Abdul
Abdul
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Hersey dan
Blanchard).
b. Konsep Manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua
personil bertugas malaksanakan manajemen menggunakan fakta dan
manajemen dengan siklus PDCA (plan do check act).
c. Konsep Proses
Dalam konsep proses siapapun yang akan melakukan tindak lanjut
rangkaian tindakan, harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan.
Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat
dihindari.
d. Konsep Standardisasi
Dalam konsep ini semua melaksanankan pekerjaan berpangkal pada
standar, seperti standar prosedur, kualitas dan kompetensi.
e. Konsep Homan Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk
menumbuhkan motivasi.
f. Konsep Quality Assurance
Dalam konsep ini keikutsertaan pegawai tercermin dari kegiatan dalam
gugus kendali mutu ( quality circle), (Suarli dkk, hal :6).
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh
perawat, melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer
keperawatan sebelumnya. Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat
bawah) terlibat dalam proses menejerial yang melibatkan berbagai fungsi
manajemen, dalam rangka mempengaruhi dan menggerakkan bawahan. Hal ini
Manajemen Keperawatan |6
2.3 Konsultasi
Secara umum konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan solusi
atau kesimpulan yang berupa nasehat atau saran yang sebaik- baiknya. Konsultasi
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 12
dalam artian medis adalah perundingan antara pemberi dan penerima layanan
kesehatan yang bertujuan mencari penyebab terjadinya atau timbulnya penyakit
dan menentukan cara pengobatannya.
Salah satu definisi konsultasi seperti yang dikemukakan oleh Zins (1993),
bahwa konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik
hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi
yang terbuka, bekerja sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan
sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan memilih strategi yang mempunyai
kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan
pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi
yang telah direncanakan.
Konseling adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara oleh
seorang ahli yang profesional kepada kliennya yang menuntut adanya komunikasi,
interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan konseli
(klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah,
pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku atau sikap agar individu
tersebut berkembang potensinya secara optimal dan mampu mengatasi
masalahnnya.
KONSULTASI VS KONSELING
KONSULTASI KONSELING
Konsultasi lebih banyak berhubungan Konseling adalah suatu bantuan yang
dengan usaha pemberian informasi dan dilakukan oleh konselor dalam
kegiatan pengumpulan data tentang pertemuan tatap muka dengan seorang
siswa dan lebih menekankan pada klien.
fungsi pencegahan.
Dari segi tenaga bimbingan dapat Konseling hanya dapat dilakukan oleh
dilakukan oleh semua orang dewasa tenaga-tenaga yang telah terlatih dan
(orang tua, guru, wali kelas, kepala terdidik karena sifat dan kegiatannya
sekolah) kepada individu (siswa) yang sangat khas sehingga tidak sembarang
memerlukannya. orang bisa melakukannya.
Dari segi tujuan konsultasi merupakan Konseling merupakan usaha pemberian
suatu pelayanan khusus yang bantuan baik secara perorangan
terorganisir untuk menunjang maupun kelompok.
perkembangan klien secara optimal.
Proses bertanya dan memberikan informasi dari ahlinya seputar hal kesehatan
sang pasien. Sumber-sumber konsultasi yaitu :
3 Rujukan: memanfaatkan pelayanan sumber yang lebih baik.
4 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan
tekhnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan
keperawatan kepada klien, dengan menggunakan saluran elektromagnetik
(gelombang magnetik, radio dan optikal) dalam menstransmisikan signal
komunikasi suara, data dan video, atau dapat pula didefinikasikan sebagai
komunikasi jarak jauh dengan menggunakan transmisi elektrik atau optikal,
antar manusia dan atau computer.
2. Model Cunsulcube (model kubus). Pelopor dari model ini adalah Blake
dan Mouton, memberikan ciri konsultan sebagai campur tangan yang
bertujuan untuk mengubah siklus tingkah laku alamiah manusia.
Model ini memberikan kerangka dasar intervensi yang dilakukan
konsultan sebagai berikut:
a. Penerimaan, yaitu untuk memberikan perasaan aman kepada diri
konseli agar mampu mengekpresikan masalahnya tanpa ada rasa takut.
b. Catalytic, yaitu membantu konseli mengumpulkan data untuk
diinterpretasikan kembali kepada suatu masalah.
c. Konfrontasi, yaitu dirancang untuk membantu konseli agar menguji
nilai yang ada dalam anggapannya.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 15
BAB III
Tinjauan Kasus
Pengertian Abnormal
Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah
satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan
abnormalitas jiwa.
Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal
atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan
kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi
kejiwaan.
Bentuk- Bentuk Kepribadian Abnormal
Berikut ini merupakan bentuk- bentuk dari kepribadian abnormal
yang sering kita jumpai pada kehidupan sosial.
1. Neurosis
J.P. Chaplin (1972), menjelaskan bahwa neurosis adalah: sering disebut
juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada
ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak
seperti psikosis atau kelainan kepribadian, neurosis tidak memengaruhi
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 20
2. Gangguan Psikosis
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 21
3. Bunuh Diri
Kelompok yang berisiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri
adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-
orang yang berpisah atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-
orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah
kumuh dan miskin, kelompok professional tertentu, seperti dokter,
pengacara, dan psikolog.
Pada umumnya, kasus bunuh diri dilakukan karena stress yang
ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain :
a. Depresi. Ada indikasi bahwa sebagian besar yang berhasil melakukan
bunuh diri karena dilanda depresi pada saat tindakan tersebut
dilakukan.
b. Krisis dalam Hubungan Interpersonal. Konflik dan pemutusan
hubungan, seperti konflik dalam perkawinan, perpisahan, perceraian,
kehilangan orang- orang terkasih akibat kematian dapat menimbulkan
sters berat yang mendorong dilakukannya tindakan bunuh diri.
c. Kegagalan dan Devaluasi Diri. Merasa kalau ia telah gagal dalam
melakukan sesuatu hal yang penting, biasanya menyangkut pekerjaan
dan bisa menyebabkan devaluasi diri untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 22
d. Konflik Batin. Stres ini bersumber dari konflik batin atau pertentangan
di dalam pikiran orang yang bersangkutan.
e. Kehilangan Makna dan Harapan Hidup. Perasaaan yang semacam ini
timbul pada orang- orang yang mengalami penyakit kronik atau
penyakit terminal.
hubungan baik yang terjalin antara klien dan klinisi ( psikolog atau
psikiater ), lalu cukup adanya informasi yang terkumpul dari anamnesis,
dan adanya ketersediaan klien untuk dites.
1. Analisis Bebas
2. Analisis Mimpi
Selama tidur, pertahanan ego melemah dan impuls yang tidak dapat
diterima menemukan ekspresinya dalam mimpi. Karena pertahanan
tidak seluruhnya dihapuskan, impuls mengambil bentuk yang
disamarkan atau disimbolisasikan.
3. Transference
M a n a j e m e n K e p e r a w a t a n | 28
B. Terapi Perilaku
C. Terapi Humanistik
D. Terapi Kognitif
Albert Ellis percaya bahwa adapsi dari keyakinan irasional dan self-
defeating akan meningkatkan masalah psikologis dan perasaan negatif.
Ellis mengenali bahwa keyakinan irasional dapat terbentuk berdasarkan
pengalaman masa kecil. Untuk mengubahnya perlu ditemukan alternatif
yang rasional untuk saat ini. Terapi perilaku rasional-emotif juga
membantu klien untuk mengganti perilaku menyerang diri sendiri atau
maladaptif dengan perilaku interpersonal yang lebih efektif. Ellis sering
memberikan tugas-tugas atau pekerjaan rumah bagi klien. Ia membantu
mereka untuk berlatih atau mempraktikkan perilaku adaptif.
E. Terapi Kognitif-Behavioral
F. Terapi Eklektis
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA