OLEH
Fakultas Ekonomi
Semarang
2017
1
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan terwujud tanpa
hadirnya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A. Kerangka Berpikir ......................................................................... 5
B. Temuan Gap Antara Teori dan Praktek ....................................... 11
C. Pengaplikasian Marketing Mix………………………………….. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk terbesar di Dunia,
252.370.792 jiwa penduduk di tahun 2015. Dengan data tersebut dipastikan ada
perbandingan lurus terhadap permintaan BBM dan Non-BBM serta Petrokimia
karena produk-produk tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan BBM, Non-BBM, dan
Petrokimia dapat dipenuhi dengan proses pengolahan Hasil Bumi yang baik, agar
semua masyarakat Indonesia dapat merasakan manfaatnya. PT PERTAMINA
(PERSERO) selaku BUMN yang Bergarak di bidang Energi seperti
Pertambangan Minyak, Gas Bumi serta Energi Baru dan Terbarukan bertugas
mengolah Hasil Bumi tersebut agar produk BBM, Non-BBM, dan Petrokimia
dapat diterima dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Isu kedua masih terkait dengan isu pertama. Terkait produk bersubsidi
yang jumlahnya cukup banyak, keputusan penetapan harga berada di luar control
Pertamina. Yang dimaksudkan disini berarti Pertamina hanya sebagai price taker,
dan bukannya price maker.
produk agar perusahaan Anda tidak rugi. Kedua opsi ini tidak dimiliki oleh
Pertamina. Pertamina harus tetap menjual produk-produk bersubsidi dengan harga
yang tidak dapat dirubah. Dengan kondisi semacam ini, tentunya Pertamina
berada didalam posisi yang tidak dapat mempraktikan konsep pemasaran secara
wajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Berfikir
Pengertian Pemasaran
Pengertian pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005 : 10). Pemasaran yaitu suatu proses
perencanaan dan pengendalian dari konsep harga, promosi dan distribusi dari ide
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan dari individu
atau kelompok. Berkowittz dkk (2002) mengatakanpemasaran merupakan proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta
nilai dengan pihak lain (Kotler & Amstrong, 2005 :7)
serta total unit dan total volume penjualan tertentu dalam satu jangka waktu
tertentu (Assauri, 2005).
Menurut Lamb dkk, (2001: 55) bauran pemasaran mengacu pada paduan
strategi produk, distribusi, promosi dan penentuan harga yang bersifat unik yang
dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar
yang dituju.
Sedangkan menurut Swastha dan Irawan, (2000: 35) tekanan utama dari
marketing mix adalah pasar, karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh
perusahaan diarahkan ke pasar. Kebutuhan pasar tersebut dipakai sebagai dasar
untuk menentukan macam produknya; demikian pula keadaan pasar terhadap
berbagai macam alternatif harga, promosi dan distribusi.
2. Produk (Product)
3. Harga (Price)
4. Promosi (Promotion)
5. Tempat (Place)
Sunarto, (2003:13) menambahkan bahwa empat kelompok yang luas
disebut 4P dalam pemasaran: prodok (product), harga (price), promosi
(promotion) dan tempat (place). Keputusan bauran pemasaran harus diambil
untuk mempengaruhi saluran perdagangan dan juga konsumen akhir.
9
1. Produk
(Kotler, 2005) menyebutkan produk adalah segala sesuatu yang
dapatditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.
Menurut Dharmmesta dan Irawan (2001:165) produk adalah suatu sifat
yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk
bungkus, warna, prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh
pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa produk diperlukan untuk
mempertemukan hasil perusahaan dengan permintaan yang ada agar
produk yang diperlukan oleh konsumen memberikan kepuasan pada
konsumen dan sekaligus menguntungkan perusahaan. Hatane Samuel
(2001) menyatakan faktor produk mempunyai pengaruh bermakna
secara parsial terhadap keputusan pembelian.
Menurut Mursid, (2008: 71) definisi lain produk, adalah hasil akhir
yang mengandung elemen-elemen fisik, jasa dan hal-hal yang simbolis
yang dibuat dan dijual oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan
dan keuntungan bagi pembelinya.
10
Menurut Fajar Laksana, (2008: 67) produk adalah segala sesuatu baik
yang bersifat fisik maupun non fisik yang dapat ditawarkan kepada
konsumen untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Produk tidak hanya dilihat dari bentuk fisiknya, tetapi juga mencakup
pelayanan, harga pristise, pabrik dan penyalurannya yang semuanya
diharapkan oleh konsumen dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Harga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau
mungkin)yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk danpelayanan (Dharmmesta dan Irawan, 2001:241).
(Lamarto, 2005) Istilah harga adalah jumlah uang (kemungkinan
ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh
beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang
menyertainya.Kotler dan Amstrong (2005) harga adalah sejumlah uang
yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk tersebut.(Alma, 2003) harga adalah nilai suatu barang yang
dinyatakan dengan uang.
Menurut Kotler (2006: 77) Harga adalah salah satu unsur bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya
menghasilkan biaya.
Dari kelima metode tersebut, yang paling banyak dipakai oleh para
pedagang adalah metode penetapan harga mark-up, karena sebagian
besar harga pedagang besar dan pedagang eceran ditentukan dengan
menggunakan kenaikan harga yang biasa dipergunakan oleh pedagang.
Misalnya para pengecer satu mark-up harga pada biaya untuk
memperoleh harga penjualannya.
3. Tempat
Saluran distribusi sering disebut saluran perdagangan atau saluran
pemasaran.Menurut Dharmmesta dan Irawan (2001 : 285) saluran
distribusi merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan
dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, dan
pengecer melalui nama sebuah komoditi produk atau jasa dipasarkan.
Perantara pemasaran merupakan lembaga atau individu-individu yang
menjalankan kegiatan khusus dibidang distribusi, yaitu perantara
pedagang dan perantara agen.Alasan utama perusahaan menggunakan
perantara adalah untuk membantu meningkatkan efisiensi distribusi.
4. Promosi
Menurut Dharmmesta dan Irawan (2001 : 349) promosi adalah arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkanseseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukarandalam pemasaran. Tujuan utama promosi
adalah menginformasikan,mempengaruhi, dan membujuk serta
mengingatkan pelanggan sasarantentang pemasaran dan bauran
pemasaran. Dengan memperhatikan haldiatas maka dibutuhkan
persiapan ataupun sarana promosi agar apa yangdiinginkan perusahaan
dapat memenuhi sasaran dan efisien.
Dari uraian definisi diatas menurut Kotler dan Amstrong (2012:52), Semua
pengertian bauran pemasaran akan berkaitan dengan seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan dimana alat pemasaran yang dimaksud adalah 4P
yakni produk, harga, saluran distribusi, dan promosi. Dengan menggunakan ke
empat unsur bauran pemasaran tersebut maka perusahaan akan memiliki
keunggulan kompetitif dari pesaing karena Bauran Pemasaran. Pelayanan dengan
penerapan bauran pemasaran yang efektif dan efisien maka keputusan pembelian
konsumen pun akan lebih memilih kepada produk perusahaan Kotler dan
Amstrong (2012:52).
Sistem Strategi Pemasaran dalam program studi Bisnis Internasional
terdapat pada mata kuliah Pemasaran - Dasar-Dasar Pemasaran. Salah satu bab
yang bersangkutan dengan Strategi Pemasaran adalah pada bab Bauran
Pemasaran. Di dalam bab Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran prinsip 4P
(Product, Price, Place Promotion). Prinsip 4P, yang berfokus pada 4 Faktor-
Faktor yang memepengaruhi sistem pemasaran, faktor tersebut antara lain Price
(Harga), Place (Tempat), Product (Produk), dan Promotion (Promosi).
Menurut penulis prinsip 4 p dapat digunakan pada Sistem Pemasaran PT.
Pertamina (Persero). Hal ini dikarenakan PT. Pertamina (Persero)
mengidentifikasi Pasar, Perusahaan BUMN, secara otomatis menetapkan Place
seluruh wilayah Republik Indonesia sebagai Pasarnya, bahkan pada tahun 2015
sudah berani merambah Pasar Asean dengan beberapa pengakuisisian perusahaan
Energi di Luar Negeri. Product yang ditawarkan PT. Pertamina (Persero) adalah
Migas dan Non-Migas seperti Minyak, Gas, Aspal, Petrokimia. Price yang
dipunyai oleh PT. Pertamina (Persero) sangat tergantung dengan harga Pasar
15
Dunia sehingga terkadang ada lonjakan harga disetiap periode (bulan), oleh
karena itu pelanggan harus update harga di setiap periodenya. Promotion Alat
Promosi yang digunakan oleh PT. PERTAMINA (Persero) antara lain media
cetak dan media elektronik.
Karenanya, proses produksi yang efisien tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
keunggulan perusahaan. Efisiensi proses produksi harus diarahkan untuk
mendukung pengembangan produk yang tepat bagi pelanggan.
laten konsumen. Inilah tantangan baru yang dihadapi perusahaan di era yang
penuh dengan kejutan ini. Saat ini keinginan konsumen semakin sulit ditebak.
Perusahaan harus dapat menemukan cara-cara yang inovatif untuk dapat menggali
kebutuhan konsumen, lalu mengubahnya menjadi produk serta jasa yang
istimewa.
Tahun 2014 merupakan masa sulit bagi perusahaan minyak dan gas di berbagai
negara, termasuk Pertamina saat itu harga minyak dunia turun ke harga yang tidak
pernah diduga. Disrupsi ini mengakibatkan banyak perusahaan minyak dan gas di
Barat tumbang, sementara sisanya mencoba bertahan dengan melakukan
perampingan habis-hadapatn. Situasi semacam ini tentu diluar prediksi banyak
ahli, mengingat minyak merupakan komoditas tak terbarukan yang harganya
biasanya terus naik seiring cadangannya yang semakin berkurang. Tapi, yang
terjadi belakangan ini justru sebaliknya.
Turunnya harga minyak dunia menjadikan bisnis Pertamina di hulu tidak dapat
terlalu diharapkan. Bahkan banyak sumur minyak yang harus ditutup karena rugi.
Namun, di hilir pun Pertamina menghadapi situasi yang tidak mudah.
Sebelum tahun 2015, penjualan produk bahan bakar minyak (BBM) Pertamina
masih didominasi oleh Premium (97%). Sementara produk-produk Pertamax
Series masih memberikan kontribusi penjualan yang minim (3%). Padahal, profit
justru lebih banyak di sumbangkan dari produk-produk Pertamax Series.
Sementara itu, keluarnya Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014 mengakibatkan
Premium tidak lagi mendapat subsidi dan di lain pihak, minyak solar untuk
transportasi disubsidi secara tetap sebesar Rp. 1000/liter. Kondisi semacam ini
tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Pertamina
Dari kajian yang dilakukan oleh Pertamina, produk premium yang memiliki nilai
oktan (RON) 88 sebenarnya tidak ideal bagi mayoritas kendaraan yang digunakan
masyarakat saat ini, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Kendaraan-
kendaraan tersebut idealnya memerlukan BBM dengan RON pada interval 90
hingga 92. Dari segi persentase, jumlah kendaraan tersebut lebih dari 60% dari
seluruh populasi mobil dan motor. Karenanya, produk Pertamax yang memiliki
Ron 92 sebenarnya lebih tepat untuk mayoritas masyarakat Indonesia
dibandingakn Premium. Masalahnya, ada selisih harga yang dipersepsi cukup jauh
di antara keduanya. Inilah yang menjadikan mayoritas pemilik kendaraan masih
bertahan meggunakan Premium.
Agar produk baru ini dapat dipatok dengan harga yang lebih terjangkau bagi
konsumen, tentu harus ada elemen-elemen biaya yang dikurangi. Untuk itulah
Pertalite dihadirkan dengan nilai oktan yang lebih rendah dari Pertamax. Pertamax
memiliki RON 92, sedangkan Pertalite memiliki RON 90. Namun, Pertalite masih
lebih baik dari Premium yang RON-nya hanya 88. Dengan alternative baru ini,
konsumen memiliki alternative bahan bakar kendaraan yang lebih baik dari
Premium, namun tidak semahal Pertamax. Inilah contoh penerapan Teknik
reducing untuk pengembangan produk baru.
19
Kelahiran Pertalite bukan sekadar hasil dari berpikir inovatif. Produk ini tidak
akan muncul seandainya Pertamina tidak cukup berani untuk mengeksekusinya.
Sekitar tahun 2007, ide membuat produk bahan bakar kendaraan dengan RON 90
sebenarnya pernah diusulkan. Namun, ide itu akhirnya menguap begitu saja
karena tidak segera diimplementasikan dan pada tahun 2015 gagasan tersebut
kembali dimatangkan dan akhirnya dapat di realisasikan. Namun, pekerjaan
rumah berikutnya sudah menanti. Saat produk baru diluncurkan, tentu tidak serta
merta dapat menarik perhatian target konsumen yang disasar. Karena itu, perlu
diadakan sejumlah sosialisasi dan aktivitas yang mampu meningkatkan awareness
masyarakat terhadap Pertalite.
Salah satu langkah awal yang Pertamina lakukan adalah memancing rasa ingin
tahu konsumen melalui video pendek (teaser) serta poster yang menonjolkan
angka “90”. Teaser tersebut Pertamina tampilkan di berbagai media dan acara.
Setelah berhasil memancing keingintahuan konsumen,barulah Pertamina mulai
memasarkan Pertalite pada Juli 2015 sekaligus melakukan uji pasar.
Masih banyak lagi yang Pertamina lakukan untuk membuat Pertalite mampu
merebut hati pelanggan. Pemasangan iklan, kerjasama sponsorship, aktivasi lewat
SPBU Pertamina, hingga blusukan ke komunitas-komunitas Pertamina lakukan.
Sebagus-bagusnya produk Pertalite, tidak akan ada yang membelinya jika
pelanggan belum tahu manfaat dan keunggulannya.
Lalu bagaimana hasil dari semua aktivitas tersebut? Pertalite yang dipasarkan
sejak 24 Juli 2015 mampu mencetak penjualan 373.000 KL. Jumlah ini terus
mengalami kenaikan ,dan pada tahun 2016 berhasil meraih peenjualan sebesar
5,855 juta KL, atau naik 1.500% dari tahun sebelumnya. Pertalite juga berhasil
20
menggerus pasar Premium dengan market share 18%. Market share premium
turun dari 97% (2014) menjadi 87% (2015) dan 45% (2016)
Selian itu, Pertalite mampu menorehkan beberapa prestasi yang luar biasa.
Sejumlah penghargaan berhasil diraih Pertalite. Salah satunya yaitu Product of
The Year 2016 oleh MarkPlus yang bekerjasama dengan Indonesian Marketing
Association (IMA).
Penghargaan lain yang berhasil diraih yaitu Otomotif Choice Award (OCA) tahun
2016 sebagai Produk of The Year di kategori Bahan Bakar Bensin RON 90-98.
Tidak hanya itu, pengharagaan berikutnya untuk Pertalite datang dari AutoBild
Indonesia yang menggelar Customer Satisfaction Survey (CSS) 2016 untuk
melihat kepuasaan pemilik mobil dari berbagai merek dan tipe. Dalam gelaran di
tahun ketiga itu, Pertalite dinobatkan sebagai The Most Favorite Fuel.
Keempat pendekatan tersebut sejalan dengan model 4C. Di era yang baru, model
4C telah bertransformasi menjadi 5C, dengan aspek terkahir adalah Connector.
Adanya connector menjadikan banyak informasi semakin transparan bagi
pelanggan. Konsumen dengan mudah dapat mengetahui harga. Anda dan juga
harga kompetitor. Bahkan mereka dapat tahu berapa elemen biaya perusahaan
Anda dalam memproduksi suatu produk atau jasa. Di sisi lain, mereka
22
menginginkan kebebasan lebih besar untuk menentukan besaran biaya yang dapat
mereka keluarkan.
Berdasrkan keputusan presiden no 191 tahun 2014, premium tidak lagi disubsidi
oleh pemerintah. Ini berarti kerugian yang muncul dari produk premiuim
seluruhnya ditanggung oleh Pertamina. Meski begitu Pertamina tidak dapat
seenaknya saja untuk menaikkan harga dari Premium itu sendiri. Tiap tiga bulan
sekali, pemerintah dan Pertamina selalu meninjau ulang harga dari premium
sendiri. Namun keputusan akhir tetap ada ditangan pemerintah (price taker ada di
tangan pemerintah)
Keleluasaan dalam penetuan harga hanya ada dalam produk-produk BBM umum
(kecuali Premium, Solar dan minyak tanah) untuk pertamax series , Pertamina
lebih leluasa untuk menyesuaikan harga produk dengan permintaan pasar. Inilah
beberapa fakta terkait produk dan kebijakan harga di Pertamina yang perlu
diketahui oleh masyarakat
Selain BBM subsidi dan BBM umum ada satu jenis BBM lagi yaitu BBM
penugasan, BBM ini merupakan jenis Premium khusus untuk area di luar Pulau
Jawa, Madura dan Bali yang harganya ditetapkan oleh pemerintah. Harga yang
23
ditetapkan hanya berlaku sampai lembaga penyalur Pertamina yaitu SPBU dan
Agen Premium dan Minyak Solar (APMS). Di luar itu harga yang dipatok lebih
tinggi dari pada yang ditetapkan pemerintah. Semakin jauh dan terpencil,
harganya juga akan semakin melambung.
Bermula dari keluhan harga BBM di kabupaten nunukan yang mempunyai harga
20.000/liter oleh Gubernur setempat kepada Presiden Jokowi saat peresmian
Bandara Juwata pada 23 Maret 2016 hingga harga BBM yang mencapai
100.000/liter di papua dan mengakibatkan harga kebutuhan juga tinggi serta
menjadi kendala bagi pembangunan infrastruktur.
Hingga pada 10 Juni 2016, kerja keras Pertamina membuahkan hasil. Masyarakat
Krayan memiliki APMS dan dapat menikmati BBM produksi bangsanya sendiri
yang harganya sama dengan saudara mereka di daerah lainnya yaitu Rp6.450/liter
untuk premium dan Rp5.150/liter untuk Solar. Moment bersejarah mengingat
untuk pertama kalinya masyarakat setempat akhirnya mampu menikmati harga
24
BBM yang sama dengan daerah lainnya sejak negara ini merdeka 71 tahun yang
lalu.
Konsep ini dilanjutkan pada wilayah papua, dimulai dengan supplay lewat jalur
sungai dan darat didaerah kabupaten Ndoga dari kabupaten Timika contohnya.
Sedangkan untuk daerah Kabupaten Pegunungan Arfak melalui jalur darat
meskipun harus dengan bantuan kendaraan all whell drive yang mampu
mengangkut drum pengangkut BBM (Intermediate Bulk Container). Sedangkan
untuk Kabupaten Intan Jaya, Puncak dan Tolikara harus disuplai menggunakan
pesawat.
Selanjutnya presiden meminta agar harga BBM di papua dapat disamakan dengan
harga Di pulau Jawa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Menindaklanjuti permintaan Presiden, Menteri ESDM, Ignasius Jonan
menerbitkan peraturan Menteri nomor 36 tahun 2016 tentang Percepatan
Pemberlakuan Satu Harga Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Tertentu daqn Jenis
BBM Khusus Penugasan Secara Nasional. Ini berarti “BBM 1 Harga” harus
berlaku dari Sabang sampai Merauke.
Kebijakan “BBM 1 Harga” memang akan dianggap sebagai beban jika hanya
dilihat dari sisi operasional. Anggapan bahwa kebijakan ini merupakan beban
operasional juga muncul dari pikiran yang berfokus jangka pendek. Karena
pandangan tersebut inisiatif-inisiatif yang bersifat jangka panjang akan terlewat.
Padahal akan berbeda apabila Pertamina dapat melihat kebijakan “BBM 1 Harga”
tersebut dari perspektif-perspektif” yang beragam dan fokus untuk jangka
panjang.
Pertamina melihat “BBM 1 Harga” melalui berbagai sudut pandang, tidak sekadar
persoalan operasional Pertamina. Dari sudut pandang Pemerintah, ini merupakan
bentuk upaya kebijakan pemerataan pembangunan, terutama untuk wilayah
Indonesia timur. “BBM 1 Harga” akan memberikan stimulus untuk kegiatan-
kegitan ekonomi yang lebih produktif.
25
Dengan peran BBM yang vital bagi aktivitas perekonomian perubahan harganya
akan memberikan multiplier effect pada berbagai aspek.contohnya yaitu dengan
kebijakan ini pertumbuhan ekonomi di luar jawa diharapkan meningkatkan.
Otomatis kebutuhan akan moda transportasi juga akan meningkat. Kebutuhan
yang tinggi akan transportasi di ikuti dengan kenaikan kebutuhan akan bahan
bakar dan pelumas yang juga meningkat. Hal ini dapat ditangkap sebagai sebuah
peluang untuk memasarkan produk BBM non-PSO seperti Pertalite dan Pertamax
Series, serta Pertamina Lubricants untuk memasarkan pelumasnya di pasar yang
lebih atraktif bagi produk produknya.
Di segmen ritel, salah satu produk dari Pertamina adalah Bahan Bakar Kendaraan
(BBK). Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) menjadi hal yang vital bagi
Pertamina dalam mendistribusikan produknya untuk menjangkau konsumen.
Pada tahun 2015 Pertamina meluncurkan konsep baru yang lebih pas untuk
generasi masa depan yaitu “Pasti Prima” di 6 SPBU di Jakarta. Diharapkan satu
tahun berjalan ,konsep ini sudah di aplikasikan pada 500 SPBU pasti pas yang
akan dikonversikan menjadi SPBU Pasti Prima.
Bersamaan dengan itu Pertamina juga berkerja sama dengan MAP Group dalam
layanan pengembangan restoran cepat saji di SPBU yang membawahi restoran
cepat saji ternama seperti BurgerKing dan Domino Pizza. Selain itu Pertamina
juga menggandeng Es Teler 77 sebagai mitra mereka.
27
SPBU Pasti Prima nantinya diposiskan sebgai touch point yang diharapkan
mampu memberikan pelayanan dan pengalaman yang lebih luas bagi
pelanggan.ini juga merupakan salah satu bentuk dari teknik zooming dimana
dengan tagline “beyond fuel” menegaskan bahwa SPBU Pasti Prima hadir
memberikan layanan yang lebih lengkap daripada SPBU lainnya
Ada tiga kombinasi untuk mewujudakan hal tersebut yaitu pertama adalah layanan
energi yang lebih terpadu,kedua, layanan non-fuel retail yang mencakup restoran,
toko ritel, dan sebagainya.ketiga yaitu pemanfaatan teknologi digital untuk
meningkatkan kepuasaan dan loyalitas pelanggan
No.
Teori Kenyataan / Realita
Pada kenyataannya, Harga di Pasar jika dibandingkan
Prinsip 4P
1 dengan Kompetitor adalah termasuk yang mahal.
sebagai Strategi
.1 Walaupun berselisih antara 100-500 tapi ini akan
Pemasaran.
sangat memepengaruhi keputusan dari Pelanggan.
29
D. Rekomendasi
Berdasarkan temuan gap antara teori dan praktik serta demi mewujudkan
penerapan ilmu pasar bisnis dan perilaku pembelian bisnis yang efektif dan
efisien. Maka dengan hasil temuan tersebut Pertamina merekomendasikan
beberapa hal terkait pasar bisnis dan perilaku pembelian bisnis di PT. Pertamina
(Persero), sebagai berikut:
1. Sebaiknya PT. Pertamina (Persero) lebih menggali lebih dalam lagi
tentang Media yang dapat dipakai untuk aktivitas spreading (penyebaran)
informasi tersebut dapat berupa bulletin, informasi via e-mail, social
media, website resmi perusahaan, dan informasi via meeting harian.
Bilamana banyak isu makro yang diangkat — ini berhubungan juga
dengan transparansi — akan sangat mungkin memicu ide-ide segar yang
bersifat konstruktif. Tak hanya itu, kesiagaan karyawan dalam proses
produksi dan penjualan akan lebih terbangun lagi. Hal tersebut terjadi,
karena karyawan telah memiliki bekal infornasi yang memadai dan
memahami dampak yang melingkupi infornasi tersebut.
2. Untuk masalah promosi, PT. Pertamina (Persero) dapat lebih
menghidupkan lagi aktivitas dan informasi yang berada di dalam website
resminya. Hal ini dapat menstimulasi munculnya relasi bisnis baru atau
menjaga relasi bisnis yang sudah ada dengan ketersediaan laporan atau
30
berita kondisi terkini dari PT. Pertamina (Persero) yang dapat menjadi
referensi bagi relasi bisnis yang telah dimiliki oleh PT. Pertamina
(Persero). Kemudahan ini tentunya dapat memanjakan relasi bisnis atau
calon relasi bisnis, karena dapat mengakses informasi terkini tentang PT.
Pertamina (Persero) secara efisien (biaya maupun tenaga).
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah Penulis laksanakan selama 5 Oktober 2015
sampai dengan 8 Desember 2015, maka dapat Pertamina simpulkan bahwa :
B. Saran
Dengan dilaksanakannya pelaksanaan kegiatan magang yang Pertamina lakukan
di PT. Pertamina (Persero) maka Pertamina menyarankan poin-poin di bawah ini
terkait dengan pelayanan administrasi kepegawaian di PT. Pertamina (Persero),
yaitu :
Terkait dengan judul “Analisis Marketing Mix PT. Pertamina Persero” yang
dipilih penulis. Maka saran yang dapat penulis berikan kepada PT. Pertamina
(Persero) diantaranya ialah:
1. Lebih meningkatkan kemampuan memproduksi Produk dalam negeri,
Apalagi belum ada sebulan, ada pengakuisisian PT. TPPI Tuban oleh
pertamina dan Pemerintah ingin menjadikan Tuban salah satu pusat
Petrochemical di Indonesia, meminimalisir Impor;
2. Meningkatkan pengawasan kinerja karyawan agar semua kegiatan
operasional dapat berjalan dengan baik. Sehingga sesuai dengan standar
kerja yang diharapkan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip dan Armstrong. 2012. Principle of Marketing. Upper Saddle River:
UGM, Yogyakarta.
Keegan, Warren, J., 2007, Manajemen Pemasaran Global, Edisi Ke-6, Indeks,
Jakarta.
Jakarta.
Jakarta.
Empat.
Liberty.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Liberty.