Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Konsep Bagi Hasil Rumah Makan Padang Dan Mato”

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah


Dosen Pengampu : Drs.Soeprayitno, M.Sc,M.BA,Ph.D dan Kresna Bayu
Sangka,SE,MM,Ph.D

Disusun Oleh :
NOVIYANA SARI
S991608009

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
2017

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah menganugerahkan rahmat, karunia serta ridho-nya. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas ini disusun sebagai tugas
mandiri pada mata kuliah Ekonomi Syariah. Dalam penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang “konsep bagi hasil rumah
makan padang dengan mato “yang kemudian bermanfaat bagi kita dalam
menambah khasanah pengetahuan.
Selama mengerjakan makalah ini, penulis telah banyak menerima
bimbingan dan saran – saran dari berbagai pihak. maka pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs.Soeprayitno, M.Sc,M.BA,Ph.D dan Bapak Kresna Bayu
Sangka,SE,MM,Ph.D
2. Rekan – rekan yang telah membantu memberi saran dan solusi dalam
mengerjakan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan di masa – masa yang akan datang. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Surakarta, 4 Maret 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................
A. Latar belakang ...................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................
C. Tujuan ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mato .................................................................
B. Rumah makan padang dengan sistem mato .......................
C. Akad dalam sistem manajemen rumah makan padang ......
D. Kunci sukses dari rumah makan padang ...........................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ...........................................................................
B. Saran ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisnis kuliner adalah bisnis yang tidak akan pernah mati, bisnis dimana
pelanggannya pasti akan selalu ada, karena bisnis kuliner menyediakan
kebutuhan pokok masyarakat. Bisnis kuliner yang tidak asing adalah bisnis
rumah makan Padang, yang sudah menjamur dimasyarakat Indonesia, mulai
dari Sabang sampai Marauke, mulai dari rumah makan Padang dipinggir jalan
hingga rumah makan Padang di mal yang berisi orang-orang bersaku tebal.
Menjamurnya bisnis ini menunjukkan bahwa bisnis ini mempunyai potensi

yang sangat besar dalam menghasilkan laba. Dimana‑mana di sepanjang Jalan

Lintas Sumatera, dari Banda Aceh hingga Bakauheni, kemudian bersambung


ke Merak dan Banyuwangi, terus ke Denpasar dan Lombok, sampai ke

kota‑kota kecil di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dengan

mudahnya kita menemukan Restoran Padang. Bahkan dewasa ini, Rumah

Makan Padang mencogok pula di kota‑kota besar mancanegara : seperti

Singapura, Kuala Lumpur, Hongkong, hingga ke Leiden dan New York


City. Sampai saat ini belum ada data yang menyebutkan jumlah
Restoran Padang di seluruh dunia. Namun sebagai gambaran, untuk
wilayah Jakarta saja Ikatan Warung Padang Indonesia (Iwapin) mencatat
ada sekitar 20.000 Rumah Makan Padang. Jeffrey Hadler
memperkirakan, menjamurnya rumah makan khas Minangkabau ini, sejak
dibukanya Jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan Padang – Medan

dipermulaan abad ke‑20 lalu.

Pada masyarakat indonesia khususnya masyarakat Minang dalam


kehidupan sehari-hari dikenal dengan nuansa agama islam yang kental.
Mereka termasuk suku bangsa yang taat menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya dalam akidah, ibadah, maupun muamalah. Dari segi
muamalah khususnya dalam mencari nafkah untuk hidup di tanah rantau,
orang Minang terkenal di seantero nusantara sebagai pedagang, karena usaha
perdagangan merupakan sumber nafkah kehidupan mereka yang palin
dominan dari dulu hingga kini. Pada masa ini pola perdagangan mereka yang
paling menonjol adalah usaha rumah makan dengan label “ Rumah Makan
Padang “ dengan sistem matto. Di setiap kota besar di Indonesia ini dapat
ditemui rumah makan jenis ini. Masakan mereka disukai dimanapun di Tanah
Air, disamping itu halal untuk dikonsumsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian mato?
2. Bagiamana penerapan rumah makan Padang dengan sistem mato?
3. Bagaimana akad dalam sistem manajemen usaha rumah makan Padang ?
4. Bagaiamana kunci sukses rumah makan Padang?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui.
1. Pengertian Mato.
2. Untuk mengetahui penerapan rumah makan padang dengan sistem mato.
3. Akad dalam sistem manajemen usaha rumah makan Padang.
4. Untuk mengetahui kunci sukses rumah makan Padang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mato
Sistem mato atau disebut juga dengan mudharabah yang berasal dari kata
dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau
berjalan diatas yang maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usahanya. Sedangkan pengertian mudharabah yang secara
teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak
dimana pihak yang pertama ( shahibul maal ) menyediakan seluruh modalnya
dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya.Keuntungan dari
usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurut
kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha
tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh
pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan disebabkan kelalaian pengelola
modal. Dan jika kerugian tersebut disebabkan karena kecurangan atau
kelalaian pengelola modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung
jawab atas kerugian yang telah dialaminya.
Pengertian mudharabah atau mato secara definisi adalah suatu bentuk
perniagaan di mana pemilik modal ( shahibul maal ) menyetorkan modalnya
kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan ( mudharib ), untuk
diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan
ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan
oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus menanggung
kerugian tersebut. Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu
bentuk kerja sama antara shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100%
dari shohibul maal. Sedangkan mudhorib hanya sebagai pengelola yang
keuntungannya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati
di awal.
Sistem mato atau mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan
berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing
principle), dilakukan sekurang-kurangnyaoleh dua pihak, dimana yang
pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang ke
dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana /
menejemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib.

B. Rumah Makan Padang Dengan Sistem Mato


Disi keuangan dan bisnis pengelolaan rumah makan padang memiliki
model bisnis berbasis ekonomi Islam atau ekonomi syariah. Yang menjadi
khas dari sistem ini adalah sistem mato. Sistem yang menerapkan porsi bagi
hasil dari berbagai komponen yang terlibat dalam bisnis rumah makan. Setiap
orang mempunyai hak dan kewajiban dalam tugas masing-masing.
Dalam pengelolaan rumah makan, pada prinsipnya juga dikenal dua pihak
yang terkait, yaitu Pemilik Modal (pemodal) dan Pengelola Usaha. Tidak ada
catatan yang menyebutkan siapa peletak dasar sistem bagi hasil pada usaha
jasa rumah makan itu karena pengusaha rumah makan saat ini berpegang pada
kata “kelaziman berlaku”. Lazimnya bagi hasil antara pemodal dan pengelola
usaha, 50:50 diistilahkan “Diparo” , dapat diartikan dibagi dua. Malah saat ini,
sudah ada yang melakukan bagi hasil dengan ratio 45:55 atau 40:60. Hal itu
merupakan langkah/sikap memberi penghargaan lebih kepada para pekerja
sehingga mereka terpacu untuk mengembangkan usaha dengan lebih baik lagi.
Secara garis besar, terdapat tiga unit kerja dalam operasional rumah makan
“Padang”.
1. Juru Masak
Tugas utama Juru Masak adalah meramu masakan sehingga mendapatkan
citarasa yang baik, spesifik, dan disenangi oleh para konsumen. Agar
kualitas masakan/makanan sesuai standar rasa/selera si Juru masak,
pengadaan bahan baku masakan berada di bawah pengawasan Juru masak.
Untuk tugas tersebut maka Juru masak didampingi dua kelompok asisten
masing masing sebagai berikut.
a. Koki I, dengan tugas meracik ramuan/bumbu masak dan memasak
b. Koki II, dengan tugas belanja bahan, membersihkan bahan, dan
peralatan.
2. Keuangan
Bagian Keuangan lazimnya dipimpin seorang Kasir Kepala dan
didampingi oleh satu atau beberapa orang Kasir Kasir Kepala, disamping
mengawasi penerimaan pembayaran yang diterima kasir dari konsumen,
juga melakukan pembayaran sesuai permintaan belanja bahan dari Juru
Masak dan pembayaran kepada pihak ketiga serta melakukan perhitungan
hasil usaha dan bagi hasil untuk setiap karyawan.
3. Pelayanan
Unit Pelayanan (dalam istilah Minang disebut “Palung”) adalah mereka
yang menerima pesanan makanan dan minuman dari konsumen yang
datang, manata makanan dan minunan di meja, menyiapkan peralatan
makan, membersihkan meja makan, dan ruangan. Pada unit itu, terdapat
dua kelompok petugas sebagai berikut.

Baik di daerah asalnya di Minang (Sumatera Barat) maupun di perantauan


(di daerah lain), bagi hasil yang dilakukan tidak menggunakan prosentase (%)
tetapi menggunakan istilah “Mato” atau Mata yang dapat diartikan dengan
“Point” atau ratio. Sesuai struktur unit atau kelompok yang terkait dalam
operasional pelayanan Rumah Makan “Padang” sebagaimana disebutkan
sebelumnya maka komposisi bagi hasil kelompok operasional sebagai berikut.

Koki Kepala : 6,0 - 7,0 mata/point


Koki I : 4,0 - 5,0 mata/point
Koki II : 2,0 - 3,5 mata/point
Kasir Kepala : 5,0 - 5,5 mata/point
Kasir : 3,0 - 4,0 mata/point
Palung : 4,0 - 4,5 mata/point
Pelayan : 3,0 - 3,5 mata/point
Cuci piring : 2,0 - 2,5 mata/point

Penetapan skala pada lajur kiri merupakan komposisi pada awal bekerja
sedangkan pada lajur kanan merupakan komposisi atas kenaikan point setelah
beberalama bekerja/cukup pengalaman kerja dan memperhatikan dedikasi,
loyalitas, serta keterampilan pegawai yang bersangkutan.
Hal ini menjadikan pengelolaan rumah makan padang berbasis nilai-nilai
kebersamaan, saling tanggung dan berbagi keuntungan. Dalam sistem mato
aqad yang digunakan alah musyarakah (kerjasama) baik berupa keahlian
memasak, investasi keuangan, tenaga kerja yang terdiri dari tukang cebok
(bagian bersih piring) tukang tatiang, tukang sanduak. Semua dihitung
berdasarkan pembagian mato. Sedangkan akad mudharabah berada pada
pemilik modal atau pemilik merek usaha.
Masa pembagian sistem mato dalam hitungan 100 hari. Pembagian terjadi
dalam siklus tiga kali setahun. Pada proses pembagian bagian-demi bagian
telah disepakati dulu sebelum menjalankan usaha rumah makan. Pada proses
pembagian biasanya seluruh komponen berkumpul, melakukan pengajian dan
perhitungan berapa jumlah transaksi. Jumlah ini terdiri dari pembelian bahan
baku, sewa tempat dan biaya operasional tenaga kerja yang sering disebut
sebagai uang sabun. Kemudian juga dihitung pendapatan penjualan selama
100 hari. Dari selisih pendapatan dikurang biaya-biaya maka didapatlah
keuntungan atau kerugian.
Pada moment ini dilakukan evaluasi manajemen usaha, masakan dan sitem
pelayanan dan faktor-faktor lainnya dalam usaha rumah makan. Ada usulan
dan ide dalam perkembangan usaha untuk kedepan. Semua ada dalam sistem
egaliter yang berasal dari pepatah duduak samo randah, tagak samo tinggi.
Unit-unit ini adalah hasil kepepakatan dari sistem awal mengelola rumah
makan. Minimal terdapat 5 komponen dasar untuk menjalankan usaha rumah
makan. Semakin banyak jumlah yang berkerja, maka semakin banyak jumlah
mato yang dibagi. Dalam setiap bagian mato, dibagi lagi dengan jumlah team
dalam unit-unit kerja.
Komponen dasar dari manajemen kuangan terdiri dari:
1. Pendapatan 100 hari usaha. Semuanya dihitung berdasarkan struk
pembelian, atau hitungan uang pada jam tutup dan dicatat oleh bagian
kasir atau keuangan.
2. Biaya-biaya belanja yang dikeluarkan selama 100 hari dan biaya lainnya.
3. Cadangan bahan baku untuk tertinggal.
Setelah semua dijumlahkan, maka proses selanjutnya adalah perhitungan
keuntungan atau kerugian. Bila keuntungan maka akan masuk dalam proses
pembagian berdasarkan jumlah mato masing-masing. Dalam kebijakan
pembagian juga dikeluarkan hak zakat, dana sosial dan lain-lain sebagai
tanggungjawab usaha untuk amal sosial.
Contoh perhitungan pembagian hasil usaha pada rumah makan padang :
 Hasil bersih usaha setelah dkurangi zakat 200 juta.
 Jumlah mata/point seluruh karyawan: 50 mata/point
Pembagian hasil usaha sebagai berikut.
1. Pemodal: 50% = Rp100 juta
2. Kelompok operational : 50% = Rp100 juta
3. Koki Kepala: 6/50 x Rp100 juta = Rp12 juta
4. Kasir Kepala: 5/50 x Rp100 juta = Rp10 juta
5. Cuci Piring: 2/50 x Rp100 juta = Rp4 juta
6. dan seterusnya.
Bila dibandingkan dengan sistem gaji tetap maka sistem bagi
hasil memiliki beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut.
1. Pembagian bagi hasil dilakukan secara terbuka.
2. Pengalaman/masa kerja atau keterampilan tetap mendapat penghargaan.
3. Menumbuhkan motivasi dan kerja sama yang erat karena kenaikan
hasil usaha akan dinikmati bersama secara proportional sesuai
bidang tugasnya.
4. Terjadi perbaikan kualitas pelayanan terutama aspek manusia
(motivasi) secara terus menerus (continues improvement).
5. Karyawan akan mengembangkan diri secara terus menerus
sehingga mampu bekerja dengan keterampilan terbaik melalui
pendidikan dan latihan.
6. Karyawan akan melibatkan diri melalui sistem saran dan aktifitas
dalam masing masing kelompok kerja.
C. Akad dalam sistem manajemen usaha rumah makan Padang
Dalam konteks prepektif ekonomi syariah terdapat banyak akad atau multi
akad dalam sistem manajemen usaha rumah makan padang. Diantaranya:
1. Akad musyarakah (kerjasama) dari unit-unit usaha dan kontribusi modal.
2. Mudharabah bagi full investasi
3. Istisna dan salam. Hal ini pada pembelian bahan-bahan baku untuk masak
dengan sistem kontrak pemesanan.
4. Akad bay. Jual beli cash antara pembeli dengan pemilik rumah makan.
5. Ijarah sewa tempat.
6. Ujrah atau upah untuk keperluan uang sabun dan tenaga kerja bukan inti
usaha.
Sistem mato bertumpu pada nilai-nilai bisnis islam dari teladan Rasul Saw
berupa:
1. Kejujuran (siddiq) dimana aspek ini adalah pengikat kepercayaan masing-
masing unit untuk memberikan kontribusi dan mendapatkan hak dari bagi
hasil.
2. Kepercayaan (amanah) diman masing-masing unit diberikan kepercayaan
untuk menuntaskan pekerjaan dan bagian tak terpisahkan dalam satu
kesatuan.
3. Kecerdasan (fatanah) masing-masing memaksimalkan kemampuan, ilmu
untuk menjadi usaha berkembang dan tumbuh makin baik.
4. Komunikasi (Tabligh) sistem komunikasi menggunakan prinsip egaliter
antara sesama dan unit usaha rumah makan.
Sedangkan untuk konsumen biasanya tertulis. Kalau puas dengan masakan
dan pelayanan kami kabarkan kepada orang lain. Bila tidak puas dengan
masakan dan pelayanan kami sampaikan kepada pengelola. Prinsip ini ada
proses promosi dan evaluasi dari pelanggan. Maka terjadi hubungan kedekatan
antara pelanngan dengan pemilik rumah makan. Terjadi kesetiaan, dan juga
mendapatkan gimmic marketing plus lepas kangen jo urang kampuang.
Ada terdapat beberapa komponen dan budaya dalam pengelolaan rumah
makanpadang. Hal ini berangkat dari daerah asal pemilik usaha, unit-unit.
Secara garis besar dari daerah Pariaman, Pesisir atau lebih terkenal dengan
daerah ranah, kemudian daerah darek yang terdiri dari bukittinggi, solok dan
luhak limo puluah kota.
Rumah makan padang akan hancur bila hilangnya kejujuran dan amanah
dari komponen yang saling bekerja sama mengelola rumah makan. Pecah
kongsi ini lah istilah yang sering menjadi ungkapan bila suatu rumah makan
tidak berjalan lagi.
Sistem mato untuk bagi hasil adalah manifestasi dari falsafah adat basandi
syarak, syarak basandi kita bullah. Karena urang minangkabau adalah 100%
muslim taat.

D. Kunci sukses dari rumah makan Padang


Rasa dan servis, adalah dua kata kunci kesuksesan Rumah Makan Padang.

Soal rasa, tak ada satupun lauk‑pauk yang dihidangkan ala kadarnya.

Semuanya bersih, higienis, dan memiliki taste yang enak di lidah.

Menghidangkan makanan yang enak‑enak itu, tentulah dengan cara dan

proses yang cukup panjang. Untuk memasak rendang saja, para koki

Minang harus berdiri dimuka kompor sekurang‑kurangnya delapan jam.

Cairan santan yang telah bercampur dengan aneka bumbu serta

daun‑daunan, dimasak hingga kering sampai berwarna coklat kehitaman.

Dan teknik memasak rendang ini haruslah dengan api yang kecil dan
dikacau berterusan. Dengan cara masak yang serumit ini, tak salah kiranya
jika rendang dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia. Di
Minangkabau, rendang tidak hanya terbuat dari daging sapi. Ayam, ati,
paru, dan telur, dapat pula digunakan sebagai bahan dasar pembuat

rendang. Di lapau‑lapau nasi khas Payakumbuh dan Batusangkar, ada

juga yang menjual rendang belut. Rendang ini terbuat dari belut sawah
yang dikeringkan, dicampur dengan daun surian, serai, akar kesambi,

pucuk palange, dan daun salam. Semua bahan‑bahan ini diracik secara

manual, dan disangai di atas bara api yang terbuat dari pelepah kelapa.
Disamping rasa yang lezat, cara menghidangkan dan penyajian
makanan juga menjadi perhatian para pengelola Restoran Padang. Hidangan
yang sudah selesai dimasak, akan didisplay dalam etalase besar yang terletak
di depan rumah makan. Cara mendisplaynya pun harus diatur sedemikian
rupa. Piring-piring ceper berukuran besar yang diisi oleh aneka lauk-pauk,
disusun bertingkat-tingkat hingga memenuhi etalase. Panci gulai dan tempat
nasi, biasanya diletakkan agak ke bawah untuk mempermudah si penjual
menjangkaunya. Pengunjung Restoran Padang biasanya memilih untuk
dihidangkan segala macam lauk- pauk yang tersedia. Dengan cara itu
mereka bisa memilih sesuka hati jenis ikan dan daging yang hendak dimakan.
Kadang ada pula pengunjung yang minta dihidangkan, hanya sekedar untuk
melihat si pelayan membawa piring bertating-tating. Cara penghidangan
seperti ini merupakan atraksi tersendiri yang menjadi ciri khas Rumah Makan
Padang.
Meletakkan segelas air putih ketika tamu datang, merupakan adab dan
etika Minangkabau. Oleh karenanya di Rumah Makan Padang terbawa pula
kebiasaan seperti itu. Dimana si pelayan tanpa harus diminta, akan sigap
mengantarkan segelas air putih ketika pengunjung datang. Air putih inipun
terasa istimewa, karena direbus dengan daun pandan yang memiliki aroma
wangi menyegarkan. Pengelola Restoran Padang, pantang untuk mengangkat
hidangan sebelum tamu beranjak dari tempat duduknya. Tidak menyapu dan
membersihkan meja ketika tamu sedang makan, juga merupakan etika yang
terus dipelihara.
Dalam manajemen Rumah makan Padang biasanya dibedakan dengan dua
system. Sistem pertama pemilik merangkap koki tentunya semua di handle
sendiri. Sistem kedua pemilik atau pemodal bekerja sama dengan koki atau
lazim disebut dengan tukang masak, tukang masak akan mencari tim nya
sendiri yang bertugas untuk membantu belanja, memasak, menghidang, cuci
piring dan kebersihan. Pemilik modal memiliki tim yang relatif kecil yaitu
orang kepercayaannya yang bertugas di bagian keuangan dan kasir. Setiap hari
bagian keuangan akan memberikan uang untuk belanja harian kepada yang
bertugas belanja. Bagian kasir bertugas menerima uang pendapatan harian,
bagian keuangan akan menghitung pendapatan dan pengeluaran harian dan
bulanan, termasuk gaji karyawan.
Pendapatan bersih di bagi antara pemilik modal dengan tukang masak
dengan porsi yang sudah disepakati biasanya 60:40, sebelum di bagi biasanya
kedua pihak sepakat untuk menyisihkan sebagian untuk tabungan warung,
yang nantinya berguna untuk sewa toko atau biaya tak terduga. Sistem ini
sangat sesuai dengan sifat orang minang yang egaliter denga falsafah nya yang
terkenal lamak dek awak katuju dek urang.
Dari sistim bagi hasil ini dapat kita lihat sebuah transparansi dari
manajemen Rumah makan Padang. Tukang masak bisa tahu berapa
pendapatan setiap harinya, pemilik modal juga tahu berapa pengeluaran harian
dan bulanan. Dengan sistim bagi hasil ini pemilik modal bisa menjamin
keberlangsungan usahanya karena tukang masaknya tidak akan
meninggalkannya begitu saja, sudah menjadi kebiasaan tukang masak yang
handal sering di bajak oleh pemilik modal lain dengan iming iming pendapatan
yang lebih tinggi, demikian sebaliknya tukang masak juga akan memilik rasa
memiiki yang tinggi.
Sistim yang demikian memungkinkan pemilik modal bisa memilik lebih
dari satu Rumah makan Padang, jadi jangan heran bila Rumah makan Padang
bisa buka cabang dimana mana. Jadi belum tentu pemilik Rumah makan
Padang itu juga pandai masak. Selamat mencoba.
Disamping itu jurus jitu dalam kebanyakan bisnis adalah penentuan harga
atau price setting. Penentuan harga adalah hal yang paling pokok dan penting
dalam melakukan kegiatan usaha/bisnis, baik berupa usaha jual beli barang,
jasa ataupun yang lainnya. Tokoh bisnis India R.S.N. Villai dan Bagavathi
dalam bukunya “Modern Marketing principles and Practices” menjelaskan
tidak hanya satu definisi harga, tapi banyak definisi, mulai dari harga sebagai
regulator ekonomi, sebagai penentu kesuksesan perusahaan, sumber utama
pendapatan dimana seluruh perusahaan akan memaksimalkan pendapatan dari
pembentukan harga, dan masih banyak lagi. Harga menjadi hal yang sangat
penting, penentuannya tidak boleh asal-asalan, karena menjadikan senjata
yang potensial dalam proses menguasai pasar.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pengelolaan rumah makan padang memiliki model bisnis berbasis
ekonomi Islam atau ekonomi syariah. Sedangakan sistem yang digunakan
dalam pengelolaan dan penggajiannya adalah dengan menggunakan sistem
mato/persentase. Semua mendapatka bagaian penghasilan sesuai dengan
tugasnya di RM Padang tersebut.
2. Kesuksesan dari rumah makan padang adalah semua karyawan yang
terdapat disana dianggap sebagaia keluarga semua. Pelayanana yang
diberikanpun juga maksimal, serta terdapat beberapa trik-trik dalam
memberikan pelayanan sehingga bisa memikat para pelanggan.

B. Saran
Pada kenyataannya dengan semakin majunya zaman beberapa RM Padang
sudang tidak menggunakan sistem mato lagi dan mereka menggunakan sistem
gaji. Padahal sebaiknya sistem mato ini tersus di pertahankan, selain menjadi
ciri khas dari RM Padang juga bisa menjadi daya tarik tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://afandriadya.com/2011/12/20/restoran-padang-dan-seni-kuliner-
minangkabau/
https://bustaminarda.wordpress.com/2014/03/12/rahasia-bisnis-orang-padang/
http://.kompasiana.com/boyke/yang-unik-di-rumah-makan-padang552ab4a6ea34b
2552d12
http://wira-usahaku.blogspot.co.id/2012/02/rahasia-sukses-rumah-makan-padang.
html

Anda mungkin juga menyukai