Anda di halaman 1dari 18

Infeksi dan Imunitas

Meidalena Anggresia Bahen

102010056

B4

17 November 2011
Infeksi dan Imunitas

Meidalena Anggresia Bahen

Pendahuluan
Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Gejala klinis penyakit malaria
khas dan mudah dikenal, karena demam yang naik turun dan teratur disertai menggigil. Pada
waktu itu sudah dikenal febris tersiana dan febris kuartana. Selain itu, ditemukan kelainan
limpa, yaitu splenomegali : limpa membesar dan menjadi keras, sehingga dahulu penyakit
malaria diebuat juga sebagai demam kura.1

Malaria diduga disebabkan oleh hukuman dewa , karena pada waktu itu ada wabah di
sekitar kota Roma. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah rawa yang mengeluarka bau
busuk ke sekitarnya, sehingga disebut “malaria” (mal area = udara buruk = bad air ).1

Pada abad ke-19, Laveran menemukan stadium gametosit berbentuk pisang dalam
darah seorang penderita malaria. Kemudian Ross (1897), menemukan bahwa malaria
ditularkan oleh nyamuk yang banyak yang terdapat di sekitar jawa.1

Penyakit malaria umum diderita penduduk daerah tropis dan khusnya daerah endemic
malaria. Di Jawa Barat pada tahun 1984-1985 kuartal III terdapat 577 penderita malaria, 39,0
% dengan infeksi Plamodium falciparum Di Jawa Tengah pada tahun 1985 kuartal III
terdapat 10.385 penderita malaria 38,3 % terinfeksi Plasmodium falciparum. Di daerah
Istimewa Yogyakarta pada tahun 1989 Triwulan I terdapat 337 penderita positif malaria,
sedang yang positif Plasmodium falciparum 34,12%.

Alamat korespondensi :

Meidalena Anggresia Bahen, Mahasiswa semester 3 Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510

Email : meidalenaanggresia@yahoo.co.id
Anamnesis
Anamnesis yaitu tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pemeriksaan pasien, secara
langsung pada pasien atau secara tidak langsung melalui kelurga atau relasi terdekat. Tujuan
anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi menyeluruh dari dari pasien yang
bersangkutan.2

Hal- hal yang bersangkutan dengan anamnesis yaitu

1. Identitas pasien seperti nama,tempat/ tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan,


jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan dan alamat tempat tinggal.
2. Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
3. Riwayat penyakit sekarang (RPS): jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas,
kuantitas, latar belakang, waktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-
faktor apa yang membuat penyakitnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan
konstan, intermitten. Informasi harus dalam susunan yang kronologis, termasuk
test diagnostik yang dilakukan sebelum kunjungan pasien. Riwayat penyakit dan
pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing.
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): Pernahkah pasien mengalami malaria
sebelumnya.
5. Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah
kesehatan pada anggota keluarga.
6. Riwayat psychosocial (sosial): stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat
tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan makanan sembarangan).2

Anamnesis pada penyakit malaria :

1. Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal.
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
4. Riwayat sakit malaria
5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
6. Riwayat mendapatkan transfusi darah3
Epidemiologi

Malaria ditemukan 64o lintang utara (Archangel di Rusia) sampai 32o lintang selatan
(Cordoba di Argentina), dari daerah rendah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut Mati)
sampai 2600 meter di atas permukaan laut (Londiani di Kenya) atau 2800 meter
(Cochabamba di Bolivia). Antara batas garis lintang dan garis bujur terdapat daerah yang
bebas malaria. Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh kepulauan,
terutama di kawasan timur Indonesia.1

Etiologi

Terdapat 4 spesies parasit malaria:


 Plasmodium vivax
 Plasmodium ovale
 Plasmodium falciparum
 Plasmodium malariae,
yang kesemuanya bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan malaria.

Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi terbanyak dan paling berbahaya.


Siklus hidup parasit malaria berawal ketika seekor nyamuk betina menggigit penderita
malaria. Nyamuk mengisap darah yang mengandung parasit malaria, yang selanjutnya akan
berpindah ke dalam kelenjar liur nyamuk. Jika nyamuk ini kembali menggigit manusia, maka
parasit akan ditularkan melalui air liurnya. Di dalam tubuh manusia, parasit masuk ke dalam
hati dan berkembangbiak disana.

Pematangan parasit berlangsung selama 2-4 minggu, setelah itu mereka akan
meninggalkan hati dan menyusup ke dalam sel darah merah. Parasit berkembangbiak di
dalam sel darah merah dan pada akhirnya menyebabkan sel yang terinfeksi ini pecah.

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale mungkin akan tetap berada di dalam sel-sel
hati dan secara periodik akan melepaskan parasit yang matang ke dalam aliran darah,
sehingga menyebabkan serangan dari gejala-gejala malaria. Plasmodium falciparum dan
Plasmodium malariae akan keluar dari hati. Jika infeksi tidak diobati atau diobati tidak
sampai tuntas, maka bentuk Plasmodium falciparum dewasa akan tetap berada di dalam
darah selama berbulan-bulan dan Plasmodium malariae dewasa tetap berada di dalam darah
selama bertahun-tahun, menyebabkan serangan gejala malaria yang berulang-ulang.4

Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik

1. Malaria tanpa komplikasi:


a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)
2. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning

Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian
diagnosis secara mikroskopik dah penanganan Iebih lanjut.3

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria


Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif
maka diagnosa penyakit malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan
oleh tenaga laboratorik dapat yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria.
Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan
kemungkinan ditemukannya parasit. Pemeriksaan denga stimulasi adrenalin 1: 1000 tidak
jelas manfaatnya dan sering membahayakan terutama penderita dengan hipertensi.
Pemeriksaan parasit malaria melalui aspirasi sumsum tulang hanya untuk maksud
akademis dan tidak sebagai cara diagnose yang praktis. Adapun pemeriksaan darah tepi
dapat dilakukan melalui :
Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria
karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat dara tipis. Sediaan mudah
didapat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk
memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit
(diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat ). Preparat dinyatakan
negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000
kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung
parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikroliter
darah.
Tetesan darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium , bila dengan
preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit
(parasite count) dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per
1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang
berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupu
komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal. Pengecatan dilakukan
dengan cat Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan
Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang
mudah dengan hasil yang cukup baik.

2. Tes Antigen : P-F Test


Yaitu mendeteksi antigen dari Plasmodium falciparum (Histidine Rich Protein II)
Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya
baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk atigen vivaks sudah beredar di pasaran
yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis ini dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatoghrapic telap dipasarkan dengan nama
tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan
apaka infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah
lebih rendah dari tesdeteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid
Test). Tes ini tersedia dalam berbagi nama tergantung pabrik pembuatnya.

3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tehnik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibody specific
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer . 1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test 1:20
dinyatakan positif. Metode-metode tes serologi anatara lain indirect
haemagglutination test, immune-precipitation techniques, ELISA test, radio
imunnoassay.

4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikanhasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.5

Diagnosa

Malaria Cerebral

Malaria cerebral adalah suatu komplikasi berat dari infeksi Plasmodium falciparum yang
ditandai demam yang sangat tinggi, gangguan kesadaran, kejang yang terutama terjadi pada
anak, hemiplegi dan berakhir pada kematian jika tidak secepatnya mendapatkan perawatan
yang tepat.6 Pada malaria falciparum, 10% kasus akan mengalami komplikasi malaria
serebral, dan jumlah ini memenuhi 80% kematian pada malaria. Malaria serebral merupakan
penyebab utama ensefalopati non-traumatik di dunia, sehingga merupakan penyakit parasitik
terpenting pada manusia. Malaria diperkirakan telah sekitar 5% populasi dunia dan
menyebabkan 0,5 – 2,5 juta jiwa meninggal setiap tahun.7

Diagnosis banding

A. Demam Tifoid
Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif,
berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O
(somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam
serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini
mati pada suhu 56ºC dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup
selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.5

Manifestasi klinik
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-14
hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
- anoreksia
- rasa malas
- sakit kepala bagian depan
- nyeri otot
- lidah kotor
- gangguan perut (perut meragam dan sakit)

B. Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF)


Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.5

Etiologi
DBD diesebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam virus flavivirus family dari
flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang semuanya dapat menyebabkan demam
berdarah dengue. Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan
mamalia seperti tikus, kucing, anjing, danb primata. Penelitian pada arthropoda
menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk Aedes (Stegomyia) dan
Toxorhynchites.5

Manifestasi klinik
Pada DBD mempunyai keluhan demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diabetes haemorragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (penumpukan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.5
C. Meningitis
Meningitis bakterial merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada selaput
pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid.
Meningitis bakterial merupakan penyakit yang serius atau penyakit kedaruratan medik
apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat.

Etiologi
Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri,
dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari hasil laporan kasus,
bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh: Hemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis.8

Patogenesis
Patofisiologi malaria serebral yang terkait dengan infeksiusitas parasit masih belum
diketahui secara pasti. Meskipun dasar kelainan adalah adanya sumbatan mikrosirkulasi
serebral yang disebabkan parasit, namun mekanisme pastinya masih merupakan hipotesis.7
Penelitian patogenesis malaria berat terutama malaria serebral berkembang pesat
akhir-akhir ini, meskipun demikian penyebab yang pasti masih belum diketahui dengan jelas.
Perhatian utama dalam patogenesis malaria berat adalah sekuestrasi eritrosit yang berisi
parasit stadium matang dalam mikrovaskuler organ-organ vital. Faktor lain seperti induksi
sitokin TNF-α dan sitokin-sitokin lainnya olehtoin parasit malaria dan produksi nitric oksid
(NO) juga diduga mempunyai peranan penting dalam patogenesa malaria berat.
Seperti pada penyakit-penyakit infeksi lainnya factor-faktor yang berperan dalam
terjadinya malaria berat antara lain :
a. Faktor parasit antara lain meliputi intensitas transmisi, dan virulensi parasit. Densitas
parasit dengan semakin tingginya derajat parasitemia berhubungan dengan semakin
tingginya mortalitas, demikian pula halnya dengan virulensi parasit.
b. Faktor host meliputi endemisitas, genetik, umur, status nutrisi dan imunologi. Pada
daerah endemis malaria yang stabil, malaria berat terutama terdapat pada anak kecil,
sedangkan di daerah endemisitas rendah, malaria berat terjadi tanpa memandang usia.
Mekanisme patogenesis
Setelah sporozoit dilepas sewaktu nyamuk anopheles menggigit manusia selanjutya
akan masuk ke dalam sel hati (hepatosit) dan kemudian terjadi skizogoni ekstra eritrositer.
Skizon hati yang matang selanjutnya akan pecah (ruptur) dan selanjutnya merozoit akan
menginvasi sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra eritrositer, menyebabkan eritrosit yang
mengandung parasit ( EP) mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel untuk
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transport
membran sel, penurunan deformabilitas, perubahan reologi, pembentukan knob, ekpresi
varian neoantigen dipermukaan sel, sitoaderen, rosseting dan sekuestrasi. Skizon yang
matang akan pecah, melepaskan toksin malaria yang akan menstimulasi sistim RES dengan
dilepaskannya sitokin proinflamasi seperti TNF alfa dan sitokin lainnya dan mengubah aliran
darah local dan endotelium vascular, mengubah biokimia sistemik, menyebabkan anemia,
hipoksia jaringan dan organ.5

1. Parasit berkembang biak secara aseksual dalam tubuh manusia. Sporosat masuk ke
dalam darah melalui gigitan nyamuk. Setelah setengah jam masuk ke dalam hati
membentuk siklus pre-eritrositer (trofosoi-schizont-merozoit). Merozoit sebagian
masuk kembali ke dalam hati meneruskan siklus eksoeritrositer sedang sebagian lain
masuk ke dalam darah membentuk siklus eritrositer (merozoit- tropozoit muda-
tropozoit tua-“Schizont”-“schizont” pecah merozoit yang memasuki eritrosit baru).
Sebagian merozoit memulai gemetogoni, membentuk mikro dan makrogametosit.
Wakt antar masuknya sporezoit sampai timbulnya gejala disebut masa tunas intrinsik
yang lamanya antara 8-29 hari; tergantung dari daya tahan tubuh dan spesies
plasmodium (pada “palsmodium falciparum” sangat pendek).
2. Parasit berkembang biak secara seksual dalam tubuh nyamuk. Dalam lambung
nyamuk, makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet,
yang akan membentuk zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding nyamuk
membentuk ookista yang membentuk banyak. Sporozoit ini dilepaskan dan masuk ke
dalam kelenjar ludah nyamuk. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang
mengandung gematosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut
masa tunas ekstrinsik.

Manusia merupakan hospes perantara sedangkan nyamuk adalah hospes definitif


untuk infeksi plasmodium ini. Siklus kehidupan aseksual (skizogoni) ditemukan pada
manusia, sedangkan siklus kehidupan parasit yang seksual (sporogoni) ditemukan pada
nyamuk. Dalam siklus aseksual 1 eritrosit yang terinfeksi akan menghasilkan 6-32
merozit pada setiap kejadian sporulasi. Infeksi oleh plasmodium malaria merupakan
infeksi yang paling ringan, hanya eritrosit matang yang diserang, siklus aseksual
berlangsung 72 jam, jadi setelah 72 jam timbul generasi baru (merozoit) yang akan
menyerang eritrosit yang lain. Jumlah merozoit pun hanya 6-12 saja dari hasil sporulasi
dalam 1 eretrosit. Hanya terjadi 1-2% saja eritrosit yang terinfeksi (parasitemia). Infeksi,
oleh plasmodium falciparum merupakan yang terberat, karena parasit ini menyerang baik
retikulosit maupun eritrosit matang, skizogoni berlangsung cepat dalam 36-48 jam.

Dari 1 eritrosit dihasilkan banyak merozoit (20-30 merozoit). Selain itu juga terjadi
perubahan fisik pada eritrosit yang tidak dijumpai pada infeksi plasmodium lainnya yaitu
eritrosit yang terinfeksi lebih mudah saling melekat pada endotel kapiler, membentuk
trombus (aglutinasi) eritrosit yang terinfeksi jadi lebih tipis, lebih besar diameternya dan
mudah pecah di dalam sistem retikuloendotelial.

Pada setiap adanya destruksi eritrosit timbul demam yang paroxismal periodik
mungkin timbul karena reaksi alergi terhadap zat pirogen yag memang bebas pada waktu
sporulasi perjalanan khas demam malaria.

Ketiga stadium pada gambar tersebut berlangsung 3-4 jam, kadang-kadang 6-12 jam,
lalu disusul periode tidak demam (apireksia). Juga terjadi vasokonstriksi disusul
vasodilatasi yang seirama dengan rasa menggigil dan demam. Pada infeksi oleh
plasmodium falciparum, vasodilatasi ini dapat disertai dengan hipotensi. Banyaknya
eritrosit yang pecah menimbulkan anemia. Pigmen malaria (hemozoria) akan diambil
oleh leukosit sigmen dan monosit lalu dideposit ke dalam trabekula dan pulpa merah
limpa dan sistem retikulendotelial lainnya (hati dan otak). Limpa akan membesar karena
kongesti dan hiperplase sistem retikuloendotelial.

Pada infeksi plasmodium falciparum, terdapat gangguan sirkulasi yang berat dan
anemia berat. Gejala-gejalanya disebut komplikasi pernisiosa, yaitu hiperpirexia malaria
serebral, ikterus/hepatitis, black water fever (demam kencing hitam) dan anekrosis
tubuliakur.9
Perbedaan Morfolgis Dari Keempat Jenis Malaria

P. vivax P. P. P.
Falciparum Malariae Ovale
1. Siklus pra-eritrosit + 8 hari 6 hari 15-21 hari 15 hari
2. Sikus Eritorit 48 jam 36-8 jam 72 jam 48 jam
3. Dalam Eritrosit :

- Titik schuffner + - - +

- Titik Maurer - + - -

- Bentuk oval eritrosit - - - -


4. Parasit

- Semua bentuk pada


darah tepi
+ Jarang + +
- Bentuk akole
jarang + + -
- Bentuk, cincin
dengan 2 inti

- Bentuk pita jarang + + -

- Gametosit berbentuk - - - +
pisang

- + +
5. Jumlah Morozoit 14-24 20-32 6-12 8-12

Tabel 1. (sumber : http://3rr0rists.net/medical/malaria.html )

Penatalaksanaan
Manajemen terapi atau penanggulangan malaria serebral meliputi:10
1. Penanganan Umum
a. Penderita harus dirawat di ruang perawatan intensif (ICU).
b. Untuk di daerah endemis, terapi diberikan sesegera mungkin, kadang- kadang
sebelum konfirmasi parasitologik.
c. Penderita harus ditimbang untuk menghitung dosis obat antimalaria.
d. Pemberian cairan infus untuk pemeliharaan cairan dan kebutuhan kalori, jika perlu
dipasang kateter CVP, khususnya untuk penderita lanjut usia. Semua intake harus
direkam secara hati-hati.
e. Pasang kateter urin untuk mengukur pengeluaran urin seperti halnya mengukur
pengeluaran yang lain.
f. Penderita harus diawasi dari muntah dan pencegahan jatuhnya penderita dari
tempat tidur.
g. Penderita harus dibolak-balik untuk menghindari decubitus.
h. Hindari penggunaan NGT (nasogastric tube) untuk mencegah aspirasi.

2. Terapi Antimalaria
a. Obat-obat terpilih:
- Kinin dihidroklorida 10 mg/kg BB i.v. dalam NaCl 0,9% (10 cc/kg BB) diberi
dalam 4 jam, diulang setiap 12 jam sampai sadar.
- Hidrokortison 2 X 100 mg/hari i.v.
b. Obat-obat pengganti:
- Khlorokuin sulfat 250 mg i.v. perlahan-lahan disusul dengan 250 mg dalam 500
cc NaCl 0,9% dalam 12 jam (2 kali).
- Dexametason 10 mg i.v. (dosis inisial), dilanjutkan dengan 4 mg i.v. tiap 1 jam.
3. Penangaan pasien tidak sadar: 11
- Buat grafik suhu, nadi, dan pernafasan secara akurat.
- Pasang IVFD. Untuk mencegah terjadinya trombophlebitis dan infeksi yang
sering terjadi melalui IV-line maka IV-line sebaiknya diganti setiap 2-3 hari.
- Pasang kateter urethra dengan drainase / kantong tertutup. Pemasangan kateter
dengan memperhatikan kaidah antisepsis.
- Pasang nasogastric tube (maag slang) dan sedot isi lambung untuk mencegah
aspirasi pneumonia.
- Mata dilindungi dengan pelindung mata untuk menghindari ulkus kornea yang
dapat terjadi karena tidak adanya refleks mengedip pada pasien tidak sadar.
- Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah infeksi kelenjar parotis karena
kebersihan rongga mulut yang rendah pada pasien tidak sadar.
- Ubah/balik posisi lateral secara teratur untuk mencegah luka dekubitus dan
hypostatic pneumonia.
4. Monitoring
Hal-hal yang perlu dimonitor: 11
- Tensi, nadi, suhu, dan pernafasan setiap 30 menit.
- Pemeriksaan derajat kesadaran dengan modifikasi Glasgow coma scale (GCS) setiap
6 jam.
- Hitung parasit setiap 12-24 jam.
- Hb & Ht setiap hari.
- Gula darah setiap 4 jam.
- Parameter lain sesuai indikasi (misal : ureum, creatinin & kalium darah pada
komplikasi gagal ginjal).
- Pemeriksaan derajat kesadaran (modifikasi Glasgow coma score).

PENCEGAHAN
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke
daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
- Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
- Memasang tirai di pintu dan jendela
- Memasang kawat nyamuk
- Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
- Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh
yang digigit nyamuk.

Obat-obatan bisa diminum untuk mencegah malaria selama melakukan perjalanan ke


daerah malaria. Obat ini mulai diminum 1 minggu sebelum perjalanan dilakukan, dilanjutkan
selama tinggal di daerah malaria dan 1 bulan setelah meninggalkan daerah malaria.
Obat yang paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang memiliki
spesies Plasmodium falciparum yang sudah resisten terhadap obat ini.
Obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin dan doksisiklin. Doksisiklin tidak boleh
diberikan kepada anak-anak dibawah usia 8 tahun dan wanita hamil.
Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria:
- Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif
- Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk
- Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai influenza
- Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting, terutama pada malaria falciparum, yang
bisa berakibat fatal pada lebih dari 20% penderita.4

Pengobatan
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap
klorokuin.Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten
terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria
lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin
dan primakuin.

Obat Malaria untuk Pengobatan dan Pencegahan Berdasarkan Struktur Kimia


1. Golongan 4-aminokuinolin
a. Klorokuin
Klorokuin (CQ) mempunyai aktivitas skizontosida darah terhadap semua infeksi
yang disebabkan Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale, serta terhadap
Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum yang masih sensitive klorokuin.
Klorokuin juga bersifat gametositosida terhadap Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale.
Sakit kepala, mual, muntah, gejala gastrointestinal, dan penglihatana kabur dapat
ditemukan setelah pemberian klorokuin.
Dosis untuk pengobatan adalah 25 mg klorokuin basa/kg berat badan yang
diberikan selama 3 hari (10 mg/kgbb pada hari 1 dan 2, serta 5 mg/kgbb pada hari
3). Untuk profilaksis adalah 5 mg klorokuin basa/kgbb setiap minggu.
b. Amodiakuin
Merupakan obat yang mempunyai struktur dan aktivitas yang menyerupai
klorokuin, termasuk efek antipiretik dan anti inflamasi.
Efek samping amodiakuin secara umum menyerupai klorokuin seperti mual,
muntah, nyeri perut, diare, dan gatal-gatal. Efek bradikardi dilaporkan lebih
sedikit dibandingkan klorokuin.
Dosis amodiakuin basa adalah 10 mg/kgbb selama 3 hari.

2. Golongan Obat Antifolat


Kombinasi obat antifolat bekerja secara spesifik pada enzim parasit yaitu dihidrofolat
reduktase dan dihidropteroat sintase. Obat ini tidak direkomendasikan lagi untuk
profilaksis.
Efek sampingnya antara lain yaitu trombositopenia, anemia megaloblastik, dan
leukopenia.
Dosisnya adalah 1,25 mg pirimetamin dan 25 mg sulfadoksin diberikan dalam dosis
tunggal.
3. Golongan 4 quinoline-methanol
a. Kina
Kina merupakan obat malaria yang efektif terhadap Plasmodium falciparum yang
resisten terhadap klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Pada malaria falsiparum
tanpa gejala komplikasi, biasanya kina diberikan dalam kombinasi dengan
doksisiklin, tertrasiklin, atau klindamisin.
Dosis kina oral 3 × 10 mg/kgbb/hari selama 7 hari, ditambah doksisiklin 100
mg/hari (7 hari) atau tetrasiklin 4 × 250 mg/hari (7 hari) atau 4 × 30 mg/hari (5
hari).
4. Artemisinin dan Derivatnya
Artemisinin (qinghaosu) merupakan obat malaria yang diisolasi dari tumbuhan
Artemisia annua. Obat ini mempunyai efek skizontisida darah yang paling cepat
dibandingkan dengan obat malaria lainnya. Ada 4 derivat artemisin di pasaran yaitu:
artemeter, artesunat, dihidroartemisinin, dan arteeter.
Efek samping yang dapat ditemukan adalah sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut,
gatal, demam, perdarahan abnormal, dan warna urin menjadi gelap.
5. Primakuin
Merupakan satu-satunya obat di pasaran yang dapat digunakan untuk emncegah
relaps.
Efek sampingnya dapat berupa mual, muntah, nyeri, dan kejang perut. Obat ini dapat
menekan pembentukan elemen darah dan sumsum tulang. Pada dosis yang berlebihan
dapat terjadi methemoglobinemia, sianosis, anemia hemolitik, ikterus, dan depresi
sumsum tulang.
Dosis 0,25 mg/kgbb/hari selama 14 hari untuk relaps Plasmodium vivax dan 0,75
mg/kgbb dosis tunggal untuk gametosit Plasmodium falciparum.

6. Antibiotik
a. Doksisiklin
Kombinasi kina dengan doksisiklin dapat digunakan untuk strain Plasmodium
falciparum yang mulai resisten terhadap kina. Memiliki efek samping reaksi
fototoksik, depresi pembentukan tulang, perubahanwarna gigi, dan hipoplasia gusi
yang permanen.

b. Tetrasiklin
Biasanya dikombinasi dengan kina untuk mengeliminasi Plasmodium falciparum
yang mulai resisten.
Efek samping menyerupai doksisiklin.
c. Klindamisin
Merupakan antibiotik semi sintetik yang berwasal dari linkomisin. Mempunyai
aktivitas skizontisida darah yang relatif lambat. Merupakan obat yang dapat
dikombinasi dengan kina untuk pengobatan malaria palsiparum.
Efek sampingnya adalah mual, muntah, nyeri perut atau kejang perut, dan diare.
Dosisnya adalah kina 3 × 10 mg/kgbb/hari selama 7 hari ditambah klindamisin 4 ×
300 mg/hari selama 5 hari.

7. Atovakuon-proguanil
Merupakan obat kombinasi dengan efek sinergistik dan sangat efektif untuk
mengeliminasi Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin dan
meflokuin.
Efek sampingnya berupa nyeri perut, mual, muntah, diare, sakit kepala, anoreksia, dan
batuk.
Atovakuon-proguanil dapat digunakan untuk kemoprofilaksis terhadap Plasmodium
falciparum sebanyak 1 tablet/hari, diminum 1 hari sebelum ke daerah endemik sampai
7 hari setelah meninggalkan daerah endemik malaria.1

Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, editor. Parasitologi kedokteran. Ed 4. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 2008
2. Abdurrahman N. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Ed 3. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005
3. Alfarisi. Diagnosis malaria. Edisi 13 April 2011. Diunduh dari http://doc-
alfarisi.blogspot.com/2011/04/diagnosis-malaria-anamnesa-pemeriksaan.html, 18
November 2011
4. Malaria. Diunduh dari http://medicastore.com/penyakit/792/Malaria.html, 18
November 2011
5. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Idrus A, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III.
Ed 5. Jakarta : Interna Publishing; 2009
6. Munthe CE. Malaria serebral: Laporan Kasus. Cermin Dunia Kedokteran;
2001
7. Newton CRJC, Hien TT, White N. Neurological aspects of tropical
disease: Cerebral malaria. J Neurol Neurosurg Psychiatry;2000
8. Meningistis bakterial. Diunduh dari http://www.kalbe.co.id/dod_detail.php?detail=78,
20 November 2011
9. Malaria. Edisi 22 October 2008. Diunduh dari
http://3rr0rists.net/medical/malaria.html, 18 November 2011.
10. Putera HD. Malaria serebral (Komplikasi): Suatu penyakit imunologis. Banjarmasin :
FK Universitas Lambung Mangkurat; 2002
11. Pusat Informasi Penyakit Infeksi. Malaria. (available at www.infeksi.com, diakses
tanggal 18 November 2011).
12. Gunawan SG, editor. Farmakologi dan terapi. Ed 5. Jakarta : FKUI; 2007

Anda mungkin juga menyukai