Uraian Materi
Uraian Materi
Uraian Materi
1. KALOR
Q lepas = Q terima
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima
kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Menurut kenyataannya bahwa :
Sumber : (maslatip.com)
Konsep yang ada pada konduksi merupakan suatu aktivitas atomik dan
molekuler. Sehingga peristiwa yang terjadi pada konduksi adalah perpindahan
energi dari partikel yang lebih energetik (molekul yang lebih berenergi atau
bertemperatur tinggi) menuju partikel yang kurang energetik (molekul yang
kurang berenergi atau bertemperatur lebih rendah), akibat adanya interaksi
antara partikel-partikel tersebut.
Proses perpindahan panas secara konduksi pada steady state melalui dinding
datar suatu dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Suatu fluida memiliki temperatur (T) yang bergerak dengan kecepatan (V),
diatas permukaan benda padat (Gambar 2.4). Temperatur media padat lebih tinggi
dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan panas secara konveksi dari
benda padat ke fluida yang mengalir.
Gambar 2.4 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media
padat ke fluida yang mengalir
Sumber: (Incropera dan DeWitt, 3rd ed.)
Jika proses aliran fluida tersebut diinduksikan oleh sebuah pompa atau sistem
pengedar (circulating system) yang lain, maka digunakan istilah konveksi yang
dipaksakan (forced convection). Bertentangan dengan itu, jika aliran fluida timbul
karena gaya apung fluida yang disebabkan oleh pemanasan, maka proses tersebut
dinamakan konveksi bebas (free) atau konveksi alami (natural). Persamaan dasar
untuk menghitung laju perpindahan panas konveksi yaitu:
Qh HAT
Dimana : q = Laju perpindahan panas (W), h = Koefisien perpindahan panas
konveksi (W/ m2.0C)
A = Luas permukaan ( m2)
∆T = Perbedaan temperatur (0C)
Banyak parameter yang mempengaruhi perpindahan kalor konveksi di dalam
sebuah geometri khusus. Parameter-parameter ini termasuk luas permukaan (A),
konduktivitas termal fluida (k), biasanya kecepatan fluida (V), kerapatan (ρ) ,
viskositas (µ) , panas jenis (Cp), dan kadang-kadang faktor lain yang berhubungan
dengan cara-cara pemanasan (temperatur dinding seragam atau temperatur dinding
berubah-ubah). Fluks kalor dari permukaan padat akan bergantung juga pada
temperatur permukaan (Ts) dan temperatur fluida (Tf), tetapi biasanya dianggap
bahwa (ΔT = Ts – Tf) yang penting. Akan tetapi, jika sifat-sifat fluida berubah
dengan nyata pada daerah pengkonveksi (convection region), maka
temperaturtemperatur absolute Ts dan Tf dapat juga merupakan faktor-faktor penting
didalam korelasi. Jelaslah bahwa dengan sedemikian banyak variablevariabel
penting,maka korelasi spesifik akan sulit dipakai, dan sebagai konsekuensinya maka
korelasi-korelasi biasanya disajikan dalam pengelompokkan-pengelompokkan tak
berdimensi (dimensionless groupings) yang mengizinkan representasi-representasi
yang jauh lebih sederhana. Juga faktor-faktor dengan pengaruh yang kurang penting,
seperti variasi sifat fluida dan distribusi temperatur dinding, seringkali diabaikan
untuk menyederhanakan korelasi-korelasi tersebut. (Stoecker dan Jones, 1982)
Q pancaran eAT 4
Dimana : Q = Daya pancaran radiasi matahari (Watt) , σ = Koefisien Stefan
Boltzmann (5,669. 10-8 Watt/m2K4) , A= Luas penampang yang di radiasikan (m2), e
= emisivitas benda hitam , T= suhu mutlak (Kelvin). (Reynold dan Perkins, 1983)
Jika kita memanaskan suatu zat maka jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat tersebut tergantung berapa jumlah massa air,zat,dan nilai
kenaikan suhu zat tersebut. Secara umum jika kita memanaskan suatu zat tertentu
maka jumlah kalor yang diperlukan akan sebanding dengan massa dan kenaikan
suhunya. bahwa jenis zat sangat menentukan jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat tersebut. Ketergantungan jumlah yang diperlukan untuk
menaikkan suhu terhadap jenis zat disebut dengan istilah kalor jenis yang diberi
simbol dengan c.
Kalor jenis (c) adalah jumlah panas yang harus ditambahkan atau dihilangkan
pada satu satuan massa zat itu untuk mengubah temperature 1 .
Persamaan kalor yaitu : Q = m c ∆T
Keterangan :
Q = banyaknya kalor satuan joule (J)
c = kalor jenis zat satuan J / kg °C
m = massa zat satuan kg
∆ T = perubahan suhu satuan °C
Jika zat cair ini kita panaskan terus akan menguap dan berubah wujud
menjadi gas. Perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas) disebut menguap.
Pada peristiwa penguapan dibutuhkan kalor. Hal ini dapat kita buktikan, ketika kita
mencelupkan jari tangan kita ke dalam cairan spiritus atau alcohol. Spiritus atau
alcohol adalah zat cair yang mudah menguap, untuk melakukan penguapan
ini,spiritus atau alcohol menyerap panas dari jari kita,sehingga jari tangan kita terasa
dingin. Peristiwa lain yang memperlihatkan bahwa proses penguapan membutuhkan
kalor adalah mendidih. Menguap hanya terjadi pada permukaan zat cair dan dapat
terjadi pada sembarang suhu,sedangkan mendidih terjadi pada seluruh bagian zat cair
dan hanya terjadi pada suhu tertentu yang disebut titik didih. Proses kebalikan dari
menguap adalah mengembun, yaitu perubahan wujud dari uap menjadi cair.
Daftar Pustaka
Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan panas.Edisi ketiga.
Erlangga:Jakarta.1997.
Holman, J.P. 1986. Heat Transfer, Sixth Edition. Mc Graw-Hill, Book Company,
Inc : Singapore.
Holman, J.P., dan jasjfi.Perpindahan Kalor.Edisi keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John
Wiley & Sons, 2002.
Reynolds, William C dan Perkins, Henry C. 1983. Engineering Thermodinamics.
McGraw Hill. New York.
Stoecker, Wilbert F dan Jones, Jerold W.1982. Refrigeration and Air Conditioning.
New York.