Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

PENGELOLAAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN

“PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TERPADU”


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang

terbentuk secara alamiah, mulai dari kecil di bagian hulu sampai besar di

hilir. Sungai adalah salah satu ekosistim perairan yang di pengaruhi oleh

banyak faktor, baik oleh aktifitas alam maupun aktifitas manusia di daerah

aliran sungai (DAS). Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak

digunakan oleh beberapa ahli dengan makna atau pengertian yang

berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan cacthment area,watershed,

atau drainage basin. Menurut Notohadiprawiro (1985), daerah aliran

sungai merupakan keseluruhan kawasan pengumpul suatu sistem tunggal,

sehingga dapat disamakan dengan cacthment area. Daerah Aliran Sungai

(DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam, terutama vegetasi, tanah

dan air berada dan tersimpan, serta tempat hidup manusia dalam

memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya (Paimin et all., 2012).

Menurut Linsley et all., (1996) daerah aliran sungai (DAS) adalah

suatu daerah yang dibatasi oleh igir, yang dan dalamnya dialiri oleh satu

sistem sungai tunggal, sehingga apabila hujan jatuh akan masuk ke

kawasan tersebut dan keluar melalui satu titik keluaran (outlet). Air hujan

yang jatuh di dalam suatu DAS akan di proses dan diperlakukan oleh
DAS, sehingga karakteristik air yang keluar melalui outlet sebenarnya

merupakan hasil respons DAS terhadap air hujan tersebut. Faktor DAS

yang menentukan karakteristik aliran adalah bentuk DAS.

Tujuan dari pengelolaan DAS yaitu untuk mencegah kerusakan dan

memperbaiki yang rusak dari DAS. Untuk terwujudnya tujuan tersebut

maka upaya pengelolaan DAS harus melibatkan banyak pihak atau

pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dalam pemanfaatan

sumberdaya alam dengan kepentingan dan tujuannya masing-masing.

Untuk itu, dalam upaya pengelolaan DAS diperlukan keterpaduan berbagai

sektor dari daerah hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan berbagai

kepentingan, kondisi biofisik dan sosial ekonomi yang ada dalam DAS.

Prinsip keterpaduan menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.60/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penetapan

Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, bahwa pengelolaan DAS

dilaksanakan secara terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem, satu rencana

dan satu sistem pengelolaan. Pengelolaan DAS terpadu merupakan

rangkaian upaya perumusan tujuan, sinkronisasi program, pelaksanaan dan

pengendalian pengelolaan sumber daya DAS lintas para pemangku

kepentingan (stakeholders) secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi

biofisik, ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna mewujudkan

tujuan pengelolaan DAS. Keterpaduan tersebut mengandung

pengertian terbinanya keserasian, keselarasan, keseimbangan dan

koordinasi yang berdaya guna dan berhasil guna (Paimin et all., 2012).
Upaya pengelolaan DAS terpadu di Indonesia telah lama

diperkenalkan dengan melakukan berbagai kegiatan yang bercirikan lintas

sektoral dan multidisipliner, sebagai contoh yaitu pelaksanaan pengelolaan

DAS terpadu di DAS Brantas, Jratunseluna, yang direncanakan akan

diimplementasikan pada DAS-DAS lain di seluruh Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) terpadu

1.1 Tujuan

1. Mengetahui Konsep daerah aliran sungai (DAS)

2. Mengetahui Pengelolaan daerah air sungai (DAS) terpadu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.1.1 Definisi

Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak digunakan oleh

beberapa ahli dengan makna atau pengertian yang berbeda-beda, ada yang

menyamakan dengan cacthment area,watershed, atau drainage basin.

Menurut Notohadiprawiro (1985), daerah aliran sungai merupakan

keseluruhan kawasan pengumpul suatu sistem tunggal, sehingga dapat

disamakan dengan cacthment area. Daerah Aliran Sungai (DAS)

merupakan ruang bagi sumberdaya alam, terutama vegetasi, tanah dan air

berada dan tersimpan, serta tempat hidup manusia dalam memanfaatkan

sumberdaya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Paimin

et all., 2012). DAS merupakan satuan wilayah alami yang memberikan

manfaat produksi serta memberikan pasokan air melalui sungai, air tanah,

dan atau mata air, untuk memenuhi berbagai kepentingan hidup, baik

untuk manusia, flora maupun fauna. Untuk memperoleh manfaat yang

optimal dan berkelanjutan perlu disusun sistem perencanaan pengelolaan

DAS yang obyektif dan rasional. Perencanaan pengelolaan DAS bersifat

dinamis karena dinamika proses yang terjadi di dalam DAS, baik proses

alam, politik, sosial ekonomi kelembagaan, maupun teknologi yang terus

berkembang (Paimin et all., 2012).


2.1.2 Bentuk Dan Karakteristik DAS

Dalam DAS, jalur-jalur sungai dengan tanpa cabang pada ujung

pengalirannya disebut orde pertama sungai. Penggabungan dua orde

pertama sungai membentuk order kedua, dua orde kedua sungai

membentuk orde ketigadan seterusnya. Aliran sungai di kawasan hutan

dalam DAS secara umum pada orde yang lebih rendah (Gambar 1).

Bentuk DAS akan mempengaruhi debit pengaliran, pola banjir dan debit

banjir. Secara Garis Besar bentuk DAS dibedakan menjadi 3 yaitu DAS

berbentuk bulat, berbentuk daun, dan memanjang (Gambar 2).

1. Berbentuk Bulat

DAS berbentuk bulat memiliki sifat aliran ekstrem karena sering terjadi

banjir. Hal ini disebabkan bentuk DAS bulat memungkinkan aliran air

dari semua titik terjauh dalam DAS memberi sumbangan aliran secara

bersama-sama pada titik outlet, sehingga aliran air menjadi sangat

besar. Durasi hujan yang pendek pada DAS bulat pun dapat

mengakibatkan terjadinya banjir di hilir.

2. Berbentuk Daun

DAS berbentuk seperti daun merupakan DAS yang memiliki perilaku

normal. DAS berbentuk daun mengalami banjir jika hujan deras dan

berlangsung dalam durasi panjang.

3. Berbentuk memanjang

DAS berbentuk memanjang merupakan DAS yang relatif sangat jarang

mengalami banjir. Hal ini di sebabkan air hujan yang jatuh di dalam

DAS hampir tidak pernah mengalir secara bersama-sama di outlet.


Aliran air secara bergantian dari kawasan hili, lalu kawasan tengah, dan

selanjutnya kawasan hulu.

Gambar 1 : Keempat Orde Aliran Sungai

Gambar 2 : Bentuk DAS

Ket:

a. DAS berbentuk memanjang

b. DAS berbentuk bulat

c. DAS berbentuk dau


2.2 Pengelolaan DAS Terpadu

2.2.1 Definisi

Menurut Haeruman (1979), pengelolaan terpadu pada dasarnya

merupakan pengembangan keserasian tujuan antar berbagai sistem

pengelolaan sumberdaya alam. Bila mana suatu objek dikelola oleh banyak

pengelola sesuai dengan keterkaitan dan kepentingannya terhadap objek

yang dikelola itu. Lebih lanjut Haeruman mengatakan bahwa keterpaduan

didalam pengelolaan kegiatan harus dapat terciptakan:

1. Terkoordinasinya para pengelola suatu objek saling terkait dalam

suatu sistem untuk mencapai suatu kerasian tujuan

2. Memadukan setiap usaha pemanfaatan penataan, pemeliharaan,

pengawasan dan pengendalian serta pengembangan yang didasarkan

pada unsur keterkaitan atau ketergantungan dari objek yang di kelola.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu

merupakan sebuah pendekatan holistik dalam mengelola sumberdaya alam

yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dalam

mengelola sumberdaya alam secara berkesinambungan. Di daerah dataran

tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan berkumpul pada beberapa

parit, anak sungai, dan kemudian menuju ke sebuah sungai. Keseluruhan

daerah yang menyediakan air bagi anak sungai dan sungai-sungai tersebut

merupakan daerah tangkapan air (Catchment area), dikenal sebagai

Daerah Aliran Sungai (DAS).


2.2.2 Tujuan Pegelolaan DAS terpadu

Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya

adalah pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan

(sustainable) sehingga tidak membahayakan lingkungan lokal, regional,

nasional dan bahkan global.

2.2.3 Permasalahan Pada DAS

Permasalahan utama dalam pembangunan pengelolaan DAS adalah

belum mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang

komprehensif. Meskipun upaya-upaya pengelolaan DAS di Indonesia telah

cukup lama dilaksanakan, namun karena kompleksitas masalah yang

dihadapi hasilnya belum mencapai yang diinginkan, terutama yang

berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagan

masyarakat. Kemiskinan sering dianggap sebagai salah satu penyebab

kemerosotan lingkungan dan dampak negatif dari pembangunan.

Sebaliknya kemerosotan daya dukung lingkungan dapat menjadi penyebab

muncul dan berkembangnya kemiskinan. Untuk mengatasi kemiskinan,

pendekatan harus dapat dilekatkan dalam berbagai program pembangunan,

maupun sebagai program yang khusus dan eksplisit.

1. Sumberdaya hutan

Sumberdaya hutan Indonesia yang berfungsi sebagai sumberdaya alam

dan lingkungan hidup telah mempunyai peranan sangat strategis untuk

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Namun, kualitas dan

kuantitas sumberdaya hutan cenderung semakin menurun. Hal ini antara

lain karena penebangan hutan yang berlebihan, kebakaran hutan,


perambahan hutan dan perladangan berpindah. Sementara kegiatan-

kegiatan rehabilitasi sumberdaya hutan, seperti reboisasi, pengendalian

perladangan berpindah, pengendalian kebakaran hutan, masih belum

memadai dibanding dengan laju kerusakan yang terjadi. Dengan

memperhatikan fungsi ekonomi dan ekologi, kondisi dan upaya yang

telah dikembangkan, maka perlu disusun perencanaan pengelolaan

hutan yang terarah, terinci dan terpadu.

2. Sumberdaya lahan

Lahan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan

sekaligus merupakan media lingkungan untuk memproduksi pangan,

perumahan, dan lain-lain. Pertambahan jumlah penduduk yang disertai

dengan meningkatnya kegiatan pembangunan telah berakibat terjadinya

pergeseranpola penggunaan lahan di Indonesia. Degradasi lahan

tersebut terjadi karena peruntukan lahan/tanah yang kurang tepat,

sebagai akibat pelaksanaan yang tidak memperhatikan kaidah penataan

ruang dan kriteria kemampuan serta kesesuaian lahan. Guna menjamin

pemanfaatan yang lestari, lahan harus dikelola dengan memperhatikan

keseimbangan antara aspek konservasi dan pemanfaatannya.

3. Sumberdaya air

Pesatnya perkembangan industri dan peningkatan jumlah penduduk

telah memacu penggunaan air, baik berupa air tanah maupun air

permukaan. Hal ini merupakan ancaman bagi ketersediaan air maupun

kualitas air. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan

air yang berasal dari air permukaan akan meningkat pula. Kebutuhan air
untuk irigasi dari tahun ke tahun juga bertambah, demikian pula

kebutuhan air untuk industri diperkirakan akan mengalami peningkatan

pula.

4. Sumberdaya manusia

Untuk mengatasi kemiskinan dipedesa-an, khususnya untuk

mengentaskan petani dari perangkap kemiskinan, perlu dilakukan

pelestarian fungsi sumberdaya alam yang menjadi sumber penghidupan

masyarakat, seperti kawasan hutan, daerah penggalian tambang, dan

lain-lain. Pelestarian fungsi tersebut harus disertai dengan penciptaan

iklim yang sehat dan kondusif dengan memberikan kemudahan dan

akses yang adil dan merata bagi kelompok miskin untuk memanfaatkan

sumberdaya alam tersebut.

2.2.4 Lingkup Pengelolaan DAS

Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh

sebagai satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir.

Penentuan sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya

pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan

terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah

mempertimbangkan keterkaitan antar komponen-komponen penyusun

ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud) termasuk pengaturan

kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang

disebutkan terakhir berfungsi sebagai instrumen pengelolaan yang akan

menentukan apakah kegiatan yang dilakukan telah/tidak mencapai sasaran.


Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi

perencanaan, pengorganisasian, implementasi/pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi terhadap upaya - upaya pokok berikut:

1. Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan

(landuse) dan konservasi tanah dalam arti yang luas.

2. Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan,

penggunaan dan pengendalian daya rusak air.

3. Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis

vegetasi darat lainnya yang memiliki fungsi produksi dan

perlindungan terhadap tanah dan air.

4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk

pengembangan kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan

sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut berperan dalam

upaya pengelolaan DAS.

2.2.5 Strategi Pengelolaan DAS Terpadu

1. Sumberdaya Hutan

Pada dasarnya pengelolaan hutan harus mencakup aspek

pemanfaatan, pelestarian dan penelitian yang dikembangkan melalui

kegiatan-kegiatan seperti :

a. peningkatan kegiatan reboisasi

b. peningkatan pembinaan HPH.

c. peningkatan kegiatan pengendalian perladangan

berpindah.

d. pengembangan sistem pengendalian kebakaran hutan.


e. peningkatan pembangunan hutan tanaman industri.

f. pengembangan pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

g. peningkatan penelitian keanekaragaman hayati.

2. Sumberdaya lahan

Pemanfaatan sumberdaya lahan dilakukan dengan

mempertimbangkan:

a. fungsi lokasi lahan dalam tatanan lingkungan berdasarkan

karakteristik tanah, lahan dan wilayah.

b. cara-cara pemanfaatan yang memperhitungkan kaidah

konservasi.

c. pemanfaatannya disesuaikan dengan tata ruang.

d. kelembagaan dan kualitas sumberdaya manusia.

e. peran serta masyarakat secara luas.

3. Sumberdaya air

Adapun pengelolaan sumberdaya air, harus memperhatikan:

a. keterpaduan pengelolaan sumberdaya air permukaan dan

air bawah tanah serta kemungkinan pemanfaatan air laut

secara lintas sektoral.

b. pengelolaan sumberdaya air dilakukan secara terpadu

dalam pemanfaatannya melalui penataan ruang wilayah.

c. mengatur pemanfaatan air secara efisien.

d. pembentukan tim koordinasi untuk kegiatan koordinasi

yang melibatkan berbagai instansi terkait.


4. Sumberdaya manusia

Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi akan mempunyai

implikasi terhadap kebutuhan sumberdaya lahan, baik untuk

pemukiman, pendidikan, tempat berusaha, atau untuk kepentingan

lainnya. Padahal sumberdaya lahan sangat terbatas, membuka hutan

tanpa perencanaan yang matang dan tanpa memperhatikan

kelestarian lingkungan berarti bencana. Strategi pengelolaan

masyarakat, antara lain:

a. pengembangan peranserta masyarakat.

b. pengembangan kemitraan pemerintah, pengusaha dan

masyarakat.

c. peningkatan dan pengembangan peran wanita.

d. strategi pengembangan etika lingkungan.

2.2.6 Study Kasus


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai