Anda di halaman 1dari 32

MATERI PERKULIAHAN EKOLOGI HEWAN

A. DEFINISI EKOLOGI DAN KONSEP EKOLOGI HEWAN


1. Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Beberapa ahli
ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut: Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai
totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya.
Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara
organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di
sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik.
Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme,
kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-
proses penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan
dengan ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang
biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan
biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi)
maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut.
Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar
yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan
ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-
faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-
organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya.
Berbagai faktor dan proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam
menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti;
habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.
Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat
kita manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis
keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan
lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari
salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya,
makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan
penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya
dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat
alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam
ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi
lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
Adapun ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu;
Synekologidan Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau
penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi
dalam komunitas tersebut. Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan
kelimpahan jenis ikan tertentu di daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian atau
penelitian tentang species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu
atau populasi suatu species hewan. Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang
seluk beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.), mulai dari habitat, makanan,
fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an lain-lain.
Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar pokok
bahasan dalam ekologi hewan mencakup hal berikut ini;
a. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional, mulai
tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai biogeografi atau
penyebaran hewan di muka bumi.
b. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku
terhadap perubahan lingkungan.
c. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya.
d. Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari kehadiran,
aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.
e. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam
populasi dan komunitas.
f. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner.
g. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.
h. Ekologi sistem dan permodelan.
Dengan demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian
individu/organisme, populasi, komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan
kelimpahan, adaptasi dan perilaku, habitat dan relung, produktivitas sekunder, sistem dan
permodelan ekologi.
2. Ruang lingkup ekologi
1) Populasi
Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang
hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di
Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara.
Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi
serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan.
Jumlah dari suatu populasi tergantung pada pengaruh dua kekuatan dasar,
Pertama adalah jumlah yang sesuai bagi populasi untuk hidup dengan kondisi yang
ideal. Kedua adalah gabungan berbagai efek kondisi faktor lingkungan yang
kurang ideal yang membatasi pertumbuhan. Faktor-faktor yang membatasi diantaranya
ketersediaan jumlah makanan yang rendah, pemangsa, persaingan dengan mahkluk
hidup sesama spesies atau spesies lainnya, iklim dan penyakit. Jumlah terbesar
dari populasi tertentu yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu disebut dengan
kapasitas beban lingkungan untuk spesies tersebut.
Populasi yang normal biasanya lebih kecil dari kapasitas beban lingkungan bagi
mereka disebabkan oleh efek cuaca yang buruk, musim mengasuh bayi yang kurang
bagus, perburuan oleh predator, dan faktor-faktor lainnya.
2) Komunitas
Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi tumbuhan dan tanaman yang hidup secara
bersama di dalam suatu lingkungan. Serigala, rusa, berang-berang, pohon cemara
dan pohon birch adalah beberapa populasi yang membentuk komunitas hutan di
Isle Royale. Ahli ekologi mempelajari peranan masing-masing spesies yang
berbeda di dalam komunitas mereka. Sebuah komunitas tumbuh-tumbuhan dan binatang
yang mencakup wilayah yang sangat luas disebut bioma. Batas-batas bioma yang
berbeda pada umumnya ditentukan oleh iklim. Bioma yang utama termasuk
diantaranya padang pasir, hutan, tundra, dan beberapa tipe bioma air.
Peran suatu spesies di dalam komunitasnya disebut peran ekologi (niche).
Sebuah peran ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam
lingkungannya, termasuk diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa yang
dimakan atau apa yang digunakan untuk energi, predator yang memangsa, jumlah
panas, cahaya atau kelembaban udara yang dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat
direproduksi.
3) Ekosistem
Sebuah ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi alam.
Ekosistem terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan abiotiknya seperti iklim,
tanah, air, udara, nutrien dan energi. Ahli ekologi sistem adalah mereka yang mencoba
menghubungkan bersama beberapa perbedaan aktifitas fisika dan biologi di dalam
suatu lingkungan. Penelitian mereka seringkali terfokus pada aliran energi dan
perputaran material-material yang ada di dalam sebuah ekosistem.
a. Aliran energi
Para ahli ekologi mengkategorikan elemen-elemen yang membentuk atau yang
memberi efek pada sebuah ekosistem menjadi 6 bagian utama berdasarkan pada
aliran energi dan nutrien yang mengalir pada sistem yaitu Matahari, bahan-
bahan anorganik, produsen, konsumen pertama, konsumen kedua dan pengurai.
Sebuah ekosistem yang sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Matahari menyediakan energi yang hampir dibutuhkan semua produsen untuk
membuat makanan. Produsen terdiri dari tanaman-tanaman hijau seperti rumput dan
pohon yang membuat makanan melalui proses fotosintesis.
Tanaman juga membutuhkan bahan-bahan abiotik seperti air dan pospor
untuk tumbuh. Yang termasuk konsumen pertama diantaranya tikus, kelinci,
belalang dan binatang pemakan tumbuhan lainnya. Ular, macan dan
konsumen kedua lainnya atau yang biasa disebut dengan predator adalah
pemakan binatang. Pengurai seperti jamur dan bakteri, menghancurkan
tanaman dan binatang yang telah mati menjadi nutrien-nutrien sederhana.
Nutrien-nutrien tersebut kembali ke dalam tanah dan digunakan kembali oleh
tanaman-tanaman.
b. Perputaran material-material
Semua benda hidup terdiri dari unsur-unsur kimia tertentu dan senyawa-
senyawa kimia. Diantaranya adalah air, karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen,
fospor dan sulfur. Semua material-material ini berputar melalui ekosistem
secara terus menerus. Perputaran fospor misalnya, semua organisme
membutuhkan fospor. Tanaman mengambil senyawa fospor dari dalam tanah dan
binatang memperoleh fospor dari tanaman dan binatang lainya yang dimakan.
Pengurai mengembalikan fospor ke dalam tanah setelah tanaman dan binatang mati. Di
alam ekosistem-ekosistem yang tidak terganggu jumlah fosfor adalah tetap,
tetapi ketika sebuah ekosistem terganggu terutama oleh aktifitas manusia,
fospor seringkali bocor keluar. Hal ini akan mengurangi kemampuan
ekosistem untuk mendukung kehidupan tanaman. Salah satu contoh adalah
ketika manusia merubah hutan menjadi lahan pertanian.
Dengan tidak adanya hutan yang melindungi maka fospor hanyut
bersama tanah dan tersapu ke dalam sungai atau danau. Hal ini sangat
mengganggu pertumbuhan algae. Pada akhirnya fospor terjebak di dalam
endapan lumpur di dasar danau atau lautan. Karena kehilangan fospor maka
petani harus membeli pupuk yang mahal untuk mengembalikan unsur fospor
tersebut kedalam tanah
Perubahan ekosistem muncul setiap hari, secara musiman dan ketika
terjadi suksesi (peralihan) ekologi sepanjang masa.
Kadang kala perubahan terjadi secara berulang-ulang dan secara mendadak,
seperti ketika terjadi kebakaran hutan atau ombak tsunami yang menyapu
pantai. Perubahan yang paling terjadi dari hari ke hari terutama pada lingkaran
nutrien, yang tidak kelihatan sekali, ekosistem-ekosistem kelihatannya
cenderung stabil. Kestabilan yang nyata diantara tanaman dan binatang dan
lingkungannya disebut keseimbangan alam.
Mempelajari ekologi sangat penting, karena masa depan kita sangat
tergantung pada hubungan ekologi di seluruh dunia. Meskipun perubahan
terjadi di tempat lain di bumi ini, namun akibatnya akan kita rasakan pada
lingkungan di sekitar kita.
3. Peranan Ekologi Bagi Manusia
Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah dan
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga dengan mudah mengubah kondisi lingkungannya sesuai
keinginannya. Dengan keberhasilannya ini dengan mudah menyebabkan laju peningkatan
populasi manusia yang relative tinggi (2%) pertahun.
Makin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia telah
menyebabkan makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin bertambahnya
lingkungan buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan
oleh limbah buangan industri, kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme,
terjadinya perubahan pola cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon,
timbulnya berbagai jenis penyakit yang berbahaya dan lain-lain. Manusia kini
dihadapkan pada 2 tantangan, yaitu; 1) menjaga kelestarian ketersediaan sumberdaya, 2)
memelihara kondisi lingkungannya.
Menghadapi kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya
penelitian-penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek ekologi
dari suatu populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor penting dapat
diketahui dengan tepat serta menghasilkan peramalan yang lebih akkurat. Hal ini dapat
mendukung upaya-upaya yang akan dilakukan manusia, karena adanya acuan yang lebih
baik untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat
merugikan kondisi lingkungan serta menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya
agar lestari dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai
terapan dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-
masalah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan
konservasi satwa liar. Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak
diterapkan dalam bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga telah melandasi
penanganan berbagai masalah seperti pengendalian hama dan penyakit, penggunaan
berbagai species hewan tertentu sebagai indicator menunjukkan terjadinya perubahan
kondisi lingkungan, hubungan predator mangsa dan parasitoid – inang, vector penyebar
penyakit, pengelolaan dan upaya-upaya konservasi satwa liar yang bersifat insitu
(pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu ( pemeliharaan di lingkungan buatan
yang menyerupai habitat aslinya) dan lain-lain. Banyak masalah-masalah yang
terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang senantiasa berlandaskan pada
konsep efisiensi ekologi.

4. Permodelan dan Pendekatan dalam Ekologi


Permodelan ekologi disusun dalam menghadapi berbagai kondisi alam atau
lingkungan yang terus menerus berubah atau dinamis. Dalam hal ini manusia dituntut
dapat membuat penjelasan terhadap fenomena-fenomena alam untuk memperoleh
manfaat bagi kepentingan hidupnya maupun meramalkan kejadian yang mungkin akan
terjadi guna menghindari efek buruknya bagi manusia.Untuk dapat memenuhi tuntutan
tersebut diperlukan acuan dan peramalan yang lebih baik dan tepat. Hasil studi tersebut
dibuat dalam bentuk permodelan ekologi. Penyusunannya didukung oleh hasil-hasil
penelitian ekologi yang memberikan informasi kuantitatif dan pengelolaan datanya
banyak dibantu oleh teknik-teknik computer.
Model Ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai bentuk
penerjemahan fenomena ekologi yang sebenarnya dan telah disederhanakan. Jumlah
variable dalam suatu model lebih rendah dari yang sebenarnya, karena yang ditampilkan
hanya faktor-faktor dan proses kuncinya saja, yaitu yang paling penting serta paling
menentukan. Informasi ini didapatkan dari hasil sejumlah penelitian kuantitatif yang
bersifat deskriptif maupunh eksperimental di lapangan maupun di laboratorium.
Permodelan ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai
bentuk penerjemahan fenomena ekologp yang sebenarnya dan telah disempurnakan.
Pendekatan dalam ekologi dapat secara laboratories, lapangan dan matematik.
Dalam ekologi hewan salah satu kendala yang sulit adalah pengukuran, metode dan
teknik pengamatan. Hal ini disebabkan oleh sifat hewan yang senantiasa bergerak dan
berpindah-pindah baik secara liar maupun jinak. Misalnya menyangkut penentuan
kelimpahan dan perilaku hewan yang diteliti, ukuran tubuh mulai dari milimikron sampai
yang besar dan tinggi, stadia perkembangan, kecepatan dan daya gerak yang berbeda-
beda, lingkungan yang ditempati juga berbeda-beda seperti; habitat daratan, perairan
tawar ataupun laut serta keunikan dan kespecifikan perilaku hidupnya termasuk
aktivitasnya dalam sehari.
Metode dan teknik penelitian bukan saja ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas,
tetapi hal lain yang sangat penting adalah tujuan, sasaran dan manfaat dari penelitian itu.
Penelitian ekologi hewan yang bersifat deskriptif ataupun eksperimental dengan data
kuantitatif memerlukan desain (rancangan), prosedur kerja serta pengolahan data secara
statistic.
Penelitian eksperimen, pada dasarnya melibatkan 2 komponen atau perangkat
obyek yang diteliti, yakni; perangkat eksperimen (perlakuan) dan control. Perangkat
control merupakan suatu perangkat obyek yang diamati dan kondisinya serupa benar
dengan perangkat eksperimen, kecuali ada hal-hal tertentu merupakan faktor atau proses
yang diteliti atau yang diberikan sebagai perlakuan.
Pada umumnya penelitian eksperimen dilakukan di dalam laboratorium yang
kondisinya sangat berbeda dengan kondisi di lingkungan alami atau kondisi habitat alami
yang ditempati hewan yang diteliti. Kondisi lingkungan dalam suatu penelitian
laboratorium merupakan kondisi yang dapat dikendalikan oleh peneliti, misalnya dibuat
sangat berbeda dalam satu atau lebih faktor lingkungan dibandingkan dengan kondisi
lingkungan alami atau dibuat sedemikian rupa yang sangat mirip dengan kondisi
lingkungan alami.
5. Aplikasi Konsep Ekologi Hewan
Dalam perkembangannya ekologi telah mengalami diversivikasi dengan lahirnya
cabang-cabang ilmu ekologi lainnya yang lebih spesifik, dengan materi yang terbatas,
khusus dan mendalam yang didasarkan atas kelompok organisme, misalnya; Ekologi
Tumbuhan, Ekologi hewan, Ekologi Parasit, Ekologi Gulma, Ekologi Serangga, ekologi
Burung dan lainnya.
Ekologi Hewan, bahasannya memerlukan pemahaman mengenai aspek-aspek
biologi lainnya juga menyangkut matematika dan statistika. Sebenarnya konsep, asas
ataupun generalisasi dalam ekologi hewan telah banyak memberikan nilai-nilai terapan
yang cukup dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama dalam bidang-bidang
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehata dan pengolahan maupun
konservasi satwa liar. Penerapan ekologi makin penting dengan semakin diperlukannya
upaya-upaya manusia dalam memelihara ketersediaan sumberdaya serta kualitas
lingkungan hidup yang berkesinambungan.
Dalam bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, konsep kisaran toleransi dan
faktor pembatas serta dalam masalah pengendalian populasi hama dan penyakit
(Biological Control). Dengan konsep ekologi hewan juga telah melandasi penggunaan
berbagai species hewan tertentu sebagai species indicator yang menunjukkan terjadinya
perubahan kondisi lingkungan, sudah tercemar atau belum. Konsep lain dalam bidang
pertanian dan kesehatan adalah hubungan predator mangsa dan parasitoid inang. Dalam
upaya meningkatkan hasil produk ikan maupun ternak, pengelolaan satwa liar baik yang
bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu (pemeliharaan di
lingkungan buatan) seluruhnya berazaskan dan berlandaskan efisiensi ekologi dan azas-
azas ekologi.

B. CABANG ILMU EKOLOGI


Karena sifatnya yang masih luas, maka ekilogo mempunyai beberapa cabang ilmu
yang lebih fokus yaitu :
1. Synekologi,
Merupakan Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai
suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu, ekologi
jenis, ekeologi populasi. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies
tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola
distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di
taman nasional, dan lain sebagainya.. Dua bidang kajian utama dalam
sinekologi adalah :
 Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan.
 Bidang kajian tentang analisis ekosistem
2. Autekologi ,
yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme
secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. biasanya tekanannya
pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dll. Contoh autekologi :
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya
terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus
merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain
adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica)
di padang alang-alang, dan lain sebagainya.
3. Ekologi perairan
Perairan menutupi 4/3 permukaan bumi dan merupakan hsbitat terluas
bagi organisme yang hidup di dalamnya. Salah satu ekologi perairan adalah
Ekologi laut topis, Contohnya adalah interaksi antara ekosistem mangrove,
eksositem lamun dan ekosisitem terumbu karang.
4. Padang rumput
Padang rumput adalah daerah yang ditumbuhi tumbuhan yang berjenis
rumput, seperti alang-alang. Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang
menyukai cahaya matahari , dengan bagian yang mudah terbakar di atas
tanah dan akar rimpang (rhizome) yang menyebar luas di bawah permukaan
tanah.Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang,
namun pertumbuhannya terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah satu
cara mengatasinya adalah dengan jalan menanam tanaman lain yang tumbuh
lebih cepat dan dapat menaungi.

C. KERAGAMAN HEWAN
Hewan adalah kelompok besar organisme yang multiseluler, mampu menanggapi
rangsangan dengan aktif, dan memperoleh nutrien dengan memakan organisme lain
(heterotrof). Keanekaragaman pada hewan merupakan variasi dari struktur, bentuk,
jumlah, dan sifat lainnya pada suatu waktu dan tempat tertentu.
Hewan termasuk dalam Kingdom Animalia. Berdasarkan ada atau tidaknya tulang
belakang, hewan dibagi menjadi dua yaitu:

1. Invertebrata
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang. Hewan ini
memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan bertulang punggung/belakang. Selain itu, sistem pencernaan,
pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata.
a) Protozoa
Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya memiliki satu sel saja alias
bersel tunggal dengan ukuran yang mikroskopis hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Protozoa dapat hidup di air atau di dalam tubuh makhluk hidup atau
organisme lain sebagai parasit.
Hidupnya dapat sendiri atau soliter atau beramai-ramai atau koloni. protozoa
memakan tumbuhan dan hewan, frotozoa berkembang biak secara reproduksi
unseksual at au vegetatif dengan cara membelah diri dan dengan cara seksuan /
generatif konjugasi. Contohnya amoeba. Filum protozoa terbagi menjadi beberapa
kelas:
 Kelas hewan berambut getar (Ciliata)
 Kelas hewan berkaki semu (Rhizopoda)
 Kelas hewan berspora (Sporozoa)
 Kelas hewan berbulu cambuk (Flagelata)
b) Porifera/hewan berpori
Porifera adalah binatang atau hewan berpori karena tubuhnya berpori-pori,
hidup di air dengan memakan makanan dari air yang disaring oleh organ
tubuhnya. Porifera terdiri dari tiga kelas:
 Kelas Corcorea
Terdiri dari zat kapur (spikula) dan hidup di laut yang dangkal contoh :
Seghpha sp., Charsarina sp.
 Kelas Hexactinelida
Terdiri atas zat kersik dan hidup di laut yang dalam. Contohnya :
Pnerorepa sp.
 Kelas Demospangia
Tubuh lunak bahkan tidak mempunyai rangka, contoh : Spongia sp.
c) Coelenterata/hewan berongga
Coelentrata berasal dari kata coilos (berongga) dan entron (usus) coelentrata
mempunyai dua macam bentuk yakni bentuk pasif yang menempel pada suatu
dasar dan tidak berpindah. Coelentrata terdiri dari 3 kelas, yaitu :
 Anthozoa
 Hydrozoa
 Scyphozoan
d) Platyhelminthes/cacing pipih
Kata platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, kata plays (pipih) dan
hemlines (cacing), Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan
simetri tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syaraf yang
berpasangan. Cacing pipih kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena
hidup sebagai parasit pada binatang / hewan atau manusia. Contohnya antara lain
seperti planaria, cacing pita, cacing hati, polikladida. Platyhelminthes terbagi ke
dalam tiga kelas yaitu :
 Kelas turbellaria (cacing berambut getar)
 Kelas trematoda (cacing isap)
 Kelas cestroda (cacing pita)
e) Nemathelminthes/cacing gilig
Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh
simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada sistem
peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing
tambang, cacing filaria.
f) Annelida/cacing gelang
Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-
segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran
darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu
tubuh atau hermafrodit. Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas,
lintah / leeches.
g) Mollusca/hewan bertubuh lunak
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak tanpa segmen dengan tubuh yang
lunak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang atau
cangkok yang terbuat dari zat kapur untuk perlindungan diri dari serangan predator
dan gangguan lainnya. Contoh molluska : kerang, nautilus, gurita, cumi-cumi,
sotong, siput darat, siput laut, chiton. Mollusca dibedakan menjadi 4 kelas :
 Kelas lamilli brancuiata (golongan karang dan tiram)
 Kelas gastropoda (golongan siput)
 Kelas cephalopoda (golongan cumi-cumi)
 Kelas amphineura
h) Echinodermata/hewan berkulit duri
Berasal dari bahasa Yunani echimos (landak) dan derma (kulit) semua hewan
yang termasuk filum echinodermata biasanya hidup di laut, bentuk tubuhnya
simetris radial (sisi tubuh melingkar sama). Mempunyai sistem ameudakral (sistem
pompa air). Rangka dalam berkapur dan memiliki banyak duri yang menonjol.
Daya generasinya amat besar. Beberapa organ tubuh echinodermata sudah
berkembang dengan baik. Echinodermata dapat dibagi manjadi 5 kelas, yaitu :
 Asteriodea/bintang laut
Contohnya : Dermaterias imbricate dan Asterias vulgaris/ bintang laut
 Ophiuroidea/bintang ular laut
Contohnya : Ophioderma brevispinum/bintang ular laut.
 Echinoidea/landak laut
Contohnya : Diadema antillarum/landak laut, Echinos esculentus/bulu
babi berbulu pendek
 Holothuroidea/teripang
Contohnya : Holothuria scabra/teripang, Curcuma planci/mentimun laut.
 Crinoidea/lili laut
Contohnya : Lamprometra palmata/lili laut.
i) Arthropoda/herwan berbuku-buku
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali
dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas
segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Arthropoda
dapat dibagi menjadi 4 kelas, yaitu:
 Insecta/serangga
Contohnya : Hetaerina america/capung,
 Crustacea/udang-udangan
Contohnya : Ceonobita clypeatus/umang (kelomang)
 Arachnida/laba-laba
Contohnya : Eurypelma californica/laba-laba
 Myriapoda/lipan
Contohnya : Scolopendra subspinipes/kelabang (lipan), kecoa.

2. Vertebrata
Hewan vertebrata yaitu
hewan yang bertulang belakang
atau punggung. Memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan hewan
Invertebrata. Hewan vertebrata
memiliki tali yang merupakan
susunan tempat terkumpulnya sel-
sel saraf dan memiliki
perpanjangan kumpulan saraf dari
otak.
Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi
kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran darah
berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya. Ciri-ciri tubuh
hewan yang bertulang belakang :
1. Mempunyai tulang yang terentang dari balakang kepala sampai bagian ekor
2. Mempunyai otak yang dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak
3. Tubuh berbentuk simetris bilateral
4. Mempunyai kepala, leher, badan dan ekor walaupun ekor dan leher tidak
mutlak ada. Contohnya pada katak
Hewan bertulang belakang (vertebrata) ini terdiri atas kelas yaitu :
a. Pisces
Ciri utama Pisces ialeh elat pernapasan berupa insang, hewan berdarah
dingin yang hidup di dalam air, tubuh terdiri atas Kepala badan dan ekor.
Rangkha hewan ini tersusun atas tulang sejati, jantung terdiri atas satu serambi
dan satu bilik, serta tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk
menentukan arah dan posisi berenang. Contoh pisces yaitu ikan guramih, hiu,
dan ikan lele.
b. Amphibia
Kelompok hewan amphibi dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-
tempat yang lembab sehingga sering dikenal dengan hewan yang mempunyai
tempat hidup (habitat) di dua alam.
Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit. Telur dan berudu katak hidup
di air kemudian setelah dewasa hidup di darat, berudu berbentuk seperti ikan
yangbernafas dengan insang dan kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut
oleh kehidupan dan akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-
angsur menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi
dewasa. Jantungnya beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik. Berkembang
biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar
tubuhnya (fertilisasi eksternal).
c. Reptilia
Reptilia disebut juga hewan melata karena hewan pada kelompok ini
pedaumumnya mberjalan dengen posisi dadaatau perutnya menyentuh tanah.
Hewan ini memiliki kulit kering bersisik dari zat tanduk serta zat kertin. Reptil
bernafas dengan paru-paru, berdarah dingin (porkoliokonal) yakni yang suhu
tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada umumnya bersifat avivar
(bertelur), contoh kadal, dan vivipar beranak, contohnya ular. Jantung terdiri
dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang masih belum sempurna
contoh: ular, kadal dan iguana.
d. Aves
Ciri utama aves yaitu memiliki bulu penutup tubuhyang tebal dan rapi
serta alat penglihatan, alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang
dengan baik, berdarah panas (homoioteral). Hewan ini memiliki jantung yang
terdiri dari empat atas ruang 2 serambi dan 2 bilik yang sudah berkembang
dengan baik. Pembuahan sel telur dan sperma / fertilisasi terjadi di dalam tubuh
induk (fertilisasi internal). Terdapat sepasang testis, Sedangkan ovarium hanya
satu dan tumbuh dengan baik di sebelah kiri. Contoh: burung, ayam, bebek, dan
angsa.
e. Mammalia
Hewan mamalia umumnya hidup di daratan, tetapi ada pula yang hidup di
air seperti ikan paus, lumba-lumba, berdarah panas, pada kulit terdapat kelenjar
keringat dan kelenjar minyak, otak dan sistem saraf suda sangat berkembang
dengan baik, fertilisasi secara internal. Seluruh mamalia bernafas dengan paru-
paru serta terdapat 4 ruang jantung yang sempurna contoh: kambing, kucing,
sapi, dan gajah

D. HEWAN DAN LINGGKUNGAN


Lingkungan hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya
dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak
dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari
faktor-faktor yang membahayakan.
Begon (1996), membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori, yaitu;
Kondisi dan Sumberdaya. Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang
keadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.
Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-perubahan
morfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa.;
temperature, kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina, tekanan, zat-zat organic dan
anorganik.
Sumberdaya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapat
dibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumberdaya digunakan untuk menunjukkan
suatu faktor abiotik maupun biotikyang diperlukan oleh hewan, karena tersedianya di
lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan
bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa
berusaha untuk selalu dapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut.
Dalam penyesuaian diri tersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang dapat bertahan hidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi akan
mati atau beremigrasi bahkan akan punah. Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara
garis besarnya terdiri atas 3, yaitu;

a. Perubahan Siklik, perubahan yang terjadinya berulang-ulang secara berirama,


seperti malam dan siang, laut pasang dan surut, kemarau dan penghujan, dll.
Perubahan siklik dapat berskala harian, bulanan, musiman, tahunan.
b. Perubahan Terarah, suatu perubahan yang terjadi berangsur-angsur, terus menerus
dan progresif dan menuju ke suatu arah tertentu. Prosesnya bisa lama. Contohnya
mendangkalnya danau Limboto di Gorontalo.
c. Perubahan Eratik, suatu perubahan yang tidak berpola dan tidak menunjukkan
arah perubahannya. Contohnya; pengendapan Lumpur Lapindo di Jawa Timur
(Ponorogo), kebakaran hutan, letusan gunung berapi dan lain-lain.

Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam


suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam satu
komunitas. Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu
ekosistem. Dalam ekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan
lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar
individu, antar populasi dan antar komunitas. Interaksi tersebut merupakan fungsi
ekologis dari suatu ekosistem.
Interaksi antara individu dapat terjadi antar individu dalam suatu populasi atau
berbeda populasi. Misalnya interaksi ayam jantan dengan pejantan lainnya untuk
memperebutkan territorial, antarseekor kucing dengan tikus. Interaksi populasi terjadi
antar kelompok hewan dari suatu jenis organisme dengan kelompok lain yang berbeda
jenis organisme. Misalnya sekelompok harimau berburu sekelompok rusa di padang
rumput. Interaksi antar komunitas terjadi antar kelompok-kelompo singa, kerbau, bison
dan banteng di satu pihak dengan rumput dan semak-semak di pihak lain ketika hewan
itu merumput di padang rumput. Hubungan antar hewan dengan lingkungan biotiknya
terjadi antar organisme yang hidup terpisah dengan organisme yang hidup bersama
a) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu yang sejenis yang hidup pada suatu daerah
dan waktu tertentu. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu-
individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak
semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran
informasi genetik, karena tempatnya terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu
tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat
mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang
disebut populasi.
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-
kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain.
Pemisahan kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi
cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan
untuk melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup
secara terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa
terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional
Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi geografis atau cuaca
itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan pertukaran informasi
genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi-
variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi di tempat masing-masing.
Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua populasi yang terpisah dapat
bersatu, pertukaran informasi genetik dapat berlangsung.
b) Ciri-Ciri Dasar Populasi
 Ada dua ciri dasar populasi, yaitu : ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang
dimiliki oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik,
yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-
individu yang berinteraksi satu dengan lainnya.
 Ciri- ciri Biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi,
antara lain:
 Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang konstan
dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
 Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi,
menjadi tua = senessens, dan mati)
 Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap
perubahan lingkungan
 Mempunyai hereditas
 Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditas oleh faktor- fektor herediter (genetik)
dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran
reproduktif dan persistensi). Persistensi dalam hal ini adalah adanya
kemungkinan untuk meninggalkan keturunan untuk waktu yang lama.
 Ciri- ciri Statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada
individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri-ciri individu itu sendiri,
antara lain:
 Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter
utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi,
emigrasi.
 Sebaran (agihan, struktur) umur
 Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
 Dispersi (sebaran individu intra populasi)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan hewan adalah sebagai berikut:

1. Komunitas
Komunitas (biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan
bagian dari jenis ekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu suatu
satuan lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk
hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme) dan antar sesamanya dan lingkungan
di sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang
salingmempengaruhi.
2. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat
hubungan yang fungsional antar sesama makhluk hidup dan antar makhluk hidup
dengan komponen lingkungan abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem
adalah proses-proses yang melibatkan seluruh komponen biotic dan abiotik untukm
mengelola sumberdaya yang masuk dalam ekosistem. Sumberdaya tersebut adalah
sesuatu yang digunakan oleh o0rganisme untuk kehidupannya, yaitu energi, cahaya
dan unsure-unsur nutrisi.
Interaksi antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan
populasi setiap organisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta perkembangan
struktur komunitas biotic.
3. Produsen
Produsen terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat
menyusun bahan organic dari bahan organic sebagai bahan makanannya.
Penyusunan bahan organic itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi
yang diperlukan untuk aktivitas metabolisme dan aktivitas hidup lainnya. Organisme
autotrof adalah; sebagian besar adalah organisme berklorofil, yang sebagian besar
terdiri dari tumbuhan hijau dan sebagian kecil berupa bakteri.
4. Konsumen
Konsumen adalh komponen biotic yang terdiri dari organisme heterotrof, yaitu
organisme yang tidak dapat memanfaatkan energi secara langsung untuk memenhuhi
kebutuhan energinya. Organisme heterotrof sebagai organisme yang tidak dapat
menyusun bahan organic dari bahan anorganik. Energi kimia dan bahan organic
yang diperlukan dipenuhi dengan cara mengkonsumsi energi kimia dan bahan
organic yang diproduksi oleh tumbuhan hijau (produsen).
Organisme yang tergolong konsumen adalah; Herbivore, yaitu memakan
tumbuhan. Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupu-kupu, belalang dan siput.
Karnivor, adalah hewan pemakan hewan lain baik herbivore maupn sesame
karnivor. Karnivor pada umumnya adalah hewan buas (harimau, singa, ular), dan
hewan pemakan bangkai (komodo, burung hantu, dll). Predator juga termasuk
sebagai karnivor. Omnivor, adalah hewan pemakan segalanya baik tumbuhan
maupun hewan yang sudah mati, misalnya kucing, ayam, musang , tikus dan lain-
lain. Detritivor, adalah organisme yang berperan sebagai pengurai (mikroorganisme)
seperti bakteri.
5. Pengurai
Pengurai, adalah organisme yang berperan sebagai pengurai. Cara
mengkonsumsi makanan tidak dapat menelan dan mencerna makanan di dalam sel
tubuhnya, melainkan harus mengeluarkan enzim pencerna keluar sel untuk dapat
menguraikan makanannya yang berupa organic mati menjadi zat-zat yang
molekulnya kecil sehingga dapat diserap oleh sel.
6. Detritivor
Detritivor adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan organic mati
yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang tergolong detritus antara
lain; rayap, anjing tanah dan cacing tanah.
7. Intraspesifik dan interspesifik
Hubungan timbal balik antara dua individu dalam suatu jenis organisme
(intraspsifik) dan hubungan antara dua individu yang berbeda jenis (interspesifik).
Hubungan-hubungan ini meliputi:
a) Kompetisi
Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan
satu macam sumberdaya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah
satu pihak. Sumberdaya berupa; makanan, energi dan tempat tinggal. Persaingan
ini terjadi pada saat populasi meledak sehingga hewan akan berdesak-desakan di
suatu tempat tertentu. Dalam kondisi demikian biasanya hewan yang kuat akan
mengusir yang lemah dan akan menguasai tempat itu sedangkan yang lemah
akan beremigrasi atau mati bahkan punah.
b) Simbiosis
Hubungan interspesifik ada yang berifat simbiosis ada yang non
simbiosis. Hubungan simbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua
jenis organisme yang keduanya selalu bersama-sama. Contoh dari simbiosis
adalah Flagellata yang hidup dalam usus rayap. Flagellata itu mencerna selulosa
kayu yang dimakan rayap. Dengan demikian rayap dapat menyerap karbohidrat
yang berasal dari selulosa itu. Hubungan nonsimbiosis adalah hubungan antara
dua individu yang hidup secara terpisah, dan hubungan terjadi jika keduanya
bertematau berdekatan. Contohnya adalah kupu-kupu dengan tanaman bunga.
Bunga akan terbantu dalam penyerbukan yang disebabkan terbawanya serbuk
sari bunga oleh kaki kupu-kupu dengan tidak sengaja ke bunga yang lain pada
saat kupu-kupu mengisap nectar dari bunga tersebut. Simbiosis sebagai hidup
bersama antara dua individu dari dua jenis organisme, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan.
c) Pemisahan Kegiatan Hidup
Peristiwa ini adalah hubungan kompetitif antara satu hewan dengan
hewan yang lain dapat berkembang menjadi kegiatan pemisahan hidup
(partition). Dalam hubungan ini hewan-hewan yang hidup di suatu habitat
mengadakan spesialisasi dalam hal jenis makanan atau dalam metode dan
tempat memperoleh makanannya. Misalnya burung Flaminggo mempunyai kaki
dan leher yang panjang yang berfungsi dalam hal pengambilan makanannya
berupa organisme kecil dan di tempat berlumpur sehingga burung tersebut
mudah meraihnya.
d) Kanibalisme
Kanibalisme adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh
bahkan memakannya terhadap individu lain yang masih sejenis. Contoh
belalang sembah betina membunuh belalang jantan setelah melakukan
perkawinan, ayam dalam satu kandang yang berdesak-desakan sehingga
ruangan dan makananya terbatas menyebabkan persaingan yang hebat.
e) Amensalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu menghambat atau
merugikan yang lain, tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme
yang dihambat atau dirugikan.
f) Komansalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu memberi kondisi yang
menguntungkan bagi yang lain sedangkan dirinya tidak terpengaruh oleh
kehadiran organisme yang lain itu.
g) Mutualisme
Hubungan antara dua jenis organisme atau individu yang saling
menguntungkan tanpa ada yang dirugikan.

E. DINAMIKA POPULASI
a. Parameter Utama Populasi
 Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk
meningkatkanjumlahnya, melalui produksi individu baru yang dilahirkan atau
ditetaskan dari telur melalui aktivitas perkembangan. Laju natalitas : jumlah individu
baru per individu atau per betina per satuan waktu. Ada dua aspek yang berkaitan
dengan natalitas ini antara lain:
 Fertilitas, Tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam
populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di
ovovivarkan atau jumlah anak yang dilahirkan.
 Fekunditas, Tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan
individu baru.
 Mortalitas
Menunjukkan angga kematian individu dalam populasi.Dapat dibedakan
dalam dua jenis yakni:
 Mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya
individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.
 Mortalitas minimum (teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi
lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
 Densitas ( Kepadatan )
Menunjukkan jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau volume. Cara
mengukur kepadatan populasi:
 Menghitung langsung
 Teknik sampling (petak contoh)
 Indikator tidak langsung (feses,sarang,jejak dan lain-lain)

Pertumbuhan Populasi Nol, ∆N=0

b. Dinamika Populasi
Merupakan perubahan ukuran populasi yang terjadi sepanjang waktu. Dinamika
populasi membahas cara populasi spesies tertentu berkembang dan menyusut serta
sebab-sebab peningkatan dan penurunan jumlah populasi tersebut. Penelitian yang
cermat terhadap gerakan fluktuasi populasi mengungkapkan bahwa bahkan dalam
system alam yang tampaknya sangat stabil itu, ada kekuatan-kekuatan dinamis yang
dapat menimbulkan efek dramatis dan menghasilkan perubahan drastis dalam jumlah
populasi. Contohnya padalemming, binatang pengerat yang kecil ini hidup di wilayah
yang sangat dingin dibelahan bumi utara.
Setiap tiga atau empat tahun jumlah lemming menjadi amat banyak, lalu terlihat
binatang ini melakukan migrasi besar-besaran. Diduga ini terjadi karena persediaan
makanan yang ada telah habis. Cerita-cerita mengenailemming yang bunuh diri muncul
berdasarkan fakta bahwa binatang ini akan menyeberangi sungai untuk mencari makan.
Ketika mencapai laut, mereka juga mencoba menyeberangi laut tersebut dan akibatnya
mereka mati tenggelam.
Hal ini tentu berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan
kerapatan populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang
bergantung kepada kerapatan) : faktor yang mengendalikan populasi lebih berpengaruh
pada populasi yang besar dibandingkan populasi yang kecil. Contohnya : kompetisi,
predasi dan parasitisme. Dan mekanisme “density independent” (mekanisme yang tak
bergantung pada kerapatan) : faktor yang mengendalikan populasi tidak tergantung
dengan ukuran populasi.
Contohnya : kebakaran hutan, kekeringan,letusan gunung berapi.Secara umum,
aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
 Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
 Perubahan jumlah individu dalam populasi.
 Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga
kestabilan jumlah individu dalam populasi.
 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam
populasi.
c. Tabel Kehidupan dan Struktur Umur Populasi
Tabel kehidupan menggambarkan lama hidup, mortalitas dan harapan hidup pada
interval umur tertentu.Untuk menggambarkan sebaran umur dalam populasi, dapat di
lakukan dengan mengatur data kelompok usia dalam bentuk suatu poligon atau piramida
umur. Dalam hal ini jumlah individu atau persentase jumlah individu dari tiap kelas usia
di gambarkan sebagai balok-balok horizontal dengan panjang relatif tertentu. Secara
hipotesis, ada tiga bentuk piramida umur populasi, yakni :
 Populasi yang sedang berkembang
 Populasi yang stabil
 Populasi yang senesens (tua)
d. Piramida Ekologi dan Biotis
Piramida ekologi merupakan gambaran mengenai hubungan antara pemakan dan
yang dimakan dalam rantai makanan beserta jumlahnya, sedangkan piramida biotis
merupakan diagram hubungan tingkat kedudukan dan jumlah populasi.Struktur trofik
pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida
ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
 Piramida jumlah
Merupakan metode sederhana
untuk mengukur jumlah organisme
dalam tingkat trofik yang dibentuk
dalam hubungan piramida. Dapat
dikatakan bahwa pada kebanyakan
komunitas normal, jumlah
tumbuhan selalu lebih banyak
daripada organisme herbivora.
Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora
tingkat 1. Karnivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2.
Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
 Piramida biomassa
Merupakan piramida yang menggambarkan berat atau massa kering seluruh
organisme pada setiap tingkatan trofik dalam kurun waktu tertentu pada suatu
komunitas atau rantai makanan. Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang
membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem.
Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa.
Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur
biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus
diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh
organisme di habitat tertentu, dan diukur
dalam gram. Untuk menghindari kerusakan
habitat maka biasanya hanya diambil sedikit
sampel dan diukur, kemudian total seluruh
biomassa dihitung. Dengan pengukuran
seperti ini akan didapat informasi yang lebih
akurat tentang apa yang terjadi pada
ekosistem.

 Piramida Energi
Merupakan piramida yang menggambarkan perpindahan energi yang melintas
setiap tingkatan trofik dalam suatu ekosistem.Seringkali piramida biomassa tidak
selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain
dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam
waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat
tentang aliran energi dalam ekosistem.
Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang
tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurangnya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi
karena hal-hal berikut:
 Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat
trofik selanjutnya.
 Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicernakan dan dikeluarkan
sebagai sampah.
 Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme.

e. Penyebaran Individu dalam Populasi


Dispersi atau pola penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan
atas 3 pola utama yaitu:
 Acak (Random)
Merupakan pola persebaran dimana kehadiran suatu individu tidak
mempengaruhi atau dipengaruhi individu lainnya. Penyebaran secara acak jarang
terjadi di alam dan dapat terjadi apabila lingkungan sangat seragam dan tidak ada
kecendrungan untuk berkelompok. Pada pola sebaran ini peluang suatu individu
untuk menempati sesuatu situs dalam area yang di tempati adalah sama, yang
memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan bersifat seragam.Contoh : laba-
laba serigala yang muncul dimana saja. Kutu beras, remis dalam lumpur. Hal ini
terjadi karena lingkungan sangat homogen.
 Teratur (Seragam, unity)
Merupakan persebaran seragam; pola persebaran dalam ruang dimana jarak
individu dan pengamatannya teratur antara satu dengan yang lainnya.Pola sebaran
ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi persaingan
yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi
penjarakan yang kurang lebih merata.
Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam. Penyebaran seragam
(uniform) terjadi apabila kompetisi antar individu sangat hebat atau ada organisme
positif yang mendorong pembagian ruang yang sama. Berkelompok dengan
bermacam derajat merupakan pola yang paling umum ddalam populasi dan hampir
merupakan aturan apabila dipandang dari sudut individu. Akan tetapi harap
diperhatikan bahwa penyebaran berkelompok mendekati acak.

 Mengelompok (Teragregasi, Clumped)


Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam
pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya
atraksi sosial dan lain-lain. Penyebaran secara berkelompok terutama disebabkan
oleh respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal, respon dari
organisme terhadap perubahan cuaca musiman, akibat dari cara atau proses
produksi/regenerasi, sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yang
menunjang untuk terbentuknya kelompok atau koloni. Kecendrungan organisme
untuk berkelompok misalnya waktu berbiak, membentuk koloni, Contoh : semut,
rayap.
Selanjutnya Hutchinson menyebutkan beberapa factor penyebab perbedaan
pola sebaran sebagian anggota populasi adalah:
 Faktor vektorial yang timbul dari gaya-gaya eksternal, seperti arah angin, arah
aliran air, dan intensitas cahaya.
 Faktor reproduktif yaitu faktor yang berkaitan dengan cara berkembang biak,
misalnya tumbuhan yang berbiji seperti kemiri sangat lambat menyebar jauh
dari pohon induknya.
 Faktor sosial sebagai sifat yang dimiliki oleh spesies tertentu, misalnya
perilaku territorial.
 Faktor koaktif yang timbul karena persaingan intra jenis.
 Faktor stokastik karena adanya keragaman acak dalam salah satu faktor di
atas.
f. Distribusi populasi
Distribusi adalah penyebaran hewan dan tumbuhan dimuka bumi.Ada 3 bentuk
distribusi yang berkaitan dengan populasi yaitu :
 Emigrasi : gerakan keluar satu arah ; perpindahan keluar dari area suatu
populasi
 Immigrasi : gerakan masuk satu arah ; perpindahan masuk ke dalam suatu
area populasi dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan.
 Migrasi: perpindahan keluar masuk secara periodik ; menyangkut
perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi.
Pengaruh penyebaran pada populasi akan mengkibatkan :
 Kecil, apabila individu yang masuk atau keluar populasi sedikit tau
populasinya besar.
 Besar, apabila penyebaran yang terjadi secara massal (sangat besar
jumlahnya) dan terjadi dalam waktu yang pendek.
Penyebaran populasi dipengaruhi oleh :
 Barier, misalnya : sungai, gunung, lembah, dan sebagainya
 Vigalitas atau kemampuan gerak organisme.
Umumnya organisme dengan vigalitas tinggi akan memudahkan penyebaran,
misalnya: burung, serangga. Penyebaran merupakan sarana dimana daerah baru atau
lahan yang kosong yang semula tidak dihuni akan menjadi dihuni sehingga terbentuk
suatu keseimbangan baru, disamping itu penyebaran juga penting untuk gene flow dan
pembentukan species baru.
g. Penyebab Persebaran
 Tekanan Populasi, dengan bertambahnya jumlah populasi di dunia ini, maka
tumbuhan dan hewan akan berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain
dan menyebabkan jumlah mereka tersebar di dunia
 Persaingan, persaingan yang dimaksudkan disini adalah perebutan wilayah
kekuasaan. Nah, tumbuhan yang kuat mempertahankan wilayahnya akan
menghasilkan populasi besar sehingga ia menyebar.
 Perubahan Habitat, berubahnya lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan
ketidakmampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan menjadi
merasa tidak cocok untuk terus menempati daerah asal.
h. Sarana Persebaran
 Udara, dalam hal ini digunakan oleh hewan untuk terbang. Sedangkan hewan
menggunakantekanannya dalam bentuk perpindahan benih dari satu tempat ke
tempat yang lain.
 Air, kemampuan hewan dalam berenang terutama hewan-hewan air
menyebabkan perpindahan mudah terjadi. Benih tumbuhan dapat terangkut dan
berpindah tempat dengan menggunakan media aliran air sungai atau arus laut.
 Tanah, sudah jelas. Hewan dan tumbuhan membutuhkan tanah untuk
persebaran.
 Pengangkutan Manusia, baik secara sengaja ataupun tidak manusia dapat
menyebabkan perpindahan tumbuhan dan hewan. Seperti tikus yang
terperangkap di dalam tas seseorang, atau mungkin benih kembang sepatu yang
melengket si baju seseorang.
i. Hambatan Persebaran
 Hambatan Iklim, keadaan iklim terutama yang bersifat ekstrim dapat dapat
menghambat persebaran misalnya kondisi temperatur, kelembaban udara dan
curah hujan.
 Hambatan Edafik (tanah), tanah sangat berpengaruh bagi tanaman/tumbuhan
karena sangat memerlukan unsur-unsur penting dalam tanah yaitu unsur hara,
udara, kandungan air yang cukup. Lapisan tanah yang tipis dan keras membuat
hewan-hewan yang terbiasa menggali tanah dan bertempat tinggal di dalam
tanah memilih mencari daerah yang lapisan tanahnya tebal dan gembur.
 Hambatan Geografis, bentang alam muka bumi dapat menghambat persebaran
tumbuhan dan hewan seperti samudera, padang pasir, sungai dan pegunungan.
 Hambatan Biologis, kondisi lingkungan yang cocok untuk hidup serta
persediaan bahan makanan yang melimpah menjadi faktor penghambat
tumbuhan dan hewan dalam bermigrasi. Hal ini berkaitan dengan kecocokan
dengan kondisi alam.
j. Kelimpahan dan Kerapatan Populasi
Kelimpahan populsi merupakan tinggi rendahnya jumlah individu dalam populasi
yang menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi. Seluruh area yang ditempati individu
suatu populasi sering kali tidak diketahui batasnya, karena itu kelimpahan (ukuran)
populasi pun praktis tidak mungkin untuk ditentukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka digunakan pengukuran tingkat
kelimpahan populasi per satuan ruang yang ditempati yang disebut kerapatan.
Kerapatan populasi adalah rata-rata jumlah individu per satuan luas area (m2, Ha,
km dan sebagainya), atau per satuan volume medium (cc/ml, liter), atau per satuan berat
medium tempat hidup (gram, kg, dan sebagainya). Dalam hal tertentu, kerapatan
populasi hewan lebih memberikan makna bila dinyatakan per satuan habitat atau
mikrohabitat. Misalnya, sekian individu cacing kremi per individu inang, sekian larva
Dacus per buah jambu, dan sekian individu hama wereng per rumpun padi, akan lebih
bermakna dibandingkan dengan penggunaan satuan penyebut, secara berturut-turut, per
gram tubuh inang, per ha kebun jambu, dan per Ha sawah.
Kerapatan populasi tidak selalu harus dinyatakan sebagai jumlah individu.
Apabila ukuran tubuh individu sangat bervariasi, kerapatan populasi seringkali
dinyatakan sebagai kerapatan biomassa (B). Harga B dapat dihitung rumus sebagai
berikut:

B = Σ b atau B = nb
b = berat tubuh individu
n = jumlah individu
b = rata-rata berat tubuh individu
Dalam bahasan yang lebih khusus (produkrivitas, energetika) di bidang ekologi,
adakalnya biomassa dinyatakan dalam satua berat kering (bebas air) atau satuan energi
(kcal, cal, joule). Di alam, terdapat kecenderungan umumadanya hubungan berbanding
terbalik antara kerapatan dengan ukuran tubuh. Populasi dengan kerapatan tinggi
berukuran tubuh kecil, dan sebaliknya.
Kerapatan populasi dipengaruhi oleh parameter utama yaitu: natalitas, mortalitas,
imigrasi, dan emigrasi. Selain itu, dipengaruhi pulas oleh distribusi umur, komposisi
genetik, dan pola distribusi. Natalitas dan imigrasi meningkatkan kerapatan, sedangkan
mortalitas dan emigrasi berpengaruh menurunkan kerapatan.
Distribusi umur mempengaruhi kerapatan populasi karena berpengaruh pada
natalitas dan mortalitas. Populasi dengan distribusi umur tua lebih besar daripada jumlah
umur muda, kerapatannya akan menurun.
Komposisi genetik berarti perbandingan jenis kelamin. Kerapatan akan
bertambah apabila jumlah individu betina lebih banyak daripada jumlah individujantan.

k. Interaksi dalam Populasi (Interakasi Intraspesies)


Pada dasarnya keberadaan individu didalam populasinya ada yang sendiri
(soliter), ada yang kadang-kadang berkelompok, ada pula yang terus menerus dalam
bentuk kelompok. Kehidupan bersama antar individu dalam populasi tidak lepas dari
pemenuhan berbagai kebutuhan hidup seperti makanan, tempat hidup, perlindungan diri
maupun reproduksi.
 Interaksi pada tumbuhan
Pada tumbuhan, adanya kebutuhan air dan makanan yang sama antar individu
akan menimbulkan terjadinya hubungan kompetisi. Namun kompetisi hanya akan
terjadi jika ketersediaan zat makanan terbatas sementara individu yang
membutuhkan banyak. Semakin banyak jumlah individu dalam satu habitat,
semakin besar peluang terjadinya kompetesi. Oleh karena itu dalam budidaya
tanaman, diperlukan upaya untuk mengatasi terjadinya kompetesi dengan mengatur
jarak tanam. Selain itu dapat dilakukan pula dengan sistem pergiliran tanaman,
sehingga pengambilan zat makanan dalam tanah yang bergantung pada jenis
tanaman, berganti pula porsi kebutuhan makanannya.
Hubungan yang spesifik antar induvidu tumbuhan, dapat pula berupa kegiatan
saling membantu (Protokooperasi) dalam pemenuhan kebutuhan air zat makanan
yang diperlukan karena adanya organ penghubung. Hal ini terjadi pada tumubhan
yang berkembang biak melalui anakan, geragih (stolon), ataupun rizoma (cari
contohnya). Dengan cara ini, masih terjadi hubungan antar individu dan
memungkinkan terjadinya transportasi air dan zat makanan. Bentuk hubungan
spesifik lain adalah hubungan untuk tujuan penyerbukaan. Pada jagung, meskipun
pada satu pohon terdapat bunga jantan dan betina, tetapi karena masaknya tidak
bersamaan maka penyerbukannya harus saling dengan tanaman lain. Apalagi pada
salak atau kelengkengbyang berbunga jantan atau betinanya terpisah.
Hubungan parasite juga dapat terjadi antar individu dalam populasi. Penelitian
menunjukan bahwa akar tanaman cendana akan menggunakan haustoriumnya untuk
menempelkan diri membentuk pertautan dengan tanaman lain.
 Interaksi pada hewan
Interaksi intraspesies pada hewan terjadi dalam bentuk saling memakan
disebut kanibalisme. Berbagai ikan karnivor seperti Oscar, Arwana, Barramudi,
Lele, maumakan ikan sejenisnya yang berukuran lebih kecil termasuk anaknya
sendiri. Dalam hal ini, kanibal terjadi sepanjang waktu. Ada pula kanibalisme yang
terjadi saat tertentu. Pada belalang sembah, kanibalisme hanya terjadi saat
perkawinan. Setelah kawin belalang sembah jantan dimangsa oleh betinanya. Pada
ayam, hiu, bahkan manusia pada dasarnya memiliki jiwa kanibal.
Kompetisi antar individu juga terjadi pada hewan dalam rangka
memperebutkan makanan, kedudukan dalam kelompok, dan pasangan. Pada kera,
hewan terbesar dan terkuat berkedudukan sebagai raja, akan memakan makanan dan
mengawini betina terbaik terlebih dahulu, baru setelah kenyang baru pergi untuk
kera lain. Pada bangsa kecoa walaupun tidak didahului dengan membunuh, tetapi
mau makan bangkai kecoa lain, bahkan kutikulanya sendiri yang lepas pada saat
ekdisis atau berganti kulit juga akana memakannya.
Interaksi intraspesies pada hewan juga terjadi untuk tujuan perlindungan.
Kerbau liar dan gajah akan selalu berkelompok daslam formasi yang jantan diluar
mengelilingi betina dan anaknya. Pada singa cenderung hidup berkelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 jantan dan 6 betina beserta anak-anaknya. Kera yang besar
juga akan melindungi anggota kelompoknya. Perlindungan juga terjadi antara induk
terhadap anaknya seperti pada burung dan mamalia, atau antara jantan dengan
betinanya seperti pada ikan Oscar atau burung merpati (perlindungan sepanjang
hidup), pada kucing dan anjing (perlindungan hanya pada musin kawin).
Kehidupan berkelompokmembentuk masyarakat yang spesifik ditemukan pada
lebah, rayap, dan semut. Pada Hewan ini ada pejantan atau raja, betina sebagai ratu,
dan pekerja yang masi-masing mempunyai tugas yang berbeda-beda.
 Interaksi pada Protista
Pada Protista, interaksi dapat berupa kompetisi yang dapat terjadi apabila
banyak individu pada suatu habitat, sementara ketersediaan zat hara terbatas.
Interaksi saling membantu terjadi pada ganggang berukuran besar berbentuk
rumpun sebagai hasil perkembangbiakan vegetative. Protista uniseluler sering
membentuk kehidupan bersama berupa koloni. Sel-sel penyusun koloni pada
prinsipnya merupakan individu, sehingga jika terpisah dari koloninya akan tetap
menunjukkan aktivitas hidup. Jamur uniseluler berinteraksi membentuk koloni,
sedang jamur multiselluler ada yang bergandengan akibat hasil reproduksi
vegetatif,sehingga membentuk jalinan hife yang disebut miselium. Interaksi
kompetisi juga terjadi jika ketersediaan zat organic terbatas.
 Interaksi pada monera
Pada monera yang semuanya uniseluler ada yang hidup bersama membentuk
koloni. Pada bakteri bentuk batang ada yang diplobasil, steptobasil yang berbentuk
bulat, ada diplokokus, tetrakokus, streptokokus, stafilokokus dan sarkina.

Anda mungkin juga menyukai