Anda di halaman 1dari 33

Manajemen Keperawatan |1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi
sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
mencerminkan dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan misi,
filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen meliputi kegiatan mencapai
tujuan.

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk


merencanakan, mengatur dan menggerakan karyawan dalam memberikan
pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan
keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya
pada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
maupun alat pengontrol pelayanan tersebut. Kemajuan bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan, telah memperluas peran dan fungsi keperawatan.

Selain itu, telah terjadi pula perubahan mendasar pada manajemen


keperawatan dan penggunaan sumber daya yang represif menuju
kependayagunaan sumber daya yang bersifat proaktif. Pelaksanaa manajemen
sumber daya proaktif lebih ditekankan pada terjaminnya aktivitas kolaborasi dan
keterbukaan dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan.

Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana klien


sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa dipertanggung jawabkan
konsulti. Jika konselor tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh
konsulti maka direferalkan kepada pihak lain yang lebih pakar.
Manajemen Keperawatan |2

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi manajemen
keperawatan konsultasi.
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manajemen keperawatan
dalam proses keperawatan konsultasi.
c. Mahaiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip manajemen
keperawatan konsultasi.
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami ruang lingkup manajemen
keperawatan konsultasi.
e. Mahasiswa mampu menganalisis perkembangan manajemen keperawatan
di masa datang konsultasi.
Manajemen Keperawatan |3

BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Hersey dan
Blanchard).

Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu


lingkungan dimana ditetapkan dengan se-efisien mungkin (H.Weihrich dan
H.Koontz).

Menurut Swanburg (2000), Manajemen keperawatan adalah penggunaan


waktu yang efektif, karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif,
keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau
sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan
organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan
pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan, dari
pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang
jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan.

Secara garis besar konsep manajemen terbagi menjadi beberapa pengertian


diantaranya sebagai berikut:
a. Konsep kualitas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualiatas yang mampu
memasuki pasar , dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan
pelangggan.
Manajemen Keperawatan |4

b. Konsep Manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua
personil bertugas malaksanakan manajemen menggunakan fakta dan
manajemen dengan siklus PDCA (plan do check act).
c. Konsep Proses
Dalam konsep proses siapapun yang akan melakukan tindak lanjut
rangkaian tindakan, harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan.
Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat
dihindari.
d. Konsep Standardisasi
Dalam konsep ini semua melaksanankan pekerjaan berpangkal pada
standar, seperti standar prosedur, kualitas dan kompetensi.
e. Konsep Homan Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk
menumbuhkan motivasi.
f. Konsep Quality Assurance
Dalam konsep ini keikutsertaan pegawai tercermin dari kegiatan dalam
gugus kendali mutu ( quality circle), (Suarli dkk, hal :6).

2.2 Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies,
1989).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan


melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (dunia-askep.blogspot.com/konsep-manajemen-keperawatan.html).

Manajemen pada proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai


tahap dalam keperawatan, yaitu:
Manajemen Keperawatan |5

1. Pengkajian yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang


mengharuskan perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu
pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan
dimasa datang.
2. Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat
berupa rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio
spiritual terhadap masalah kesehatan actual maupun potensial.
3. Perencanaan , perencanaan keperawatan merupakan dibuat setelah perawat
mampu memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih
metode khusus dan memilih sekumpulan tindakan alternative untuk
menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal.
4. Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan
semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien harus direncanakan untuk menunjang tujuan pengobatan
medis, dan memenuhi tujuan rencana keperawatan. Implementasi rencana
asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan, menolong,
mengobservasi, dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat
dalam asuhan pasien tersebut.
5. Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari tujuan yang
dipilih sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual
dan tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan hanya dapat dibuat jika tujuan diidentifikasikan sebelumnya
cukup realistis, dan dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan keluarga.

Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh
perawat, melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer
keperawatan sebelumnya. Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat
bawah) terlibat dalam proses menejerial yang melibatkan berbagai fungsi
manajemen, dalam rangka mempengaruhi dan menggerakkan bawahan. Hal ini
Manajemen Keperawatan |6

dilakukan agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang memadai, dengan


kode etik dan standar praktik keperawatan. (Suarli, hal: 116).

2.3 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh Karena itu
perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut:
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
manajerial.
d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif akan
mengurangi kesalah pahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
f. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, memberikan
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan
(Agus Kuntoro, hal :26).
g. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
Manajemen Keperawatan |7

h. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang


meliputi proses pendelegasian, supervise, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
i. Difisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
j. Pengembangan staff penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
k. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standard dan memperbaiki
kekurangan.

2.4 Fungsi-Fungsi Manajemen


Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan:
a) Gambar apah yang akan dicapai,
b) Persiapan pencapaian tujuan,
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai,
d) Persiapan tindakan-rindakan,
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja.
f) Tiap tiap organisasi perlu perencanaan,
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaanya, macam, jenis, unit
kerja, alat-alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakan orang-orang agar mau/suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotifasi secara interval.
Manajemen Keperawatan |8

d. Pengendalian/pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan


agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan cara dan waktu tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan
hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilian
merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai
korektif, dan pengobatan ditunjukan pada fungsi organic administrasi
dan manajemen.

2.5 Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem
yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh
gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang


efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan.
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat.
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan.
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan
kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui
partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:
Manajemen Keperawatan |9

a) Manajemen operasional pelayanan keperawatan di rumah sakit


dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan
manajerial, yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah.

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil


dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan.
2. Keterampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

b) Manajemen asuhan keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah
yang menekankan pada pengembalian keputusan tentang keterlibatan
perawat yang dibutuhkan pasien.

Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang


mengharuskan perawat menentukan setepat mungkin pengalaman
masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan
kesehatan dimasa mendatang. Pengkajian ini meliputi proses
pengumpulan data, memvalidasi, menginterperstasikan informasi
pasien sebagai individu yang unik.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 10

Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu


memformulasikan diagnose keperawatan. Perawat memilih metode
khusus dari sekumpulan tindakan alternative untuk menolong pasien
mempertahankan kesejahteraan seoptimal mungkin. Semua kagiatan
keperawatan harus menggunakan sumber-sumber yang tersedia
melalui penetepan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang
(Agus Kuntoro,hal:4).

Implementasi rencana keperawatan merupakan langkah berikut dalam


proses keperawatan, dan yang terakhir adalah evaluasi yang
merupakan pertimbangan sistematis dari tujuan dan criteria yang telah
ditentukan sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang
actual dan tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.

2.4 Kerangka Konsep Manajemen Keperawatan


Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisipati
yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia,
perawat/keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Manusia, dalam manajemen
partisipatif adalah individu, keluarga/masyarakat yang diberikan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan yang terorganisasi, terarah,
terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang kendali yang ditetapkan.

Perawat/keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat manajerial


puncak, menengah, maupun bawah, dan para pelaksana keperawatan yang berada
dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan. Aspek kesehatan
merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi pada beberapa dimensi
pelayanan terhadap individu, keluarga, dan msyarakat melalui upaya mencegah,
mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan. Aspek lingkungan merupakan
area kewenangan dan tanggung jawab keperawatan baik selama pasien berada
dalam institusi pelayanan maupun persiapan menjelang pulang (Agus Kuntoro,
hal:29).
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 11

2.5 Komponen Sistem


Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap
komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5
elemen, yaitu:
1. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personil, peralatan dan fasilitas.
2. Proses
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup penting
dalam suatu sistem sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu
tatanan organisasi.
3. Output
Output atau keluaran yang umumnya dilihat dan dihasilkan atau kualitas
pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil/keluaran.
4. Kontrol
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proposional, evaluasi penampilan kerja
perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
5. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat
(Agus Kuntoro, hal:24).

2.3 Konsultasi
Secara umum konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan solusi
atau kesimpulan yang berupa nasehat atau saran yang sebaik- baiknya. Konsultasi
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 12

dalam artian medis adalah perundingan antara pemberi dan penerima layanan
kesehatan yang bertujuan mencari penyebab terjadinya atau timbulnya penyakit
dan menentukan cara pengobatannya.

Salah satu definisi konsultasi seperti yang dikemukakan oleh Zins (1993),
bahwa konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik
hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi
yang terbuka, bekerja sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan
sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan memilih strategi yang mempunyai
kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan
pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi
yang telah direncanakan.

Konseling adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara oleh
seorang ahli yang profesional kepada kliennya yang menuntut adanya komunikasi,
interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan konseli
(klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah,
pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku atau sikap agar individu
tersebut berkembang potensinya secara optimal dan mampu mengatasi
masalahnnya.

Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua


layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan kondisi
yang kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih bersifat segitiga
yaitu konselor, orang ketiga dan konseli (triadic model). Sedangkan model
konseling adalah hubungan yang bersifat komunikasi dua arah yaitu konselor
dengan konseli (dyadic model).
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 13

KONSULTASI VS KONSELING

KONSULTASI KONSELING
Konsultasi lebih banyak berhubungan Konseling adalah suatu bantuan yang
dengan usaha pemberian informasi dan dilakukan oleh konselor dalam
kegiatan pengumpulan data tentang pertemuan tatap muka dengan seorang
siswa dan lebih menekankan pada klien.
fungsi pencegahan.
Dari segi tenaga bimbingan dapat Konseling hanya dapat dilakukan oleh
dilakukan oleh semua orang dewasa tenaga-tenaga yang telah terlatih dan
(orang tua, guru, wali kelas, kepala terdidik karena sifat dan kegiatannya
sekolah) kepada individu (siswa) yang sangat khas sehingga tidak sembarang
memerlukannya. orang bisa melakukannya.
Dari segi tujuan konsultasi merupakan Konseling merupakan usaha pemberian
suatu pelayanan khusus yang bantuan baik secara perorangan
terorganisir untuk menunjang maupun kelompok.
perkembangan klien secara optimal.

Proses bertanya dan memberikan informasi dari ahlinya seputar hal kesehatan
sang pasien. Sumber-sumber konsultasi yaitu :
3 Rujukan: memanfaatkan pelayanan sumber yang lebih baik.
4 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan
tekhnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan
keperawatan kepada klien, dengan menggunakan saluran elektromagnetik
(gelombang magnetik, radio dan optikal) dalam menstransmisikan signal
komunikasi suara, data dan video, atau dapat pula didefinikasikan sebagai
komunikasi jarak jauh dengan menggunakan transmisi elektrik atau optikal,
antar manusia dan atau computer.

2.3.1 Sasaran Konsultasi


Sasaran dari upaya konsultasi peningkatan kesehatan masyarakat adalah
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat ataupun yang sakit
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 14

atau yang mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan,


serta ketidakmampuan prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan.
2.4 Model Layanan Konsultasi

Shetzer (1985) mengemukakan bahwa pelaksanaan teknik konsultasi,


dapat menggunakan model-model konsultasi, antara lain:
1. Model Caplanian. Pelopor teori ini adalah Gerald A.Caplan. Dalam
model ini, konsultan mengassesmen, mendiskusukan, dan memberikan
saran tentang kasus tertentu. Model ini identik dengan tugas seorang
dokter dan menunjukkan adanya aktivitas pemberdayaan bagi konsultee.
Proses dari model ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Konsultan membuat Diagnosis.
b. Konsultan membuat rekomendasi dari hasil diagnosis.
c. Konsultan menyampaikan hasil rekomendasi kepada konsultee.
d. Konsultee melaksanakan rekomendasi.
e. Konsultan sekali-kali bertemu dengan klien dengan tujuan
untuk croos check/ memeriksa apakah konsultee telah
menjelankan rekomendasi yang telah diberikan.

2. Model Cunsulcube (model kubus). Pelopor dari model ini adalah Blake
dan Mouton, memberikan ciri konsultan sebagai campur tangan yang
bertujuan untuk mengubah siklus tingkah laku alamiah manusia.
Model ini memberikan kerangka dasar intervensi yang dilakukan
konsultan sebagai berikut:
a. Penerimaan, yaitu untuk memberikan perasaan aman kepada diri
konseli agar mampu mengekpresikan masalahnya tanpa ada rasa takut.
b. Catalytic, yaitu membantu konseli mengumpulkan data untuk
diinterpretasikan kembali kepada suatu masalah.
c. Konfrontasi, yaitu dirancang untuk membantu konseli agar menguji
nilai yang ada dalam anggapannya.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 15

d. Preskripsi, yaitu konsultan meyampaikan pada konseli apa yang harus


dikerjakannya.
e. Teori-teori dua prinsip, yaitu konsultan memberikan teori kepada
konseli agar mereka meninjau situasi yang menjadi sebab-akibat
hubungan dan mengadakan diagnosis serta perencanaan situasi yang
ideal.

Proses Layanan Konsultasi


Menurut Kurpius (dalam Shetzer,1985), ada sembilan tahap
pelaksanaan proses konsultasi. Tahap-tahap tersebut diuraikan sebagi berikut
:
1. Pre Entry (sebelum masuk). Konsultan menjelaskan nilai-nilai,
kebutuhan, anggapan, dan tujuan tentang individu, kelompok,
organisasi serta menilai kemampuan dan keterampilan konsultan
sendiri.
2. Entry (masuk). Pernyataan masalah diungkapkan, dihubungkan,
dirumuskan dan menetapkan langkah-langkah yang perlu diikuti.
3. Gathering Information (pengumpulan informasi). Untuk
menjelaskan masalah dengan cara mendengarkan, mengamati,
memberi pernyataan, pencatatan yang baku, interview dan
pertemuan kelompok.
4. Defining Problem (merumuskan masalah). Penilaian informasi
digunakan dalam menentukan tujuan untuk perubahan. Laporan
masalah diterjemahkan kedalam suatu laporan dan disetujui oleh
konsultan dan konsulti.
5. Determining Problem Solution (menentukan solusi masalah).
Informasi di analisis dan di sintesis untuk menemukan
pemecahaan masalah yang paling efektif terhadap masalah yang
dihadapi konsulti. Karakteristik dari tahap ini adalah pencurahan
pikiran, memilih, dan menentukan prioritas.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 16

6. Tahap Stating Objectives (menetapkan sasaran). Hasil yang


dicapai diukur dalam suatu periode waktu, kondisi tertentu, dan
mendeskripsikan pemecahan masalah dan didukung oleh faktor-
faktor lain untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
7. Implementing The Plan (mengimplementasikan rencana).
Intervensi diimplementasikan dengan mengikuti garis pedoman /
langkah, dengan cara memberitahukan semua bagian yang harus
dilakukan, kapan, bagaimana, siapa yang bertanggung jawab dan
hasil-hasil yang diharapkan.
8. Evalution (evaluasi). Aktivitas-aktivitas yang sedang berjalan
dimonitor, proses, penaksiran hasil yang diperlukan untuk
mengevaluasi aktivitas konsultan.
9. Termination (pemberhentian). Kontak langsung dengan konsultan
berhenti, tetapi pengaruh proses diharapkan berlanjut. Putusan
dibuat untuk menunda perbuatan, perancangan kembali, dan
melaksanakan kembali, serta mengakhirinya dengan sempurna.

Sikap Konselor Terhadap Klien


Kebanyakan referensi mengenai konseling akan memasukkan
pandangan mengenai manusia dengan satu sudut pandang yang positif. Oleh
karena itu, mau tidak mau akan tampak suatu penekanan untuk melihat klien
sebagai pribadi yang memiliki kehormatan, martabat, harga diri, dan
keunikan. Ciri- ciri kepribadian mendasar dalam diri seseorang ini, harus
dikenali agar kita dapat masuk dalam relasi atau kerjasama dengannya( klien
) guna memberikan pertolongan padanya. Dalam A Helping Hand, klien atau
orang yang mempunyai kebutuhan digambarkan sebagai pribadi yang
memiliki kehormatan, keunikan, pribadi yang unik, dan bertanggung jawab.

Pribadi yang Memiliki Kehormatan


M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 17

Sebagai pribadi yang memiliki kehormatan, klien harus diperlakukan penuh


hormat dan layak sesuai dengan martabatnya. Bersikap sopan merupakan
salah satu cara terbaik untuk melihatkan penghargaan kita.

Pribadi yang Unik

Memandang seseorang dengan pribadi yang unik berarti sungguh- sungguh


mengatakan padanya, “ Saya melihat Anda sebagai pribadi yang berbeda dan
saya akan berusaha menolong Anda dengan cara yang istimewa”. Setiap
orang harus diperlakukan sebagai pribadi istimewa yang dengan caranya
sendiri mengatasi masalah- masalah hidup. Untuk alasan inilah Milton
Erickson seringkali mengatakan bahwa setiap orang yang berbeda harus
ditangani dengan pendekatan yang berbeda pula.

Pribadi yang Dinamis

Memperlakukan seseorang sebagai pribadi yang dinamis berarti berkata


kepadanya bahwa ia menjadi seperti ini bukan karena ditentukan secara
mutlak oleh masa lampaunya, peristiwa- peristiwa hidup, pengalaman-
pengalaman masa kecil, lingkungan sekitar, ataupun faktor- faktor bawaan.

Pribadi yang Bertanggung Jawab

Melihat seseorang yang memiliki pribadi yang bertanggung jawab berarti


memiliki 3 implikasi lain, yang salah satunya kita memperlakukan mereka
sebagai pribadi- pribadi yang mempunyai pengendalian atas hidup mereka,
situasi, dan lingkungan sekitar mereka.

2.5. Sasaran Konselor

Dalam konteks ini, sasaran konseling seharusnya adalah membantu


klien dalam mewujudkan satu perubahan dalam cara pandangnya dan
mendapatkan kemampuan untuk menguasai situasi- situasi problemalitas
dalam hidup. Ini tidak berarti bahwa masalah- masalah akan terpecahkan
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 18

dengan sendirinya, tetapi bahwa klien dapat membuat suatu keputusan-


keputusan tentang apa yang mereka ingin lakukan sendirinya.

Konselor akan lebih terbantu mendorong klien atau keluarga agar


terus menjalani konseling, untuk menemukan seberapa besar kekuatan klien
dan dapat mengubah sebutan kelemahan menjadi keberanian. Suatu keluarga
yang menjalani konseling ataupun konsultasi, wajar apabila merasa
kehilangan muka dan akan merasa terbebani dengan cap sebagai keluarga
lemah atau keluarga yang bermasalah yang tidak dapat menyelesaikan
masalahnya. Yang dibutuhkan oleh keluarga itu adalah bahwa mereka
dianggap sebagai keluarga yang berani dan memiliki cukup kekuatan untuk
menghadapi masalah mereka.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 19

BAB III

Tinjauan Kasus

GANGGUAN KEPRIBADIAN ( ABNORMAL )

Pengertian Abnormal
Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah
satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan
abnormalitas jiwa.
Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal
atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan
kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi
kejiwaan.
Bentuk- Bentuk Kepribadian Abnormal
Berikut ini merupakan bentuk- bentuk dari kepribadian abnormal
yang sering kita jumpai pada kehidupan sosial.
1. Neurosis
J.P. Chaplin (1972), menjelaskan bahwa neurosis adalah: sering disebut
juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada
ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak
seperti psikosis atau kelainan kepribadian, neurosis tidak memengaruhi
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 20

pemikiran rasional. Konsep neurosis berhubungan dengan


bidang psikoanalisis, suatu aliran pemikiran dalam psikologi ataupsikiatri.
Pola- pola gangguan neurosis anatara lain:
a. Gangguan Kecemasam
Seringkali orang yang mengatakan bahwa mereka cemas adalah
sebuah rasa ketakutan, dan sebaliknya orang yang ketakutan
menganggap bahwa mereka cemas. Dalam artian kecemasan adalah
ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan terancam sebagai
tanggapan terhadap sesuatu yang sebernanya tidak mengancam.
Sedangkan ketakutan adalah sesuatu yang memang nyata akan sesuatu
yang benar- bnar menakutkan.
b. Gangguan Fobia
James Drever ( 1988 ) mengartikan fobia sebagai ketakutan pada suatu
objek atau keadaan yang tidak dapat dikendalikan, yang biasanya
disertai dengan rasa sakit yang perlu diobati.
Contoh- contoh dari fobia:
1. Akrofobia, takut berada ketinggian.
2. Agoraphobia, takut berada di tempat yang terbuka.
3. Klaustrofobia, takut berada di tempat yang tertutup.
4. Hematofobia, takut melihat darah.
5. Monophobia, takut berada sendirian di tempat yang terbuka.
6. Niktofobia, takut pada kegelapan.
7. Pirofobia, takut melihat api.
8. Zoophobia, takut melihat binatang tertentu.
c. Gangguan Kompulsif- Obsesif
Suatu gangguan yang membuat penderita berulang- ulang memikirkan
pemikiran yang mengganggu atau merasa terpaksa berulang- ulang
melakukan beberapa tindakan yang tidak penting, dorongan kompulsif,
atau keduanya.

2. Gangguan Psikosis
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 21

Gangguan ini merupakan suatau gejala terjadinya denial of major aspects


of reality denagn gejala dan pola- pola sebagai berikut ( Soedjono, 1983:
97 ):
a. Reaksi Schizophernic, yang menyangkut proses emosional dan
intelektual. Gejalanya adalah sama sekali tidak mengacuhkan apa yang
terjadi di sekitarnya atau peran pribadi yang berbelah dua.
b. Reaksi Paranoid, seseorang yang selalu dibayang- bayangi oleh
sesuatu hal yang dianggap mengancam hidupnya.
c. Reaksi Afektif dan Involutional, seseorang yang merasakan depresi
yang sangat kuat.

3. Bunuh Diri
Kelompok yang berisiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri
adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-
orang yang berpisah atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-
orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah
kumuh dan miskin, kelompok professional tertentu, seperti dokter,
pengacara, dan psikolog.
Pada umumnya, kasus bunuh diri dilakukan karena stress yang
ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain :
a. Depresi. Ada indikasi bahwa sebagian besar yang berhasil melakukan
bunuh diri karena dilanda depresi pada saat tindakan tersebut
dilakukan.
b. Krisis dalam Hubungan Interpersonal. Konflik dan pemutusan
hubungan, seperti konflik dalam perkawinan, perpisahan, perceraian,
kehilangan orang- orang terkasih akibat kematian dapat menimbulkan
sters berat yang mendorong dilakukannya tindakan bunuh diri.
c. Kegagalan dan Devaluasi Diri. Merasa kalau ia telah gagal dalam
melakukan sesuatu hal yang penting, biasanya menyangkut pekerjaan
dan bisa menyebabkan devaluasi diri untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 22

d. Konflik Batin. Stres ini bersumber dari konflik batin atau pertentangan
di dalam pikiran orang yang bersangkutan.
e. Kehilangan Makna dan Harapan Hidup. Perasaaan yang semacam ini
timbul pada orang- orang yang mengalami penyakit kronik atau
penyakit terminal.

KONSULTASI ATAU KONSELING DAN TERAPI PENYEMBUHAN


TERHADAP KLIEN GANGGUAN KEPRIBADIAN

Klien yang akan dihadapi seorang konsultan, psikiater, psikolog, atau


perawat sekalipun pasti memiliki segudang persoalan yang menyangkut diri
mereka. Baik masalah itu mengganggu mereka secara fisik, kognitif, maupun
sikap ataupun mental. Pada bab ini kami sebagai kelompok penyaji akan berusaha
membahas bagaimana bentuk konsultasi ataupun konseling pada klien yang
mengalami gangguan kepribadian abnormal. Dalam melakukan konsultasi atau
konseling, seorang ahli yang professional melakukan serangkaian metode- metode
assesment dalam psikologis klinis untuk memberikan data atau informasi yang
lengkap apa yang menjadi masalah klien dan sangat menganggu kehidupan baik
secara fisik ataupun mental.

4.1. Assesment Dalam Psikologi Klinis


Assessment dalam psikologis adalah pengumpulan informasi untuk
digunakan sebagai dasar bagi keputusan yang akan disampaikan oleh penilai
( Bernstein & Nietzel, 1980, hlm. 99 ). Personality Assesment ialah
seperangkat proses yang digunakan oleh seseorang untuk membentuk citra,
membuat keputusan, mengecek hipotesis tentang pola karakteristik orang
lain, yang menentukan perilakunya dalam interaksi dengan lingkungan (
Sundberg, dalam Phares, 1992 ).
Berikut ini adalah metode- metode assessment yang akan
mempermudah dalam melakukan konsultasi serta mengumpulkan data atau
riwayat pasien.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 23

4.1.1. Wawancara Klinis


Wawancara klinis adalah sarana atau suatu bentuk layanan yang
paling banyak digunakan. Wawancara ini biasanya merupakan kontak tatap
muka pertama antara klien dengan klinisi ( psikiater ). Awalnya klinisi selalu
meminta kepada klien untuk mengutarakan atau menyampaikan, serta
menguraikan keluhan dengan kata- kata mereka sendiri. Contoh pertanyaan, “
Dapakah Anda menceritakan kepada saya permasalahan yang Anda hadapi
belakangan ini ?” ( terapis atau psikiater, berusaha untuk tidak menanyakan, “
apa yang membawa Anda kesini?” untuk menghindari jawaban, “mobil”,
“bus”, atau “pekerja sosial saya”.) lalu pertanyaan mulai mendalam seputar,
aspek- aspek keluhan seperti abnormalitas perilaku dan perasaan tidak
nyaman, peristiwa di sekitar munculnya masalah, riwayat peristiwa lampau,
dan bagaimana masalah tersebut mempengaruhi kehidupan fungsional klien
sehari- hari.

Apa gunanya seorang klien menguraikan masalahnya dengan kata- kata


sendiri? Agar klinisi tahu dan memahami masalah klien dari sudut
pandang mereka sendiri bukan teori.

Format proses wawancara lainnya meliputi topik sebagai berikut:

1. Data Identifikasi, informasi mengenai karakteristik sosio - demografi


klien: alamat dan nomor telefon, status perkawinan, umur, jenis kelamin,
karakteristik ras/ etnik, agama, pekerjaan, susunan keluarga dan
seterusnya.
2. Deskripsi Permasalahan yang Ada, bagaimana klien mempresepsikan
masalah? Perilaku, perasaan, atau pikiran yang mengganggu? Bagaimana
hal tersebut mempengaruhi klien? Kapan hal itu dimulai?
3. Riwayat Psikososial, informasi tentang riwayat perkembangan klien:
bidang pendidikan, sosial, dan riwayat pekerjaan; hubungan keluarga pada
masa kanak- kanak.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 24

4. Riwayat Medis/ Psikiater Serta Hopitalisasi: apakah permasalahan saat ini


adalah suatu episod terulang dari masalah sebelumnya? Bagaimana
ditangani pada masa lalu? Apakah pengobatan berhasil? Mengapa ya,
mengapa tidak?
5. Problem- Problem Medis atau Pengobatan, deskripsi tentang problem
medis yang ada sekarang, termasuk obat- obatnya. Klinisi waspada tentang
kemungkinan pengaruh masalah medis terhadap masalah psikologis
sekarang. Contoh, obat untuk kondisi medis tertentu dapat mempengaruhi
mood dan level umum dari keterangsangan seseorang.

Bentuk- Bentuk Wawancara


Dalam melakukan konsultasi ataupun konseling kebanyakan
menggunakan sistem wawancara. Wawancara ini pula memiliki bentuk-
bentuk yang berbeda pula. Adapun bentuk- bentuk tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara Tidak Terstruktur ( Unstructured Interview ). Klinisi
mengadopsi gaya bertanya sendiri, tidak mengikuti bentuk standar.
2. Wawancara Semi- Terstruktur ( Semi- Structured Interview ). Mengikuti
bentuk standar yang menjadi garis besar untuk mengumpulkan data atau
informasi, tetapi bebas untuk bertanya dengan cara sendiri dan urutan
pertanyaan apa saja dan pindah ke arah lain dalam rangka mengikuti
informasi secara klinis.
3. Wawancara Terstruktur ( Structured Interview ). Wawancara yang
mengikuti serangkaian prtanyaan yang di tetapkan lebih dulu dengan
urutan tertentu.

4.1.2. Pemberian Tes dalam Pemeriksaan

Untuk pemeriksaan klinis sebaiknya klien diberikan tes khusus


sesuai dengan masalah klien. Tes ini digunakan sebagai alat bantu utama
untuk dapat lebih mengerti keadaan klien selain wawancara klinis yang
dilakukan. Tes baru bisa terlaksana jika sudah ada kontak atau sudah ada
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 25

hubungan baik yang terjalin antara klien dan klinisi ( psikolog atau
psikiater ), lalu cukup adanya informasi yang terkumpul dari anamnesis,
dan adanya ketersediaan klien untuk dites.

Tes intelegensi adalah tes yang diberikan untuk mengetahui


kecerdasan klien saat sekarang untuk membandingkan dengan keadaan
sebelum sakit. Misal tes Weschler Bellevue ( WB ) dapat dihitung
deterioration rate untuk melihat ada tidaknya kemunduran intelegensi. Tapi
ada juga tes memori yang perlu dilakukan pada klien yang sering
mempunyai keluhan lupa, sukar konsentrasi, sakit kepala, dan lain- lain,
dengan tujuan untuk melihat kestabilan perhatian, ketelitian, dan ketepatan
kerja.

Tes proyeksi adalah tes yang penting sekali untuk dilakukan


pemeriksaan klinis dengan tujuan mengungkapkan hal- hal yang kurang
atau tidak disadari. tes ini menggunsksn sistem scoring yang berasal dari tes
Rorschach sehingga dapat diperoleh gambaran struktur kepribadian. Pada
tes proyeksi ini dapat juga menggunakan tes proyeksi Thematic
Apperception Test yang dapat mengungkapkan gambaran hubungan antara
klien dengan orang- orang dalam lingkungan sosisal, konflik, fantasi, dan
lain- lain.

Tes grafis merupakan tes yang sangat digemari oleh psikolog di


Indonesia karena tidak perlu menggunakn sistem skoringkuantitatif, lalu
waktunya relatif singkat dan kebanyakan menggunakan analisis kuantitatif.
Kelemahan dari tes ini adalah psikolog sering terkecoh dengan keindahan
gambar atau keterampilan menggambar klien tanpa memperhatikan segi –
segi formal gambar seperti: ukuran gambar, jenis garis yang digunakan,
tekanan garis, penempatan gambar, dan sebagainya. Segi formal gambar
digunakan sebagai dasar interpretasi yang belum atau tidak banyak
dipengaruhi keterampilan menggambar. Sehingga data wawancara atau
anamnesis sering kali dapat membantu. Jika isi tes proyeksi agak unik,
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 26

amaka interpretasi dilakukan atas dasar contant analysis, yang biasanya


dilakukan dengan pendekatan fenomenologis.

4.2. Terapi – Terapi Penanganan Klien Abnormal


Terapi atau psikoterapi dapat digunakan dalam menangani pasien
yang mengalami gangguan kepribadian abnormal. Karena psikoterapi adalah
suatu interaksi sistematis antara klien dengan terapis yang menyertakan
prinsip-prinsip psikologis untuk melakukan perubahan pada perilaku, pikiran,
dan perasaan klien, dengan tujuan untuk membantu klien mengatasi perilaku
abnormal, memecahkan masalah dalam kehidupan, atau perkembangan
sebagai individu.

Ciri-ciri psikoterapi adalah sebagai berikut :

1. Interaksi yang sistematis.


2. Prinsip psikologis.
3. Perilaku, pemikiran, dan perasaan.
4. Perilaku abnormal, pemecahan masalah, dan pertumbuhan pribadi.

Ada beberapa macam terapi – terapi yang digunakan dalam


menangani klien- klien yang mengalami gangguan kepribadian. Terapi –
terapi tersebut diantaranya:
A. Terapi Psikodinamika
Sigmund Freud merupakan perumus teori pertama yang
mengembangkan model psikologis dari perilaku abnormal. Beliau juga
pertama kali mengembangkan model psikoterapi yang
disebutnya psikoanalisis, untuk membantu oang-orang yang menderita
akibat gangguan psikolois. Psikoanalisis merupakan teori psikodinamika
yang pertama.
Terapi psikodinamika membantu idividu untuk memperoleh insight
mengenai masalahnya, dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya
merupakan akar dari perilaku abnormal. Freud merangkum tujuan dari
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 27

psikoanalisis dengan mengatakan dimana ada id, seharusnya disitu juga


ada ego.
Tujuannya lebih pada menggantikan perilaku defensive dengan
perilaku adaptif. Dengan demikian, klien dapat menemukan kepuasan
tanpa memperoleh hukuman sosial atau menghukum diri sendiri.

Metode utama yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan ini


adalah analisis bebas, analisis mimpi, dan analisis hubungan transference.

1. Analisis Bebas

Analisis bebas merupakan proses pengungkapan tanpa sensor dari


pikiran-pikiran terlebih dahulu setelah pikiran masuk kebenak kita.
Analisis bebas dipercaya secara bertahap akan menghancurkan
pertahanan yang menghambat kesadaran tentang proses bawah sadar.
Klien diminta untuk tidak menyaring atau menyensor pikiran, tetapi
membiarkan pikiran mereka mengembara secara bebas. Psikoanalisis
tidak meyakini bahwa proses analisis bebas benar-benar bebas. Meski
analisis bebas dimulai dengan pembicaraan ringan, kompuls untuk
mengungkapkan akhirnya mengarahkan klien untuk menyinkap materi
yang lebih berarti.

2. Analisis Mimpi

Selama tidur, pertahanan ego melemah dan impuls yang tidak dapat
diterima menemukan ekspresinya dalam mimpi. Karena pertahanan
tidak seluruhnya dihapuskan, impuls mengambil bentuk yang
disamarkan atau disimbolisasikan.

Meskipun mimpi memiliki arti psikologis, seperti yang diyakini oleh


Freud, masih belum ada acara independen untuk menentukan arti dari
mimpi.

3. Transference
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 28

Proses analisis dan penanganan hubungan transference dianggap


komponen penting dalam psikoanaliss. Freud percaya bahwa hubungan
transference memberikan alat untuk menghidupkan kembali konflik -
konflik dengan orang tua pada masa kanak-kanak. Freud menyebut
proses ini sebagai neurosis transference. Neurosis ini harus dianalisis
dan ditangani dengan berhasil agar klien dapat berhasil dalam
psikoanalisis.

Pendekatan Psikodinamika Modern

Meski psikoanalis terus mempraktikkan psikoanalsis tradisonal, bentuk


yang lebih singkat dan kurang intensif telah muncul. Pendekatan yang
lebih baru ini sering disebut “ Psikoterapi Psikoanalitik “, terapi yang
berorientasi psikoanalitik atau terapi psikodinamika, mereka dapat
menjangkau klien-klien yang mencari bentuk penanganan yang lebih
singkat dan lebih murah.

Sejumlah terapi psikodinamika modern lebih berfokus pada peran ego


dan bukan pada peran id. Terapis yang mengadopsi pandangan ini
percaya bahwa Freud terlalu menekankan pada impuls seksual dan
agresif dan kurang menekankan pentingnya ego.

B. Terapi Perilaku

Terapi perilaku merupakan aplkasi sistematis dari prinsip-prinsip


belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokusnya pada
perubahan perilaku, bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu
secara mendalam, terapi perilaku relative singkat, berlangsung umumnya
dari beberapa minggu sampai bulan. Terapi perilaku seperti terapi lainnya,
mencoba mengembangkan hubungan terapeutik yang hangat dengan klien,
tetapi mereka percaya bahwa kemampuan khusus dari terapi perilaku
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 29

berasal dari teknik-teknik yang berbasis pembelajaran, bukan dari sifat


hubungan terapeutik.

Terapi perilaku juga menggunakan teknik - teknik yang didasarkan


pada penggunaan hadiah atau hukuman secara sistematis, untuk
membentuk perilaku yang diharapkan. Teknik lain dari terapi perilaku
mencakup aversive conditioning, pelatihan keterampilan sosial, dan teknik
self-control.

C. Terapi Humanistik

Terapi humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif


dan disadari. Seperti terapi perilaku, terapi humanistik juga lebih berfokus
pada apa yang dialami klien pada saat ini, disini dan sekarang, daripada
masa lalu. Tapi ada juga persamaan antara terapi psikodinamika dan terapi
humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi
perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk
memperluas self-insight klien. Bentuk utama dari terapi humanistik
adalah terapi terpusat pada individu yang dikembangkan oleh psikolog
Carl Rogers.

Terapi Terpusat Individu

Terapi terpusat individu bersifat tidak mengarahkan. Klien yang


memimpin dan mengarahkan jalannya terapi. Terapi menggunakan
refleksi, pengulangan atau perumusan kembali dari perasaan-perasaan
yang diekspresikan klien tanpa memberi penilaian. Cara ini mendorong
klien untuk mengeksplorasi lebih jauh perasaannya dan berhubungan
dengan perasaan yang lebih dalam dan bagian dari diri yang tidak diakui
karena kritikal sosial.

Rogers menekankan pentingnya menciptakan hubungan terapeutik


yang hangat yang akan mendorong klien melakukan self-exploration dan
self-expsression. Terapi yang efektif seharusnya memiliki empat kualitas
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 30

dasar, yaitu : penerimaan positif tanpa syarat, empati, ketulusan, dan


kongruen.

D. Terapi Kognitif

Terapi kognitif berfokus untuk membantu klien mengidentifikasi


dan memperbaiki keyakinan maladaptif, jenis berpikir otomatis dan sikap
self-defeating yang menghasilkan atau menambah masalah emosional.
Mereka percaya bahwa emosi-emosi negatif seperti kecemasan dan depresi
disebabkan oleh interpretasi kita terhadap hal-hal yang mengganggu,
bukan pada peristiwa itu sendiri.

Terapi Perilaku Rasional-Emotif

Albert Ellis percaya bahwa adapsi dari keyakinan irasional dan self-
defeating akan meningkatkan masalah psikologis dan perasaan negatif.
Ellis mengenali bahwa keyakinan irasional dapat terbentuk berdasarkan
pengalaman masa kecil. Untuk mengubahnya perlu ditemukan alternatif
yang rasional untuk saat ini. Terapi perilaku rasional-emotif juga
membantu klien untuk mengganti perilaku menyerang diri sendiri atau
maladaptif dengan perilaku interpersonal yang lebih efektif. Ellis sering
memberikan tugas-tugas atau pekerjaan rumah bagi klien. Ia membantu
mereka untuk berlatih atau mempraktikkan perilaku adaptif.

Terapi Kognitif Beck

Terapi kognitif mendorong klien untuk mengenali dan mengubah


kesalahan dalam berpikir, yang mempengaruhi mood dan menyebabkan
hendaya perilaku, seperti kecenderungan untuk membesar-besarkan
kejadian negatif dan mengecilkan pencapaian pribadi.

Terapis kognitif meminta klien untuk merekam pikiran-pikiran yang


muncul akibat kejadian mengecewakan yang mereka alami dan
memperhatikan hubungan antara pikiran dengan respons emosional
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 31

mereka. Hal itu kemudian akan membantu mereka membantah pikiran


yang terdistorsi dan menggantikannya dengan alternatif yang rasional.

E. Terapi Kognitif-Behavioral

Terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik


terapeutik yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan,
tidak hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pikiran, keyakinan, dan
sikap yang mendasarinya. Tetapi kognitif behavioral memiliki asumsi
bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan
perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang
diharapkan.

F. Terapi Eklektis

Eklektik teknik, pendekatan pragmatis yang mengambil teknik-


teknik dari aliran terapi berbeda tanpa merasa perlu menggunakan posisi
teoretis yang diwakili aliran –aliran ini, dan eklektif integratif, suatu
pendekatan yang mencoba mempersatukan dan mengintegrasikan
pendekatan teoretis berbeda dalam suatu model terapi integratif.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 32

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan


melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (gillies,
1989).

Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat


pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai
tugas dan weenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan dalam pelaksaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan
keperawatan, pengembangan satf dan riset.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 33

DAFTAR PUSTAKA

1. Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC


2. Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika
3. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta :
Erlangga
5. Swansburg,Russel C.2000.Pengantar Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan untuk perawat klinis.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai