I. STRUKTUR BIJI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Biji merupakan suatu organisme yang teratur, rapi dan mempunyai
persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta
memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada
biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai
satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan hidupnya.
Biji akan berkembah menjadi tanaman yang akan menghasilkan.
Biji yang dihasilkan suatu tanaman dibentuk dari bunga yang
dihasilkannya terlebih dahulu, dengan suatu serangkaian proses yang kita
kenal dengan pengertian penyerbukan dan pembuahan serta proses
pemasakan akhirnya akan dihasilkan biji. Biji merupakan alat perkembang
biakan yang penting bagi suatu tanaman, dan secara umum biji dapat
dihasilkan oleh semua tanaman, tetapi belum tentu biji tersebut dapat
digunakan sebagai alat perkembang biakan yang baik bagi suatu jenis
tanaman dalam upaya budidaya tanaman.
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena
akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau
tepat dimana cadangan makanan itu akan disimpan. Seperti yang telah
disebutkan terdahulu bahwa biji adalah perkembangan lebih lanjut dan
ovule yang dibuahi. Praktikum struktur Biji ini dilaksanakan untuk
mengetahui struktur biji dari beberapa jenis tanaman, baik monokotil
maupun dikotil sehingga praktikan dapat memahami bagaimana melakukan
budidaya pada suatu tanaman yang tergolong monokotil maupun dikotil.
2. Tujuan
Praktikum acara struktur biji kali ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui struktur biji dari berbagai tanaman pangan yang tegolong
monokotil dan dikotil.
1
2
B. Tinjauan Pustaka
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena
akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau tepat
dimana cadangan makanan itu akan disimpan. Seperti yang telah disebutkan
terdahulu bahwa biji adalah perkembangan lebih lanjut dan ovule yang dibuahi,
hamper semua kejadian yang mengikuti perkembangan ovule yang telah
dibuahi adalah meliputi: testa, yang merupakan hasil dan salah satu atau dua
integument dari ovule. Perisperm adalah keturunan dari nucleus. Endosperm
adalah hasil fusi antara satu inti jantan generatif dan dua inti tripolar untuk
membentuk triploid nucleus endosperm. Embrio, adalah merupakan hasil
pembuahan ovum oleh satu inti jantan generatif (Wartoyo 2007).
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai
persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang
kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik
mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan
tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan hidupnya. Biji akan
berkembang menjadi tanaman yang menghasilkan (Suharto 2008).
Struktur biji yaitu terdiri dari embrio yang dibungkus oleh kulit biji
yang disebut testa, Dalam biji tersimpan cadangan makanan atau endosperm,
yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang, dan biji
terbentuk dari ovula dewasa yang telah dibuahi. Bagian-bagian dari biji, yaitu;
akar pertama yang disebut radikula, satu atau dua lembar daun embrio yang
disebut kotiledon, daun pertama yang disebut plumula yang akan bercabang
membentuk ranting, batang yang terletak di bagian bawah kotiledon disebut
hipokotil, batang yang terletak di bagian atas kotiledon disebut epikotil
(Suyanti 2010).
Pada ilmu botani diketahui ada dua kelas tumbuhan berbiji yaitu
Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae sebagai kelas yang lebih
tinggi terdiri dari dua sub kelas yaitu Monokotiledon dan Dikotiledon.
Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik
tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut. Bagian-bagian biji
3
dan penebalan dinding dalam arah panjang sel terlihat pada semua sudut sel.
Epidermis dalam yang berisi pigmen tetap bertahan dan membentuk tepi dalam
darii testa. Beberapa Angiospermae memiliki struktur tambahan yang banyak
mengandung air. Pada Gymnospermae adanya kulit biji yang berdaging sudah
umum dijumpai. Selain berfungsi melindungi, beberapa macan kulit biji
tampaknya mengendalikan parkecambahan. Hal itu mungkin didasari oleh sifat
impermeabel kulit biji terhadap air, oksigen, atau terhadap keduanya, efek ini
mungkin disebabkan lapisan kutikula dan penyebarannya (Siregar 2005).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara struktur biji ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15
April 2014 pukul 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Ekologi Manajemen
dan Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
2. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat:
1) Pisau atau silet
2) Kaca pembesar
b. Bahan:
1) Benih padi (Oryza sativa)
2) Benih jagung (Zea mays)
3) Benih kedelai (Glicine max)
4) Benih kacang tanah (Arachis hypogaea)
5) Air
3. Cara kerja:
a. Merendam benih yang akan diamati dengan air selama 2 jam.
b. Membelah benih yang akan diamati, baik secara vertical (melintang) dan
secara horizontal (membujur).
c. Mengamati dan menggambar struktur luar benih, benih yang dibelah
secara horizontal dan vertikal.
d. Melengkapi dengan bagian-bagiannya.
5
4 a. Kulit biji:
b cc Padi Melindungi biji
b (Oryza sativa) dari keadaan luar
]
Jenis biji: monokotil b. Embrio:
Tipe bibit: hipogeal Calon organ
tanaman
c. Endosperm:
Cadangan
aa a
makanan
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Biji dilihat dari sudut pandang evolusi, merupakan embrio atau
tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. Biji merupakan suatu organisasi
yang teratur, rapi, dan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk
melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Menurut strukturnya, biji
adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu
tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel
generatif (gamet) di dalam kandung embrio (embrio sac) serta cadangan
makanan yang mengelilingi embrio. Walaupun banyak hal yang terdapat
pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk, maupun strukturnya,
mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan
hidup (Suharto 2011).
Perbedaan antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil,
yaitu pada tumbuhan dikotil bersama dengan kotiledon plumula tumbuh
membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya
matahari. Pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus
koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya. Biji monokotil termasuk
endospermus (albuminus) yaitu pada biji dapat dijumpai adanya endosperm,
misalnya pada biji jagung (Zea mays) dan biji padi (Oryza sativa). Pada
tumbuhan dikotil, termasuk ke dalam non-endosperm yaitu pada biji tidak
dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji kedelai (Glycine max)
dan biji kacang tanah (Arachis hipogea). Biji tumbuhan dikotil embrionya
berbentuk memanjang melekat pada kedua kotiledon. Ketika kotiledon
7
dibuka akan tampak: hipokotil, radikula, epikotil, plumula (batang dan daun
embrionik). Biji monokotil memiliki sebuah kotiledon, embrionya
terbungkus oleh koleorhiza, yang menutupi akar embrionik, dan koleoptil
yang membungkus tunas embrionik (Vassal 2011).
Pada praktikum struktur biji kali ini dilakukan pengamatan struktur
biji pada kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), padi (Oryza sativa), dan
biji kacang tanah (Arachis hipogaea) mengenai struktur biji, struktur luar
biji, serta penampang membujur biji dan penampang melintang biji. Jenis
tanaman yang tergolong biji monokotil adalah biji jagung (Zea mays) dan
padi (Oryza sativa). Struktur biji pada tanaman jagung terdiri dari periscarp
atau testa sebagai pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan
makanan, dan embrio sebagai calon individu baru. Struktur biji pada
tanaman padi terdiri dari periscarp atau testa sebagai pelindung biji,
endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan embrio sebagai calon
individu baru.
Pada praktikum ini jenis biji dikotil (berkeping dua) adalah kacang
tanah (Arachis hipogaea) dan kedelai (Glycine max). Struktur biji pada
tanaman tanaman kacang tanah terdiri dari kotiledon sebagai jaringan
cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai pelindung biji, dan embrio
sebagai calon individu baru. Struktur biji pada tanaman kedelai terdiri dari
kotiledon sebagai tempat cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai
pelindung biji, embrio sebagai calon individu baru, dan hilum sebagai
pengatur masuknya air ke dalam biji. Hilum (pusar biji) adalah jaringan
bekas biji melekat pada dinding buah.
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena
akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau
tempat dimana cadangan makanan tersebut akan di simpan. Fungsi
mengetahui struktur biji adalah mengetahui cara penanganan pascapanen
biji dan juga cara budidayanya. Ketebalan kulit biji dan kandungan air pada
biji akan mempengaruhi perlakuan penyimpanan biji. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan agar bjiji dapat tahan lam dan tetap dapat tumbuh ketika
8
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Biji dapat diartikan sebagai suatu ovule atau bakal tanaman
masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang
terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif yaitu gamet jantan dan
gamet betina di dalam kandung embrio, serta cadangan makanan yang
mengelilingi embrio. Tanaman melakukan reproduksi atau regenerasi
untuk menjaga kelangsungan generasinya. Reproduksi dapat dilakukan
secara generatif dengan biji ataupun vegetative dengan bagian-bagian
tanaman sebagai bahan tanam. Pada reproduksi generatif terjadi dua
persatuan material genetik yaitu gamet jantan dan gamet betina,
sehingga dimungkinkan terbentuk individu baru yang memiliki
karakter baru. Pada reproduksi vegetatif keturunan baru merupakan
duplikat dari induknya.
Perkembangan merupakan proses perubahan yang menyertai
pertumbuhan, menuju tingkat pemetangan atau kedewasaan makhluk
hidup. Proses perubahan secara berurutan adalah dari spesialiasi,
diferensiasi, histogenesis, organogenesis dan gametogenesis).
Perkembangan merupakan proses kualitatif yang tidak dapat di ukur.
Perkembangan kualitatif karena peribahan bersifat fungsional.
Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan
masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat didalam biji, yang
dinamakan kecambah (plantula). Awal perkecambahan dimulai dengan
berakhirnya masa dormansi. Biji berkecambah karena didalamnya
terdapat embrio atau lembaga tumbuhan. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu faktor
cahaya.
Praktikum Teknologi Benih Acara Perkembangan Biji ini
penting untuk dilakukan, manfaatnya yaitu pengetahuan bagaimana
awal perkembangan biji mulai dari masa perkecambahan biji hingga
11
menghasilkan biji kembali. Proses produksi biji pada suatu tanaman
12
B. Tinjauan Pustaka
Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang hidup semusim
berumur pendek sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca.
Tanaman kacang tanah berakar tunggang dan membentuk akar serabut,
batang tidak berkayu, berbulu halus, dan membentuk cabang. Tinggi
batang kacang tanah sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang
bertipe menjalar. Bunganya merupakan bunga kupu-kupu, tajuk daun
berjumlah 5 dan 2 di antaranya bersatu berbentuk seperti perahu.
Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong
berada didalam tanah. Buah polong ini berisi 1-4 biji sesuai varietas, kulit
tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua
(Pitoyo dan Zumiati 2002).
Pada persiapan menanam kacang tanah perlu dilakukan seleksi
biji setelah pemipilan dimaksudkan untuk memisahkan biji yang kecil
dari yang besar, biji yang rusak dengan yang baik. Diusahakan benih yang
homogen (sama) ditanaman dalam hamparan yang sama. Persyaratan
polong kacang tanah yang dapat dipilih sebagai calon bibit adalah polong
tua betul, kulit buah setelah kering keras tidak mudah terkupas, urat-
urat polong sangat nyata, bila ditekan akan mudah pecah. Setelah
polong dikupas kulit dari biji mengkilat berwarna merah atau putih,
dan polong bagian dalam, kelihatan alurnya bintik-bintik kehitaman
atau agak coklat, serta diusahakan calon benih harus diatas 3 biji per
polong (Pajow et al 2006).
13
C. Metodologi Praktikum
17
1 5
2
3 4
1 4
Gambar 2.1 Struktur Bunga Kacang Gambar 2.2 Struktur Biji Kacang
Tanah (Arachis hypogea) Tanah (Arachis hypogea)
Keterangan: Keterangan:
1. Tangkai bunga 1. Kulit polong
2. Kelopak bunga 2. Kulit biji
3. Mahkota bunga 3. Biji
4. Putik 4. Endosperm
5. Benang sari
2
3
4 3
4
5
5
5
12
panjang akar, jumlah polong, saat muncul bunga, dan jumlah bunga.
Komoditas kacang tanah memiliki lama berbunga selama 14 hari, waktu
bunga menjadi biji tidak diketahui, tinggi tanaman 37 cm, panjang akar 17
cm, jumlah polong kacang belum ada pada saat pengamatan, saat muncul
bunga sekitar 23 hari setelah tanam, dan jumlah bunga yang ada pada
tanaman yaitu 5 bunga. Pada komoditas kedelai lama berbunga sekitar 10
hari, waktu bunga menjadi biji sekitar 17 hari, tinggi tanaman 65,5 cm,
panjang akar 45 cm, jumlah polongnya berjumlah 3, saat muncul bunga
sekitar 24 HST, dan jumlah bunga 5.
Kacang tanah mempunyai empat fase pertumbuhan yaitu fase
muncul lapang (emergence), fase pertumbuhan vegetatif, fase pembungaan
dan pembentukan ginofor, dan fase pembentukan polong dan pengisian
biji. Pada Fase muncul lapang (emergence), benih kacang tanah yang
ditanam pada kondisi yang sesuai untuk perkecambahan akan segera
berkecambah dan akan muncul ke atas permukaan tanah (muncul lapang)
setelah 5 sampai 7 hari. Seminggu setelah itu, akan segera terbentuk
sepasang daun tetrafoliate yang membuka sempurna dan dapat melakukan
fotosintesis. Setelah muncul lapang, tanaman kacang tanah akan
mengalami pertumbuhan vegetatif sampai awal muncul atau terbentuknya
bunga. Periode ini umumnya terjadi pada periode 2 – 6 minggu setelah
tanam.
Pertumbuhan vegetatif ini juga masih terjadi setelah tanaman mulai
berbunga tetapi dengan kecepatan yang berkurang. Kemudian setelah itu
pada fase pembungaan dan pembentukan ginofor yang akan diawali
dengan pembentukan bunga. Setelah bunga terbentuk terjadi penyerbukan
sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuahan. Pembuahaan yang
berhasil akan dilanjutkan dengan pembentukan ginofor. Fase ini akan
berlangsung pada periode tanaman umur 6 – 8 minggu setelah tanam.
Ginofor ini akan masuk ke dalam tanah dan membentuk polong, ginofor
yang tidak masuk ke dalam tanah tidak dapat membentuk polong. Setelah
ginofor masuk ke dalam tanah akan dilanjutkan dengan pembentukan
polong. Di dalam polong yang terbentuk terdapat biji. Biji ini akan diisi
21
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bibit dalam ilmu teknologi benih adalah tumbuhan muda yang
makanannya tergantung kepada persediaan bahan makanan yang terdapat
dalam biji. Pada kondisi menguntungkan suatu biji akan berkecambah.
Apabila biji tersebut akan dikecambahkanpada medium tanah akan terjadi
suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas permukaan tanah. Berdasarkan
letak kotiledon, dapat dibedakan 2 tipe bibit yaitu: (1) bibit tipe epigeal
yakni bibit dimana kotiledonnya terangkat di atas permukaan tanah
sewaktu pertumbuhannya. Bibit tipe epigeal ini umumnya terdapat pada
dicotiledoneae seperti beam, alfalfa, clovers, kacang kedelai, kacang tanah
yang termasuk legume.
Pada kacang-kacangan sebagian makanan cadangan di dalam
kotiledon di pakai oleh akar yang sedang tumbuh tetapi sebgaian besar
masih tinggal di dalam kotiledon walaupun ia sudah terangkat di atas
permukaan tanah. (2) Bibit tipe hipogeal yaitu bibit dimana kotiledonnya
tetap tinggal dalam permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Sewaktu
perkecambahan pada biji graminae, padi, gandum, jagung, kotiledon disini
disebut scutellum tetap tinggal dalam tnah fungsinya sebagai organ
penyerap makanan dari endosperm dan mengantarkanya kepada
embryonic axis yang sedang tumbuh. Sewaktu perkecambahan ini yang
pertama kali keluar adalah radicle segera kemudian pada radicle ini keluar
akar-akar cabang bersama-sama dengan akar primer membentuk system
akar primer (primary root system).
Manfaat adanya praktikum tipe bibit adalah bertambahnya
pengetahuan mahasiswa tentang jenis bibit serta mengetahui tipe
perkecambahan bibit dengan cara mengecambahkan beberapa benih pada
polibag. Pada hari ketiga, kelima dan ketujuh dilakukan metode destruksi
untuk mengathui tipe perkecambahan benih tersebut. Hal ini dilakukan
26
27
B. Tinjauan Pustaka
Macam perkecambahan yaitu perkecambahan di atas tanah (epigeal)
dan perkecambahan di bawah tanah (hipogeal). Pada perkecambahan epigeal
terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil
sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah,
misalnya pada kacang hijau. Pada perkecambahan hipogeal terjadi
pembentangan ruas batang teratas sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas
tanah tetapi kotiledon tetap di dalam tanah, misalnya pada kacang kapri.
Perkecambahan adalah munculnya plantula dari dalam biji yang merupakan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan
embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi
batang, sedangkan radikula menjadi akar (Mustahib 2011).
Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal). Tipe ini terjadi, jika
plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan
di bawah tanah (Hipogeal). Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke
permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Makanan untuk
pertumbuhan embrio diperoleh daricadangan makanan karena belum
terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan
dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil
diperoleh dari endosperm (Mustahib 2011).
Proses perkecambahan yang dapat diamati ditandai dengan munculnya
epikotil ke atas permukaan tanah. Pada awalnya hanya terlihat sebagai
tonjolan kecil berwarna hijau muda, namun selanjutnya akan terus bertambah
panjang dan semakin terangkat ke permukaan tanah. Selanjutnya akan
terangkat pula ke atas keping lembaganya dan terbelah menjadi dua. Keadaan
semacam ini merupakan ciri dari seedling yang perkecambahannya bersifat
28
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Tipe Bibit ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal
4-11 April 2014 pukul 09.30-11.00 bertempat di Laboratorium Ekologi dan
Manajemen Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Cethok
2) Pot/ polibag
b. Bahan
1) Benih Bawang merah (Allium cepa L.)
2) Benih Kacang tanah (Arachis hypogea)
30
d
a
a
31
Epigeal
c
d Bawang
d
merah
cd c
Hipogeal
g
bd
Jagung
f
a
e
e e
a
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan gambar:
a. Akar
b. Tunas
c. Kotiledon
d. Embrio
e. Endosperm
f. Batang
g. Daun
2. Pembahasan
Macam perkecambahan yaitu perkecambahan di atas tanah (epigeal)
dan perkecambahan di bawah tanah (hipogeal). Pada perkecambahan
epigeal terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau
hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat
ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau. Sedangkan pada
perkecambahan hipogeal terjadi pembentangan ruas batang teratas
sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah tetapi kotiledon tetap di
dalam tanah, misalnya pada kacang kapri. Perkecambahan hanya terjadi
bila syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi, yaitu air yang cukup, suhu
yang sesuai, udara yang cukup dan cahaya matahari yang optimal. Jika
syart-syarat tersebut tidak dipenuhi maka biji akan tetap dalam keadaan
tidur (dorman). Lamanya biji dorman bertahan hidup dan mampu
32
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini yang
hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana
tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi. Dormansi adalah suatu
keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisis lingkungan
mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Benih yang mengalami
dormansi ditandai oleh a) rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air, b)
proses respirasi tertekan/terhambat, c) rendahnya proses mobolisasi
cadangan makanan, d) rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu: (1)
Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan strukturan terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air atau gas-gas ke
dalam biji. (2) Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat
pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang
tumbuh.
Tipe dormansi pada biji yang akan dikecambahkan perlu diketahui
agar perlakuan yang cocok dapat diberikan pada biji yang disebarkan.
Maka biji akan segera berkecambhan dan kegagalan atau terhambatnya
perkecambahan dapat dihindari. Kulit yang keras dan zat penghambat
yang terdapat pada daging buah dapat mempengaruhi perkecambahan biji.
Manfaat mengetahui proses dormansi yang terjadi pada suatu biji, kita
dapat melakukan tindakan untuk mengatasi dormansi biji tersebut. Selain
itu juga, kita dapat mengetahui lamanya waktu dormansi sehingga dapat
menentukan waktu penanaman yang tepat agar dihasilkan tanaman normal.
37
38
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Teknologi Benih Acara Dormansi Biji yaitu
untuk mengetahui periode dormansi benih dan cara mengatasi dormansi
benih.
B. Tinjauan Pustaka
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan
terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung
dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis
tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan
oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi
dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih
tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa
istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan
berbagai cara, seperti cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan
menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada seperti amplas,
jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi
dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan
HNO3 pekat. Cara-cara tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara
untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih (Sutopo 2008).
Dormansi dikelompokkan menjadi 2 (dua) tipe yaitu :
1. Dormansi Fisik,
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam
biji.
2. Dormansi Fisiologis,
Dormansi Fisiologis disebabkan oleh sejumlah mekanisme,
umumnya dapat juga disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau
perangsang tumbuh, dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor dalam
39
2) Nampan
b. Bahan
1) Beberapa varietas padi (Oryza sativa) dan beberapa varietas
bawang merah (Allium ascalonicum)
2) HNO3
3) KNO3
4) GA3
5) Tanah
6) Pupuk kandang
3. Cara Kerja
a. Memilih benih yang akan diamati, masing-masing 30 benih.
b. Setiap minggu dilakukan pengamatan dormansi biji dengan melakukan
perendaman benih pada larutan HNO3 dan KNO3 pada beberapa
konsentrasi selama 16 jam.
c. Menanam benih tersebut sebanyak 5 benih setiap minggu.
d. Merendam bawang merah pada GA3 selama 1 jam.
e. Menanam bawang merah pada media yang telah tersedia.
f. Menjaga dan merawat benih tersebut.
g. Menghitung kecepatan kecambah dan daya kecambah benih.
42
2. Pembahasan
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak
mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi
syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah:
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada
famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio
oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat
perkecambahan (Setyorini 2009).
Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya
impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang
belum tumbuh secara sempurna. Hambatan mekanis kulit benih terhadap
pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau
karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat zat pengatur
tumbuh di dalam embrio. Sehingga benih sulit untuk melakukan
pertumbuhan kerena terdapatnya faktor-faktor penghambat tersebut.
Ketika sebuah benih yang mempunyai lapisan kulit yang tebal maka tunas
46
dari dalam benih sulit untuk menembus permukaan kulit benih, selain itu
embrio yang belum tumbuh sempurna dan ketidakseimbangan zat
penghambat dengan zat pengatur tumbuh maka akan membuat masa
dormansi suatu benih semakin lama. (Saleh 2007).
Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain:
a. Perlakuan Mekanis dipergunakan
untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas dimana apabila kulit biji
yang tebal maka akan mempersulit masuknya air atau gas ke dalam biji.
b. Perlakuan Kimia dipergunakan untuk
memecahkan dormansi benih, tujuannya adalah untuk menjadikan agar
kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu imbibisi misalnya
dengan perendaman pada KNO3.
c. Perlakuan Perendaman Dengan Air
bertujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh benih.
d. Perlakuan Pemberian Temperatur
Tertentu yaitu dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab
(Stratifikasi)
(Sutopo 2008).
Pada praktikum ini digunakan benih Padi (Oryza sativa) sebagai
bahan pengujian. Pada biji padi dilakukan perlakuan perendaman dengan
KNO3 dan perendaman HNO3 0,1N. Perendaman dengan KNO3 yang
dilakukan yaitu dengan konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4%. Perbedaan
perlakuan ini diharapkan memberikan pengaruh berbeda terhadap aktifnya
enzim pertumbuhan yang terdapat pada benih yaitu dengan aktifnya enzim
pertumbuhan maka benih padi dapat tumbuh dan berkembang dengan
cepat. Oleh karena itu akan dapat diketahui cara pematahan dormansi yang
paling baik.
Di lapangan Petani masih jarang yang melakukan perendaman
benih dengan menggunakan KNO3 sebagai alternatif untuk mematahkan
dormansi pada benih padi. Biasanya petani hanya merendam benih padi
47
pada air biasa setelah padi dijemur atau dengan menggunakan air hangat
dalam merendam guna mematahkan dormansi pada benih. Pematahan
dormansi perlu dilakukan agar benih dapat berkecambah, terutama karena
keadaan lingkungan dan faktor-faktor yang mendukung perkecambahan
telah terpenuhi seperti kulit benih yang tidak terlalu terlalu tebal, embrio
yang telah tumbuh sempurna dan zat pengatur tumbuh yang telah berperan
secara aktif. Apabila tidak dipatahkan, hal ini akan merugikan bagi para
petani karena para petani harus menunggu sampai masa dormansinya
berakhir sehingga membutuhkan waktu yang lama (Chapman et al 2006).
Benih-benih tertentu, misalnya padi yang baru dipanen dapat
mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih
telah mengalami penyimpanan kering, yang disebut dengan after ripening.
Perlakuan benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan
dormansi ini (Mugnisjah et al 2008).
Berdasarkan hasil data rekapan tersebut diatas, dapat kita ketahui
bahwa pematahan dormansi benih padi (Oryza sativa) perendaman pada
KNO3 dengan berbagai konsentrasi memiliki rata-rata 100%, baik untuk
kecepatan kecambah (KK) maupun daya kecambah (DK). Pada beberapa
kelompok mempunyai KK dan DK di bawah 50%, misalnya pada
perendaman dengan KNO3 1% milik kelompok 20 dan 24 masing-masing
hanya 20 dan 0. Konsentrasi KNO3 2%, 3%, 4% menghasilkan DK dan KK
lebih besar dibandingkan konsentrasi KNO3 1%, hal ini dapat dikatakan
bahwa semakin besar konsentrasi larutan KNO3 makan DK dan KK juga
semakin besar. Faktor perkecambahan benih yang berpengaruh adalah
suhu ruang simpan. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan, suhu rendah lebih baik dari pada
suhu yang tinggi untuk penyimpanan benih. Semakin rendah suhu
penyimpanan penurunan viabilitas benih dapat semakin dikurangi,
sedangkan semakin tinggi suhu semakin meningkat laju penurunan
viabilitas benih.
48
DAFTAR PUSTAKA
V. DETERIORASI BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih merupakan tahap yang menentukan dalam seluruh siklus
pertanian. Peraturan dan pengaturan dari gerak dan labeling benih, dan
pendirian agen-agen sertifikasi dan perbaikan benih untuk mempengaruhi
distribusi benih bermutu baik akan berhubungan dengan pertanian yang
berkembang tinggi. Benih bermutu merupakan benih yang telah
dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi, baik dari aspek genetik,
fisik maupun fisiologi. Benih yang bermutu tinggi sangat diperlukan
berbagai syarat baik dari segi mutu genetik berupa benih murni dari
spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik
induknya serta mutu fisiologik yang menampilkan kemampuan daya hidup
atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit benih.
Deteriorasi atau kemunduran benih merupakan jatuhnya mutu benih
yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan
berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Laju deteriorasi merupakan
besarnya penyimpangan terhadap keadaan optimum untuk mencapai
pertumbuhan maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi deteriorasi
benih antara lain faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan keadaan
fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperatur, kadar air benih, suhu,
genetik, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),
dan tingkat kemasakan benih. Deteriorasi benih menyebabkan
menurunnya vigor dan viabilitas benih, merupakan awal kegagalan dalam
kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak mempengaruhi
produktivitas benih.
Manfaat pelaksanaan praktikum ini bagi praktikan yaitu mengetahui
kapan terjadinya deteriorasi benih dan mengetahui cara untuk menghambat
terjadinya deteriorasi benih. Pengetahuan ini diharapkan dapat di
aplikasikan di lapang, petani akan dapat melakukan penyimpanan benih
51
52
pada kondisi yang paling baik agar benih tidak mengalami penurunan
kualitas.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara V Deteriorasi Benih adalah:
a. Mengetahui deteriorasi dengan mengamati pertumbuhan
perkecambahan biji.
b. Mengetahui kondisi penyimpanan benih yang sesuai untuk
menghambat deteriorasi benih.
B. Tinjauan Pustaka
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara
berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih
beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu
dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan
secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas
benih. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan
penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,
penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence),
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan
produksi tanaman (Copeland 2005).
Laju deteriorasi bervariasi diantara jenis benih, lot benih, bahkan
individu benih. Deteriorasi merupakan suatu keadaan yang mesti terjadi sejak
benih lepas dari induknya. Deteriorasi tidak dapat dicegah, namun dapat
diperlambat dan tingkat deteriorasi sejalan dengan bertambahnya periode
simpan (Agustian 2010).
Benih yang mundur, kecepatan respirasinya meningkat yang
menyebabkan pengurangan cadangan makanan, akumulasi metabolit hasil
perombakan cadangan makanan, dan dapat menyebabkan kelaparan pada
jaringan meristem. Selama penyimpanan, benih akan mengalami penuaan dan
kemunduran (deteriorasi). Kemunduran benih disebabkan karena proses
53
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara V Deteriorasi Benih dilaksanakan pada hari Jum’at,
28 Maret, 4 April, 11 April dan 25 April 2014 pukul 09.30-11.00 WIB
bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman
(EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Baskom
2) Serbet
3) Nampan
4) Lemari Pendingin
5) Polibag
b. Bahan
1) Jagung (Zea mays)
2) Kacang Merah (Vigna angularis)
3) Kacang Tanah (Arachis hypogea)
4) Kedelai (Glycine max)
5) Media Tanam
3. Cara Kerja
a. Penyimpanan Benih
1) Menyiapkan benih jagung, kacang merah, kacang tanah, dan
kedelai masing-masing 20 biji.
2) Menyimpan masing-masing benih pada empat kondisi yang
berbeda, yaitu suhu ruangan (kontrol), suhu rendah (lemari
pendingi, suhu tinggi (rumah kaca) dan kelembaban tinggi
(nampan berkassa).
55
Tabel 5.2 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kedelai (Glycine
max) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
Tabel 5.3 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kacang tanah
(Arachis hypogaea) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
Tabel 5.4 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kacang merah
(Vigna angularis) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
2. Pembahasan
Deteriorasi benih adalah proses penurunan mutu secara
berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Deteriorasi benih
menurut Copeland (2005) beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar
lot, bahkan antarindividu dalam suatu lot benih. Faktor-faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya
tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal
antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan.
Beberapa faktor yang penting selama penyimpanan benih antara lain
suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap
baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban
udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Diperlukan ruang
khusus untuk penyimpanan benih. Selama penyimpanan, benih akan
mengalami penuaan dan kemunduran (deteriorasi). Kelembaban
lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi viabilitas
benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara
yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan
mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya bila
kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar
benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih.
Suhu penyimpanan dan kadar air merupakan faktor penting yang
mempengaruhi masa hidup benih pada kisaran suhu tertentu, umur
penyimpanan benih menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada
benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek. Temperatur yang
terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan
mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar
terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, sehingga benih akan
kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah.
61
suhu ruang 0%, kelembaban tinggi 20%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah
0% sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu ruang 40%, kelembaban
tinggi 40%, suhu tinggi 20%, dan suhu rendah 0%.
Tabel 5.2 daya dan kecepatan kecambah pada benih kedelai (Glycine
max) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan kecambah
(KK) pada penyimpanan 14 hari untuk semua perlakuan adalah 0%,
sedangkan daya kecambah (DK) untuk semua perlakuan adalah berturut-
turut suhu ruang 60%, kelembaban tinggi 20%, suhu tinggi 40%, dan suhu
rendah 80%. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28 hari untuk
semua perlakuan adalah 0%, sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu
ruang 0%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah 80%.
Hasil dari tiap perlakuan berbeda-beda hal ini dikarenakan adanya
perbedaan faktor lingkungan terkait kelembaban udara dan suhu udara
serta tiap biji memiliki faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkecambahan yang berbeda-beda. Perlakuan terbaik untuk masing-
masing biji terdapat pada perlakuan kelembaban tinggi karena kelembaban
tinggi akan menyebabkan benih berkecambah lebih cepat dari perlakuan
lainnya sehingga faktor lingkungan harus dikontrol sedemikian rupa agar
benih tidak mengalami degradasi kualitas benih.
Benih yang dipanen lewat masak fisiologis biasanya sudah
mengalami penurunan mutu. Permasalahan terjadinya deteriorasi benih
baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun faktor kesalahan
dapat diatasi dalam penanganan benih, salah satunya dapat dilakukan
dengan melakukan teknik invigorasi (perlakuan fisik atau kimia untuk
meningkatkan atau memperbaiki vigor benih). Perlakuan ini sudah banyak
dilakukan pada beberapa tanaman seperti tanaman padi dan kedelai
(Rudrapal 2005).
DAFTAR PUSTAKA
VI. POLIEMBRIONI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Embrio setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah
secara mitosis dan menjadi beberapa sampai banyak embrio. Sifat
poliembrioni ini banyak dimiliki oleh benih-benih rekalsitran, yaitu benih
yang tidak dapat disimpan lama dan mempunyai kadar air tinggi, sehingga
tidak mudah dikeringkan. Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit
tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel
gamet. Bila biji yang bersifat poliembrioni tersebtu ditanam maka akan
tumbuh lebih dari satu tanaman. Adanya biji poliembrioni maka dapat
diperoleh bibit yang lebih banyak sehingga produksi pun semakin
meningkat.
Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji
poliembrioni ini adalah hanya satu yang berbeda dari induknya, tanaman
inilah yang sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina
sehingga tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan
tanaman lain yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari
pembiakkan vegetatif tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki
sifat yang sama dengan induknya. Sifat poliembrioni ini banyak terdapat
pada jeruk, duku dan nangka. Manfaat dilakukannya praktikum
poliembrioni ini adalah kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang
bersifat poliembrioni dan bagaimana karakteristiknya. Manfaat analisis
poliembrioni dalam bidang pertanian mempermudah petani
memperbanyak bibit, sehingga jumlah yang ditanam dilahan lebih banyak
dan hasil produksi juga meningkat.
2. Tujuan
Praktikum acara Poliembrioni ini bertujuan untuk mengetahui sifat
poliembrioni pada benih.
66
67
B. Tinjauan Pustaka
Fase awal perkembangan embrio ditandai dengan adanya periode inti
bebas, kecuali pada Gnetum, Welwitschia dan Sequoia. Setelah periode inti
bebas, terjadi selularisasi pada embrio. Embrio bersifat endoskopik.
Poliembrioni merupakan keadaan yang umum terjadi pada Gymnospermae
dan pada Conifera terjadi poliembrioni belahan (Hanan 2008).
Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih dari
satu embrio. Poliembrioni terjadi pada bakal biji yang telah mengalmai
pembuahan kemudian timbul beberapa embrio. Salah satu embrio berasal dari
perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang lainnya terbentuk di
luar kandung embrio, misalnya pada nuselus atau intergumen. Semai yang
berasal dari nuselus bila jumlahnya lebih banyak daripada semai generatif,
maka pertumbuhannya akan menajadi lebih cepat. Penyemaian secara
generatif akan lebih lambat pertumbuhannya (menjadi kerdil) karena
makanan cadangan (endosperm) banyak diisap oleh semai dari nuselus.
Semai dari nuselus bersifat sama dengan tanaman induknya karena bukan dari
hasil perkawinan. Semai nuselus ini bila untuk batang bawah okulasi biasanya
sangat mendorong pertumbuhan batang atas. Biasanya tanaman poliembrioni
juga akan menghasilkan biji poliembrioni. Akan tetapi, kadang-kadang karena
alasan-alasan tertentu bii poliembrioni hanya menghasilkan satu semai saja,
sedangkan yang lainnya tidak mampu tumbuh. Semai yang tumbuh ini
biasanya berasal dari nuselus (Pracaya 1995).
Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit tanaman yang akan
ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel gamet. Poliembrioni
sangat bermanfaat bagi petani yang memperbanyak embrio pada jeruk.
Langkahnya mudah dan praktis. Tidak memerlukan banyak biaya dan tenaga.
Poliembrioni menunjukkan penampilan dua embrio atau lebih pada biji
tunggal yang sama. Proses apimiksis kerap disertai dengan pembentukan
beberapa embrio dari bakal biji yang sama. Terkadang embrio yang normal
dapat berkembang bersama-sama dengan yang dihasilkan oleh apomiksis.
Apomiksis adalah terbentuknya individu baru yang berasala dari biji yang
tidak mengalami fertilisasi. Berdasarkan asal embrio dalam biji tersebut,
68
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Pelaksaan Praktikum
Praktikum acara poliembrioni ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 28 Maret 2014 pukul 09.30-11.00 WIB di Laboratorium Ekologi
Manajemen dan Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
2. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat:
1) Petridis
2) Kertas perkecambahan
b. Bahan:
1) Benih jeruk (Citrus sp)
2) Nangka (Apocarpus heterophyllus)
3) Aquades
3. Cara Kerja
a) Merendam benih dalam aquades selama 2 jam atau lebih (tergantung
jenis benihnya).
b) Menghilangkan selaput pada kulit biji dengan pinset.
c) Melakukan perkecambahan benih pada petridis dengan media kapas
atau kertas yang telah dibasahi baik benih yang utuh maupun dipisah.
69
a. % Embrio Berkecambah =
=
= 37,03 %
b. % Bibit Normal =
= 18,51 %
c. % Embrio Mati =
=
= 62,96 %
Keterangan :
a = jumlah embrio
b = jumlah embrio berkecambah
c = jumlah bibit tumbuh normal
Tabel 6.2 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Nangka
(Apocarpus heterophyllus)
Ulangan ∑ Embrio ∑ Embrio ∑ Embrio ∑ Embrio
Berkecambah Normal Abnormal
1 3 0 0 0
2 3 0 0 0
70
3 2 0 0 0
Total 7 0 0 0
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data Benih Nangka (Apocarpus heterophyllus):
a. % Embrio Berkecambah =
=
=0%
b. % Bibit Normal =
=0%
c. % Embrio Mati =
= 100 %
Keterangan :
a = jumlah embrio
b = jumlah embrio berkecambah
c = jumlah bibit tumbuh normal
71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
78
LAMPIRAN FOTO