PENDAHULUAN
Anemia defisiensi besi ( ADB ) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan eritropoesis, karena cadangan besi kosong ( depleted iron store ) yang pada
akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh anemia
hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukkan cadangan besi kosong.
Berbeda dengan ADB, pada anemia akibat penyakit kronik penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang oleh karena pelepasan besi dari sistem retikuloendotelial berkurang,
sedangkan cadangan besi masih normal. Pada anemia sideroblastik penyediaan penyediaan
besi untuk eritropoesis berkurang karena gangguan mitokondria yang menyebabkan
inkorporasi besi ke dalam heme terganggu. Oleh karena itu, ketiga jenis anemia ini
digolongkan sebagai anemia dengan gangguan metabolisme besi.
Anemia defisiensi besi meru[pakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di
negara-negara tropik atau negara dunia ketiga, oleh karena sangat berkaitan erat dengan taraf
sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang meberikan
dampak kesehatan yang sangat meruugikan serta dampak sosial yang cukup serius.
Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat badan.
Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam
bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu
sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang
terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan Fe yang
nonesensial.
1. Hemoglobin 66 %
2. Mioglobin 3 %
3. Enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya sitokrom oksidase,
suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5%
4. Pada transferin 0,1 %.
Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak
25 %, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5 %.
Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung dan
kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan. Sedangkan
nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan dan sereal.
Susu dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah. Heme-iron menyumbang hanya 1-
2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika. Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber
utama zat besi.
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umur, jenis
kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun
keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula.
Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan oleh
pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-kira 5 gram,
untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari selama 15
tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan
untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel. Karena itu untuk
mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi.
Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di
duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin
berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :
Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa
kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino
dan vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh
sel mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang
selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke
peredaran darah setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero
direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan dengan 1 globulin membentuk
transferin. Transferin berfungsi mengangkut besi untuk didistribusikan ke hepar,
limpa, sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi
tubuh.
Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan
enzim proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel
mukosa usus secara utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri
dan porfirin. Ion feri akan mengalami siklus seperti di atas.
Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan
absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat
cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal
akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu kehabisan besi,
maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat.
Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang bersifat
mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah
hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding feritin.
Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum
tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam
tubuh.
ANAMNESIS.
Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
Riwayat Kesehatan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien dulu pernah
kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi
besi yang cenderung diturunkan secara genetik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan ukuran kuantitatif tentang
beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan
pengawasan dapat dilakukan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.
9. Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan
cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan
pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang
berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk
kekurangan zat besi.
Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak
menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran
yang benar dari serum feritin terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik
untuk usia
Universitas Sumatera Utara
DIAGNOSIS KERJA
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan
sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi
dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati anemia
walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah
MANIFESTASI KLINIS
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu : gejala
umum anemia, gejala khas akibat defisiensi, dan gejala penyakit dasar.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab
anemia defisiensi besi. Misalnya paad anemia akibat penyakit cacing tambang disebut
dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolondijumpai gejala gangguan
kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker tersebut.
DIAGNOSIS BANDING
Thalassemia Minor
Pembesaran lensa pada katarak intumesen meningkatkan blok pupil relatif dan
mendorong bagian
Anemia akibat penyakit kronik adalah anemia yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu
yang khas ditandai oleh gangguan metabolisme besi, yaitu adanya hipoferemia sehingga
menyebabkan berkurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin
tetapi cadangan besi di sumsum tulang masih cukup.
Etiologi Belum diketahui. Tetapi penyakit yang mendasari timbulnya anemia akibat penyakit
kronik adalah:
Patogenesis
berkurangnya penyediaan Fe
untuk eritropoesis
gangguan pembentukan Hb
Manifestasi Klinik
Syndrom anemia tidak terlalu mencolok karena penurunan Hb tak terlalu berat
Pemeriksaan laboratorik
Diagnosis
1. Dijumpai anemia ringan sampai sedang pada setting penyakit dasar yang sesuai
2. Anemia hipokromik mikrositer ringan atau normokromik normositer
3. Besi serum menurun disertai dengan cadangan besi sumsum tulang masih positif
4. dengan menyingkirkan adanya gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik dan hipotiroid
Adalah anemia refrakter dengan sel hipokrom dalam darah tepi dan sumsum tulang
yang meningkat,anemia ini dipastikan dengan adanya banyak sideroblas cincin (ring
sideroblast) yang patologis dalam sumsum tulang.
Sideroblast cincin ini adalah eritroblast abnormal yang banyak mengandung banyak
granula besi yang tersusun dalam suatu bentuk cincin atau kerah yang melingkari inti
bukan beberapa granula besi yang tersebar secara acak yang tampak bila eritroblast
normal diwarnai dengan pewarnaan besi.
Pada bentuk herediter anemia dicirikan oleh suatu gambaran darah yang sangat
hipokrom dan mikrositik.Mutasi tersering adalah pada gen asam aminolevulinat
sintase (ALA_S) yang terdapat pada kromosom X.piridoksal 6 fosfat adalah suatu
koenzim untuk ALA-S.jenis lain yang jarang dijumpai meliputi defek
mitokondria,responsif tiamin,dan defek autosom lain.
a. Herediter biasanya terjadi pada pria,dibawa oleh wanita dan juga jarang pada wanita.
b. Didapat
1. Primer : mielodisplasia
2. Sekunder : pembentukan sideroblast cincin juga dapat terjadi disumsum tulang pada
penyakit keganasan sumsum tulang lain dan juga karena obat.
Elektrofoesis Hb N N Hb. A2 N
meningkat
Elektrofoesis Hb N N Hb. A2 N
meningkat
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi,
serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun ;
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi ( bioavaibilitas ) besi --yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vitamin C, dan rendah daging
---Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir
identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan
besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada
laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena
infeksi cacing tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena
Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan besi atau kebutuhan besi yang
meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin menurun.
Gambar 2.5. Distribusi Besi Dalam Tubuh Dewasa (sumber: Andrews, N. C., 1999. Disorders
of iron metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).
Tabel 2.1. Distribusi normal komponen besi pada pria dan wanita (mg/kg)
Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi terhadap anemia
difesiensi besi dapat berupa :
1. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang,
pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau
tidak maka anemia akan kambuh kembali.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh ( iron
replacement therapy ).
a. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat
yang tersedia, yaitu:
- Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x
200 mg. Setiap 200 mg sulfat ferous mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfat
ferous 3 x 200 mg mengakibatkan absorpsi besi 50 mg per hario yang dapat meninglkatkan
eritropoesis dua sampai tiga kali normal.
- Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih
mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama dengan sulfat ferous.
Efek samping utama besi per oral adalah gangguan gastrointestinal yang dijumpai pada
15% sampai 20%, yang sangat mengurangi kepatuhan pasien. Keluhan ini dapat berupa mual,
muntah, serta konstipasi.
Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang menganjurkan sampai 12
bulan. Setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi. Dosis pemeliharaan
yang diberikan adalah 100 sampai 200 mg. Jika tidak diberikan dosis pemeliharaan, anemia
sering kambuh kembali.
Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diebrikan preparat vitamin C, tetapi dapat
meningkatkan efek samping terapi.
b. Besi parenteral
Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Oleh karena risiko ini maka besi
parenteral diberikan atas indikasi tertentu. Indikasi pemberian besi parenteral, yaitu :
1. Intoleransi terhadap pemberian oral
2. Kepatuhan terhadap obat rendah.
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complex, dan
yang terbaru adalah iron ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman. Terapi besi
parenteral bertujuan untuk mengenmbalikan kadar hemoglobin dan mengisi sebesar 500
sampai 1000 mg.
PENCEGAHAN
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia
dan menifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
KESIMPULAN
Glaukoma fakolitik
DAFTAR PUSTAKA
11. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2002.
12. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;1983.
13. Glaucoma. Diakses dari : www.emedcine.com. pada tanggal 12 maret 2012
14. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi
kelima dengan perbaikan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.