Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TENTANG
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA , LEHER DAN KULIT

Disusun oleh :
1. Azmil umur
2. Baiq qurratul aien
3. Baiq wili rukmana
4. Rizhal hamdani
5. Sofian
6. Wulan ayu
7. Nurul fitriani
8. Nina marlina
9. I komang leo triandana
10. Lalu wira hadi dwi praja

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
2011/2012
Kata pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga makalah tentang pemeriksaan fisik; kepala, leher dan

kulit ini dapat diselesaikan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Program Studi Keperawatan

Poltekkes Mataram dalam meningkatkan ketrampilan praktek pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan makalah ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu,dengan kerendahan hati kami mengharapkan pembaca/pengguna

makalah ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang ada dengan selalu membaca berbagai

buku lainya dan tidak selalu terpaku pada makalah petunjuk praktikum ini..

Tak ada gading yang retak, saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan makalah

panduan praktikum ini sangat kami harapkan, Semoga makalah panduan praktikum ini dapat bermanfaat

dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Jazakumullhahi khoiro jaza’

Mataram , 09 november 2011


Daftar isi

LEMBAR JUDUL ...........................................................................................


KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN ..............................................................................


1.1.Latar Belakang..................................................................................
1.2.Tujuan ...............................................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................


2.1. Pemeriksaan Fisik .........................................................................
2.2. Pemeriksaan fisik kepala ...............................................................
2.3. Pemeriksaan fisik leher .................................................................
2.4. pemeriksaan fisik kulit ..................................................................

BAB 3. PENUTUP ..........................................................................................


3.1. Simpulan .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
(PENDAHULUAN)

1.1 LATAR BELAKANG

Pengkajian fisik keperawatan pada klien dalam kondisi sehat-sakit penting dilakukan oleh
perawat untuk menentukan data subjektif dan data objektif yang akan dipergunakan dalam
merumuskan Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan.

1.2 TUJUAN

Mampu melakukan pemeriksaan fisik pada :


1. Kepala
2. Leher dan
3. kulit
BAB II
(PEMBAHASAN)

2.1 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari
riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.
Misalnya , klien mengalami gangguan system muskuloskeletal, maka perawat mengkaji
apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
atau tidak.Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan.
a. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum yang
mencakup :

I.Kesan keadaan sakit


Dinilai apakah sakit ringan, sedang atau berat.

II. Kesadaran
a. Komposmentis
b. Apatik
c. Somnolen
d. Sopor
e. Koma
f. Delirium
III. Status gizi
a. Secara klinis : Dengan inspeksi dan palpasi, inspeksi lihat proporsi tubhnya
kurus/gemuk. Palpasi dengan cara cubit tebal jaringan lemak subcutan
b. Dengan pemeriksaan fisik & antropometris ( BB, TB, Lingkaran lengan atas, tebal
lipatan kulit, lingkar kepala, dada & perut )

Tahapan dalam pemeriksaan fisik :

1. Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan
warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi
: ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrument yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang :
temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :


o Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
o Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
o Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
o Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
o Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan
suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :


 Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
 Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
 Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi
daerah hepar.
 Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :


 Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
 Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru.
 Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
 Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
2.2 PEMERIKSAAN FISIK PADA KEPALA

 Tujuan khusus :

1. Mampu melakukan pemeriksaan Wajah,


2. Mampu melakukan pemeriksaan Kulit wajah,
3. Mampu melakukan pemeriksaan kepala
4. Mampu melakukan pemeriksaan Rambut kepala
5. Mampu melakukan pemeriksaan Mata
6. Mampu melakukan pemeriksaan Telinga
7. Mampu melakukan pemeriksaan Sinus paranasalis
8. Mampu melakukan pemeriksaan Bibir
9. Mampu melakukan pemeriksaan Mulut
10. Mampu melakukan pemeriksaan Gigi

 Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini :

1. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi wajah


2. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi kulit wajah
3. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi kepala
4. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi rambut dan nilai apakah rambut mudah
dicabut.
5. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi ( juga dengan menggunakan pen light) mata
6. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi ( juga dengan menggunakan pen light) dan
palpasi telinga.
7. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi sinus paranasalis
8. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi bibir
9. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi mulut
10. mampu melakukan pemeriksaan inspeksi gigi
Daftar Pemeriksaan Fisik Kepala

Kepala Perhatikan bentuk dan ukuran, apakah terdapat benjolan,


lekukan, dan nyeri tekan
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi
Wajah Perhatikan ekspresi, bentuk dan apakah wajah simetri .
Apakah terdapat asimetri wajah, gerakan involunter,
bengkak dan benjolan
Cara pemeriksaan :inspeksi
Kulit wajah Perhatikan warna dan apakah terdapat kelainan kulit.
Cara pemeriksaan : inspeksi
Mata Perhatikan warna serta pembuluh darah di sklera dan
konjungtiva, apakah terdapat benjolan.
Dengan menggunakan pen light periksa refleks cahaya
langsung dan tak langsung.
Perhatikan gerakan bola mata
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan penlight
Rambut Perhatikan warna, penyebaran, dan apakah mudah dicabut.
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi
Telinga Perhatikan bentuk daun telinga, liang telinga (pen light),
membrane timpani serta tulang mastoid.
Lakukan penekanan pada tragus.
Cara pemeriksaan : Inspeksi, palpasi dan gunakan pen light
Sinus paranasalis Lakukan penekanan di daerah sinus maksilaris, frontalis dan
etmoidalis.
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi
Bibir Perhatikan warna, apakah terdapat benjolan atau ulkus
Cara pemeriksaan : Inspeksi
Mulut Perhatikan warna mukosa dan apakah terdapat ulkus.
Perhatikan warna, papil dan gerakan lidah
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan penlight
Gigi Perhatikan jumlah gigi, apakah terdapat gigi berlubang
Perhatikan warna gusi.
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan flash light
PEMERIKSAAN KEPALA

Pemeriksaan kepala dimulai dengan inspeksi kepala. Penemuan-penemuan dipastikan


dengan palpasi. Perhatikanlah tujuh ciri berikut ini: konfigurasi umum, simetri, penonjolan
tulang, distribusi rambut, ciri-ciri kulit, ekspresi muka, dan kontak mata. Secara singkat
periksalah tekstur rambut dan turgor kulit.

Penemuan Umum

Perkembangan otak, pembentukan tulang, dan factor-faktor lain menetukan bentuk


tengkorak. Hidrosefalus dan mikrosefalus merupakan contoh dramatis dari respon tengkorak
terhadapa pertumbuhan otak. Ekspresi wajah dan kontak mata memberi petunjuk tentang
keadaan emosional pasien. Jangan mengabaikan penemuan-penemuan penting ini.

 Mata

 Tinjauan Umum

Mata mengandung lebih banyak informasi diagnostic daripada organ-organ lain yang ada
untuk diagnosis fisik. Vaskularisasinya saja memungkinkan diagnosis anemia, diabetes,
hipertensi, keadaan hiperviskositas, dan arteriosclerosis. Enam dari 10 saraf cranial, lintasan
simpatis dan parasimpatis, mensarafi struktur-struktur mata. Kelainannnya mungkin terletak jauh
tetapi berefek pada penglihatan dan dapat dilihat.

 Pemeriksaan Mata

Inspeksi dan penilaian fungsi mata merupakan dua unsur penting tiap pemeriksaan mata.

 Inspeksi Orbita dan Letak Mata

Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat. Hilangnya sepertiga lateral alis
mata kadang-kadang dijumpai pada miksedema, suatu keadaan yang disebabkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Dan pada bola mata perhatikanlah apakah pasien menderita
eksoftalmus atau tidak.
 Inspeksi Kelopak Mata

Biasanya inspeksi biasa sudah cukup. Kadang-kadang, anda perlu memeriksa permukaan
dalam kelopak mata atas. Aparatus lakrimalis terdiri dari glandula lakrimalis pada dinding luar
atas orbita anterior dan punkta atas dan bawah.

 Inspeksi Iris, Sklera dan Kornea

Periksalah sclera untuk melihat peradangan dan perubahan warna. Kornea dapat diperiksa
secara langsung atau dengan banntuan oftalmoskop. Ia tidak mengandung pembuluh darah sama
sekali dan mempunyai banyak persarafan. Iris normal harus bulat dan simetris. Reaksi pupil
harus diperiksa dalam beberapa cara. Pertama, sinarilah dengan cepat dan langsung ke dalam
dalam salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi yang normal. Kedua, tindakan ini
membuktikan keutuhan busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa maupun
pada mata kontralateral. Kontraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi untuk melihat dekat.

 Telinga

 Pemeriksaan Telinga

Perhatikan posisi telinga di kepala. Pangkal heliks harus berada pada garis horizontal dengan
sudut mata. Telinga yang terletak rendah sering menyertai kelainan congenital di tempat lain.

 Chvostek Sign

Pemeriksaan ini patognomonis pada tetani, yaitu dengan melakukan ketokan ringan pada
cabang nervus fasialis dalam kelenjar parotis, tepat atau sedikit di bawah arkus zigomatikus (di
depan liang telinga luar), yang akan menimbulkan kontraksi atau spasme otot-otot fasialis (sudut
mulut, ala nasi sampai seluruh muka) pada sisi yang sama. Ini disebabkan kepekaan berlebihan
dari nervus fasialis.
 Hidung

 Pemeriksaan Hidung

Hidung sebaiknya diperiksa dengan speculum hidung dan sumber cahaya yang kuat yang
diarahkan dengan cermin kepala. Ntuk pemeriksaan di sisi tempat tidur, speculum besar pendek
pada otoskop sudah cukup memadai. Ingatlah bahwa sumbu saluran hidung tegak lurus dengan
muka, tidak sejajar dengan batang hidung. Saat pemeriksaan jangan lupa untuk menginspeksi
hidung dengan memperhatikan permukaan hidung, ada atau tidak asimetri, deformitas atau
inflamasi.

 Mulut dan Faring

 Pemeriksaan Mulut dan Faring

Dalam pemeriksaan mulut dan faring inpeksilah bagian bibir, mukosa oral, gusi dan gigi,
langit-langit mulut, lidah dan faring. Dalam menginspeksi bibir perhatikan warna, kelembaban,
pembengkakan dan ulserasi atau pecah-pecah pada bibir. Dalam menginspeksi mukosa oral
mintalah pasien untuk membuka mulut. Dengan percahayaan yang baik dan bantuan tongue
spatel inspeksi mukosa oral. Perhatikan warna mukosa, pigmentasi, ulserasi dan nodul. Bercak-
bercak pigmentasi normal pada kulit hitam. Dalam menginspeksi gusi dan gigi perhatikan
inflamasi, pembengkakan, perdarahan, retraksi atau perubahan warna gusi.

Dalam menginspeksi langit-langit mulut dan lidah perhatikanlah bentuk dan warnanya.
Terutama bagi lidah perhatikan juga papilla. Apakah ada bercak atau tidak. Dalam memeriksa
faring mintalah pasien untuk membuka mulut, dengan bantuan tongue blade lidah kita tekan pada
bagian tengah. Mintalah pasien mengucapkan “ah”. Perhatikan warna atau eksudat.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK LEHER

 Tujuan khusus :

1. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening


2. Mampu melakukan pemeriksaan arteri karotis
3. Mampu melakukan pemeriksaan vena jugular
4. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid
5. Mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk

 Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini :

1. Mampu melakukan pemeriksaan palpasi kelenjar getah bening


2. Mampu melakukan pemeriksaan palpasi dan auskultasi arteri karotis
3. Mampu melakukan pengukuran vena jugular
4. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid
5. Mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk

Daftar Pemeriksaan Fisik Leher

1. Kelenjar getah bening Pemeriksaan Kgb sepanjang otot sternokleidomastoideus,


submandibula, oksipital, supraklavikular
Cara Pemeriksaan : Inspeksi & Palpasi
2. Arteri Karotis Cara Pemeriksaan : Inspeksi, Palpasi & Auskultasi
Pada Auskultasi dapat terdengar bruit bila ada kelainan.
3.Pengukuran vena jugular Melakukan pengukuran dan menyebut hasilnya.

4. Kelenjar tiroid Melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid dari belakang


Cara Pemeriksaan : Inspeksi, Palpasi & Auskultasi
5.PemeriksaanKaku Kuduk Melakukan pengukuran dan menyebut hasilnya.
Pada keadaan normal hasil negatif

Pemeriksaan Leher
Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetris, denyutan abnormal, tumor maupun
keterbatasan dalam Range of Moion (ROM) maupun pembesaran kelenjar limfe dan
tiroid.Pemeriksaan palpasi pada tulang hyoid, tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, pembuluh
karotis dan kelenjar limfe. Bila terjadi pembesaran tiroid, pemeriksaan palpasi dilakukan dengan
meletakkan ujung jari kedua tangan di kelenjar dengan posisi pemeriksa di belakang penderita,
kemudian penderitadiminta menelan sehingga ujung jari pemeriksa ikut gerakan menelan.
Kemudia dilakukan auskultasi di tiroid dan dapat didengar bising sistolik yang mengarahkan
adanya penyakit graves.

Pemeriksaan pada leher untuk melihat vena jugularis dapat memberikan gambaran
tentang aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan gambaran pada vena
dengan cara memyebabkan perubahan tekanan vena-vena tepi, bendungan pada vena-vena tepi
dan perubahan pada bentuk pulvus vena.

 Palpasi Trakea

Perhatatikan setiap adanya deviasi pada trakea. Cara memeriksanya dengan meletakkan
jari telunjuk pada diantara trakea dan strenomastoid. Bandingkan dengan kedua sisi sebelah
kanan kirinya.

2.4 PEMERIKSAAN FISIK PADA KULIT

Kulit, atau sistem integumen, adalah sistem organ yang bisa dengan mudah dilakukan
pemeriksaan. Kulit memberikan perlindungan antara individu dengan lingkungan eksternal,
yaitu:
1. Kulit akan bereaksi terhadap perubahan lingkungan eksternal.
2. Kulit juga mencerminkan adanya perubahan yang terjadi dalam tubuh.
3. Pemeriksaan yang seksama pada kulit akan mendapatkan informasi tentang status
kesehatan umum klien.  kulit juga akan memberikan informasi spesifik yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyakit sistemik atau masalah pada kulit.
 PEMERIKSAAN

• Anamnesa
Riwayat Kesehatan
• Pemeriksaan fisik
peralatan:
1. Penggaris/meteran untuk mengukur luas luka
2. flashlight/ lampu senter untuk menerangi luka
3. suryakanta/kaca pembesar untuk membantu dalam pemeriksaan luka
4. sarung tangan disposibel untuk melindungi pemeriksa ketika malakukan
pemeriksaan luka

 INSPEKSI

1. warna kulit
2. vaskularisasi
3. keringat
4. edema
5. injuri
6. perlukaan/lesi pada kulit

 PERUBAHAN WARNA

1. Cyanosis, warna kebiruan-biruan, mungkin terlihat di bawah kuku, bibir, dan mukosa
mulut. Terjadi karena penurunanan ikatan oksihemoglobin, atau penurunan oksigenasi
darah. Dapat disebabkan oleh penyakit paru, penyakit jantung, abnormalitas hemogolbin,
atau karena udara dingin
2. Jaundice, warna kuning atau kehijauan. Terjadi ketika biliribin jaringan meningkat dan
dapat pertama kali terlihat di sklera kemudian membran mukosa, dan kulit
3. Pallor (Pucat), penurunan warna kulit. Terjadi karena penurunan aliran darah ke
pembuluh darah superfisial atau penurunan jumlah hemoglobin dalam darah. Pucat
mungkin terjadi di muka, palpebra konjunctiva, mulut dan di bawah kuku
4. erytema, warna kemerahan di kulit. Mungkin terjadi secara general maupun lokal.
Eritema general disebabkan karena demam, sedangkan eritema lokal disebabkan karena
infeksi lokal atau terbakar matahari
 TYPE LESI PADA KULIT

- PRIMER :
• MAKULA
• PAPULA
• NODULA
• VESIKULA
- SEKUNDER :
• Freckles : bintik-bintik
• Wart : kutil
• Blister : lepuh
• Hives : rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
• Boil : bisul

 PALPASI

1. perubahan dalam suhu/TEMPERATUR


2. Kelembaban. Kering pada dehidrasi, myxedema, cronic nephritis
3. Tekstur. Mengacu pada Halus atau kasar. Kasar dan kering pada hipotyroid.
Lembut dan halus pada hiperthyroid
4. Turgor. Mengacu pada elastisitas kulit.
5. Lesi. Distribusi, konfigurasi, tipe, warna

 Skin

• Melakukan inspeksi pada semua permukaan tubuh

• Inspeksi tiap bagian tubuh, catat:

– Warna

– Kesimetrisan

– Keragaman

– Ketebalan

– Pigmentasi

– Lesi/luka

 Palpasi

– Kelembaban (kering, berkeringat, bersisik, berminyak)

– Temperatur

– Ketebalan

– Turgor
 Inspeksi dan palpasi lesi, catat:

– Ukuran

– Warna

– Tekstur permukaan (datar, menonjol, indurasi)

– Pola

– Lokasi dan distribusi

– eksudat

 MACAM-MACAM PEMERIKSAAN PADA KULIT

1. BIOPSI KULIT.
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi dengan
scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan.
INDIKASI :
Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk
yang tidak lazim.
Pembentukan lepuh.

2. PATCH TEST
Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester khusus (
exclusive putches )
INDKASI :
Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah.
Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.
Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat.

Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test.


Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl pelaksanaan.
Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan pada plester
berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 –
30 buah.)
Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih menempel.
Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit.
2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.
3. PENGEROKAN KULIT.

Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai.dengan menggunakan skatpel
yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan yang dikerok menempel pada mata
pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa
dengan mikroskop.

4. PEMERIKSAAN CAHAYA WOOD ( LIGHT WOOD).

Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang akan
menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas
pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan
hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi.

5. APUS TZANCK.
Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.
INDIKASI
Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus.
Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa.

1. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik system kulit adalah


menggunakan seluruh telapak tangan dan jari, kiri dan kanan dengan maksud meraba dan
merasakan dan menggunakan kedua mata untuk melihat pemeriksaan pada kulit
2. Teknik pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan kulit adalah Palpasi dan Inspeksi
3. Yang diperiksa pada pemeriksaan fisik kulit adalah
• Keadaan Rambut dan Higiene Kepala
Rambut hitam, coklat, pirang, warna perak, berbau atau warna-warni bendera yang khas
untuk defisiensi vitamin A, mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum
menunjukkan tingkat hygiene seseorang. Pada kulit kepala bisa ditemui lesi seperti vesicular
pustule, crusta karena varicela, dermatitis, jamur atau pedagogis
• Kulit
• Mata
• Hidung
• Telinga
• Mulut, Gigi, Lidah, Tosil dan Pharyux
• Leher
• Kelenjar getah bening
• Kelenjar thyroid
• Kaku kuduk
• Thoraks
• Abdomen
4. Yang di inspeksi pada kulit adalah
a. Hygiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang.
b. Kelainan-kelainan yang bisa nampak pada inspeksi :
5. Yang di palpasi pada kulit adalah
Pada palpasi, pertama-tama dirasakan kehangatan kulit, (dingin-hangat-demam), kemudian
kelembabannya, pasien dehidrasi terasa kering dan pasien hipertyroidisme berkeringat
terlalu banyak.
• Texture kulit
Dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal.
• Turgor
Dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali ke keadaan semula,
menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.
• Krepitasi
Teraba ada gelembung-gelembung udara dibawah kulit akibat fraktura tulang-tulang iga atau
trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada dibawah kulit dada.
• Edema
Adalah terkumpulnya cairan tubuh dijaringan tubuh lebih daripada jumlah semestinya. Misal
- Pitting edema : bila menjadi cekung setelah penekanan pada tempat-tempat pretibial,
saklrum, jari-jari, kelopak mata.
- Pada penyakit : jantung, ginjal, hipoprotenemia.
- Non pitting edema : tidak menjadi cekung setelah penekanan, pada mixedema (hipotyroid),
beri-beri.
6. Gambar anatomi kulit
7. Fungsi kulit adalah
• Perlindungan
Lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan lapisan perlindungan daripada
kemasukan bakteria, ini merupakan perlindungan tahap pertama. Lapisan berkematu yang
senantiasa gugur, menyebabkan bakteria sukar membiak dan bertapak tetap pada kulit.
• Mencegah dehidrasi
Lapisan berkematu mencegah kehilangan air kepersekitaran. Lapisan ini amat berkesan
untuk mencegah kehilangan air.

• Rangsangan luar
Lapisan kulit atau lapisan dermis yang mempunyai banyak reseptor, membolehkan kulit
peka terhadap perubahan persekitaran. Reseptor-reseptor ini boleh mengesan pelbagai
rangsang seperti tekanan, suhu, sentuhan dan sebagainya.
• Menyimpan lemak
Lapisan paling bawah kulit merupakan lapisan lemak subkulitan. Lapisan ini merupakan
lapisan yang kaya dengan lemak. Lapisan lemak ini juga merupakan penebat haba.
• Sintesis vitamin D
Apabila lapisan kulit ini terdedah kepada sinaran ultraungu, sinaran ultraungu ini akan
diserap oleh kulit dan bertindak ke atas prekursor, seterusnya menukarkannya kepada
vitamin D.
• Menghasilkan bau dan penyamaran
Bau berguna untuk tujuan pertahanan terutama bagi haiwan yang diburu oleh pemangsa.
Bau juga bertujuan untuk membeza antara haiwan-haiwan lain. Pigmen dalam kulit
sesetengah haiwan, mampu meniru atau mengikut perubahan warna persekitaran.
• Kawalaturan suhu
Ini adalah proses homeostasis.

8. kulit terdiri dari


 Epidermis

 Dermis

 Lemak subkutan
epidermis
 Paling luar, ketebalan < 1 mm

 Dibagi menjadi 5 lapisan : Stratum corneum, Stratum lusidum, Stratum granulosum, Stratum
spinosum, Stratum basale

 –> sel utama yang berdiferensiasi adalah keratinosit –> keratin (suatu protein fibrosa)

 Proses migrasi sel epiermis –> 28 hari

 –> melanosit –> melanosoma —> melanin

dermis
 Terdiri dari serabut kolagen elastin dan retikulin àkulit kuat dan lentur

 Mempunyai pembuluh darah dan saraf

 Terdapat limposit, histiosit, sel mast, leukosit

 Adneksa: rambut, kuku kel ekrin, sebasea dan apokrin

Lemak subkutan
 Isolasi suhu dan penyimpanan energi

 Daya tarik sexual

 Kelenjar keringat, kecuali telinga

 Kelenjar sebasea; di dada, wajah, punggung aktivitasnya diatur oleh homon

Fisiologi kulit
 Dapat dilihat, diraba, menjamin kelangsungan hidup

 Menyokong penampilan dan kepribadian

 Mempunyai arti estetik, ras

 Komunikasi non verbal


Fungsi kulit
 Proteksi

 Absorpsi

 Ekskresi

 Persepsi sensori

- Tekanan; pacini

- Panas; rufini

- Dingin; krause

- Raba; taktil meisner

 Pengaturan suhu tubuh

 Membentuk figmen

 Proses keratinisasi

 Pembentukan vit D

Kelenjar sekitar kulit


 Kelenjar keringat

 Kelenjar ekrin

Kecil, dangkal I ermis, bermuara di permukaan kulit, sekret encer ± 1,5 lt/24 jam, pada

udara panas/kering ± 6 lt/24 jam. Sekresi dipengaruhi stress emosional, panas, sara simpatis

 Kelenjar apokrin

Letak lebih dalam, sekresi kental, terdapat pada axila, areola mamae, pubis.
 Kelenajr sebasea

 Terdapat di permukaan kulit, kecuali telapak tangan+kaki

 Terletak I samping akar rambut, muara pada folikel rambut

 Sekresi sebum àhormon androgen, pada remaja meningkat, menopause+manula menurun


BAB III
(PENUTUP)

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif


dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan
dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan
fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka
perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak.Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah
untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil
data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.Jadi, pemeriksaan fisik
dilakukan unutk memperoleh data subjektif maupun data objektif dari pasien, entah itu
dalam pemeriksaan fisik kepala, leher atau kulit,
Daftar pustaka

1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006,
Saunders Elsevier
2. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi
9, 2007, Lippincott Williams and Wilkins.
3. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta, 22-38

Anda mungkin juga menyukai