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN

Fase I : Comforting Klien mengalami ansietas, - Tersenyum, tertawa yang


Ansietas sedang kesepian, rasa bersalah tidak sesuai
Halusinasi- dan takut, mencoba untuk
- Menggerakkan bibir tanpa
Menyenangkan berfokus pada pikiran
suara
“Menyenangkan” yang menyenangkan
untuk meredakan - Pergerakan mata yang cepat
Ansietas.
- Respon verbal yang lambat
Individu mengenali bahwa
- Diam, dipenuhi rasa yang
pikiran-pikiran dan
mengasyikkan
pengalaman sensori
berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas
dapat ditangani (non
psikotik).

Fase II : Condemning Pengalaman sensori - Meningkatkan tanda-tanda


Ansietas berat menjijikan dan sistem saraf otonom akibat
menakutkan klien lepas ansietas (Nadi, RR, TD↑)
Halusinasi menjadi
menjijikkan. kendali dan mungkin - penyempitan kemampuan
“Menyalahkan” mencoba untuk untukkonsentrasi
mengambil jarak dirinya
- Asyik dengan pengalaman
dengan sumber yang
sensori dan kehilangan
dipersepsikan.
kemampuan membedakan
Klien mungkin pernah halusinasi dan realita
mengalami dipermalukan
oleh pengalaman sensori
dan menarik diri dari
orang lain.

Psikotik Ringan.

Fase III : Controlling Klien berhenti atau - Lebih cenderung mengikuti


Ansietas berat menghentikan perlawanan petunjuk halusinasinya
terhadap halusinasi dan
Pengalaman sensori - Kesulitan berhubungan dengan
menyerah pada halusinasi
menjadi berkuasa orang lain
tersebut.
“Mengendalikan”
- Rentang perhatian hanya dalam
Isi halusinasi menjadi
beberapa menit atau detik
menarik, klien mungkin
mengalami pengalaman - Gejala fisik Ansietas berat,
kesepian jika sensori berkeringat, tremor, tidak
halusinasi berhenti. mampu mengikuti petunjuk

Psikotik.

Fase IV : Conquering Pengalaman sensori - Perilaku teror akibat panik


panic umumnya menjadi mengancam jika
- Potensial suicide atau
menjadi melebur klien mengikuti perintah
homocide
dalam halusinasinya. halusinasi.
- Aktivitas fisik merefleksikan
Halusinasi berahir dari
isi halusinasi seperti perilaku
beberapa jam atau hari
kekerasan, agitasi, menarik
jika tidak ada intervensi
diri, katatonia
terapiutik.
- Tidak mampu merespon
Psikotik Berat.
terhadap perintah yang
kompleks
- Tidak mampu merespon > 1
orang

2.4. Macam-macam halusinasi

Halusinasi dibagi menjadi 7 jenis, meliputi


1) Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
bising mulai dari yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau
lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Dalam pikiran yang
terdengar adalah perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.
2) Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk penglihatan kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3) Halusinasi Penghirup/bau
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses. Umumnya
bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi ini sering terjadi akibat stroke,
tumor, kejang, dimensia.
4) Halusinasi Pengecapan
Individu merasa mengecap suatu rasa dalam mulutnya, misalnya merasa
mengecap rasa darah, urin atau feses.
5) Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6) Halusinasi Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
(Stuart dan Laria, 1998)
2.5. Etiologi
Seseorang yang mengalami halusinasi beranggapan bahwa sumber atau
penyebab halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer
halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologis, padahal
rangsangan primer halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara
psikologis, terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa
sepi, rasa marah, dan rasa takut ditinggalkan oleh yang dicintainya.
Tidak dapat meninggalkan dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri
secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan
kebutuhan keluarga. Penyebab terjadinya halusinasi ancaman terhadap harga
diri dan kebutuhan keluarga meningkatkan kecemasan.
2.6. Pohon masalah

Kerusakan Komunikasi
Resiko mencederai diri, orang lain
Bicara, tersenyum, tertawa sendiri dan likgkungan
Konsentrasi mudah berubah, kekacauan
arus pikir

Perubahan Proses Pikir Mendengar bisikan


Arus,Bentuk, Isi yang menyuruh untuk
membunuh/ dibunuh
Mempengaruhi neurotransmitter otak

Prubahan Persepsi sensori :


Stimulus SSO ,Internal meningkat, eksternal menurun Halusinasi
(Core Problem)

Tidak peduli dengan lingkungan sekitar


Merangsang keluarnya zat
Halusinogen
Fokus pada diri sendiri

HDR

Koping Maladaptif

Stress Psikologis

Faktro Presipitasi
Factor Predisposisi
Bicara nglantur
Kepribadian Introvet
Melakukan tindakan yang tidak biasa
Pendiam, pemalu
Klien sulit tidur
Merasa dibisiki setan ditelinganya
Klien akan membunuh penjual pisau
M
e
r
a
s
a

d
i
b
i
s
i
k
i

o
l
e
2.7. Proses keperawatan
1) Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi
:
a) Faktor predisposisi
1) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan
melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,
kromosom yang ke beberapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga kromosom schizofrenia ada kromosom gangguan dengan
kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22 (Buchanan dan
Carpenter, 2000)
2) Faktor Biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf
pada pre frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area
ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.
3) Faktor presipitasi Psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan
Pola asuh anak tidak adequate
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
Sosial Budaya
Kemiskinan
Konflik sosial budaya, peperangan, kerusuhan

b) Faktor presipitasi
1) Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.Mekanisme
penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gathing
abnormal)
2) Stress lingkungan
Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku(Stuart dan Laria, 2001 : 416)
c) Gejala-gejala pemicu seperti : kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku
1) Kesehatan Meliputi :
 Nutrisi yang kurang
 Kurang tidur
 Ketidakseimbangan irama sirkardian
 Kelelahan
 Infeksi
 Obat-obat sistem syaraf pusat
 Kurangnya latihan
 Hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
2) Lingkungan meliputi :
 Lingkungan yang memusuhi, kritis Misalnya di rumah tangga
 Kehilangan kebebasan hidup
 Perubahan kebiasaan hidup, pola aktifitas sehari-hari
 Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
 Isolasi social
 Kurangnya dukungan sosial
 Tekanan kerja (kurang ketrampilan dalam bekerja)
 Stigmasisasi
 Kemiskinan
 Kurangnya alat transportasi
 Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
3) Sikap atau perilaku :
 HDR
 Tidak PD (Putus Asa)
 Merasa gagal
 Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
 Merasa punya kekuatan >> dengan gejala tersebut
 Tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa
malang
 Bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya
 Rendahnya kemampuan sosialisasi
 Perilaku agresif
 Perilaku kekerasaan
 Ketidakadekuatan pengobatan
 Ketidakadekuatan penanganan gejala
4) Mekanisme Koping
 Mekanisme yang sering digunakan klien dengan halusinasi
meliputi :
 Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
 Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan klien
 Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal
 Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
5) Perilaku
Perilaku klien yang mengalami halusinasi tergantung jenis
halusinasinya. Untuk validasi tentang halusinasi diperlukan :
 Isi halusinasi yang dialami klien
 Waktu dan frekuensi halusinasi
 Situasi pencetus halusinasi dan peristiwa sebelum halusinasi
muncul
 Respon klien; menentukan sejauh mana halusinasi yang
telah mempengaruhi klien
6) Masalah keperawatan yang mungkin muncul
 Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada diri,
orang lain dan lingkungan
 Halusinasi dengar atau lihat
 Perubahan proses pikir : Waham
 Penatalaksanaan regimen terapiutik yang tidak efektif,
ketidak mampuan

2) Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada lingkungan
yang berdasarkan halusinasi pendengaran dan penglihatan.
b) Halusinasi dengar atau lihat yang berdasarkan isolasi sosial
c) Perubahan proses pikir : Waham yang berdasarkan HDR kronis
d) Penatalaksanaan regimen terapiotik yang tidak efektif, ketidak
mampuan yang berdasarkan koping keluarga tidak efektif

3) Perencanaan dan intervensi


a. Resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yang berdasarkan
perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar atau visual
Tujuan Umum :Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus 1: Klien mampu membina hubungan saling percaya
dengan perawat
TUK 1
Kriteris Hasil :
a) Klien kooperatif dan ada kontak mata
b) Ekspresi wajah Klien bersahabat
c) Klien menunjukkan rasa senang
d) klien mampu menjawab salam dan memperkenalkan dirinya
e) Klien mampu mengutarakan perasaannya
Intervensi :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal atau non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan kesukaan
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Buat kontrak : topik, waktu dan tempat
TUK 2: Klien mampu mengenali halusinasi
Kriteria Hasil: Klien mampu menyebutkan waktu, isi, frekuensi dan
respon saat muncul halusinasi
Intervensi :
a) Lakukan kontak sering tapi singkat
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya
c) Bantu klien mengenali halusinasinya
d) Diskusikan dengan klien tentang situasi, waktu, frekuensi dan
respon klien waktu muncul halusinasi
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan saat timbul halusinasi
TUK 3 : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
a) Klien mampu menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara untuk mengontrol halusinasinya
c) Klien dapat memilih cara mengontrol halusinasinya
d) Klien dapat melaksanakan cara yang dipilihnya
e) Klien mau mengikuti kegiatan TAK
Intervensi :
a) Identifikasi cara yang dilakukan klien saat timbul halusinasi
b) Diskusikan manfaat dari cara yang digunakan, beri pujian jika
bermanfaat
c) Diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi
d) Bantu klien memilih dan melatih cara yang digunakan untuk
mengontrol halusinasi
e) Beri kesempatan klien untuk mencoba cara yang dipilihnya
f) Anjurkan klien mengikuti TAK Orientasi Realita.
TUK 4:Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol
halusinasi
Kriteria Hasil :Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat
Intervensi :
a) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi
b) Tanda-tanda halusinasi
c) Cara yang dapat dilakukan keluarga dan klien untuk memutus
halusinasi
d) Cara merawat klien dirumah
e) Beri informasi tentang kunjungan ulang atau kontrol

TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menyebutkan manfaat dan macam obat
b) Klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar
c) Klien dan keluarga mendapatkan informasi yang benar tentang
efek samping obat.
d) Klien dan keluarga memahami akibat dari putus obat tanpa
konsultasi dengan diri.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar dalam penggunaan obat
Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien tentang macam dan manfaat obat.
b) Anjurkan klien untuk aktif meminta obat sendiri ke perawat
c) Diskusikan dengan klien tentang efeksamping obat
d) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang efek putus obat
tanpa konsultasi lebih dulu dengan diri.
e) Bantu klien dan keluarga dalam menggunakan obat dengan prinsip
5 benar (rute pemberian, obat, dosis, cara, waktu)
4) Evaluasi
Asuhan keperawatan berhasil jika klien menunjukkan :
a) Kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan
cara yang efektif yang dipilihnya.
b) Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan
mengingat sifat penyakitnya yang kronis.
c) Kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
klien mengatasi masalah gangguan jiwa
d) Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi klien di rumah
e) Pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan
jika tanda-tanda halusinasi muncul
BAB 3
ASUHANKEPERAWATAN
PADA Tn “L” DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG CENDRAWASIH
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRATLAWANG

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. L
Umur : thn
Alamat : Blitar
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status :Menikah
Pekerjaan : Pensiunan
No.RM : 110261
Tanggal MRS :9 April 2018
Tanggal Pengkajian : 10 April 2018

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer:kx mengatakan sering marah-marah sampai merusak alat
rumah tangga, dan memukul istri dirumah
b. Data Sekunder: Klien marah-marahdandan merusak alat rumah tangga
c. Keluhan utama saat pengkajian : merasa sering mendengar suara
bisikan orang laki-laki yang isinya mengajak bicara membuat kx sulit
tidur di malam hari.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR
PRESIPITASI
klien kambuhlagi yang parah sejak 1 minggu sebelum MRS di
RSJ karena tidak minum obat atau control selama 2 bulan yang
biasanya di RSJ akibatnya klien tidak bisa tidur, marah- marah
tanpa sebab, memukul istrinyaa, merusak alat rumah tangga,
bicara dan tertawa sendiri.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Gangguan jiwa di masa lalu :
Sakit sejak 3 tahun yang lalu setelah istrinya meninggal sehingga klien
sering termenung, mudah tersinggung sering marah-marah, oleh keluarga
dibawa berobat ke RSJ sampai 3 kali dirawat saat pulang sudah sembuh
diambil oleh keluarga dan sering kambuh karena tidak teratur minum
obat.
Riwayat trauma
Pernah melakukan aniaya fisik sebagai pelaku memukul istrinya dan
orang disekitarnya
DX Kep : RPK, Regimen terapeutik inefektif
Percobaan bunuh diri :
Klien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
DX Kep : -
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Saat umur 52 istrinyameninggal karena sakit kanker sehingga merasa
sedih, sering marah-marah mudah tersinggung
DX kep : respon paska trauma
Pernah mengalami penyakit fisik
Menurut klien tidak pernah mengalami sakit fisik yang parah sampai
harus dirawat di rumah sakit, hanya pernah sakit flu
DX Kep : -
Riwayat penggunaan NAPZA
Menurut klien tidak pernah mengunakan obat-obatan dan tidak [pernah
minum-minuman keras atau yang beralkohol.
DX Kep : -
Upaya yang dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya:
-
DX Kep : -
Riwayat penyakit keluarga
Menurut klien anggota keluarga tidak ada yang sakit atau mengalami
gangguan jiwa seperti yang dialami klien.
Hubungan dengan klien : -
Riwayat pengobatan : -
DX Kep : -
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:
: Meninggal : Laki-laki

: Meninggal : Klien

: Perempuan : Satu rumah

Pola asuh : saat kecil sampai dewasa cara mengasuh klien dengan sabar
dan tidak pernah dimarahi.
Pola komunikasi : keluarga jarang bicara dengan klien sehingga klien
lebih sering diam sendirian didalam kamar.
Pola pengambilan keputusan : bila klien mengalami suatu permasalahan
klien cenderung diam karena keluarga jarang bicara dengan klien
DX Kep : Koping keluarga inefektif
Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai bagiantelinganya karena bisa untuk
mendengar
b. Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang bernama Tn S,
berusia 61 tahun, tinggal di Blitar dan klien mengatakan bangga
menjadi laki-laki.
c. Peran
Peran klien dirumah sebagai anak dan selalu membantu istrinya
bersih-bersih rumah dan cuci piring.
Peran saat dirawat : pasien hanya tidur di kamar pasien
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan jika sudah keluar
rumah sakit jiwa, klien berharap bisa kumpul dengan keluarganya.
e. Harga Diri
Klien tidak pernah merasa minder dengan keadaannya karena
saudara dan teannya mau menerima apa adanya
Diagnosa Keperawatan : -
Hubungan Sosial
a. Orang Klien yang berarti/terdekat : Orang yang paling terdekat dan
paling berarti bagi klien adalah kakaknya. Di RSJ klien
mengatakan tidak mempunyai teman terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan di masyarakat,
seperti karang taruna, pengajian dan arisan.
Saat dirumah sakit klien lebih sering menyendiri
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas berbicara dengan temanya karena malas
dan merasa tidak penting.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial

Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Klien beragama islam dan menyakin bahwa
Allah itu satu dan segala hal sudah di atur oleh Allah
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan jarang sholat karena tidak ada
tempet yang khusus
Diagnosa Keperawatan : gangguan pemenuhan spiritual
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: cukup, kooperatif, tenang, pakaian rapi.
2. Tanda Vital:
TD :130/80 mmHg,
Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36,5 ºC.
RR : 20 x/menit.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan kliensesuai dengan usianya ,rapi menggunakan
seragam yang di sediakan RSJ, bisa memakai pakaian seperti
biasanya tidak terbalik, rambut rapi dan selalu disisir setiap habis
mandi, bersih, gatal – gatal (-).
Diagnosa Keperawatan : -
2. Pembicaraan
Klien bisa berbicara dengan jelas, frekuensi lambat, jumlah sedikit,
tidak keras dengan intonasi yang sedang, karakteristik kata tidak
bersambung.
Diagnosa Keperawatan: -
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Mau membantu kegiatan di ruangan rawat , sering menyendiri
Diagnosa Keperawatan: -
4. Mood dan Afek
Mood : klien sering merasa khawatir tidak pulang diambil
keluarganya karea sampai saat ini belum pernah dikunjungi
Afek : saat menceritakan masalahnya klien datar, tidak ada roman
muka saat menceritakan sedih maupun gembira
Diagnosa Keperawatan: ansietas
5. Interaksi selama wawancara
Kontak mata klien jarang menatap lawan bicara, sering melihat
keatas dan kebawah
Diagnosa Keperawatan : -
6. Persepsi sensori
Klien merasa mendengar suara-suarabisikan orang laki-laki yang
mengajak bicara suara bisikan tersebut sering muncul saat klien
sedang sendirian dan saat malam hari sehingga klien sering merasa
bingung dan tidak bisa tidur
Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir
Klien berbicara sesuai pada umumnya, tidak lambat, tidak
cepat dengan intonasi sedang dan bisa di mengerti.
Dibuktikan dengan klien mampu menjawab pertanyaan
dengan benar. (koheren)
b. Isi pikir
Klien sering menghayal kalau dalam waktu dekat akan
meninggal dan di kubur di gunung kawi
c. Bentuk pikir
Pembicaraan klien sesuai dengan kenyataan. Dibuktikan
dengan pasien mengatakan masuk RSJ karena sering marah
– marah.(realistik)
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir
8. Kesadaran
Orientasi waktu :
Klien tidak mengalami disorientasi waktu ditandai dengan, klien
mampu mengatakan sekarang pagi jan 08.00 Wib,
Orientasi tempat :
Klien tidak mengalami disorientasi tempat terbukti klien mengerti
bahwa dia sekarang berada di ruang CAMAR RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat.
Orientasi orang :
Klien juga tidak mengalami disorientasi orang terbukti klien
mampu menyebutkan nama teman dekatnya yaitu slamet.
Secara kualitatif : kesadaran berubah pada relasidibuktikan
denganlebih senang menyendiri sehingga halusinasi sering
muncul.
Diagnosa keperawatan: Gangguan proses pikir
9. Memori
Jangka panjang :
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
terbukti klien mampu mengingat umurnya yaitu 61
Jangka pendek :
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka pendek terbukti
dengan klien mampu menceritakan kalau dia cuci tangan sebelum
makan.
Saat ini :
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini terbukti klien
mampu menceritakan kalau tadi pagi klien makan pagi dengan
menu ayam.
Diagnosa Keperawatan : -
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi :
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik terbukti ketika disuruh
mengulang kembali beberapa alat tulis klien mampu mengulang
dengan benar.
Berhitung :
Klien mampu melakukan perhitungan sederhana, terbukti saat
diberi pertanyaan klien 100 – 7 klien menjawab 93, 93 – 7 klien
menjawab 86.
Diagnosa Keperawatan : -
11. Kemampuan penilaian
Bila halusinasi muncul yang dilakukan klien akan berusaha
mengontrol atau mengikuti suara halusinasinya klien menjawab
akan berusaha untuk mengontrol seperti yang diajarkan dengan
cara menghardik..
Diagnosa Keperawatan : -
12. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dia mengalami sakit jiwa. Dan berobat
agar cepat sembuh
Diagnosa Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Setelah pulang dari rumah sakit klien akan tinggal bersama keluarga
seperti sebelum sakit
Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi : mandi sehari 2 kali memakai sabun dan gosok gigi.
Makan : px makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh
perawat dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan
makanan selalu habis.
b. Berpakaian : px mampu memakai pakaian sendiri, baju di
tentukan oleh perawat, px tidak bisa mencuci dan memyimpan
pakain sendiri.
c. Makan : px makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh
perawat dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan
makanan selalu habis.
d. Toileting : klien mampu BAK dab BAB pada tempatnya dan
dibersihkan setelahnya.
DX Kep: -
Nutrisi:
Napsu makan klien baik satu porsi habis, sehari 3 kali , berat
badan 58 kg
Tidur:
Kebutuhan istirahat tidur klien biasa tidur siang pukul 12.30 s/d
14.00 dan tidur malam hari pukul 19.00 s/d 04.00 WIB.aktivitas
sebelum tidur (-)
Gangguan tidur: bila halusinasi muncul klien sulit tidur.
DX Kep :-
Kemampuan lain:
Klien tidak mempunyai keahlian lain yang dapat digunakan untuk
bekerja menghasilkan uang hanya bisa mengnadalkan uang
pensiunan, tapi sering bantu istri Dallam pekerjaan rumah tangga
Penggunaan obat : klien dapat meminum obatnya sendiri dengan
bantuan di berikan oleh perawat.
e. DX Kep : -
f. Sistem pendukung :
Keluarga berusaha mengobatakan klien bila mengalami sakit.
Mekanisme koping:
Bila ada masalah klien cenderung diam tidak mau menceritakan
pada orang lain.
DX Kep : koping individu inefektif.
g. Pemeliharaan kesehatan : pasien bisa mandi secara mandiri.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok
Sebelum sakit saya tidak aktif di kegiatan sosial seperti pengajian
atau yang lain karena malas dan lebih suka dirumah bersama
keluarga
 Masalah berhubungan lingkungan
Lingkungan saudara dan masyarakat sekitar mau menrima
keadaan saya apa adanya
 Masalah dengan pendidikan
Klien merasa puas dengan pendidikan saya skarang sehingga saya
bisa membaca.
 Masalah dengan pekerjaan
Klien merasa puas dengan pekerjaannya karena dulu sebagai
pengawas di pekerjaan pu untuk membuat jalan tapi sekarang
sudah pensiun
 Masalah dengan perumahan
Klien tinggal bersama istrinya.
 Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan sebagai pensiunan sehingga tiap bulan
mendapatkan uang pensiunan tiap bulan untuk kebutuhan sehari-
hari
 Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan kalau orang sakit itu ke rumah sakit.
Diagnosa Keperawatan : -

Aspek pengetahuan
Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang penyakitnya saat ini
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit yang
di derita.

IX. ASPEK MEDIS


 Diagnosa Medis:
- Axis 1 : Skizofrenia hebefrenik episodic berulang (F20.13)
- Axis 2 : CK tertutup.
- Axis 3 : tidak ditemukan
- Axis 4 : primary suport
- Axis 5 : GAF : 21 - 30
 Terapi medik:
- Clozapine 2x25 mg 1 0 1

ANALISA DATA

No. Data Masalah/Diagnosa Keperawatan


1. Ds: Klien merasa sering mendengar suara- Gangguan persepsi sensori :
suarabisikan orang laki-laki yang halusinasi dengar
mengajak bicara saat sedang sendirian
dan saat malam hari sehingga klien
sulit tidur
Do:menyendiri,ngomong sendiri, ekspresi
datar

X. DAFTAR MASALAH
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Resikoperilaku kekerasan
3. Isolasi sosial: Menarik diri
4. Respon pasca trauma
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan spiritual
6. Gangguan komunikasi verbal
7. Gangguan proses pikir

XI. POHON MASALAH

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn S No. Reg : 110261


Jenis kelamin : laki-laki Ruang : Ruang Camar
Diagnosa Perencanaan
Tgl Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Gangguan TUM: Klien Setelah 1x pertemuan klien 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Persepsi Sensori: dapat dapat membina hubungan dengan menggunakan prinsip merupakan langkah awal
Halusinasi mengontrol saling percaya dengan komunikasi terapeutik menentukan keberhasilan
Pendengaran halusinasinya perawat dengan kriteria a. Sapa klien dengan ramah baik rencana selanjutnya
yang evaluasi: ekspresi verbal maupun non verbal
dialaminya bersahabat, menunjukkan b. Perkenalkan nama, nama
TUK 1: rasa senang, ada kontak panggilan, dan tujuan perawat
- Klien dapat mata, mau berjabat tangan, berkenalan
membina mau menyebutkan nama, c. Tanyakan nama lengkap dan
hubungan mau membalas salam, mau nama panggilan yang disukai
saling berdampingan dengan klien
percaya perawat, dan mau d. Buat kontrak yang jelas
mengutarakan masalahnya. e. Tunjukkan sikap yang jujur
dan menepati janji setiap kali
interaksi
f. Tunjukkan sikap empati
menerima apa adanya. Untuk mengurangi kontak
g. Beri perhatian pada klien dan klien dengan halusinasinya
perhatikan kebutuhan dasar dengan mengenal halusinasi
klien akan membantu mengurangi
1.2 Beri kesempatan klien untuk dan menghilangkan
mengungkapkan perasaannya halusinasi
1.3 Dengarkan ungkapan klien
dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien.
h.
TUK 2: Setelah 1x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering dan Mengetahui apakah
- Klien dapat dapat menyebutkan: singkat secara bertahap halusinasi datang dan
mengenal a. Isi 2.2. Observasi tingkah laku klien menentukan tindakan yang
halusinasin b. Waktu terkait halusinasinya, jika tepat untuk halusinasinya
ya c. Frekuensi menemukan klien yang sedang
d. Situasi dan kondisi yang halusinasi: bicara dan tertawa
menimbulkan halusinasi tanpa stimulus, memandang ke
kanan/ke kiri/ke depan seolah-
olah ada teman berbicara.
2.3. Bantu klien mengenal
halusinasinya:
a. jika menemukan klien yang
sedang halusinasi, tanyakan Mengenalkan pada klien
apakah ada bisikan yang terhadap halusinasinya dan
didengar atau melihat mengidentifikasi faktor
bayangan yang tanpa wujud pencetus halusinasinya
atau merasakan sesuatu yang
tidak ada wujudnya.
b. jika klien menjawab ada
lanjutkan apa yang
dialaminya
c. katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami hal
tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. katakan bahwa klien jika ada
yang seperti klien
e. katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.4. Jika klien sedang tidak
berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien:
a. Isi, waktu, dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, malam, atau
sering dan kadang-kadang)
Setelah 1x interaksi klien b. Situasi dan kondisi yang
menyatakan perasaan dan menimbulkan atau tidak
responnya saat mengalami menimbulkan halusinasi
halusinasi: 2.5. Diskusikan dengan klien apa
 Marah yang dirasakan jika terjadi
 Takut halusinasi (marah/takut, sedih,
 Sedih senang, bingung) beri

 Senang kesempatan mengungkapkan


perasaan
2.6 Diskusikan dengan klien apa
yang dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut
2.7 Diskusikan tentang dampak yang
akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya

TUK 3: 1. Setelah 1x interaksi klien 3.1. Identifikasi bersama klien cara Menentukan tindakan yang
- Klien dapat menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika sesuai bagi klien untuk
mengontrol yang biasanya dilakukan terjadi halusinasi (tidur, marah, mengontrol halusinasinya
halusinasinya untuk mengendalikan menyibukkan diri, dll)
halusinasinya

2. Setelah 1x interaksi klien 3.2.Diskusikan cara yang digunakan


menyebutkan cara baru klien:
mengontrol halusinasi a. Jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian
b. Jika cara yang digunakan
maladaptif diskusikan
kerugian cara tersebut
3. Setelah 1x interaksi klien 3.3.Diskusikan cara baru untuk
dapat memilih dan memutus/mengontrol timbulnya
memperagakan cara halusinasi:
mengatasi halusinasinya a. Menghardik halusinasi:
katakan pada diri sendiri
bahwa ini tidak nyata (“saya
tidak mau
dengar/lihat/penghidu/raba/ke
cap pada saat halusinasi
terjadi)
b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluarga) untuk menceritakan
tentang halusinasi
c. Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari-hari
yang telah disusun
d. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat untuk mengendalikan
halusinasi
4. Setelah 1x interaksi klien 3.4.Bantu klien memilih cara yang
melaksanakan cara yang sudah dianjurkan dan lagi untuk
telah dipilih untuk mencobanya
mengendalikan 3.5.Pantau pelaksanaan yang telah
halusinasinya dipilih dan dilatih, jika berhasil
5. Setelah 1x pertemuan beri pujian.
klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok 3.6.Anjurkan dan ikut sertakan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, stimulasi
persepsi/orientasi realita.
TUK 4: 1. Setelah 1x pertemuan 4.1. Buat kontrak dengan keluarga Membantu klien menentukan
- Klien dapat keluarga, keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat cara mengontrol halusinasi.
dukungan dari menyatakan setuju untuk dan topik) Periode berlangsungnya
keluarga mengikuti pertemuan 4.2. Diskusikan dengan keluarga halusinasi:
dalam dengan perawat (pada saat pertemuan keluarga) 1. Memberi support
mengontrol 2. Setalah 1x interaksi 1. Pengertian halusinasi kepada klien
halusinasinya keluarga menyebutkan 2. Tanda dan gejala halusinasi 2. Menambah
pengertian, tanda dan 3. Proses terjadinya halusinasi pengetahuan klien
gejala proses terjadinya 4. Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
halusinasi dan tindakan klien dan keluarga untuk tindakan pencegahan
untuk mengendalikan memutus halusinasi halusinasi
halusinasi 5. Obat-obatan halusinasi
6. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi di
rumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, berpergian
bersama, memantau obat-
obatan, dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi
7. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5: 1. Setelah 1x interaksi 5.1. Diskusikan dengan klien Membantu klien untuk
- Klien dapat klien menyebutkan: tentang manfaat dan kerugian beradaptasi dengan cara
memanfaat a. Manfaat minum tidak minum obat, nama, warna, alternatif yang ada.
kan obat obat dosis, cara, efek terapi, dan efek
dengan b. Kerugian tidak samping penggunaan obat
baik minum obat 5.2. Pantau klien saat penggunaan
c. Nama, warna, dosis, obat Memberi motivasi agar
efek terapi, dan efek 5.3. Anjurkan klien minta sendiri caranya diulang
samping obat obat pada perawat agar dapat
2. Setelah 1x interaksi merasakan manfaatnya
klien 5.4. Beri pujian jika klien
mendemonstrasikan menggunakan obat dengan benar
penggunaan obat 5.5. Diskusikan akibat berhenti
dengan benar minum obat tanpa konsultasi
3. Setelah 1x interaksi dengan dokter
klien menyebutkan 5.6. Anjurkan klien untuk konsultasi
akibat berhenti minum kepada dokter atau perawat jika
obat tanpa konsultasi terjadi hal-hal yang tidak
dokter diinginkan
CATATAN PERKEMBANGAN DAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG CAMAR RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Nama pasien : Tn.S


Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang : Camar

Tgl & jam Dx.Keperawatan Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan


10/04/2018 Gangguan SP 1: S: Ya saya S asal dari Blitar kesini dijemput Pak Bambang perawat
08.00 WIB persepsi sensori : Membina hubungan saling percaya sini. Klien mengatakan mendengar suara – suara yang mengajak
Halusinansi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien bicara, muncul saat klien sendiri, waktu di malam hari, terdengar
pendengaran 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien sewaktu – waktu (2x sehari),respon klien sulit tidur , klien mampu
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien menghardik (dengan menutup telinga kemudian bilang pergi – pergi,
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi jangan ganggu saya).
klien
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi klien O: - Klien mondar – mandir
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap - Klien tersenyum sendiri
halusinasi - Klien bicara sendiri
7. Mengajarkan klien menghardik klien
8. Menganjurkan klien memasukkan cara A:Klien mampu bhsp
menghardik halusinasi dalam jadwal 1. Klien mampu mengidentifikasi jenis halusinasi klien
kegiatan harian. 3. Klien mampu mengidentifikasi isi halusinasi klien
4. Klien mampu mengidentifikasi waktu halusinasi klien
5. Klien mampu mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
6. Klien mampu mengidentifikasi situasi halusinasi klien
7. Klien mampu mengidentifikasi respon terhadap halusinasi
8. Klien mampu klien menghardik halusinasi
9. Klien mampu memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian.
P perawat :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- Evaluasi cara menghardik
- Lanjutkan SP 2 ( cara mengontrol halusinasi)
P klien :
- Anjurkan latihan cara menghardik halusinasi

11/04/2018 Gangguan SP 2:
08.00 WIB persepsi sensori : 1. Mempertahankan hubungan saling percaya S: - Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol jika
Halusinansi dengan klien halusinasinya datang, yaitu dengan berbincang – bincang
pendengaran 2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan temannya.
dengan bercakap – cakap dengan orang lain. - Klien mengatakan mengerti cara bagaimana mengontrol
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain.
bercakap – cakap dengan orang lain, ke dalam O: - klien tersenyum sendiri
kegiatan harian. - Klien berbicara sendiri
4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. - Klien mampu mempraktekan kembali cara mengendalikan
halusinasi.
A : 1. Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan bercakap –
cakap dengan orang lain.
2.Klien mampu memasukkan kegiatan bercakap – cakap dengan
orang lain, ke dalam kegiatan harian.
3. SP 1, 2 tercapai
P perawat :
- Lanjutkan SP 3 ( Melakukan aktivitas terjadwal)
- Evaluasi klien cara mengotrol halusinasi dengan bercakap –
cakap.
P klien :
- Anjurkan latihan mengendalikan halusinasi dengan bercakap –
cakap.
12/04/2018 Gangguan SP 3:
08.00 WIB persepsi sensori : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan harian S:- Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol jika
Halusinansi 2. Melatih klien mengendalikan halusinasi halusinasinya datang, dengan melakukan kegiatan seperti
pendengaran dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang merapikan tempat tidur.
biasa di lakukan di rumah). - Klien mengatakan masih mengerti cara bagaimana mengontrol
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam halusinasinya dengan cara mengobrol dengan orang lain
jadwal kegiatan. O: - Klien mampu mempraktekkan cara menghardik jika
halusinasinya datang
- Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasinya
dengan cara mengobrol dengan orang lain.

A: 1. Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan melakukan


kegiatan (kegiatan yang biasa di lakukan di rumah).
2. Klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan.
3. SP 1, 2, 3 tercapai,
P : Pasien alih rawat ke ruang tenang.

ANALISA PROSES INTERAKSI


(API)
Inisial klien : Tn. S
Status interaksi Perawat - Klien : 1 (fase perkenalan)
Tempat : Ruang tidur
Lingkungan : Di ruang Camar berhadapan dengan klien, suasana tenang.
Deskripsi klien : Penampilan rapi, kontak mata tidak sesuai.
Tujuan komunikasi : membina hubungan saling percaya, dan mampu mengungkapkan masalahnya.
Komunikasi verbal Komunikasi non verbal Analisa berpusat pada Analisa berpusat pada Rasional
perawat klien
P : Selamat pagi bapak? P : memandang klien P: ingin membuka K: merasa masih belum Kalimat pembuka dalam memulai
Boleh saya duduk di dengan tersenyum percakapan dengan mengerti tentang suatu percakapan adalah salah satu
samping bapak? klien dan berrharap kedatangan perawat cara membina hubungan saling
K: pagi, boleh K: ekspresi wajah datar, dengan sapaan yang percaya
klien mau diberikan perawat, bisa
memandang perawat diterima oleh klien

P : Perkenalan nama P: memandang klien P: perawat merasa klien K: mengerti dengan Memperkenalkan diri dapat
saya adalah Dwi sambil tersenyum harus diberi pendekatan kedatangan perawat menciptakan rasa percaya pada klien
Nurjanah, biasa dan menjulurkan dan dijelaskan maksud terhadap perawat
dipanggil Dwi, saya tangan kepada klien kedatangan perawat
mahasiswa stikes
icme jombang yanag
praktek di ruangan
camar ini selama 3
minggu dan saya
akan merawat bapak.
K: iya. . .
K: klien mau berjabat
tangan dan menyebut
nama.
P: nama bapak siapa?
Umurnya berapa? P: memandang klien P: perawat ingin tahu nama K: klien bisa menerima Dengan mengenal nama klien dan
Berasal dari mana? sambil tersenyum klien dan merasa klien kedatangan perawat pasien sudah mengenal perawat
K: Saya S, 61 tahun, memulai bisa lebih maka akan memudahkan proses
Blitar K: menyebutkan nama, dekat dengan perawat interaksi
umur dan alamat dan butuh lagi
waktuuntuk lebih
mengenal dan dekat
P:lebih senang dipanggil dengan perawat
apa pak ? P: memandang klien K: sudah mengerti dengan
K : saya S sambil tersenyum P : ingin melanjutkan kedatangan perawat Dapat mengetahui panggilan
K: klien mau komunikasi dan dan merasa mulai kesukaan pasien
memandang perawat interaksi lebih dalam kenal dengan perawat
dan menjawab
pertanyaan perawat
P : bagaimana kabar
bapak pada pagi hari P: memandang klien K : klien menjawab
ini? sambil tersenyum P : mencoba menggali pertanyaan dengan Menunjukkan perhatian sehingga
K: baik K: ekspresi wajah datar kondisi klien dan singkat bisa menjalin rasa percaya
P : apa yang terjadi merasa pertanyaan
sehingga pak dibawa P: memandang klien dijawab dengan benar K : menduga-duga arah
kesini P : mencoba menggali pertanyaan dan mulai Mengetahui kedatangan pasien ke
K : kontrol disuruh penyebab klien dibawa berfikir dan merasa RSJ sehingga memudahkan dalam
ngamar, mendengar K: ekspresi wajah datar ke RSJ lawang dan tidak terganggu oleh merumuskan masalah keperawatan
suara-suara merasa senang dengan perawat
tanggapan klien
P : saya senang bisa
berkenalan dengan P: memandang klien K : mampu menjawab
bapak hari ini, sambil tersenyum P : ingin membantu klien pertanyaan yang Kontrak berikutnya harus mendapat
bagaimana kalau kita mengenal halusinasinya. diberikan perawat persetujuan klien.
berbincang-bincang
untuk lebih saling
mengenal.

K : iya. . .
K : ekspresi wajah datar
dan menatap pasien.
P : apakah bapak
mendengar suara – P : menatap klien K: mampu menjawab
suara tanpa wujud? P : ingin mengetahui isi semua pertanyaan Dapat mengetahui isi halusinasi
K : Kadang – kadang halusinasi perawat.
enggak.. K : menjawab singkat
P : Apa yang dikatakan P : memandang klien
suara itu? P : memandang klien K : merasa pertanyaan Isi halusinasinya merupakan isi
K : menyuruh marah – K : memperhatikan sambil tersenyum. mendapat respon dari yang menyebabkan gangguan jiwa.
marah perawat klien

P : kapan suara itu P : memandang klien


datang? sambil tersenyum P : ingin mengetahui waktu K : menjawab dengan Dapat mengetahui waktu halusinasi
K : malam hari K : menjawab. halusinasi singkat. datang.

P : apa yang bapak P : memperhatikan klien


lakukuan jika suara P : ingin mengetahui cara K : menjawab cara untuk Mengontrol halusinasi yang tepat
itu datang? yang di gunakan klien mengontrol halusinasi. dapat mengurangi dan mempercepat
K : menghardik K : menjawab dengan dalam mengontrol proses kesembuhan.
singkat halusinasi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 1

Masalah : Halusinasi pendengaran


SP :1
Hari/Tgl : Selasa 10 April 2018
Ruang : Camar (IPCU2)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan suka menyendiri, mendengar suara- suara,
dan tau cara mengusir suara itu
DO : - Klien terlihat mondar mandir
- Klien bicara sendiri
- Klien tersenyum sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 : Membina hubungan saling percaya
1. Memberikan salam setiap interaksi
2. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat interaksi
3. Menanyakan dan memanggil nama kesukaan klien
4. Membuat kontrak waktu yang jelas
5. Memberikan sikap jujur menerima janji setiap interaksi
6. Menunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
7. Memberikan perhatian kepada klian
8. Memberikan kesempatan klien mengungkapkan perasaan
dengan penuh perhatian

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


 Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat pagi (sambil berjabat tangan) perkenalkan nama saya dwi
berasal dari sidoardjo, sekolah di stikes icme jombang, saya disini
2 minggu, tujuan saya akan belajar merawat bapak, boleh tau
dengan dengan bapak siapa ? suka dipanggil apa
 Fase kerja
“Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan ? Sebelum, kita
mulai bagaimana kalau kita ulangi perkenalan hari ini biar lebih
akrab lagi ! saya ulangi ya, perkenalkan nama saya dwi berasal dari
sidoardjo sekolah di icme jombang dan sekarang saya praktek
disini 2 minggu, tujuan saya disini untuk merawat bapak, saya
harap bapak memberikan informasi tentang apa yang bapak
rasakan, boleh tau nama bapapk siapa ? suka dipanggil apa ? oh
surato. Bagus sekali namanya, hobi saya bersepeda, kalau pak
suratno hobby nya apa ? oh tidur kenapa pa ? lebih suka dirumah,
enak dan nyaman, kumpul sama keluarga pa ? iya..
Baiklah waktunya sudah habis, besok kita lanjutkan lagi ya pak
biar lebih akrab lagi.
 Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan ..... setelah berbincang-bincang tadi ?
senang ?
2). Evaluasi obyektif
“ Semoga kita bisa lebih akrab lagi ya pak ! coba bapak kenalan
sama teman sampingnya ! wah tambah 1 lagi temennya, tambah
lagi saudara disini.
3). Rencana tindak lanjut
“ Bagaimana kalau kita buat jadwal latihan, .... mau jam berapa
latihannya?
4). Kontrak
“ Baiklah pak, nanti kita berbincang-bincang besok pagi lagi
gimana ? unntuk menceritakan apa yang dirasakan sekarang,
berapa lama ? ohh 15 menit saja, ya sudah jam 08.00 ya pak. Mau
nya dimana, disini saja, oh iya pak.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2

Masalah : Halusinasi pendengaran


SP :2
Hari/Tgl : Rabu,11 April 2018
Ruang : Camar

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan belum tau itu halusinasi atau tidak, itu
berwujud seperti diri klien sendiri menjadi 2 dan menyuruh marah-
marah pada istrinya.
DO : - Klien terlihat mondar mandir
- Mata tidak menatap lawan bicara
- Gelisah

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran


3. Tujuan
Tujuan umum: Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
Tujuan khusus (TUK):
1). Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap -
cakap
4. Tindakan Keperawatan
1). Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2). Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3). Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4). Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5). Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6). Mengidentifikasi respon pasien terhadapo halusinasi
7). Menganjurkan pasien menghardik
8). Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


 Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak ? Apakah masih ingat dengan saya ? Saya
Dwi dari Stikes Icme Jombang. Bagaimana perasaan bapak setelah
kita berkenalan hari ini ? nah, sesuai dengan janji saya yang
kemarin pak, hari ini katanya bapak ingin bercerita tentang apa
yang dirasakan. Kita akan berbincang- bincang selama 15 menit di
ruang makan.”
 Fase kerja
Sebelum kita mulai ,saya bertanya dulu bapak masih ingat nama
saya ? nah, sesuai janji saya yang tadi,bapak bleh bercerita tentang
apa yang dirasakan saat ini.Saya akan mendengarkan dan
menemani bapak selama disini.Saya sering berkhayal mbak, lalau
wujud saya ada 2,dia sering datang saat saya sendiri kadang
malam,lebih sering malam,dia menyuruh saya untuk marah-marah,
kadang saya turuti kadang tidak. Itu halusinasi pendengaran pak,
mau saya ajari saya mengontrolnya ? Ada 4 cara pak yang pertama,
menghardik,yang kedua berbicara dengan orang lain, yang ketiga
melakukan aktivitas, yang keempat minum obat. Sudah tau belum
cara menghardik ? Saya contohkan ya, Ya Allah hilangkan suara-
suara palsu itu yang tidak nyata. Coba bapak praktekan.Wah bagus
sekali pak, bapak pinter sekali
 Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?”
2). Evaluasi obyektif
Coba bapak ulangi apa yang saya ajarkan tadi. Bagus sekali pak,
bapak hebat.
3). Rencana tindak lanjut
Baiklah pak, saya harap bapak bisa mengenali halusinasinya.
Terimakasih waktunya.

4). Kontrak
“besok kita ketemu lagi ya pak. Kita akan mendiskusikan cara lain
untuk mengontrol halusinasi. Maunya jam berapa pak? Bagaimana
kalo 10 menit aja.Baiklah bagaimana kalo kita ketemu disini.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 3

Masalah : Halusinasi pendengaran


SP :3
Hari/Tgl :kamis 12 april 2018
Ruang : Camar

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan masih mendengar suara – suara yang
membangunkan pada malam hari
DO : - Klien mondar mandir
- Klien tersenyum sendiri
- Klien Bicara sendiri

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran


3. Tujuan
Tujuan khusus 3:
1). Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
2). Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan Keperawatan
1. Indentifikasi bersama kalien tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
2. Diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
3. Diskusikan cara baru untuk mengontorol halusinasi dengan
melakukan aktivitas
4. Bantu klien memilih cara yang sudah di anjurkan dan latih untuk
mencobanya
5. Pantau pelaksanaan yang di pilih,jika berhasil beri pujian
6. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat
7. Pantau klien saat minum obat
8. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar

5. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


 Orientasi
Salam terapiutik
“Selamat pagi pak? Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara suara bisikan itu masih muncul? Apakah sudah di pakai cara
yang kita pernah latihan ? apakah suara tersebut berkurang?” nah,
sesuai kontrak kita yang kemarin saya akan latih cara yang ketiga
untuk mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
terjadwal. Baiklah bagaimana kalau kita duduk di ruang makan,
berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 15 menit?
 Fase kerja
“Cara ke 2 untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap. Jadi kalo suara-suara itu muncul bapak bisa ngobrol dengan
teman di sampingnya. Contoh begini, mas tolong saya mulai
dengar suara suara itu, ayo ngobrol dengan saya. Coba bapak
lakukan seperti saya, ya begitu, bagus, latih terus ya
Yang ketiga melakukan aktivitas contoh dengan menyapu,
merapikan tempat tidur, bersih-bersih, mari kita latih pak
bagaimana kalau merapikan tempat tidur itu? Bagus seklai pak,
latih terus ya..
Bapak tadi pagi sudah minum obat ?oh sudah, bagus sekali , obat
itu fungsinya apa pak? Oiya bagus sekali. Kalo di rumah minum
obat yang teratur juga ya pak biar tidak kambuh. Berapa kali sehari
pak? Oiya bagus sekali pak
 Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap cakap cara yang
ke tiga untuk mencegah suara suara?”
2). Evaluasi obyektif
Bagus sekali !!! coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih dan
diskusikan untuk mencegah suara suara itu muncul?
3). Rencana tindak lanjut
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harianbapak, coba
lakukan sesuai jadwal (bapak dapat melatih aktifitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktifitas dari pagi
sampai malam)
4). Kontrak
Bagaimana kalau besok pagi jam 8 kita ketemu lagi untuk
mendiskusikan ketiga cara untuk mengontrol halusinasi itu ,
diruang makan sini ya pak
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori gangguan persepsi sensori halusinasi yang telah


dijelaskan didalam tinjauan pustaka dan studi kasus pada Tn. S dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi yang berada diruangan Camar (IPCU2) di dapatkan
data sebagai berikut:

Aspek Teori Kasus kelolaan


Definisi Salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien Klien mendengar suara
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti bisikan laki-laki
merasakan sensasi palsu yang berupa suara, menyuruhnyas untuk
penglihatan, pengecap, perabaan, atau marah-marah sering
penghidupan. Klien merasa stimulus yang dating pada malam hari.
sebetulnya tidak ada
Selain itu, perubahan persepsi sensori:
halusinasi juga bisa diartikan sebagai persepsi
sensori tentang suatu obyek, gambaran, dan
pemikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rasangan dari luarmeliputi semua system
penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan, dan pengecapaan)
Pasien memiliki ciri-ciri gangguan persepsi sensori halusinasi sesuai
dengan definisi gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu klien
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghirupan. Klien
merasa stimulasi yang sebetulnya tidak ada.
Tanda dan  Menarik diri Klien berbicara sendiri,
gejala  Tersenyum sendiri senyum-senyum sendiri,
 Bicara sendiri mata tidak melihat

 Memandang satu arah lawan bicara, dan

 Menyerang tiba-tiba mengikuti perintah dari

 Arah gelisah bisikkan tersebut.

Pada halusinasi dengar karakteristiknya yaitu:


 Mendengar suara-suara atau bisikan,
paling sering suara orang.
 Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai
ke percakapan lengkap antara dua orang
atau lebih tentang orang yang
mengalami halusinasi
 Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu,
kadang-kadang dapat membahayakan.
Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan di atas, pasien
memiliki tanda gejala gangguan persepsi sensori halusinasi. Hal ini
membuktikan pasien mengalami halusinasi khususnya yaitu halusinasi
pendengaran.
Faktor Factor predisposisi adalah factor resiko yang Factor klien mengalami
predisposisi mempengaruhi jeis dan jumlah sumber yang gangguan persepsi
dapat dibangkitkan oleh individu untuk sensori halusinasi
mengatasi stress. Factor predisposisi dapat adalah klien memiliki
meliputi: riwayat gangguan jiwa.
 Faktor perkembangan
 Faktor sosio kultur biokimia
 Faktor psikologis, dan
 Faktor genetic
Berdasarkan faktor predisposisi yang ada. Hal ini sudah membuktikan
klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh klien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi
Sumber Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan Kemampuan personal
koping strategi seseorang. Individu dapat mengatasi : jika ada masalah klien
stress dan ansietas dengan menggunakan tidak mau bercerita
sumber koping yang ada di lingkungan. kepada siapapun dan
Dukungan social dan keyakinan budaya dapat lebih banyak di pendam
membantu seseorang dapat mengintegrasikan sendiri.
pengalaman yang menimbulkan stress dan Dukungan sosial :
mengadopsi strategi koping yang efektif klien tidak pernah
bercerita tentang
masalahnya kepada
orang lain karena klien
suka menyendiri dan
tidak berinteraksi
dengan orang lain
diruangan.

Keyakinan positif :
Klien memiliki
kemauan untuk sembuh
dan cepat pulang.
Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakinan positif yang dapat
memotivasi klien untuk melakukan usaha untuk sembuh
Mekanisme Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang Mekanisme koping
koping diharapkan pada pengendalian stress, upaya yang di gunakan
penyelesaian masalah secara langsung dan Perawat D adalah
mekanisme pertahanan lain yang digunakan maladaptive.
untuk melindungi diri. Terbukti klien jika ada
masalah tidak mampu
menyelesaikannya,
klien diruangan
menyendiri, bicara
sebndiri, tertawa
sendiri, dan dirumah
berusaha melukai orang
lain (istri) mengikuti
perintah suara yang
tidak ada wujudnya
Mekanisme koping pasien adalah maladaptive

Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien Tn.S dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.
Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat persamaan antara teori dasar gangguan persepsi sensori
halusinasi dengan pasien kelolaan gangguan persepsi sensori
halusinasi baik secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes,
sumber koping, mekanisme koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan persepsi
sensori halusinasi merupakan tindakan utama yang harus dilakukan
oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
3. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara
terus menerus penting dilakukan untuk mengatasi gangguan persepsi
sensori halusinasi

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:


1. Dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi hendaknya hubungan salin percaya dilakukan secara bertahap,
mulai dari perawat kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten
3. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC

Anda mungkin juga menyukai