Anda di halaman 1dari 78

1

I. STRUKTUR BIJI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Biji merupakan suatu organisme yang teratur, rapi dan mempunyai
persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta
memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada
biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai
satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan hidupnya.
Biji akan berkembah menjadi tanaman yang akan menghasilkan.
Biji yang dihasilkan suatu tanaman dibentuk dari bunga yang
dihasilkannya terlebih dahulu, dengan suatu serangkaian proses yang kita
kenal dengan pengertian penyerbukan dan pembuahan serta proses
pemasakan akhirnya akan dihasilkan biji. Biji merupakan alat perkembang
biakan yang penting bagi suatu tanaman, dan secara umum biji dapat
dihasilkan oleh semua tanaman, tetapi belum tentu biji tersebut dapat
digunakan sebagai alat perkembang biakan yang baik bagi suatu jenis
tanaman dalam upaya budidaya tanaman.
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena
akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau
tepat dimana cadangan makanan itu akan disimpan. Seperti yang telah
disebutkan terdahulu bahwa biji adalah perkembangan lebih lanjut dan
ovule yang dibuahi. Praktikum struktur Biji ini dilaksanakan untuk
mengetahui struktur biji dari beberapa jenis tanaman, baik monokotil
maupun dikotil sehingga praktikan dapat memahami bagaimana melakukan
budidaya pada suatu tanaman yang tergolong monokotil maupun dikotil.
2. Tujuan
Praktikum acara struktur biji kali ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui struktur biji dari berbagai tanaman pangan yang tegolong
monokotil dan dikotil.

1
2

B. Tinjauan Pustaka
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena
akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau tepat
dimana cadangan makanan itu akan disimpan. Seperti yang telah disebutkan
terdahulu bahwa biji adalah perkembangan lebih lanjut dan ovule yang dibuahi,
hamper semua kejadian yang mengikuti perkembangan ovule yang telah
dibuahi adalah meliputi: testa, yang merupakan hasil dan salah satu atau dua
integument dari ovule. Perisperm adalah keturunan dari nucleus. Endosperm
adalah hasil fusi antara satu inti jantan generatif dan dua inti tripolar untuk
membentuk triploid nucleus endosperm. Embrio, adalah merupakan hasil
pembuahan ovum oleh satu inti jantan generatif (Wartoyo 2007).
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai
persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang
kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik
mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan
tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan hidupnya. Biji akan
berkembang menjadi tanaman yang menghasilkan (Suharto 2008).
Struktur biji yaitu terdiri dari embrio yang dibungkus oleh kulit biji
yang disebut testa, Dalam biji tersimpan cadangan makanan atau endosperm,
yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang, dan biji
terbentuk dari ovula dewasa yang telah dibuahi. Bagian-bagian dari biji, yaitu;
akar pertama yang disebut radikula, satu atau dua lembar daun embrio yang
disebut kotiledon, daun pertama yang disebut plumula yang akan bercabang
membentuk ranting, batang yang terletak di bagian bawah kotiledon disebut
hipokotil, batang yang terletak di bagian atas kotiledon disebut epikotil
(Suyanti 2010).
Pada ilmu botani diketahui ada dua kelas tumbuhan berbiji yaitu
Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae sebagai kelas yang lebih
tinggi terdiri dari dua sub kelas yaitu Monokotiledon dan Dikotiledon.
Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik
tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut. Bagian-bagian biji
3

spermodermis, merupakan kulit pelindung yang terluar. Pada Gymnospermae


terdiri dari 3 lapisan yaitu luar (lapisan yang tebal), tengah (lapisan keras) dan
dalam (lapisan yang tipis). Ex: Gnetum gnemon, Cycas rumphii. Pada
Angiospermae terdiri dari 2 lapisan yaitu testa (lapisan yang tipis dan keras)
dan tegmen (lapisan yang tipis seperti selaput). Ex: Mengifera indica, Arachis
hypogaea (BSN 2006).
Biji terbentuk dalam ovary pada monokotil (grass). Setiap biji matang
selalu terdiri paling kurang dua bagian, yaitu: (1) Embryo, (2) Kulit biji (seed
coat atau testa). Embrio terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote)
dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk
dari integumentum (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umunya terdapat
dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan
sebelah luar tebal dank eras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu,
penyakit dan sentuhan mekanis. Setiap biji yang sangat muda dan sedang
tumbuh selalu terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1) Embryo, (2) Kulit biji (seed
coat), dan (3) Endosperm (Sibarani 2010).
Karakterisitik dari biji adalah relatif sangat kaya akan cadangan
makanan yang mensuport perkembangan bibit sampai dia dapat berdiri sendiri
melakukan proses photosintetik pada tanaman autrophik. Cadangan makanan
ini dalam kebanyakan bagian tetapi tidak khas atau melulu, terpisah pada
bagian bawah, tubuh intra selluler dan termasuk lipida, protein, karbohidrat,
phosphate organik dan bermacam-macam senyawa organik. Tentu saja
simpanan material ini menunjukkan bahwa biji merupakan suatu bagian yang
sangat bernilai bagi manusia atau binatang untuk keperluan makannya
(Wartoyo 2007).
Kulit biji berbeda-beda strukturnya sehubungan dengan sifat khas biji,
seperti jumlah dan tebal integument, pola jaringan pembuluh, serta perubahan
dalam integument sewaktu biji menjadi masak. Seiring dengan perkembangan
biji, sel parenkim bagian luar bertambah jumlahnya serta terbentuk penebalan
pada dinding tangensial dalam dan di dasar dinding radial dari sel epidermis
luar. Di saat biji masak, sel epidermis luar tampak memanjang kea rah radial
4

dan penebalan dinding dalam arah panjang sel terlihat pada semua sudut sel.
Epidermis dalam yang berisi pigmen tetap bertahan dan membentuk tepi dalam
darii testa. Beberapa Angiospermae memiliki struktur tambahan yang banyak
mengandung air. Pada Gymnospermae adanya kulit biji yang berdaging sudah
umum dijumpai. Selain berfungsi melindungi, beberapa macan kulit biji
tampaknya mengendalikan parkecambahan. Hal itu mungkin didasari oleh sifat
impermeabel kulit biji terhadap air, oksigen, atau terhadap keduanya, efek ini
mungkin disebabkan lapisan kutikula dan penyebarannya (Siregar 2005).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara struktur biji ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15
April 2014 pukul 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Ekologi Manajemen
dan Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
2. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat:
1) Pisau atau silet
2) Kaca pembesar
b. Bahan:
1) Benih padi (Oryza sativa)
2) Benih jagung (Zea mays)
3) Benih kedelai (Glicine max)
4) Benih kacang tanah (Arachis hypogaea)
5) Air
3. Cara kerja:
a. Merendam benih yang akan diamati dengan air selama 2 jam.
b. Membelah benih yang akan diamati, baik secara vertical (melintang) dan
secara horizontal (membujur).
c. Mengamati dan menggambar struktur luar benih, benih yang dibelah
secara horizontal dan vertikal.
d. Melengkapi dengan bagian-bagiannya.
5

D. Hasil Dan Pembahasan


1. Hasil pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Struktur Biji
No Komoditas Biji Utuh Biji Biji Bagian dan Fungsi
Melintang Membujur
a b1 Kacang Tanah a. Kulit biji:
a (Arachis hipogaea) Melindungi biji
Jenis biji: dikotil dari keadaan luar
Tipe bibit: epigeal b. Embrio:
Calon organ
tanaman
c. Kotiledon:
Cadangan
makanan
ab c c (memberi energi
saat
berkecambah)

2 Kedelai a. Kulit biji:


a d (Glycine max) Melindungi biji
da bc
Jenis biji: dikotil dari keadaan luar
Tipe bibit: epigeal b. Embrio:
Calon organ
tanaman
c. Kotiledon:
Cadangan
c ca d makanan
(memberi energi
saat
berkecambah)
d. Hilum:
Jalan masuk air
ke dalam biji

ac 3 Jagung a. Kulit biji:


b
(Zea mays) Melindungi biji
Jenis biji: monokotil dari keadaan luar
Tipe bibit: hipogeal b. Embrio:
Calon organ
tanaman
c. Endosperm:
a c
Cadangan
ac bb
makanan
6

4 a. Kulit biji:
b cc Padi Melindungi biji
b (Oryza sativa) dari keadaan luar
]
Jenis biji: monokotil b. Embrio:
Tipe bibit: hipogeal Calon organ
tanaman
c. Endosperm:
Cadangan
aa a
makanan
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Biji dilihat dari sudut pandang evolusi, merupakan embrio atau
tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. Biji merupakan suatu organisasi
yang teratur, rapi, dan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk
melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Menurut strukturnya, biji
adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu
tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel
generatif (gamet) di dalam kandung embrio (embrio sac) serta cadangan
makanan yang mengelilingi embrio. Walaupun banyak hal yang terdapat
pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk, maupun strukturnya,
mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan
hidup (Suharto 2011).
Perbedaan antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil,
yaitu pada tumbuhan dikotil bersama dengan kotiledon plumula tumbuh
membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya
matahari. Pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus
koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya. Biji monokotil termasuk
endospermus (albuminus) yaitu pada biji dapat dijumpai adanya endosperm,
misalnya pada biji jagung (Zea mays) dan biji padi (Oryza sativa). Pada
tumbuhan dikotil, termasuk ke dalam non-endosperm yaitu pada biji tidak
dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji kedelai (Glycine max)
dan biji kacang tanah (Arachis hipogea). Biji tumbuhan dikotil embrionya
berbentuk memanjang melekat pada kedua kotiledon. Ketika kotiledon
7

dibuka akan tampak: hipokotil, radikula, epikotil, plumula (batang dan daun
embrionik). Biji monokotil memiliki sebuah kotiledon, embrionya
terbungkus oleh koleorhiza, yang menutupi akar embrionik, dan koleoptil
yang membungkus tunas embrionik (Vassal 2011).
Pada praktikum struktur biji kali ini dilakukan pengamatan struktur
biji pada kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), padi (Oryza sativa), dan
biji kacang tanah (Arachis hipogaea) mengenai struktur biji, struktur luar
biji, serta penampang membujur biji dan penampang melintang biji. Jenis
tanaman yang tergolong biji monokotil adalah biji jagung (Zea mays) dan
padi (Oryza sativa). Struktur biji pada tanaman jagung terdiri dari periscarp
atau testa sebagai pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan
makanan, dan embrio sebagai calon individu baru. Struktur biji pada
tanaman padi terdiri dari periscarp atau testa sebagai pelindung biji,
endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan embrio sebagai calon
individu baru.
Pada praktikum ini jenis biji dikotil (berkeping dua) adalah kacang
tanah (Arachis hipogaea) dan kedelai (Glycine max). Struktur biji pada
tanaman tanaman kacang tanah terdiri dari kotiledon sebagai jaringan
cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai pelindung biji, dan embrio
sebagai calon individu baru. Struktur biji pada tanaman kedelai terdiri dari
kotiledon sebagai tempat cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai
pelindung biji, embrio sebagai calon individu baru, dan hilum sebagai
pengatur masuknya air ke dalam biji. Hilum (pusar biji) adalah jaringan
bekas biji melekat pada dinding buah.
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena
akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau
tempat dimana cadangan makanan tersebut akan di simpan. Fungsi
mengetahui struktur biji adalah mengetahui cara penanganan pascapanen
biji dan juga cara budidayanya. Ketebalan kulit biji dan kandungan air pada
biji akan mempengaruhi perlakuan penyimpanan biji. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan agar bjiji dapat tahan lam dan tetap dapat tumbuh ketika
8

dikecambahkan. Cara pengananan biji berbeda-beda tergantung dari kondisi


dan strulktur biji. Hal yang terpenting disini adalah mengetahui bagian-
bagian dari biji yang berfungsi dalam proses perkecambahan dan
pertumbuhan benih. Seperti kotiledon pada biji dikotil dan endosperm pada
biji monokotil yang memiliki fungsi sebagai cadangan makanan selama
perkecambahan berlangsung.
9

E. Kesimpulan Dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan mengenai struktur
biji maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Biji merupakan suatu organisasi yang teratur, rapi, dan mempunyai
persediaan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang
kehidupannya.
b. Pada praktikum struktur biji kali ini dilakukan pengamatan struktur biji
pada kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), padi (Oryza sativa), dan
biji kacang tanah (Arachis hipogea).
c. Struktur biji pada tanaman jagung terdiri dari periscarp atau testa sebagai
pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan
embrio sebagai calon individu baru.
d. Struktur biji pada tanaman padi terdiri dari periscarp atau testa sebagai
pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan
embrio sebagai calon individu baru.
e. Struktur biji pada tanaman tanaman kacang tanah terdiri dari kotiledon
sebagai jaringan cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai
pelindung biji, dan embrio sebagai calon individu baru.
f. Struktur biji pada tanaman kedelai terdiri dari kotiledon sebagai tempat
cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai pelindung biji, embrio
sebagai calon individu baru, dan hilum sebagai pengatur masuknya air ke
dalam biji.
g. Fungsi mengetahui struktur biji adalah mengetahui cara penanganan
pascapanen biji dan juga cara budidayanya.
2. Saran
Pada saat pengamatan bagian-bagian dari biji, seperti lapisan dan
bagian dalam biji, sebaiknya praktikan terlebih dahulu mengetahui materi
tentang gambar dan nama dari bagian-bagian dalam biji, sehingga praktikan
tidak kebingungan dalam memberikan, menggambar dan menunjukkan
bagian-bagian biji secar tepat.
10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional (BSN) 2006. Struktur Biji.


http://www.BSN.or.id/filessni.pdf. Diakses pada tanggal 18 April 2014.
Sibarani 2010. Teknologi Benih. Angkasa Press. Bandung.
Siregar A Z 2005. Comparative Anatomy and Morphology of Embryos and
Seedlings of Maize, Oats, and Wheat. Jurnal Kultura Vol. 40(2): 77-83.
Suharto E 2011. Teknologi Benih. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian UNIB,
Bengkulu (Tidak dipublikasikan).
Suharto E 2008. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan Karakteristik Benih Kayu
Afrika (Maesopsis eminii Engl) Provenan Padang Jaya. J. Akta Agrosia
Vol. 7(1): 24 - 32.
Suyanti H 2010. Tumbuhan Berbiji (Seed Plants). http://prestasiherfen.blog-
spot.com. Diakses pada tanggal 18 April 2014.
Vassal S K. 2011. High Quality Protein Corn. Florida Press. Hallauer.
Wartoyo 2007. Buku Ajar Fisiologi Benih. Universitas Sebelas Maret Press.
Surakarta.
11

II. PERKEMBANGAN BIJI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Biji dapat diartikan sebagai suatu ovule atau bakal tanaman
masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang
terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif yaitu gamet jantan dan
gamet betina di dalam kandung embrio, serta cadangan makanan yang
mengelilingi embrio. Tanaman melakukan reproduksi atau regenerasi
untuk menjaga kelangsungan generasinya. Reproduksi dapat dilakukan
secara generatif dengan biji ataupun vegetative dengan bagian-bagian
tanaman sebagai bahan tanam. Pada reproduksi generatif terjadi dua
persatuan material genetik yaitu gamet jantan dan gamet betina,
sehingga dimungkinkan terbentuk individu baru yang memiliki
karakter baru. Pada reproduksi vegetatif keturunan baru merupakan
duplikat dari induknya.
Perkembangan merupakan proses perubahan yang menyertai
pertumbuhan, menuju tingkat pemetangan atau kedewasaan makhluk
hidup. Proses perubahan secara berurutan adalah dari spesialiasi,
diferensiasi, histogenesis, organogenesis dan gametogenesis).
Perkembangan merupakan proses kualitatif yang tidak dapat di ukur.
Perkembangan kualitatif karena peribahan bersifat fungsional.
Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan
masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat didalam biji, yang
dinamakan kecambah (plantula). Awal perkecambahan dimulai dengan
berakhirnya masa dormansi. Biji berkecambah karena didalamnya
terdapat embrio atau lembaga tumbuhan. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu faktor
cahaya.
Praktikum Teknologi Benih Acara Perkembangan Biji ini
penting untuk dilakukan, manfaatnya yaitu pengetahuan bagaimana
awal perkembangan biji mulai dari masa perkecambahan biji hingga
11
menghasilkan biji kembali. Proses produksi biji pada suatu tanaman
12

meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan bunga dan biji.


Melalui proses tersebut kita dapat merencanakan waktu yang tepat
untuk mengecambahkan benih suatu tanaman.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Perkembangan Biji adalah:
a. Mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan bunga dan biji.
b. Mengetahui proses produksi biji.

B. Tinjauan Pustaka
Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang hidup semusim
berumur pendek sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca.
Tanaman kacang tanah berakar tunggang dan membentuk akar serabut,
batang tidak berkayu, berbulu halus, dan membentuk cabang. Tinggi
batang kacang tanah sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang
bertipe menjalar. Bunganya merupakan bunga kupu-kupu, tajuk daun
berjumlah 5 dan 2 di antaranya bersatu berbentuk seperti perahu.
Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong
berada didalam tanah. Buah polong ini berisi 1-4 biji sesuai varietas, kulit
tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua
(Pitoyo dan Zumiati 2002).
Pada persiapan menanam kacang tanah perlu dilakukan seleksi
biji setelah pemipilan dimaksudkan untuk memisahkan biji yang kecil
dari yang besar, biji yang rusak dengan yang baik. Diusahakan benih yang
homogen (sama) ditanaman dalam hamparan yang sama. Persyaratan
polong kacang tanah yang dapat dipilih sebagai calon bibit adalah polong
tua betul, kulit buah setelah kering keras tidak mudah terkupas, urat-
urat polong sangat nyata, bila ditekan akan mudah pecah. Setelah
polong dikupas kulit dari biji mengkilat berwarna merah atau putih,
dan polong bagian dalam, kelihatan alurnya bintik-bintik kehitaman
atau agak coklat, serta diusahakan calon benih harus diatas 3 biji per
polong (Pajow et al 2006).
13

Pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas dua tipe yaitu tipe


indeterminit dan determinit. Tanaman kedelai termasuk berkeping dua,
yaitu mempunyai perakaran tunggang. Pada akar terdapat bintil-bintil
yang merupakan koloni bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini dapat
menfiksasi nitrogen dari udara yang digunakan untuk pertumbuhan
tanaman kedelai. Batang kedelai berwarna ungu atau hijau, daun kedelai
adalah majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun, warna daun hijau
muda, hijau tua atau hijau kekuning-kuningan, tergantung varietasnya.
Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan merupakan suatu rangka yang
terdiri 3 – 15 bunga yang terdapat di ketiak daun. Biji terdapat di dalam
polong yang jumlahnya berkisar 1-5 biji per polong. Pada umumnya
varietas-varietas kedelai yang diusahakan mempunyai 2 – 3 biji per polong
(Somatmadja 2007).
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan
dengan kualitas benih. Di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan
salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Benih
dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan
radikula dari embrio.Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat
menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung.
Kecambah akan dikatakan normal apabila kecambah memiliki kemampuan
untuk tumbuh menjadi tanaman yang normal jika ditanam dengan
lingkungan yang mendukung dan kecambah dikatakan abnormal apabila
kecambah rusak, berubah bentuk dan membusuk (Kuswanto 2005).
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau
organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/terukur. Tahap-tahap
pertumbuhan tanaman yakni :
1. Perkecambahan
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan
pertumbuhan plumula (calon batang). Faktor yang mempengaruhi
perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen dan suhu.
Perkecambahan biji ada dua macam yaitu:
14

a) Perkecambahan epigeal : hipokotil memanjang sehingga plumula


dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon melakukan
fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh : perkecambahan
kacang hijau.
b) Perkecambahan hypogeal : epikotil memanjang sehingga puluma
keluar menembus kulit biji dan muncul diatas permukaan tanah
sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh :
perkecambahan kacang kapri.
2. Pertumbuhan primer
Merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya meristem primer.
Pertumbuhan ini disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh prmer yang
terdapat pada ujung akar dan ujung batan dimulai sejak tumbuhan
masih berupa embrio.
3. Pertumbuhan sekunder
Merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya meristem
sekunder. Pertumbuhan ini disebabkan oleh kegiatan cambium yang
bersifat meristematik kembali. Ciri-ciri jaringan meristematik ini
adalah mempunyai dinding yang tipis, bervakuola kecil atau tidak
bervakuola, sitoplasma pekat dan sel-selnya belum berspeliasasi.
Ketika pertumbuhan berlangsung secara aktif, sel-sel meristem
membelah dan membentuk sel-sel baru. Sel baru yang terbantuk itu
pada awalnya rupanya sama tetapi setelah dewasa, sel-sel tadi
berdiferensiasi menjadi jaringan lain. Jaringan meristem ada dua jenis
yaitu :
a) Jaringan meristem apix
b) Jaringan meristem lateral
Pertumbuhan sekunder disebabkan oleh kegiatan meristem sekunder
yang meliputi:
a) Kambium gabus
b) Kambium fasis
c) Kambium interfasis
4. Pertumbuhan terminal
Terjadi pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan berbiji yang aktif
tumbuh
(Roemantyo dkk 2006).
15

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang


semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir
yaitu biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan
adalah sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih
sulit dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia.
Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap
dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen
tinggi (Ashari 2008).
Menurut Elisa (2006) tahapan dari pembungaan meliputi :
1. Induksi bunga (evokasi) adalah tahap pertama dari proses
pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram
untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif. Terjadi di dalam
sel. Dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam
nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan
diferensiasi sel.
2. Inisiasi bunga adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi
bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis
untuk pertama kalinya. Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup
reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran
kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ-
organ reproduktif.
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar) ditandai
dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga.
Pada tahap ini terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis
untuk penyempurnaan dan pematangan organ-organ reproduksi jantan
dan betina.
4. Anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga. Biasanya
anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan
dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada
kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum
terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis. Bunga-
bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif
jantan dan betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.
16

5. Penyerbukan dan pembuahan tahap ini memberikan hasil terbentuknya


buah muda. Detil dari proses penyerbukan dan pembuahan akan
dijelaskan pada bab tersendiri.
6. Perkembangan buah muda menuju kemasakan buah dan biji, tahap ini
diawali dengan pembesaran bakal buah (ovarium), yang diikuti oleh
perkembangan cadangan makanan (endosperm), dan selanjutnya
terjadi perkembangan embryo.
Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat
menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas)
dan iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek
penyinaran dan semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat
berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi 2008).
Polong kedelai muda berwarna hijau sedangkan warna polong
matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam.
Jumlah polong tiap tanaman dan ukuran biji ditentukan secara genetik.
Jumlah nyata polong dan ukuran nyata biji kacang kedelai yang terbentuk
dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji (Hidayat dalam
Somatmadja dkk 2007).
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian
bawah tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga
umur sekitar 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu
(papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua
diantara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Di sebelah atas
terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera
(vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang
disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai
bunga sebenarnya adalah tabung kelopak. Mahkota bunga (corolla)
berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari makhota
bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya. Bunga kacang tanah pada
umumnya melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan terjadi menjelang
pagi, sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami) (Sumarno 2006).

C. Metodologi Praktikum
17

1. Waktu dan Tempat Pratikum


Praktikum acara Perkembangan Biji ini dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 9 Mei 2014, pukul 09.30-11.00 WIB yang dilaksanakan di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Pot
2) Sekop
b. Bahan
1) Biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
2) Biji Kacang Kedelai (Glycine max)
3) Tanah
4) Pupuk kandang
3. Cara kerja
a. Menyiapkan pot/polibag dan media tanam berupa tanah dan pupuk
kandang dengan rasio perbandingan 1:1 lalu mengaduk rata pupuk
dengan tanah dan memasukannya kedalam polibag.
b. Menyiram media yang telah berada di polibag.
c. Menanam biji dalam pot yang tersedia dengan kedalaman 2 cm, dalam
satu pot terdiri dari 5 biji kemudian disiram kembali.
d. Melakukan perawatan setiap hari dengan melakukan penyiraman 2 kali
sehari.
e. Mengamati proses tahapan produksi benih meliputi lama berbunga,
waktu dari bunga menjadi biji, waktu dari biji sampai panen, struktur
bunga dan biji, jumlah biji dalam polong dan saat muncul bunga.

D. Hasil Dan Pembahasan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Perkembangan Biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dan
Kacang Kedelai (Glycine max)
Kacang Tanah Kacang Kedelai
Perbedaan
(Arachis hypogaea) (Glycine max)
Lama Berbunga (Hari) 14 10
Waktu Bunga menjadi Biji
- 17
(Hari)
Tinggi Tanaman (cm) 37 65,5
18

Panjang Akar (cm) 17 45


Jumlah Polong - 3
Saat Muncul Bunga (HST) 23 24
Jumlah Bunga 5 5
Sumber: Laporan Sementara

1 5

2
3 4
1 4

Gambar 2.1 Struktur Bunga Kacang Gambar 2.2 Struktur Biji Kacang
Tanah (Arachis hypogea) Tanah (Arachis hypogea)
Keterangan: Keterangan:
1. Tangkai bunga 1. Kulit polong
2. Kelopak bunga 2. Kulit biji
3. Mahkota bunga 3. Biji
4. Putik 4. Endosperm
5. Benang sari

2
3
4 3
4

5
5
5

12

Gambar 2.3 Struktur Bunga Gambar 2.4 Struktur Biji Kacang


Kacang Kedelai (Glycine max) Kedelai (Glycine max)
Keterangan: Keterangan:
1. Tangkai bunga 1. Kulit polong
2. Kelopak bunga 2. Kulit biji
3. Mahkota bunga 3. Biji
4. Putik 4. Endosperm
5. Benang sari 5. Rambut atau bulu
6. Hilum
Sumber: Laporan sementara
2. Pembahasan
19

Tanaman merupakan makhluk hidup yang mengalami pertumbuhan


dan perkembangan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau
tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah peristiwa
perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan
ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat
kedewasaan. Proses pertumbuhan dapat dilihat dengan adanya
pertambahan volume pada organ tanaman, perubahan bobot tubuh
peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur.
Biji merupakan organ yang dihasilkan dari penyerbukan.
Mekanisme pembentukan atau perkembangan biji yaitu dimulai dari
induksi yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai
berubah menjadi meristem reproduktif yang terjadi di dalam sel. Tahap
selanjutnya yaitu inisiasi bunga adalah tahap ketika perubahan morfologis
menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara
makroskopis untuk pertama kalinya. Selanjutnya yaitu tahap
perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar). Tahap
selanjutnya yaitu anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran
bunga. Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ
reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu
demikian. Dilanjutkan dengan tahap penyerbukan dan pembuahan.Tahap
yang terakhir yaitu tahap perkembangan buah muda menuju kemasakan
buah dan biji. Menurut Wartoyo et. al (2007) sintesis protein terjadi di dalam
endosperm/kotiledon Sintesis protein dimulai dimulai pada saat embrio mulai
tumbuh. Sintesis protein ini mencerminkan peningkatan jumlah enzim dan
protein struktural. Pada permulaan proses sintesis protein itu meningkat dan
akhirnya mengalami penurunan seiring dengan cukupnya cadangan makanan
di dalam biji dan berakhirnya perkembangan embrio di dalam biji.
Berdasarkan Tabel 2.1 Perkembangan Biji Kacang Tanah (Arachis
hypogaea) dan Kacang Kedelai (Glycine max), variable yang diamati
antara lain lama berbunga, waktu bunga menjadi biji, tinggi tanaman,
20

panjang akar, jumlah polong, saat muncul bunga, dan jumlah bunga.
Komoditas kacang tanah memiliki lama berbunga selama 14 hari, waktu
bunga menjadi biji tidak diketahui, tinggi tanaman 37 cm, panjang akar 17
cm, jumlah polong kacang belum ada pada saat pengamatan, saat muncul
bunga sekitar 23 hari setelah tanam, dan jumlah bunga yang ada pada
tanaman yaitu 5 bunga. Pada komoditas kedelai lama berbunga sekitar 10
hari, waktu bunga menjadi biji sekitar 17 hari, tinggi tanaman 65,5 cm,
panjang akar 45 cm, jumlah polongnya berjumlah 3, saat muncul bunga
sekitar 24 HST, dan jumlah bunga 5.
Kacang tanah mempunyai empat fase pertumbuhan yaitu fase
muncul lapang (emergence), fase pertumbuhan vegetatif, fase pembungaan
dan pembentukan ginofor, dan fase pembentukan polong dan pengisian
biji. Pada Fase muncul lapang (emergence), benih kacang tanah yang
ditanam pada kondisi yang sesuai untuk perkecambahan akan segera
berkecambah dan akan muncul ke atas permukaan tanah (muncul lapang)
setelah 5 sampai 7 hari. Seminggu setelah itu, akan segera terbentuk
sepasang daun tetrafoliate yang membuka sempurna dan dapat melakukan
fotosintesis. Setelah muncul lapang, tanaman kacang tanah akan
mengalami pertumbuhan vegetatif sampai awal muncul atau terbentuknya
bunga. Periode ini umumnya terjadi pada periode 2 – 6 minggu setelah
tanam.
Pertumbuhan vegetatif ini juga masih terjadi setelah tanaman mulai
berbunga tetapi dengan kecepatan yang berkurang. Kemudian setelah itu
pada fase pembungaan dan pembentukan ginofor yang akan diawali
dengan pembentukan bunga. Setelah bunga terbentuk terjadi penyerbukan
sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuahan. Pembuahaan yang
berhasil akan dilanjutkan dengan pembentukan ginofor. Fase ini akan
berlangsung pada periode tanaman umur 6 – 8 minggu setelah tanam.
Ginofor ini akan masuk ke dalam tanah dan membentuk polong, ginofor
yang tidak masuk ke dalam tanah tidak dapat membentuk polong. Setelah
ginofor masuk ke dalam tanah akan dilanjutkan dengan pembentukan
polong. Di dalam polong yang terbentuk terdapat biji. Biji ini akan diisi
21

asimilat hasil fotosintesis sampai pada ukuran maksimal tertentu, yang


berbeda tergantung varietas. Pengisian biji akan berakhir pada saat biji
telah terisi penuh yang ditandai oleh biji yang keras dengan kulit
mengkilat, sekaligus sebagai tanda kacang tanah dapat dipanen.
Fase perkembangan biji pada tanaman kacang kedelai hampir sama
dengan fase perkembangan biji pada tanaman kacang tanah, tetapi yang
membedakan yaitu pada fase pembentukan polong dan pengisian biji.
Polong yang terbentuk setelah terjadi pembuahan mengalami pertumbuhan
sampai pada ukuran tertentu pada tanaman kacang kedelai. Selama
pertumbuhan tersebut, di dalamnya terjadi pembentukan dan pengisian
biji. Pemasakan biji dianggap selesai apabila polong telah mencapai
ukuran maksimum. Selanjutnya biji di dalam polong akan mengalami
proses pematangan yang ditandai oleh perubahan warna polong yang pada
umumnya dari hijau menjadi hitam, sekaligus sebagai tanda polong siap
dipanen. Namun pada fase pembentukan polong dan pengisian biji kadang
terdapat polong hampa. Polong hampa merupakan polong yang tidak terisi
biji atau biji tidak terbentuk. Polong hampa dapat terjadi apabila ginofor
hasil dari pembuahan tidak masuk ke dalam tanah. Ginofor yang tidak
masuk ke dalam tanah juga dapat menyebabkan polong tidak terbentuk.
Selain akibat dari ginofor yang tidak masuk ke dalam tanah, polong hampa
juga dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti pada kacang tanah yang
ditanam di tanah pasir dan tanah laterit ringan, musim tanam yang tidak
sesuai seperti kacang tanah yang ditanam pada musim kemarau sangat
peka terhadap serangan polong hampa terlebih jika masih turun hujan pada
fase generatif.
Karakteristik pertumbuhan vegetatif pada tanaman monokotil
dimulai dengan proses perkecambahan biji dengan tipe bibit hipogeal atau
kotiledon berada di atas permukaan tanah. Fase pertumbuhan selanjutnya
yaitu perpanjangan batang dan pembentukan daun. Tulang daun sejajar
pada tanaman monokotil. Batang yang terbentuk pada tanaman dikotil
adalah batang tidak berkambium dan berakar serabut. Proses selanjutnya
22

yaitu proses perkembangan yaitu proses pembentukan bunga. Bunga yang


terbentuk pada tanaman dikotil adalah bunga berkelipatan 3. Karakteristik
pertumbuhan generatif pada tanaman monokotil yaitu biji yang terbentuk
berkeping satu.
Karakteristik pertumbuhan vegetatif pada tanaman dikotil dimulai
dengan proses perkecambahan biji dengan tipe bibit epigeal atau kotiledon
berada di atas permukaan tanah. Fase pertumbuhan selanjutnya yaitu
perpanjangan batang dan pembentukan daun. Tulang daun menyirip atau
menjari pada tanaman dikotill. Batang yang terbentuk pada tanaman
dikotil adalah batang berkambium dan berakar tunggang. Proses
selanjutnya yaitu proses perkembangan yaitu proses pembentukan bunga.
Bunga yang terbentuk pada tanaman dikotil adalah bunga berkelipatan 2,4
dan 5. Karakteristik pertumbuhan generatif pada tanaman dikotil yaitu biji
yang terbentuk berkeping dua.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa lama
waktu yang dibutuhkan tanaman kacang tanah dan kacang kedelai untuk
berkembang berbeda pada umumnya kacang tanah lebih lama
dibandingkan kacang kedelai. Hal ini dapat kita ketahui dari saat muncul
bunga, waktu yang dibutuhkan dari bunga menjadi buah dan waktu yang
dibutuhkan dari buah menjadi biji. Saat muncul bunga pada tanaman
kacang tanah adalah 23 HST dengan lama berbunga 14 hari dan jumlah
bunga adalah 5 buah. Pada hasil pengamatan bunga kacang tanah yang
terbentuk belum berubah menjadi biji dan membentuk polong,
kemungkinan dibutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk polong.
Kondisi demikian sangat berbeda pada hasil pengamatan kacang kedelai,
saat muncul bunga pada tanaman kacang kedelai adalah 24 HST dengan
lama berbunga 10 hari dan jumlah bunga adalah 5 buah. Tanaman kacang
kedelai dengan lama berbunga 10 hari telah terbentuk biji dengan waktu
bunga menjadi biji adalah 17 hari dengan jumlah polong adalah 3 buah.
23

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Biji merupakan organ yang dihasilkan dari penyerbukan.
b. Mekanisme pembentukan atau perkembangan biji yaitu dimulai dari
induksi yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk
mulai berubah menjadi meristem reproduktif yang terjadi di dalam sel.
c. Tahapan dari pembungaan yaitu induksi bunga, inisiasi bunga,
perkembangan kuncup bunga menjadi anthesis, anthesis, penyerbukan
dan pembuahan, perkembangan buah muda menuju kemasakan buah
dan biji.
d. Karakteristik pertumbuhan vegetatif pada tanaman monokotil dimulai
dengan proses perkecambahan biji dengan tipe bibit hipogeal atau
kotiledon berada di atas permukaan tanah.

e. Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa lama waktu


yang dibutuhkan tanaman kacang tanah dan kacang kedelai untuk
berkembang berbeda pada umumnya kacang tanah lebih lama
dibandingkan kacang kedelai.
f. Hasil pengamatan kacang kedelai dihasilkan 3 polong kacang kedelai
sedangkan kacang tanah belum menghasilkan polong.
2. Saran
Saran untuk praktikum Teknologi Benih tentang Perkembangan Biji
yaitu agar tanaman yang diamati bisa menghasilkan data yang valid
sebaiknya mengutamakan cara pemeliharaan tanaman tersebut sebab
banyak ditemukan tanaman layu pada saat dipanen. Selain itu karena lama
berbunga tanaman yang diamati hanya perkiraan sebaiknya didukung dari
sumber hasil penelitian yang valid.
24
25

DAFTAR PUSTAKA

Ashari S 2008. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta,


Jakarta
Elisa 2006. Pembungaan dan Produksi Buah I. http// www.elisa ugm.ac.id/ .
Diakses pada tanggal 12 Mei 2014.
Hidayat OO 2005 dalam Somatmadja S, M Ismunadji, Sumarno, M Syam, SO
Manurung dan Yuswadi 2007. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai
Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Kuswanto H 2005.Analisis Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Pajow, Stenly K, Arnold C 2006.. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Departemen
Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.
Manado.
Pitoyo S dan Zumiati 2002. Tanaman Bumbu dan Pewarna Nabati. Aneka Ilmu.
Semarang.
Roemantyo Y Hidayat dan Endjum 2006. Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Bogor :
Analisis Terhadap Kemampuan Regenerasi Secara Alami. Buletin Kebun
Raya Indonesia Vol. 8 (1):16-24.
Somatmadja S 2007. Kacang Kedelai. Yasaguna. Jakarta.
Sumarno 2006. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Bandung: Sinar Baru.
Sutopo L 2005. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. CV.
Rajawali. Jakarta.
Yamaguchi M, dan E.V Rubatzky 2008. Sayuran dunia. Jilid I. Terjemahan
Catur H. ITB Press. Bandung.
Wartoyo E, Warsoko W, Sri N dan Bambang 2007. Buku Ajar Fisioogi Benih. UNS.
Surakarta.
26

III. TIPE BIBIT

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bibit dalam ilmu teknologi benih adalah tumbuhan muda yang
makanannya tergantung kepada persediaan bahan makanan yang terdapat
dalam biji. Pada kondisi menguntungkan suatu biji akan berkecambah.
Apabila biji tersebut akan dikecambahkanpada medium tanah akan terjadi
suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas permukaan tanah. Berdasarkan
letak kotiledon, dapat dibedakan 2 tipe bibit yaitu: (1) bibit tipe epigeal
yakni bibit dimana kotiledonnya terangkat di atas permukaan tanah
sewaktu pertumbuhannya. Bibit tipe epigeal ini umumnya terdapat pada
dicotiledoneae seperti beam, alfalfa, clovers, kacang kedelai, kacang tanah
yang termasuk legume.
Pada kacang-kacangan sebagian makanan cadangan di dalam
kotiledon di pakai oleh akar yang sedang tumbuh tetapi sebgaian besar
masih tinggal di dalam kotiledon walaupun ia sudah terangkat di atas
permukaan tanah. (2) Bibit tipe hipogeal yaitu bibit dimana kotiledonnya
tetap tinggal dalam permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Sewaktu
perkecambahan pada biji graminae, padi, gandum, jagung, kotiledon disini
disebut scutellum tetap tinggal dalam tnah fungsinya sebagai organ
penyerap makanan dari endosperm dan mengantarkanya kepada
embryonic axis yang sedang tumbuh. Sewaktu perkecambahan ini yang
pertama kali keluar adalah radicle segera kemudian pada radicle ini keluar
akar-akar cabang bersama-sama dengan akar primer membentuk system
akar primer (primary root system).
Manfaat adanya praktikum tipe bibit adalah bertambahnya
pengetahuan mahasiswa tentang jenis bibit serta mengetahui tipe
perkecambahan bibit dengan cara mengecambahkan beberapa benih pada
polibag. Pada hari ketiga, kelima dan ketujuh dilakukan metode destruksi
untuk mengathui tipe perkecambahan benih tersebut. Hal ini dilakukan

26
27

untuk mengetahui perbedaan tipe bibit epigeal dan hypogeal beberapa


benih yang merupakan komoditas tanaman pangan.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara Tipe Bibit bertujuan agar mahasiswa mengetahui
perbedaan antara bibit epigeal dan bibit hipogeal.

B. Tinjauan Pustaka
Macam perkecambahan yaitu perkecambahan di atas tanah (epigeal)
dan perkecambahan di bawah tanah (hipogeal). Pada perkecambahan epigeal
terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil
sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah,
misalnya pada kacang hijau. Pada perkecambahan hipogeal terjadi
pembentangan ruas batang teratas sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas
tanah tetapi kotiledon tetap di dalam tanah, misalnya pada kacang kapri.
Perkecambahan adalah munculnya plantula dari dalam biji yang merupakan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan
embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi
batang, sedangkan radikula menjadi akar (Mustahib 2011).
Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal). Tipe ini terjadi, jika
plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan
di bawah tanah (Hipogeal). Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke
permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Makanan untuk
pertumbuhan embrio diperoleh daricadangan makanan karena belum
terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan
dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil
diperoleh dari endosperm (Mustahib 2011).
Proses perkecambahan yang dapat diamati ditandai dengan munculnya
epikotil ke atas permukaan tanah. Pada awalnya hanya terlihat sebagai
tonjolan kecil berwarna hijau muda, namun selanjutnya akan terus bertambah
panjang dan semakin terangkat ke permukaan tanah. Selanjutnya akan
terangkat pula ke atas keping lembaganya dan terbelah menjadi dua. Keadaan
semacam ini merupakan ciri dari seedling yang perkecambahannya bersifat
28

epigeal, artinya pada proses perkecambahan keping lembaganya terangkat ke


atas permukaan tanah (Mudiana 2007).
Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana
munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara
keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan
tanah. Sedangkan tipe hipogeal dimana munculnya radikel diikuti dengan
pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah
sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan
tanah. Bibit tipe hipogeal terdapat pada semua anggota famili Gramineae dan
pada beberapa monokotil yang lain, jarang ditemukan pada dikotil. Ketika
koleoptil muncul di permukaan tanah, cahaya matahari menyinarinya,
terjadilah reaksi biokimia di dalamnya sehingga berhenti tumbuh. Pada saat
itulah koleoptil ditembus oleh plumula yang sedang memanjang yang akan
diikuti kemudian oleh keluarnya daun pertama (Fiqa 2007).
Bibit yaitu tumbuhan kecil yang dipergunakan untuk produksi. Bibit
berasal dari bukan biji hasil persilangan. Ada tiga cara pembuatan bibit atau
pembiakan vegetatif, yaitu berasal dari batang (cangkok, okulasi, stek) dan
berasal dari bukan dari batang yaitu menggunakan bahan media tumbuh
bukan dari tanah tetapi dari media buatan atau kultur jaringan. Bibit
merupakan salah satu penentu keberhasilan budi daya tanaman. Budi daya
tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik.
Hal ini dapat dimengerti karena bibit merupakan obyek utama yang akan
dikembangkan dalam proses budi daya selanjutnya. Selain itu, bibit juga
merupakan pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman
tersebut setelah berproduksi (Gilang 2009).
Kriteria rata-rata biji berkecambah normal adalah apabila persentase
perkecambahan minimal 50%. Suhu minimum perkecambahan adalah suhu
terendah yang persentase perkecambahannya minimal 50%. Suhu optimum
perkecambahan adalah suhu yang menghasilkan persentase perkecambahan
minimal 50% dalam waktu yang tercepat. Sedangkan suhu maksimum
29

perkecambahan adalah suhu tertinggi yang menghasilkan persentase


perkecambahan minimal 50% (Sutarno dan Utami 2007).
Untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat
diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat
tersebut. Sebagai contoh, untuk memperoleh tanaman durian montong yang
memiliki sifat buah besar dan manis maka hanya dapat diperoleh dengan
menanam bibit durian montong. Pentingnya bibit dalam usaha pertanian
sudah tidak dira-gukan lagi. Tidak pelak lagi negara yang industri
pembibitannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang
bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Untuk memperoleh bibit yang baik
dalam memilih dan membeli bibit, pembeii perlu menguasai pengetahuan
tentang macam-macam bibit, ciri bibit yang baik, dan kiat-kiat tertentu dalam
memilih bibit. Dengan mengetahui macam-macam bibit maka dapat diketahui
dengan pasti perbedaan bibit biji, cangkok, okulasi, setek, atau bibit lain yang
dibeli. Pengetahuan ciri bibit yang baik memberikan kepastian tentang asal-
usul bibit, kesehat-an, dan sertifikasi bibit. Adapun pengetahuan tentang kiat-
kiat dalam memilih bibit memberi pengetahuan tentang cara membeli bibit
yang baik (Setiawan 2009).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Tipe Bibit ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal
4-11 April 2014 pukul 09.30-11.00 bertempat di Laboratorium Ekologi dan
Manajemen Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Cethok
2) Pot/ polibag
b. Bahan
1) Benih Bawang merah (Allium cepa L.)
2) Benih Kacang tanah (Arachis hypogea)
30

3) Benih Jagung (Zea mays)


4) Pupuk kandang
5) Tanah
3. Cara Kerja
a. Mengisi polibag dengan media tanam hingga bagian

b. Menanam masing-masing benih pada polibag dengan kedalaman 3 cm,


kemudian disiram. Menanam 5 benih dalam satu polibag.
c. Mengamati pertumbuhan bibit dan menggambar bibit yang tumbuh
beserta bagian-bagiannya pada hari ke-3, 5, dan 7.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengamatan Tipe Bibit Epigeal dan Hipogeal
Panjang Akar Jumlah Daun
Tinggi Hari Ke-
Hari Ke- Hari Ke-
Komoditas
3 5 7 3 5 7 3 5 7
Epigeal 4,
- 3 3,6 6 - - 8 12
(Kacang Tanah) 5
Epigeal
- - - - - - - - -
(Bawang Merah)
Hipogeal
2,3 13,6 16,7 4 - 8 - 2 3
(Jagung)
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3.2 Gambar Tipe Bibit Epigeal dan Hipogeal
Bibit Hari ke
3 5 7
Epigeal
gc
Kacangc
tanahc

d
a
a
31

Epigeal
c
d Bawang
d
merah

cd c

Hipogeal
g
bd
Jagung
f
a
e
e e
a
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan gambar:
a. Akar
b. Tunas
c. Kotiledon
d. Embrio
e. Endosperm
f. Batang
g. Daun
2. Pembahasan
Macam perkecambahan yaitu perkecambahan di atas tanah (epigeal)
dan perkecambahan di bawah tanah (hipogeal). Pada perkecambahan
epigeal terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau
hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat
ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau. Sedangkan pada
perkecambahan hipogeal terjadi pembentangan ruas batang teratas
sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah tetapi kotiledon tetap di
dalam tanah, misalnya pada kacang kapri. Perkecambahan hanya terjadi
bila syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi, yaitu air yang cukup, suhu
yang sesuai, udara yang cukup dan cahaya matahari yang optimal. Jika
syart-syarat tersebut tidak dipenuhi maka biji akan tetap dalam keadaan
tidur (dorman). Lamanya biji dorman bertahan hidup dan mampu
32

berkecambah sangat bervariasi dan beberapa puluh tahun atau lebih


bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan.
Pada praktikum tipe bibit ini digunakan benih kacang tanah (Arachis
hypogaea), bawang merah (Allium cepa L.) dan benih jagung (Zea mays).
Benih ditanam dan kemudian diamati tinggi tanaman, panjang akar dan
jumlah daun. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada hari ke 3, 5, dan 7.
Berdasarkan hasil pengamatan hari ke tiga, pertumbuhan dan
perkembangan biji terlihat pada benih kacang tanah dan jagung yang
masing masing dari benih memunculkan akar sepangjang 6 cm dan 4 cm.
Pada benih jagung sudah terlihat tunas setinggi 2,3 cm, sedangkan pada
kacang tanah belum muncul tunas. Pengamatan dilanjutkan pada hari ke 5,
benih kacang tanah mulai menunjukkan adanya tunas setinggi 3 cm,
sedangkan jagung bertambah tinggi menjadi 13,6 cm. Diantara ke tiga
benih, benih yang tidak mengalami perkecambahan adalah bawang merah,
mulai dari pengamatan hari ke 3 hingga 7 sama sekali tidak terdapat
adanya perkecambahan. Pertumbuhan dan perkembangan yang terlihat
optimal terletak pada benih bawang merah dan jagung, masing–masing
dari benih tersebut memiliki tinggi tunas 3,6 cm dan 16,7 cm. Panjang
akar pada hari ke 7 panjang akar keduanya adalah 4,5 cm dan 8 cm.
Bagian-bagian dari bibit jagung adalah periscarp yang berfungsi
sebagai pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan makanan,
aleuron sebagai pelapis epidermis, radical sebagai calon akar, embrio
sebagai calon individu baru, scutellum sebagai alat penyerap makanan dan
koleoptil sebagai pelindung sekeliling daun lembaga yang baru tumbuh.
Bagian- bagian dari bibit kacang kedelai adalah seed coat sebagai
pelindung biji, radicle sebagai calon akar, plumule sebagai calon daun,
kotiledon sebagai tempat cadangan makanan, embrio sebagai calon
individu baru dan hilum berfungsi mengatur masuknya air ke dalam biji.
Pada bibit jagung, hipokotil tidak atau hanya sedikit memanjang,
sehingga kotiledon tidak terangkat ke atas. Sewaktu perkecambahan,
kotiledon, atau yang disebut scutellum tetap tinggal dalam tanah.
33

Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari endosperm dan


mengantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh. Sewaktu
perkecambahan ini yang pertama kali keluar adalah radicle. Segera
kemudian, pada radicle ini keluar akar-akar cabang, bersama-sama dengan
akar primer membentuk system akar primer. Sistem akar primer ini
biasanya hanya berfungsi untuk sementara dan kemudian mati. Fungsi
system akar primer ini akan digantikan oleh akar-akar adventif yang keluar
dari nodus batang yang pertama dan beberapa nodus batang di atasnya.
Sistem akar adventif atau akar serabut inilah yang menjamin kehidupan
tanaman jagung tersebut selanjutnya dalam hal penyerapan air dan bahan
makanan dari tanah dan sebagai alat penambat pada tanah.
Erlan (2005) mengemukakan bahwa kedalaman beberapa benih
seyogyanya disemai sangat tergantung kepada sifat tanah, kandungan air
tanah, keadaan musim dan tipe bibit. Bibit tipe epigeal biasanya
memerlukan penanaman yang lebih dangkal daripada bibit tipe hipogeal.
Air dan oksigen berada di dalam pori-pori tanah pada bagian atas tanah
hampir jenuh, oleh karena itu penanaman seyogyanya dangkal. Sedang
pada musim kering bibit lebih baik di tanam sedikit lebih dalam.
Manfaat mengetahui tipe bibit adalah untuk mengetahui dan
menentukan apakah bibit tersebut bertipe hipogeal atau epigeal. Aplikasi
di lapang, penanaman benih tipe epigeal tidak dilakukan terlalu dalam. Hal
ini perlu pertimbangan karena apabila benih ditanam terlalu dalam, maka
kotiledon tidak akan dapat terangkat ke atas parmukaan tanah dan pada
akhirnya benih tidak akan tumbuh atau bahkan dapat mati sebelum
kotiledon terangkat. Sedangkan pada tipe bibit hipogeal penanaman benih
dapat dilakukan lebih dalam karena tipe bibit ini kotiledon tetap tinggal di
dalam tanah sampai semua makanan cadangan dalam endosperm habis
terpakai.
Anonim (2006), mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi
perkecambahan benih., yaitu :
34

a. Kondisi benih yang meliputi : kemasakan biji/benih,


kerusakan mekanik dan fisik, serta kadar air biji.
b. Faktor luar benih, yang meliputi : suhu, cahaya, oksigen,
kelembaban nisbi serta komposisi udara di sekitar biji. Kehadiran
jamur patogen yang mengkontaminasi biji/benih pun dapat
menurunkan viabilitas biji serta menurunkan daya kecambah benih
tersebut.
35

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Manfaat mengetahui tipe bibit adalah untuk mengetahui dan
menentukan apakah bibit tersebut bertipe hipogeal atau epigeal.
Aplikasi di lapang, penanaman benih tipe epigeal tidak dilakukan
terlalu dalam. Sedangkan pada tipe bibit hypogeal penanaman benih
dapat dilakukan lebih dalam
b. Perbedaan tipe bibit hipogeal dan epigeal adalah proses
perkecambahan yang dapat diamati ditandai dengan munculnya
epikotil ke atas permukaan tanah.
c. Faktor lingkungan tempat penyemaian dapat berpengaruh terhadap
proses perkecambahan.
d. Ada dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu:
kondisi benih dan faktor luar benih.
e. Pada pengamatan tinggi tanaman jagung hari ke-7 adalah 16,7 dengan
panjang akar 8 cm.
f. Pada pengamatan didapat data dengan tinggi tanaman kacang tanah
hari ke-7 adalah 3,6 cm dan panjang akar 4,5 cm.
g. Pertumbuhan bawang merah sangat lambat dilihat dari benih bawang
merah yang tidak berkecambah.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada acara praktikum tipe bibit
adalah seharusnya mahasiswa melakukan penanaman tidak hanya di
polibag tetapi langsung terjun ke lahan sehingga mahasiswa dapat
mengetahui aplikasinya di lapangan secara langsung, sebab bila dilapang
mahasiwa lebih mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bibit.
36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2006. Perkecambahan Benih/Biji. http://public.ut.ac.id/html /suplemen/


lunt4344/kecambah.html. Diakses tanggal 14 April 2014.
Erlan 2005. Pengaruh Berbagai Media terhadap Pertumbuhan Bibit Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpha) di Polibag The Influence of Various Media
on The Growth of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha) Seedling in
Polybag [serial online]. http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2004/72.pdf.
Diakses pada tanggal 14 April 2014.
Fiqa A P 2007. Pengaruh Naungan dan Komposisi Media terhadap Pertumbuhan
Bibit Beringin (Ficus benjamina L.). http://fisika.brawijaya.ac.id/bss-
ub/proceeding/PDF%20FILES/BSS_70_1.pdf. Diakses pada tanggal 14
April 2014.
Gilang 2009. Pertumbuhan Bibit dan Uji Kedalaman Tanah.http://www.gilang-
blog.co.cc/2009/11/pertumbuhan-bibit-dan-uji-kedalaman.html. Diakses
pada 14 April 2014.
Mudiana 2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. J.Biodiversitas Vol.
8(1) : 39-42.
Mustahib 2011. Epigeal dan Hipogeal. http://biologi.blogsome.com. Diakses pada
tanggal 11 April 2014.
Setiawan AI 2009. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutarno H dan N W Utami 2007. Suhu Kardinal Perkecambahan Biji Brucea
javanica (L.) Merr. dan Respon Fisiologi Pengeringan Bijinya.
J. Biodiversitas Vol. 8 (2) : 138-140.
Sutopo 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW Press Malang.
Malang.
37

IV. DORMANSI BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini yang
hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana
tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi. Dormansi adalah suatu
keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisis lingkungan
mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Benih yang mengalami
dormansi ditandai oleh a) rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air, b)
proses respirasi tertekan/terhambat, c) rendahnya proses mobolisasi
cadangan makanan, d) rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu: (1)
Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan strukturan terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air atau gas-gas ke
dalam biji. (2) Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat
pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang
tumbuh.
Tipe dormansi pada biji yang akan dikecambahkan perlu diketahui
agar perlakuan yang cocok dapat diberikan pada biji yang disebarkan.
Maka biji akan segera berkecambhan dan kegagalan atau terhambatnya
perkecambahan dapat dihindari. Kulit yang keras dan zat penghambat
yang terdapat pada daging buah dapat mempengaruhi perkecambahan biji.
Manfaat mengetahui proses dormansi yang terjadi pada suatu biji, kita
dapat melakukan tindakan untuk mengatasi dormansi biji tersebut. Selain
itu juga, kita dapat mengetahui lamanya waktu dormansi sehingga dapat
menentukan waktu penanaman yang tepat agar dihasilkan tanaman normal.

37
38

2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Teknologi Benih Acara Dormansi Biji yaitu
untuk mengetahui periode dormansi benih dan cara mengatasi dormansi
benih.

B. Tinjauan Pustaka
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan
terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung
dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis
tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan
oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi
dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih
tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa
istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan
berbagai cara, seperti cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan
menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada seperti amplas,
jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi
dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan
HNO3 pekat. Cara-cara tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara
untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih (Sutopo 2008).
Dormansi dikelompokkan menjadi 2 (dua) tipe yaitu :
1. Dormansi Fisik,
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam
biji.
2. Dormansi Fisiologis,
Dormansi Fisiologis disebabkan oleh sejumlah mekanisme,
umumnya dapat juga disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau
perangsang tumbuh, dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor dalam
39

seperti immaturity atau ketidakmasakan embrio dan sebab-sebab fisiologis


lainnya (Sutopo 2008).
Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas
kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara
sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum
terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat
penghambat dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio. Di alam, dormansi
karena kulit biji yang keras dapat dipatahkan melalui perusakan kulit biji oleh
mikroorganisme yang terdapat di tanah (Villers 2012).
Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan
sebagai berikut:
1. Perlakuan fisik
a. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan
cara menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat
dilalui air dan udara.
b. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi
lubang-lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang
mendorong perkecambahan.
c. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi
(stratifikasi yaitu memberikan temperature rendah pada keadaan
lembab, kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman.
Perlakuan dengan temperature rendah dan tinggi). Temperature tinggi
jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali pada
kelapa swit.
d. Perendaman biji dengan air panas sehingga memudahkan air untuk
masuk ke dalam biji.
2. Perlakuan kimia

Pemberian bahan kimia (H2SO4 pekat dan KNO3) bertujuan


menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu
proses imbibisi.
(Kartasapoetra 2003).
40

Padi (Oryza sativa) termasuk suku rumput-rumputan dan berakar


serabut. Padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga
membentuk rumpun. Setiap batang padi pada umumnya dapat beranak lebih
dari satu baying. Tetapi tidak semua dari anak padi ini menghasilkan buah padi
yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit. Tanaman padi
bekembang biak dengan biji, artinya dapat ditanam dengan bijinya. Tetapi
penanaman dengan biji sulit dilakukan. Oleh karena itu untuk memudahkan
penanaman bibit padi harus disemai terlebih dahulu. Biji padi yang baik dan
dapat dijadikan bibit menurut Yandianto (2003) paling tidak harus memenuhi
syarat-syarat yaitu: Buah dari tanaman utama (induk), (biji benar-benar tua dan
masak), Biji kering dan kadar air minimal, Biji berisi padat dan tidak hampa,
kulit biji baik dan tidak rusak, Biji sehat dalam arti tidak rusak oleh hama.
Untuk memperoleh bibit padi yang memenuhi syarat dilakukan seleksi berkali-
kali. Langkah-langkah seleksi meliputi: memiliki malai dari batang utama,
seleksi lanjutan, dan seleksi akhir.
Bahan tanaman berupa bibit bawang merah yang digunakan berasal
dari bibit penangkar benih yang sudah disimpan sekitar 3 bulan sehingga sudah
cukup siap tanam (kawak). Benih yang dalam penyimpanan kurang atau lebih
dari batas waktu tersebut mengakibatkan daya tumbuhnya kurang baik.
Sebelum tanam bagian ujung benih dipotong terlebih dulu untuk mempercepat
tumbuhnya tunas, sedangkan benih yang sebelum tanam sudah bertunas tidak
ditanam karena akan mempengaruhi pertumbuhan (Hairil 2003).
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Benih acara Dormansi Biji ini dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 2 Mei 2014 pukul 09.30-11.00 WIB bertempat di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan


a. Alat
1) Pot/polibag
41

2) Nampan
b. Bahan
1) Beberapa varietas padi (Oryza sativa) dan beberapa varietas
bawang merah (Allium ascalonicum)
2) HNO3
3) KNO3
4) GA3
5) Tanah
6) Pupuk kandang
3. Cara Kerja
a. Memilih benih yang akan diamati, masing-masing 30 benih.
b. Setiap minggu dilakukan pengamatan dormansi biji dengan melakukan
perendaman benih pada larutan HNO3 dan KNO3 pada beberapa
konsentrasi selama 16 jam.
c. Menanam benih tersebut sebanyak 5 benih setiap minggu.
d. Merendam bawang merah pada GA3 selama 1 jam.
e. Menanam bawang merah pada media yang telah tersedia.
f. Menjaga dan merawat benih tersebut.
g. Menghitung kecepatan kecambah dan daya kecambah benih.
42

C. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman
pada KNO3 1%
∑ Benih yang
∑ Benih yang KK DK
Kelompok Berkecambah
dikecambahkan (%) (%)
4 7
1 5 5 5 100 100
5 5 5 5 100 100
9 5 5 5 100 100
10 5 5 5 100 100
14 5 5 5 100 100
15 5 5 5 100 100
19 5 4 4 80 80
20 5 1 1 20 20
24 5 0 0 0 0
Rata-rata 88,89 88,89
Sumber : Data Rekapan
Tabel 4.2 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman
pada KNO3 2%
∑ Benih yang
∑ Benih yang KK DK
Kelompok Berkecambah
dikecambahkan (%) (%)
4 7
2 5 5 5 100 100
6 5 5 5 100 100
11 5 4 4 80 80
16 5 5 5 100 100
21 5 4 4 80 80
25 5 5 5 100 100
28 5 4 4 80 80
Rata-rata 91,43 91,43
Sumber : Data Rekapan
43

Tabel 4.3 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman


pada KNO3 3%
∑ Benih yang
∑ Benih yang KK DK
Kelompok Berkecambah
dikecambahkan (%) (%)
4 7
3 5 5 5 100 100
7 5 5 5 100 100
12 5 5 5 100 100
17 5 5 5 100 100
22 5 4 4 80 80
26 5 4 4 80 80
Rata-rata 93,33 93,33
Sumber : Data Rekapan
Tabel 4.4 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman
pada KNO3 4%
∑ Benih yang
∑ Benih yang KK DK
Kelompok Berkecambah
dikecambahkan (%) (%)
4 7
4 5 5 5 100 100
8 5 5 5 100 100
13 5 5 5 100 100
18 5 4 4 80 80
23 5 4 4 80 80
27 5 5 5 100 100
Rata-rata 93,33 93,33
Sumber : Data Rekapan
44

Tabel 4.5 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman


pada HNO3 0,01 N
∑ Benih yang
∑ Benih yang KK DK
Kelompok Berkecambah
dikecambahkan (%) (%)
4 7
1 5 0 0 0 0
2 5 0 0 0 0
3 5 0 0 0 0
4 5 1 2 20 40
5 5 0 0 0 0
6 5 0 0 0 0
7 5 0 0 0 0
8 5 0 0 0 0
9 5 0 0 0 0
10 5 0 0 0 0
11 5 0 0 0 0
12 5 0 0 0 0
13 5 0 0 0 0
14 5 0 0 0 0
15 5 0 0 0 0
16 5 0 0 0 0
17 5 0 0 0 0
18 5 0 0 0 0
19 5 0 0 0 0
20 5 0 0 0 0
21 5 0 0 0 0
22 5 0 0 0 0
23 5 0 0 0 0
24 5 0 0 0 0
25 5 0 0 0 0
26 5 0 0 0 0
27 5 0 0 0 0
28 5 0 0 0 0
Rata-rata 0,71 1,43
Sumber : Data Rekapan
Tabel 4.6 Pematahan Dormansi Bawang Merah (Allium ascalonicum)
∑ Benih yang
∑ Benih yang KK DK
Perlakuan Berkecambah
dikecambahkan (%) (%)
4 7
Lokal + GA 3 2 0 2 0 100
Bima + GA 3 2 2 2 100 100
Sumber : Data Rekapan
45

Gambar 4.1 Pematahan Dormansi Gambar 4.2 Pematahan Dormansi


Benih Padi (Oryza Benih Padi (Oryza
sativa) Perendaman sativa) Perendaman
pada KNO3 1% pada HNO3 0,01 N

Gambar 4.3 Pematahan Dormansi Gambar 4.4 Pematahan Dormansi


Bawang Merah (Allium Bawang Merah (Allium
ascalonicum) Lokal + ascalonicum) Bima + GA 3
GA 3

2. Pembahasan
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak
mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi
syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah:
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada
famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio
oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat
perkecambahan (Setyorini 2009).
Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya
impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang
belum tumbuh secara sempurna. Hambatan mekanis kulit benih terhadap
pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau
karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat zat pengatur
tumbuh di dalam embrio. Sehingga benih sulit untuk melakukan
pertumbuhan kerena terdapatnya faktor-faktor penghambat tersebut.
Ketika sebuah benih yang mempunyai lapisan kulit yang tebal maka tunas
46

dari dalam benih sulit untuk menembus permukaan kulit benih, selain itu
embrio yang belum tumbuh sempurna dan ketidakseimbangan zat
penghambat dengan zat pengatur tumbuh maka akan membuat masa
dormansi suatu benih semakin lama. (Saleh 2007).
Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain:
a. Perlakuan Mekanis dipergunakan
untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas dimana apabila kulit biji
yang tebal maka akan mempersulit masuknya air atau gas ke dalam biji.
b. Perlakuan Kimia dipergunakan untuk
memecahkan dormansi benih, tujuannya adalah untuk menjadikan agar
kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu imbibisi misalnya
dengan perendaman pada KNO3.
c. Perlakuan Perendaman Dengan Air
bertujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh benih.
d. Perlakuan Pemberian Temperatur
Tertentu yaitu dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab
(Stratifikasi)
(Sutopo 2008).
Pada praktikum ini digunakan benih Padi (Oryza sativa) sebagai
bahan pengujian. Pada biji padi dilakukan perlakuan perendaman dengan
KNO3 dan perendaman HNO3 0,1N. Perendaman dengan KNO3 yang
dilakukan yaitu dengan konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4%. Perbedaan
perlakuan ini diharapkan memberikan pengaruh berbeda terhadap aktifnya
enzim pertumbuhan yang terdapat pada benih yaitu dengan aktifnya enzim
pertumbuhan maka benih padi dapat tumbuh dan berkembang dengan
cepat. Oleh karena itu akan dapat diketahui cara pematahan dormansi yang
paling baik.
Di lapangan Petani masih jarang yang melakukan perendaman
benih dengan menggunakan KNO3 sebagai alternatif untuk mematahkan
dormansi pada benih padi. Biasanya petani hanya merendam benih padi
47

pada air biasa setelah padi dijemur atau dengan menggunakan air hangat
dalam merendam guna mematahkan dormansi pada benih. Pematahan
dormansi perlu dilakukan agar benih dapat berkecambah, terutama karena
keadaan lingkungan dan faktor-faktor yang mendukung perkecambahan
telah terpenuhi seperti kulit benih yang tidak terlalu terlalu tebal, embrio
yang telah tumbuh sempurna dan zat pengatur tumbuh yang telah berperan
secara aktif. Apabila tidak dipatahkan, hal ini akan merugikan bagi para
petani karena para petani harus menunggu sampai masa dormansinya
berakhir sehingga membutuhkan waktu yang lama (Chapman et al 2006).
Benih-benih tertentu, misalnya padi yang baru dipanen dapat
mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih
telah mengalami penyimpanan kering, yang disebut dengan after ripening.
Perlakuan benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan
dormansi ini (Mugnisjah et al 2008).
Berdasarkan hasil data rekapan tersebut diatas, dapat kita ketahui
bahwa pematahan dormansi benih padi (Oryza sativa) perendaman pada
KNO3 dengan berbagai konsentrasi memiliki rata-rata 100%, baik untuk
kecepatan kecambah (KK) maupun daya kecambah (DK). Pada beberapa
kelompok mempunyai KK dan DK di bawah 50%, misalnya pada
perendaman dengan KNO3 1% milik kelompok 20 dan 24 masing-masing
hanya 20 dan 0. Konsentrasi KNO3 2%, 3%, 4% menghasilkan DK dan KK
lebih besar dibandingkan konsentrasi KNO3 1%, hal ini dapat dikatakan
bahwa semakin besar konsentrasi larutan KNO3 makan DK dan KK juga
semakin besar. Faktor perkecambahan benih yang berpengaruh adalah
suhu ruang simpan. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan, suhu rendah lebih baik dari pada
suhu yang tinggi untuk penyimpanan benih. Semakin rendah suhu
penyimpanan penurunan viabilitas benih dapat semakin dikurangi,
sedangkan semakin tinggi suhu semakin meningkat laju penurunan
viabilitas benih.
48

Pematahan dormansi benih padi (Oryza sativa) pada perendaman


HNO3 0,01 N tidak memiliki efek pada pematahan dormansi benih padi.
Hal ini dapat kita ketahui dari rata-rata prosentase KK dan DKnya adalah
0% dengan 28 pengulangan (kelompok). Hanya ada satu pengulangan
yang dapat berkecambah yaitu dengan prosentase KK dan DK masing-
masing 20% dan 40%. Hal ini berarti bahwa HNO 3 tidak efektif dalam
pematahan dormansi untuk benih padi. Sedangkan KNO3 lebih efektif
dalam pematahan dormansi untuk benih padi. Semakin tinggi konsentrasi
KNO3 yang diberikan, maka prosentase benih berkecambah semakin
tinggi.
Pematahan dormansi bawang merah (Allium ascalonicum) dengan
perendaman pada GA3 varietas Lokal maupun Bima sangat efektif. Hal ini
dapat kita ketahui dari masing-masing 2 benih yang dikecambahkan,
presentase DKnya adalah 100%. Hal ini berarti bahwa untuk pematahan
dormansi pada bawang merah dapat digunakan perendaman dengan
hormon pertumbuhan. Manfaat mengetahui dormansi biji ini antara lain
adalah kita dapat mengetahui proses dormansi yang terjadi pada suatu biji,
sehingga kita dapat melakukan tindakan untuk mengatasi dormansi biji
tersebut. Selain itu juga, kita dapat mengetahui lamanya waktu dormansi
sehingga dapat menentukan waktu penanaman yang tepat agar dihasilkan
tanaman normal.

D. Kesimpulan Dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hal sebagai
berikut:
a. Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau
berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi
syarat untuk berkecambah.
b. Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan perlakuan mekanis,
perlakuan kimia, perlakuan perendaman dengan air, dan perlakuan
pemberian temperatur tertentu.
49

c. Pematahan dormansi dilakukan agar benih dapat berkecambah,


terutama karena keadaan lingkungan dan faktor-faktor yang
mendukung perkecambahan telah terpenuhi.
d. Larutan KNO3 1%, 2%, 3% dan 4% efektif untuk mematahkan
dormansi biji padi dibandingkan dengan larutan HNO3.
e. Fungsi pematahan dormansi pada sebuah biji yaitu agar biji dapat
berkecambah tanpa harus menunggu dengan lama.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada acara Dormansi Benih adalah agar
praktikan melakukan semua acara mulai dari perendaman benih sampai
dengan pengamatan dan tidak ada acara yang dilakukan oleh Co.Ass
sehingga praktikan mampu dan mengerti mengenai cara pematahan
dormansi yang benar.
50

DAFTAR PUSTAKA

Chapman S R and P C Lark 2006. Crop Production Principle And Practices. WH


Freemon. Co. SF.
Hairil Anwar, Endang Iriani, Dede Juanda JS, Yulianto, Anggoro Hadi P. Sunardi,
Nurhalim 2003. Pemurnian Benih Bawang merah Varietas Bima dan
Varietas Kuning. Laporan Hasil kegiatan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.
Kartasapoetra A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta
Mugnisjah WQ A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 2008. Panduan Praktikum
dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Rajagrafindo Persada.
Jakarta.264 hal.
Saleh M S 2007. Pematahan dormansi benih Aren secara fisik pada berbagai lama
ektraksi buah. Agrosains (2): 89-95.
Salisbury dkk 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. ITB. Bandung.
Setyorini L E 2009. Perkecambahan Benih/Biji. http://public..ut.ac.id/html
/suplemen/luht4344/kecambah.html. Diakses tanggal 12 Mei 2014.
Sutopo L 2008. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakulatas Pertanian UNBRAW.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Villers T A 2012. Seed Dormancy. Dalam Seed Biology Vol. (2): 220 – 282 p. Ed.
By T. T. Kozlowski. Academic Press. New York and London.
Yandianto 2003. Bercocok Tanam Padi. Penerbit M2S. Bandung.
51

V. DETERIORASI BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih merupakan tahap yang menentukan dalam seluruh siklus
pertanian. Peraturan dan pengaturan dari gerak dan labeling benih, dan
pendirian agen-agen sertifikasi dan perbaikan benih untuk mempengaruhi
distribusi benih bermutu baik akan berhubungan dengan pertanian yang
berkembang tinggi. Benih bermutu merupakan benih yang telah
dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi, baik dari aspek genetik,
fisik maupun fisiologi. Benih yang bermutu tinggi sangat diperlukan
berbagai syarat baik dari segi mutu genetik berupa benih murni dari
spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik
induknya serta mutu fisiologik yang menampilkan kemampuan daya hidup
atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit benih.
Deteriorasi atau kemunduran benih merupakan jatuhnya mutu benih
yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan
berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Laju deteriorasi merupakan
besarnya penyimpangan terhadap keadaan optimum untuk mencapai
pertumbuhan maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi deteriorasi
benih antara lain faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan keadaan
fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperatur, kadar air benih, suhu,
genetik, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),
dan tingkat kemasakan benih. Deteriorasi benih menyebabkan
menurunnya vigor dan viabilitas benih, merupakan awal kegagalan dalam
kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak mempengaruhi
produktivitas benih.
Manfaat pelaksanaan praktikum ini bagi praktikan yaitu mengetahui
kapan terjadinya deteriorasi benih dan mengetahui cara untuk menghambat
terjadinya deteriorasi benih. Pengetahuan ini diharapkan dapat di
aplikasikan di lapang, petani akan dapat melakukan penyimpanan benih

51
52

pada kondisi yang paling baik agar benih tidak mengalami penurunan
kualitas.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara V Deteriorasi Benih adalah:
a. Mengetahui deteriorasi dengan mengamati pertumbuhan
perkecambahan biji.
b. Mengetahui kondisi penyimpanan benih yang sesuai untuk
menghambat deteriorasi benih.

B. Tinjauan Pustaka
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara
berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih
beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu
dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan
secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas
benih. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan
penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,
penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence),
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan
produksi tanaman (Copeland 2005).
Laju deteriorasi bervariasi diantara jenis benih, lot benih, bahkan
individu benih. Deteriorasi merupakan suatu keadaan yang mesti terjadi sejak
benih lepas dari induknya. Deteriorasi tidak dapat dicegah, namun dapat
diperlambat dan tingkat deteriorasi sejalan dengan bertambahnya periode
simpan (Agustian 2010).
Benih yang mundur, kecepatan respirasinya meningkat yang
menyebabkan pengurangan cadangan makanan, akumulasi metabolit hasil
perombakan cadangan makanan, dan dapat menyebabkan kelaparan pada
jaringan meristem. Selama penyimpanan, benih akan mengalami penuaan dan
kemunduran (deteriorasi). Kemunduran benih disebabkan karena proses
53

biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara


lain penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, dan
meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi fisiologi kemunduran benih antara
lain penurunan daya berkecambah dan vigor (Tatipata 2005).
Laju deteriorasi adalah besarnya penyimpangan terhadap keadaan
optimum untuk mencapai maksimum. Benih yang mengalami proses
deteriorasi akan menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih jika
dibandingkan pada saat benih tersebut mencapai masa fisiologinya. Turunnya
kualitas benih dapat mengakibatkan viabilitas dan vigor benih menjadi rendah
yang pada akhirnya akan mengakibatkan tanaman menjadi buruk. Hal ini
dapat dilihat pada tanaman di lahan yang memiliki viabilitas yang tinggi dan
hasil panen yang menjadi jelek (Anonim 2010).
Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan viabilitas
benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga harus
dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas tanaman. Vigor benih adalah
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum
di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan
ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Viabilitas benih merupakan
daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya,
gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan
viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang
menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang
berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum
(Hartati 2005).
Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi RH ruang tempat
penyimpanan benih. Hal ini dikarenakan sifat benih yang hygroskopis dan
selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan, pada hal
kadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih. Pengaruh yang
paling besar terhadap mundurnya kualitas biji selama disimpan adalah kadar
air biji, temperatur dan kelembaban nisbi udara (Sadjad 2006).
54

Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat


mempengaruhi viabilitas benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih
dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari
dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya
bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar
benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih. Benih
akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari tingginya
kelembaban dan suhu (Harrington 2005).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara V Deteriorasi Benih dilaksanakan pada hari Jum’at,
28 Maret, 4 April, 11 April dan 25 April 2014 pukul 09.30-11.00 WIB
bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman
(EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Baskom
2) Serbet
3) Nampan
4) Lemari Pendingin
5) Polibag
b. Bahan
1) Jagung (Zea mays)
2) Kacang Merah (Vigna angularis)
3) Kacang Tanah (Arachis hypogea)
4) Kedelai (Glycine max)
5) Media Tanam
3. Cara Kerja
a. Penyimpanan Benih
1) Menyiapkan benih jagung, kacang merah, kacang tanah, dan
kedelai masing-masing 20 biji.
2) Menyimpan masing-masing benih pada empat kondisi yang
berbeda, yaitu suhu ruangan (kontrol), suhu rendah (lemari
pendingi, suhu tinggi (rumah kaca) dan kelembaban tinggi
(nampan berkassa).
55

3) Mengecambahkan benih yang disimpan pada hari ke-15 dan hari


ke-30 pada petridish.
b. Perkecambahan Benih
1) Mengambil masing-masing 5 benih yang telah disimpan kemudian
mengecambahkan pada petridish, pengecambahan dilakukan
selama dua kali yaitu pada hari ke-15 dan hari ke-30.
2) Mengamati pertumbuhan benih setiap hari dan menjaga
kelembabannya.
3) Mengamati pertumbuhan: kecambah normal, abnormal, dan yang
mati. Perhitungan dilakukan sejak hari pertama hingga terakhir.
4) Menghitung Daya Kecambah (DK) dan Kecepatan Kecambah
(KK) benih.
5) Menggambar kecambah normal, abnormal dan mati beserta
bagian-bagiannya.
56

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Jagung (Zea mays)
dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara


57

Tabel 5.2 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kedelai (Glycine
max) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara


58

Tabel 5.3 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kacang tanah
(Arachis hypogaea) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara


59

Tabel 5.4 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kacang merah
(Vigna angularis) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara


60

2. Pembahasan
Deteriorasi benih adalah proses penurunan mutu secara
berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Deteriorasi benih
menurut Copeland (2005) beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar
lot, bahkan antarindividu dalam suatu lot benih. Faktor-faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya
tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal
antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan.
Beberapa faktor yang penting selama penyimpanan benih antara lain
suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap
baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban
udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Diperlukan ruang
khusus untuk penyimpanan benih. Selama penyimpanan, benih akan
mengalami penuaan dan kemunduran (deteriorasi). Kelembaban
lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi viabilitas
benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara
yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan
mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya bila
kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar
benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih.
Suhu penyimpanan dan kadar air merupakan faktor penting yang
mempengaruhi masa hidup benih pada kisaran suhu tertentu, umur
penyimpanan benih menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada
benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek. Temperatur yang
terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan
mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar
terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, sehingga benih akan
kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah.
61

Protoplasma dari embrio dapat mati akibat keringnya sebagian atau


seluruh benih.
Terjadinya kebocoran sel, mengakibatkan benih telah mengalami
deteriorasi dan mengakibatkan imbibisi akan terjadi kebocoran membran
sel sehingga ada unsur-unsur yang keluar dari benih. Kebocoran ini
menyebabkan benih menjadi kekurangan bahan yang dapat dirombak
untuk menghasilkan tenaga yang dibutuhkan untuk proses sintesa protein
guna pembentukan dan pertumbuhan sel-selnya. Akibatnya, akan banyak
ditemukan kecambah abnormal atau bahkan benih yang tidak mampu
berkecambah sama sekali maka persentase kecambah abnormal akan
meningkat yang kemudian menyebabkan persentase viabilitas benih
menjadi rendah karena yang akan dihitung hanyalah kecambah normal
dikarenakan terjadinya penyimpangan morfologis. Rentang persyaratan
berkecambah menjadi lebih sempurna.
Penyimpanan dalam rangka perbenihan mempunyai arti luas, karena
penyimpanan disini adalah sejak benih itu mencapai kematangan
fisiologisnya sampai ditanam, dapat pada tanaman, digudang, atau dalam
rangka pengiriman benih ke daerah yang memerlukan. Selama dalam
penyimpanan ini, karena pengaruh beberapa faktor, keadaan atau mutu
benih akan mengalami kemunduran. Beberapa perlakuan terhadap benih,
yang secara positif dilakukan sejak awal sampai akhir pengolahan, sejak
benih dipetik atau diambil berdasarkan perkiraan kematangan
fisiologisnya sampai pada saat ditanamnya kelak, perlakuan tersebut untuk
mengurangi kecepatan terjadi kemunduran benih.
Kelembaban lingkungan selama penyimpanan sangat mempengaruhi
viabilitas benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan
kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari
dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih.
Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban
udara disekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air
oleh benih. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung
62

dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu.


Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan
segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti
cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin karena musim
berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan
untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba
(Purwanti 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.1 daya dan kecepatan
kecambah pada benih jagung (Zea mays) kontrol jumlah biji yang
dikecambahkan 5. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 14 hari
untuk perlakuan suhu ruang 60%, kelembaban tinggi 60%, suhu tinggi
80%, dan suhu rendah 60% sedangkan daya kecambah (DK) untuk
perlakuan suhu ruang 100%, kelembaban tinggi 60%, suhu tinggi 100%,
dan suhu rendah 80%. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28
hari untuk perlakuan suhu ruang 100%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi
20%, dan suhu rendah 100% sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu
ruang 100%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi 40%, dan suhu rendah
100%. Tabel 5.4 daya dan kecepatan kecambah pada benih kacang merah
(Vigna angularis) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan
kecambah (KK) rata rata pada penyimpanan kontrol, hari ke-14 dan hari
ke-28 KK 0%. DK kacang merah tertinggi terletak pada hari ke 14 di
semua perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan benih kacang
merah dan tempat perkecambahannya harus bersih sebab sering ditemukan
dalam mengecambahkan benih kacang merah berjamur.
Tabel 5.3 daya dan kecepatan kecambah pada benih kacang tanah
(Arachis hypogaea) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan
kecambah (KK) pada penyimpanan 14 hari untuk perlakuan suhu ruang
0%, kelembaban tinggi 80%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah 0%
sedangkan daya kecambah (DK) untuk perlakuan suhu ruang 40%,
kelembaban tinggi 80%, suhu tinggi 100%, dan suhu rendah 60%.
Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28 hari untuk perlakuan
63

suhu ruang 0%, kelembaban tinggi 20%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah
0% sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu ruang 40%, kelembaban
tinggi 40%, suhu tinggi 20%, dan suhu rendah 0%.
Tabel 5.2 daya dan kecepatan kecambah pada benih kedelai (Glycine
max) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan kecambah
(KK) pada penyimpanan 14 hari untuk semua perlakuan adalah 0%,
sedangkan daya kecambah (DK) untuk semua perlakuan adalah berturut-
turut suhu ruang 60%, kelembaban tinggi 20%, suhu tinggi 40%, dan suhu
rendah 80%. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28 hari untuk
semua perlakuan adalah 0%, sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu
ruang 0%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah 80%.
Hasil dari tiap perlakuan berbeda-beda hal ini dikarenakan adanya
perbedaan faktor lingkungan terkait kelembaban udara dan suhu udara
serta tiap biji memiliki faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkecambahan yang berbeda-beda. Perlakuan terbaik untuk masing-
masing biji terdapat pada perlakuan kelembaban tinggi karena kelembaban
tinggi akan menyebabkan benih berkecambah lebih cepat dari perlakuan
lainnya sehingga faktor lingkungan harus dikontrol sedemikian rupa agar
benih tidak mengalami degradasi kualitas benih.
Benih yang dipanen lewat masak fisiologis biasanya sudah
mengalami penurunan mutu. Permasalahan terjadinya deteriorasi benih
baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun faktor kesalahan
dapat diatasi dalam penanganan benih, salah satunya dapat dilakukan
dengan melakukan teknik invigorasi (perlakuan fisik atau kimia untuk
meningkatkan atau memperbaiki vigor benih). Perlakuan ini sudah banyak
dilakukan pada beberapa tanaman seperti tanaman padi dan kedelai
(Rudrapal 2005).

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
64

a. Deteriorasi benih atau kemunduran benih adalah proses penurunan


mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik
(irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor
dalam.
b. Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu suhu
dan kelembaban udara.
c. Hasil dari tiap perlakuan berbeda-beda hal ini dikarenakan adanya
perbedaan faktor lingkungan terkait suhu dan kelembaban udara.
Perlakuan terbaik untuk masing-masing biji terdapat pada perlakuan
kelembaban tinggi.
d. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari
tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu.
e. Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau
disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen,
jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu digunakan
karena musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih
perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam
tiba.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum deteriorasi benih adalah
untuk mengatasi permasalahan terjadinya deteriorasi benih baik yang
diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun faktor kesalahan dalam
penanganan benih, dapat dilakukan dengan melakukan teknik “invigorasi”.
Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik atau kimia untuk meningkatkan
atau memperbaiki vigor benih yang telah mengalami kemunduran mutu.
65

DAFTAR PUSTAKA

Agustian 2010. Deteriorasi. http://blog.beswandjarum.com. Diakses pada tanggal


2 Mei 2014.
Anonim 2010. Pokok Bahasan III Deteriorasi dan Perkecambahan Biji.
www.elisa.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 01 Mei 2014.
Copeland L O 2005. Principles of Seed Science and Technology. Burgess
Publishing Company. New York.
Harrington J F 2005. Seed Storage and Longevity, Seed Biology. Academic Press.
New York
Hartati S 2005. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan
Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.). J. littri. 4 (6): 93-95.
Purwanti 2005. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan
Kedelai Kuning. J. Ilmu Pertanian. 11 (1): 22-31.
Rudrapal 2005. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis. Erlangga. Jakarta.
Sadjad 2006. Kuantifikasi metabolisme benih. PT Widia Sarana Indonesia.
Jakarta.
Tatipata 2005. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai
Dalam Penyimpanan. J. Ilmu Pertanian. 11 (2): 76-87.
66

VI. POLIEMBRIONI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Embrio setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah
secara mitosis dan menjadi beberapa sampai banyak embrio. Sifat
poliembrioni ini banyak dimiliki oleh benih-benih rekalsitran, yaitu benih
yang tidak dapat disimpan lama dan mempunyai kadar air tinggi, sehingga
tidak mudah dikeringkan. Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit
tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel
gamet. Bila biji yang bersifat poliembrioni tersebtu ditanam maka akan
tumbuh lebih dari satu tanaman. Adanya biji poliembrioni maka dapat
diperoleh bibit yang lebih banyak sehingga produksi pun semakin
meningkat.
Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji
poliembrioni ini adalah hanya satu yang berbeda dari induknya, tanaman
inilah yang sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina
sehingga tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan
tanaman lain yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari
pembiakkan vegetatif tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki
sifat yang sama dengan induknya. Sifat poliembrioni ini banyak terdapat
pada jeruk, duku dan nangka. Manfaat dilakukannya praktikum
poliembrioni ini adalah kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang
bersifat poliembrioni dan bagaimana karakteristiknya. Manfaat analisis
poliembrioni dalam bidang pertanian mempermudah petani
memperbanyak bibit, sehingga jumlah yang ditanam dilahan lebih banyak
dan hasil produksi juga meningkat.
2. Tujuan
Praktikum acara Poliembrioni ini bertujuan untuk mengetahui sifat
poliembrioni pada benih.

66
67

B. Tinjauan Pustaka
Fase awal perkembangan embrio ditandai dengan adanya periode inti
bebas, kecuali pada Gnetum, Welwitschia dan Sequoia. Setelah periode inti
bebas, terjadi selularisasi pada embrio. Embrio bersifat endoskopik.
Poliembrioni merupakan keadaan yang umum terjadi pada Gymnospermae
dan pada Conifera terjadi poliembrioni belahan (Hanan 2008).
Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih dari
satu embrio. Poliembrioni terjadi pada bakal biji yang telah mengalmai
pembuahan kemudian timbul beberapa embrio. Salah satu embrio berasal dari
perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang lainnya terbentuk di
luar kandung embrio, misalnya pada nuselus atau intergumen. Semai yang
berasal dari nuselus bila jumlahnya lebih banyak daripada semai generatif,
maka pertumbuhannya akan menajadi lebih cepat. Penyemaian secara
generatif akan lebih lambat pertumbuhannya (menjadi kerdil) karena
makanan cadangan (endosperm) banyak diisap oleh semai dari nuselus.
Semai dari nuselus bersifat sama dengan tanaman induknya karena bukan dari
hasil perkawinan. Semai nuselus ini bila untuk batang bawah okulasi biasanya
sangat mendorong pertumbuhan batang atas. Biasanya tanaman poliembrioni
juga akan menghasilkan biji poliembrioni. Akan tetapi, kadang-kadang karena
alasan-alasan tertentu bii poliembrioni hanya menghasilkan satu semai saja,
sedangkan yang lainnya tidak mampu tumbuh. Semai yang tumbuh ini
biasanya berasal dari nuselus (Pracaya 1995).
Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit tanaman yang akan
ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel gamet. Poliembrioni
sangat bermanfaat bagi petani yang memperbanyak embrio pada jeruk.
Langkahnya mudah dan praktis. Tidak memerlukan banyak biaya dan tenaga.
Poliembrioni menunjukkan penampilan dua embrio atau lebih pada biji
tunggal yang sama. Proses apimiksis kerap disertai dengan pembentukan
beberapa embrio dari bakal biji yang sama. Terkadang embrio yang normal
dapat berkembang bersama-sama dengan yang dihasilkan oleh apomiksis.
Apomiksis adalah terbentuknya individu baru yang berasala dari biji yang
tidak mengalami fertilisasi. Berdasarkan asal embrio dalam biji tersebut,
68

apomiksis dibagi menjadi dua macam, yaitu gametophytic apomixes, embrio


dibentuk dari sel inti induk megaspore, dan sporophiticapomixes, jika embrio
dibentuk dari sel gametofik lain, embrionya disebut adventiv embrioni,
misalnya pada jeruk dan manggis (Purwanti 2009).
Poliembrioni dapat terjadi karena peristiwa melalui peleburan
sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dan ovum
(apomiksis). Apokmiksis terdiri dari: (a) apogami yaitu embrio yang
terbentuk berasal dari kandung lembaga. Misalnya dari sinergid dan antipoda.
(b) Partenogenesis yaitu embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi
dan (c) Embrio adventif yaitu merupakan embrio yang terbentuk dari sel
nuselus, yaitu bagian selain kandung lembaga (Nugrahaningsih 2008).
Apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan, maka akan
terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni.
Peristiwa ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan mangga. Poliembrioni
merupakan suatu peristiwa dimana dalam satu biji terdapat 2 atau lebih
embrio (Pichot et al 2000).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Pelaksaan Praktikum
Praktikum acara poliembrioni ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 28 Maret 2014 pukul 09.30-11.00 WIB di Laboratorium Ekologi
Manajemen dan Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
2. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat:
1) Petridis
2) Kertas perkecambahan
b. Bahan:
1) Benih jeruk (Citrus sp)
2) Nangka (Apocarpus heterophyllus)
3) Aquades
3. Cara Kerja
a) Merendam benih dalam aquades selama 2 jam atau lebih (tergantung
jenis benihnya).
b) Menghilangkan selaput pada kulit biji dengan pinset.
c) Melakukan perkecambahan benih pada petridis dengan media kapas
atau kertas yang telah dibasahi baik benih yang utuh maupun dipisah.
69

d) Mengamati embrio yang ada, tinggi atau panjang biji (setelah


berkecambah), jumlah bibit normal dan abnormal.
D. Hasil Pengamatan dan pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Jeruk (Citrus sp)

∑ Embrio ∑ Embrio ∑ Embrio


Ulangan ∑ Embrio
Berkecambah Normal Abnormal
1 5 2 1 1
2 5 2 1 1
3 5 2 - 2
4 6 2 1 -
5 6 2 2 -
Total a=27 b=10 c=5 d=4
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data Benih Jeruk (Citrus sp) :

a. % Embrio Berkecambah =

=
= 37,03 %
b. % Bibit Normal =

= 18,51 %

c. % Embrio Mati =

=
= 62,96 %
Keterangan :
a = jumlah embrio
b = jumlah embrio berkecambah
c = jumlah bibit tumbuh normal
Tabel 6.2 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Nangka
(Apocarpus heterophyllus)
Ulangan ∑ Embrio ∑ Embrio ∑ Embrio ∑ Embrio
Berkecambah Normal Abnormal
1 3 0 0 0
2 3 0 0 0
70

3 2 0 0 0
Total 7 0 0 0
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data Benih Nangka (Apocarpus heterophyllus):

a. % Embrio Berkecambah =

=
=0%
b. % Bibit Normal =

=0%

c. % Embrio Mati =

= 100 %
Keterangan :
a = jumlah embrio
b = jumlah embrio berkecambah
c = jumlah bibit tumbuh normal
71

Gambar 6.1 Perkecambahan


Poliembrioni pada Benih Embrio Benih Jeruk (Citrus sp)

Gambar 6.2 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Nangka


(Apocarpus heterophyllus)
2. Pembahasan
Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih
dari satu embrio. Tanaman yang dihasilkan dari poliembrioni seragam
dengan induknya tetapi hanya satu yang berbeda dari induknya. Pada
poliembrioni salah satu tanaman yang mempunyai sifat berbeda dari
induknya ini merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina
induknya (Pierik 1981).
Perbedaan ukuran biji ini ternyata mempunyai korelasi yang erat
dengan munculnya poliembrioni pada biji. Sekitar 60 - 70 % biji yang
dihasilkan oleh tanaman yang lebih tua bersifat poliembrioni dengan 2 - 6
embrio setiap biji. Terdapat kecenderungan banyaknya embrio setiap biji
meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji. Semua embrio tersebut
dapat berkecambah secara normal meskipun biji telah disimpan selama 4
minggu. Perkecambahan biji berlangsung relatif cepat (1 minggu setelah
dipanen), bahkan dijumpai pula adanya biji yang berkecambah pada
pohon induknya (vivipar) (Hanan 2008).
72

Manfaat poliembrioni adalah mendapatkan tanaman dalam jumlah


banyak dari satu biji tanaman saja. Selain itu tanaman yang dihasilkan
mempunyai sifat yang sama dengan induknya tetapi hanya satu yang
berbeda dengan induknya karena salah satu embrio tersebut berasal dari
peleburan gamet jantan dan betina induknya. Jumlah embrio jeruk yang
dikecambahkan adalah 27. Hasil perkecambahan didapatkan jumlah
embrio yang berkecambah 37,03 %. Embrio yang tumbuh dengan normal
sebesar 18,51 % dan embrio yang mati berjumlah 62,96 %. Jumlah
embrio yang berkecambah abnormal lebih banyak daripada emrio
normal. Hasil perkecambahan tiga benih nangka tidak ditemukan embrio
berkecambah sehingga nilai embrio mati sebesar 100 %. Hal ini
disebabkan karena faktor suhu, cahaya, air, kelembaban dan udara pada
tempat perkecambahan serta kualitas benih.
Poliembrioni dapat terjadi karena peristiwa melalui peleburan
sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dan
ovum (apomiksis). Keuntungan apomiksis antara lain: menjamin
uiformitas genetis/morfologis pada perbanyakan dengan biji. Hasil dari
apomiksis merupakan kultivar yang sebenarnya tipenya klonal misalnya
yang berasal dari Citrus sp dapat digunakan sebagai batang bawah karena
bibit seragam dan pertumbuhannya sehat dan kuat. Dapat terhindar dari
penularan akibat penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya tidak
ditularkan melalui biji. Sebagai usaha peningkatan homozigositas menuju
ke perkembangan dan pembentukan lini baru. Sifat poliembrioni ini
banyak dimiliki oleh benih-benih rekalsitran, yaitu benih yang tidak
dapat disimpan lama dan mempunyai kadar air tinggi, sehingga tidak
mudah dikeringkan.
Berdasarkan hasil perkecambahan dapat ditemukan sifat
kecambah embrio normal dan abnormal. Kecambah normal yaitu
kecambah yang menunjukkan potensi untuk berkembang lebih lanjut
menjadi tanaman normal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : kecambah
memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar
primer dan akar seminal paling sedikit dua, perkembangan hipokotil baik
73

dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula


sempurna dengan daun hijau tumbuh baik. Epikotil tumbuh sempurna
dengan kuncup normal dan memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari
monokotil dan dua bagi dikotil. Kecambah abnormal yaitu kecambah
yang tidak menunjukkan adanya potensi untuk berkembang menjadi
tanaman normal jika ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan di
bawah kondisi yang sesuai bagi pertumbuhannya. Ciri-cirinya adalah
sebagai berikut : kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan
akar primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-
bagian penting lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil,
epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil,
kecambah tidak membentuk klorofil dan kecambah lunak (Bram 2012).
Penyebab kecambah tumbuh menjadi abnormal yaitu sebagai
berikut: (1) Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah
dan akar primer yang pendek. (2) Kecambah yang bentuknya cacat,
perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang
penting. (3) Kecambah yang tidak membentuk klorofil. (4) Kecambah
yang lunak. (5) Untuk benih pohon-pohonan bila dari microphyl keluar
daun dan bukannya akar. Kecambah mati ditujukan untuk benih-benih
yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka
waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman.
Suhu dan air serta oksigen sangatlah penting karena sangat
berpengaruh terhadap proses perkecambahan sehingga dalam proses
mengecambahkan benih kadar air dan suhu ruangan haruslah tepat.
Karena dengan suhu dan kadar air serta oksigen yang tepat dan sesuai
maka akan membantu proses perkecambahan menjadi lebih cepat dan
benih yang dikecambahkan pun tidak mudah terserang penyakit jamur.
Selain itu benih akan optimal dalam proses perkecambahannya sehingga
apabila suhu dan kadar air tidak tercukupi dengan baik maka benih akan
tumbuh menjadi abnormal bahkan mati.
Umur benih dan kualitas bibit jeruk sangat berhubungan. Semakin
baik kualitas bibit maka umur benih semakin lama/panjang. Sebaliknya,
74

semakin buruk kualitas benih maka umur benih semakin


sebentar/pendek. Jika kualitasnya baik maka benih semakin tahan
terhadap serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu sebab
rusaknya benih sehingga menurunkan kualitas benih.

E. Kesimpulan dan saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengamatan dan Pembahasan di atas dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
a) Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih dari
satu embrio.
b) Poliembrioni dapat terjadi karena peristiwa melalui peleburan
sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma
dan ovum (apomiksis).
c) Hasil perkecambahan didapatkan jumlah embrio yang
berkecambah 37,03 %.
d) Jumlah embrio yang tumbuh dengan normal sebesar 18,51 % dan
embrio yang mati berjumlah 62,96 %.
e) Hasil perkecambahan tiga benih nangka tidak ditemukan embrio
berkecambah sehingga nilai embrio mati sebesar 100 %.
f) Sifat benih poliembrioni banyak dimiliki oleh benih-benih
rekalsitran, yaitu benih yang tidak dapat disimpan lama dan
mempunyai kadar air tinggi, sehingga tidak mudah dikeringkan.
g) Benih berkecambah normal memiliki ciri-ciri: sistem perakaran
yang baik, perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada
kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula sempurna dengan
daun hijau tumbuh baik.
h) Kecambah abnormal yaitu kecambah yang tidak menunjukkan
adanya potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal jika
ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan di bawah kondisi yang
sesuai bagi pertumbuhannya.
2. Saran
75

Sebaiknya bahan dalam praktikum poliembrioni seperti benih jeruk


dan nangka memiliki kualitas yang baik sehingga keberhasilan
perkecambahan dapat optimal.
76

DAFTAR PUSTAKA

Bram 2012. Identifikasi Struktur Kecambah. http://bramsubakt.blogspot.


com/2012/12/identifikasi-struktur kecambah.html. Diakses pada tanggal 3
April 2014.
Hanan A 2008. Viabilitas dan Poliembrioni Pada Biji Kopsia arborea Bl.
http://digilib.biologi.lipi.go.id. Diakses pada Tanggal 3 April 2014.
Nugrahaningsih 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Gizi. FMIPA Universitas Negeri
Malang. Malang.
Pichot C, Fady B, & Hochu, I 2000. Lack of mother tree alleles in zymograms of
Cupressus dupreziana A. Camus embryos. Ann. For. Sci. 57: 17–22.
Pierik RLM 1981. In Vitro Culture of Higher Plants. Martius Nijhoff Publisher.
Dordrecht.
Pracaya 1995. Varietas, Budidaya, dan Pascapanen Jeruk Manis. PT Penebar
Swadaya. Jakarta.
Purwanti 2009. Apokmiksis pada Manggis (Garcinia mangostana L.).
http://gitapurwanti.wordpress.com/2009/12/13/apomiksis-pada-manggis-
garcinia-mangostana-l/. Diakses pada tanggal 3 April 2014.
77

LAMPIRAN
78

LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai